Anda di halaman 1dari 21

VARIABEL DAN INSTRUMEN

PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
A.1 Pengertian
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 2007).
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variabel sebagai
berikut :
1) Hatch & Farhady (1981)
Variabel didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain.
2) Kerlinger (1973)
a) Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social,
jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll.
b) Variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu
nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian, Variabel itu
merupakan suatu yang bervariasi.
3) Kidder (1981)
Variabel adalah suatu kualitas qualities) dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4) Bhisma Murti (1996)
Variabel didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi
nilai.Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.

1
5) Sudigdo Sastroasmoro
Variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah
dari satu subyek ke subyek lainnya.
6) Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)
Variabel adalah Konsep yang mempunyai variabilitas.Sedangkan
Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena
tertentu.Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi,
maka dapat disebut sebagai variable.Dengan demikian, variabel dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
7) Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
a) Variabel mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh
anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok yang lain.
b) Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu.
Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb.

Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat dirumuskan


definisi Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

A.2 Kegunaan Variabel Penelitian


1) Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
2) Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
3) Untuk pengujian hipotesis

2
A.3 Kriteria Variabel Penelitian
1) Relevan dengan tujuan penelitian
2) Dapat diamati dan dapat diukur
3) Dalam suatu penelitian variabel perlu diidentifikasi, diklasifikasi, dan
didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak
menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta
dalam pengujian hipotesis
4) Menunjukkan variasi atau perbedaan

A.4 Jenis – Jenis Variabel Penelitian


Dalam terminologi Metodologik, dikenal beberapa macam variabel
penelitian. Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang
lain, maka macam – macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi :
1) Variabel Indenpenden
Variabel ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor,
Antecedent, Variabel Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment,
Risiko, atau Variable Bebas.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan
Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel
Eksogen.
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat).
Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi
variabel lain.
Contoh :
“Pengaruh Terapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…”
Maka terapi musik merupakan variabel indenpenden/bebas.

3
2) Variabel Dependen
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen,
Variabel Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel
Tergantung.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan
Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel
Indogen.
Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.Disebut Variabel Terikat
karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.
Contoh :
“Pengaruh Terapi Musikterhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…”
Maka Penurunan Tingkat Kecemasan merupakan variabel
dependen/terikat.
3) Variabel Moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi
(Memperkuat dan Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan
Variabel Terikat.Variabel Moderator disebut juga Variabel Independen
Kedua.
Contoh hubungan Variabel Independen – Moderator – Dependen
:Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan
dosen dalam menciptakan iklim/lingkungan belajar sangat baik, dan
hubungan semakin rendah bila peranan dosen kurang baik dalam
menciptakan iklim belajar.
4) Variabel Intervening
Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “an intervening
variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon
but cannot be seen, measure, or manipulate”.
Variabel Intervening adalah Variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat,

4
tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur.Variabel ini merupakan variabel
Penyela/Antara yang terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel
Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak secara langsung mempengaruhi
berubahnya atau timbulnya Variabel Terikat.
Contoh :
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung
terhadap umur harapan hidup. Di sini ada varaibel antaranya yaitu yang
berupa Gaya Hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dan gaya
hidup terdapat variabel moderator yaitu Budaya Lingkungan Tempat
Tinggal.
5) Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti.Variabel Kontrol sering
dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat membandingkan,
melalui penelitian eksperimental.
Contoh :
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan
Pertolongan Persalinan Kala II.Variabel Bebasnya adalah Metode
Pembelajaran, misalnya Metode Ceramah & Metode Demonstrasi.
Sedangkan Variabel Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya
Standard Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar
belakang sama (tingkat/semesternya sama), dari institusi yang sama.
Dengan adanya Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh
Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan
Persalinan Kala II dapat diketahui lebih pasti.

A.5 Pengukuran Variabel


Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala
Pengukuran, yaitu :

5
1) Skala Nominal
Skala Nominal Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota
– anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki
perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya :
a) Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
b) Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
c) Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
d) Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
e) Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.

Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau


Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala
Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah
kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.
2) Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan
– tingkatan.Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan
menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.Skala Ordinal adalah
Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.Skala Ordinal adalah
Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang
lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut
lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh :
a) Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
b) Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
c) Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan
III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada
Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita
tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.

6
d) Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak
Setuju.
3) Skala Interval
Skala Interval adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi
nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat
dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara
nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui
secara pasti.
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti
halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dan
sebagainya); tetapi Nilai Mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara
Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval
bersifat arbiter(Angka nol-nya Tidak Absolut).
Contoh :
a) Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360Celcius
jelas lebih panas daripada suhu 240Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan
bahwa suhu 360Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240Celcius.
Alasannya : Penentuan skala 00Celcius Tidak Absolut (00Celcius tidak
berarti Tidak Ada Suhu/Temperatur sama sekali).
b) Tingkat Kecerdasan,
c) Jarak, dan sebagainya.
4) Skala Rasio (Skala Perbandingan)
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas,
juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak (
mempunyai nilai nol absolut ).
Misalnya :
a) Tinggi Badan : sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 cm dapat
dikatakan mempunyai selisih 60 cm terhadap tinggi badan 120 Cm,
hal ini juga dapat dikatakan Bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali
dari tinggi badan 120 cm.

7
b) Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan Tidak Ada
Sama Sekali denyut nadinya.
c) Berat Badan
d) Dosis Obat, dan sebagainya.

Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan
Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang Paling Rinci ke
yang Kurang Rinci. Skala Ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki Skala
Interval, Ordinal dan Nominal.Skala Interval memiliki ciri – ciri yang
dimiliki Skala Ordinal dan Nominal, sedangkan Skala Ordinal memiliki sifat
yang dimiliki Skala Nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya
Transformasi Skala Ratio dan Interval menjadi Ordinal atau
Nominal.Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data
Collapsing.Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic
tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk Ordinal atau
Nominal.
Sebaliknya, Skala Ordinal dan Nominal tidak dapat diubah
menjadi Interval atau Ratio.Skala Nominal yang diberi label 0, 1 atau 2
dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa).Misalnya : Pemberian
label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti
kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian,
perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki.Pemberian
label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet)
menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis
data.(Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).

A.6 Korelasi Antar Variabel


Dikenal 3 macam Korelasi antar Variabel, yaitu :
1) Korelasi Simetris

8
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variabel terdapat hubungan,
tetapi tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing
bersifat mandiri. Korelasi Simetris terjadi karena :
a) Kebetulan.
Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
b) Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat
dari Variabel Bebas) Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi
badan. Keduanya merupakan variable terikat dari variable bebas yaitu
“Pertumbuhan”.
c) Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama. Misalnya
: Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi
otot ; Keduanya merupakan indicator “Kemampuan” Kontraksi Otot.
2) Korelasi Asimetris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variabel dimana
variabel yang satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variabel
Bebas dan Variabel Terikat )
Contoh :Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan
arterosklerosis.
3) Korelasi Timbal Balik
Korelasi Timbal Balik adalah Korelasi antar dua variable yang antar
keduanya saling pengaruh – mempengaruhi.
Contoh : Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi akan
mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi
selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.

9
B. Instrumen Penelitian
B.1 Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian instrumen adalah
alat yg dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh
pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana
penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan
data sebagai bahan pengolahan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Menurut Baso Intang (jurnal pendidikan dan kebudayaan 2007)
mengatakan bahwa instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi
persyaratan akademis maka dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur
suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang
variasi karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52)
adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara
kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.Atibut-atribut
psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif
dan atribut non kognitif.Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan.Sedangkan untuk atribut non-
kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.

10
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang
diteliti.
Maka dari pengertian dan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk meneliti
dan mengumpulkan data-data dan disajikan dalam bentuk sistematis guna
memecahkan atau menguji suatu hipotesis.
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh
akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang
digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang di tempu. Hal ini
mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi
data, sehigga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang
memadai dalam arti valid dan reliable maka data yang diperoleh akan sesuai
dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan.
Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam
arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang
diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.

B.2 Jenis-jenis Instrumen Penelitian


Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian,
yaitu:
1) Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Selain itu, Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus
dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang
yang dites.Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa

11
telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan terutama meliputi aspek
pengetahuan dan keterampilan.(Jihad Asep 2007).
Ditinjau dari pelaksanannya, tes dibedakan atas 3 yaitu:
a. Tes tulis yaitu tes atau soal yang harus diselesaikan oleh siswa secara
tertulis
b. Tes lisan yaitu sekumpulan tes atau soal atau tugas pertanyaan yang
diberikan kepada siswa yang dilaksanakan dengan cara tanya jawab.
c. Tes perbuatan yaitu tugas yang pada umumnya berupa kegiatan praktek
atau melakukan kegiatan yang mengukur keterampilan
Ditinjau dari segi sistem penskorannya, tes dibedakan atas dua
yaitu:
a. Tes objektif yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban
atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes dalam hal ini peserta
hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Adapun
beberapa tes objektif anatara lain:
1) Tes pilihan ganda
2) Tes benar salah
3) Tes menjodohkan jawaban
b. Tes subjektif yaitu umumnya berbentuk tes uraian yang dimana siswa
dalam menjawab soal terseburt dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran peserta tes. Adapun beberapa tes uraian atau
tes subjektif antara lain:
a. Tes uraian bebas
b. Tes uraian terbatas. (Eko Putro Widoyoko 2009)

2) Non Tes
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk
memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat dan
kepribadian.

12
Menurut jihat asep dalam bukunya yang berjudul evaluasi
pembelajaran, bentuk penilaian non tes dibedakan atas 5 yaitu antara lain:
a) Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
b) Interviu (Interview).
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid,
orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
c) Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan
pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi
berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
d) Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang
dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang
kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program
atau orang.Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran
penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas,
yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.Di dalam menyusun
skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel
skala.Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
e) Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis.Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian
menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

13
B.3 Langkah-langkah Menyusun Instrumen
Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan
khususnya bidang pendidikan khususnya yang sudah baku sulit ditemukan.
Untuk itu peneliti harus mampu membuat instrument yang akan digunakan
untuk penelitian.
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi
operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indicator yang akan diukur. Dari
indicator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau
pernyataan.Untuk memudahkan penyusunan instrument, maka perlu
digunakan matrik pengembangan instrument atau kisi-kisi instrument.
Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyususn
instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1) Analisis Variabel Penelitian
Menganalisis setiap variabel menjadi subvariabel kemudian
mengembangkannya menjadi indikator-indikator merupakan langkah awal
sebelum instrumen itu dikembangkan.
2) Menetapkan Jenis Instrumen
Jenis instrumen dapat ditetapkan manakala peneliti sudah
memahami dengan pasti tentang variabel dan indikator penelitiannya.Satu
variabel mungkin hanya memerlukan satu jenis instrumen atau meungkin
memerlukan lebih dari satu jenis instrumen.
3) Menyusun Kisi-kisi atau Layout Instrumen
Kisi-kisi instrumen diperlukan sebagai pedoman dalam
merumuskan item instrumen.Dalam kisi-kisi itu harus mencakup ruang
lingkup materi variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan, banyaknya
pertanyaan, serta waktu yang dibutuhkan.Selain itu, dalam kisi-kisi juga
harus tergambarkan indikator atau abilitas dari setiap variabel.Misalnya,

14
untuk menentukan prestasi belajar atau kemampuan subjek penelitian,
diukur dari tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya.
4) Menyusun Item Instrumen
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya
adalah menyusun item pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen yang
akan digunakan.

5) Menguji cobakan Instrumen


Uji coba instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
reabilitas dan validitas serta keterbacaan setiap item.Mungkin saja
berdasarkan hasil uji coba ada sejumlah item yang harus dibuang dan
diganti dengan item yang baru, setelah mendapat masukkan dari subjek uji
coba.

Sedangkan menurut Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam


langkah dalam penyusunan instrumen penelitian,yaitu:
1) Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2) Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3) Mencari indikator dari setiap dimensi.
4) Mendeskripsikan kisi-kisi instrument
5) Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument
6) Petunjuk pengisian instrumen.

B.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh
dua kriteria utama: validitasdan reliabilitas. Validitas suatu instrumen
menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapatmengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi danakurasi
hasil pengukuran.

15
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas
instrumen didefinisikan sebagaisejauh mana instrumen itu
merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur.Sedangkan
reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data
(pengukuran)kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktuberlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh
orang atau kelompok orang yang berbedadalam waktu yang sama atau dalam
waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah
akurasi alat ukur terhadap yangdiukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di
mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukurmenurutnya adalah kesesuaian
alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapatdipercaya atau
dapat diandalkan.Misalnya, menimbang beras dengan timbangan
beras,mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

B.5 Pengujian Validitas Instrumen


Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1) Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen
tersebut dapat digunakan untukmengukur gejala sesuai dengan dengan
yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitaskerja, maka perlu
didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu
disiapkaninstrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja
sesuai dengan definisi.Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat
digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-
aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu,
makaselanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yangtelah disusun itu.Jumlah tenaga ahli
yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya merekatelah bergelar
doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

16
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji
coba instrumen.Setelahdata ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu denganmengkorelasikan antar skor
item instrumen.
2) Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukurprestasi belajar dan mengukur efektivitas
pelaksanaan program dan tujuan.Untuk menyusuninstrumen prestasi
belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus
disusunberdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan.Sedangkan
instrumen yang digunakan untukmengetahui pelaksanaan program, maka
instrumen disusun berdasarkan program yang telahdirencanakan.Untuk
instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan
denganmembandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan.Jika dosenmemberikan ujian di luar pelajaran yang telah
ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidakmempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat
dibantu dengan menggunakankisi-kisi instrumen.Dalam kisi-kisi itu
terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolokukur, dan nomor butir
(item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator.Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat
dilakukan dengan mudah dansistematis.
3) Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan)antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.Misalnya instrumen untuk
mengukur kinerja sekelompok pegawai.Maka kriteria kinerja
padainstrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan
(empiris) tentang kinerjayang baik.Bila telah terdapat kesamaan antara

17
kriteria dalam instrumen dengan fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan
instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

B.6 Pengujian Reliabilitas Instrumen


Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat
dilakukan secara eksternaldan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan
dengan test – retest (stability), equivalent,dan gabungan keduanya. Secara
internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensibutir-butir yang
ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1) Test Retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang
sama dengan instrumen yangsama dengan waktu yang berbeda.
Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaanpertama dengan
yang berikutnya.Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka
instrument tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2) Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnyasama. misalnya, berapa tahun pengalaman
Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebutekuivalen dengan tahun
berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?Pengujian dengan cara ini
cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda,
padaresponden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara
mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan instrumen yang
dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan,maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3) Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
ekuivalen beberapa kali keresponden yang sama. cara ini merupakan
gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.Reliabilitas instrumen
dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah

18
itudikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan
secara silang. Jika dengan duakali pengujian dalam waktu yang berbeda,
maka akan dapat dianalisis keenam koefisienreliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka
dapatdinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4) Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan
dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisisdapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.Pengujian reliabilitas
instrumen dapatdilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown
(Split half), KR20, KR21 dan AnovaHoyt.

19
Daftar Pustaka

Arifin zainal.1991 Evaluasi Instruksional PT remaja rosdakarya. Bandung


Azwar saifuddin. 2013. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Jihad asep. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Multi press. Yogyakarta
http://blogkatte.blogspot.com/2009/12/menentukan-instrumen-penelitian.html
Ibnu Hadjar.1996.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam
Pendidikan.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Iskandar.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif).Jakarta: Gaung Persada Press.
M. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, ekonomi,
dankebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada
Media.
Mertens Donna. 2010. Research and Evaluation in Education and Psychology sage.
London.
Putro widoyoko eko.2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Sugiyono (2007).Statistik untuk Penelitian, Jakarta, Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. CV. Alvabeta. Bandung
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

20
Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi arikunto.2010.Dasar-dasar evaluasi pendidikan.PT Bumi Aksara. Jakarta
Suharsimi Arikunto. 2013.Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai