Audit Going Concern
Audit Going Concern
PENDAHULUAN
Pada tahun Januari 2016, Tak semua emiten yang tercatat di Bursa Efek
masa depan. BEI mengakui ada beberapa perusahaan yang kelangsungan usahanya
kelangsungan usaha adalah jika tidak memiliki pendapatan atau kinerja yang terus
merugi.
Intipratama Tbk (SIAP) dinilai masih belum mempunyai going concern yang jelas,
dan pada kasus ini BEI menanyakan kelangsungan usaha PT Arpeni Pratama Ocean
Line Tbk (APOL), dimana APOL ini sedang dalam proses restrukturisasi utang.
(http://investasi.kontan.co.id/)
Oleh karena itu, peran auditor sangat dibutuhkan para investor karena sebagai
1
2
manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Salah satu bentuk
jauhnya sumber informasi, bias dan motif penyedia informasi, jumlah data yang
2014).
perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Data perusahaan akan lebih mudah
dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan
opini audit, para pemakai laporan keuangan, dalam hal ini adalah investor dapat
lebih mudah memahami makna yang terkandung dalam laporan keuangan serta
akan lebih mempercayai laporan keuangan yang sudah diaudit (Amalia, 2016).
3
hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan
tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Opini audit yang diterima oleh
perusahaan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh investor dan
pengguna laporan keuangan lain. Oleh sebab itu, opini audit yang diberikan oleh
dan keyakinan kepada investor dan pengguna laporan keuangan untuk mengambil
negara anggota IFAC. ISA adalah standar yang diterapkan dalam audit atas laporan
ISA berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan ada 1 Januari 2013
untuk emiten dan pada 1 Januari 2014 untuk entitas non emiten. ISA sudah mulai
diterapkan oleh KAP di Indonesia terutama untuk KAP yang memiliki jaringan
global (KAP Big-Four). IFAC telah mengeluarkan ISA No. 570 tentang “Gooing
Concern”. ISA No. 570 menegaskan bahwa tanggung jawab auditor eksternal
digunakan oleh manjemen dalam menyusun laporan keuangan. ISA No. 570
menegaskan bahwa going concern entitas yang diaudit harus dapat dipertahankan
4
paling tidak dua belas bulan setelah tanggal neraca. Disamping hal tersebut, ISA
mengenai adanya ketidakpastian oleh auditor eksternal pada opini tidaklah menjadi
Going concern merupakan salah satu asumsi dasar yang dipakai dalam
akan melanjutkan usahanya pada masa depan. Oleh karena itu, suatu perusahaan
dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh
tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui
bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan
Pada tahun 2015, salah satu perusahaan manufaktur yang berada pada sektor
industri barang konsumsi yaitu PT Davomas Abadi Tbk. (DAVO) di delisting oleh
BEI pada 21 Januari 2015. Menurut Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI hal
usahanya (http://m.kontan.co.id)
Dari contoh kasus diatas, pengeluaran opini going concern yang tidak
(1997), Knechel dan Vonstaelen (2007), Foroghi (2012), dan Beams et al., (2013).
Penelitian di Indonesia tentang going concern telah dilakukan oleh Lintang dan Ni
Nyoman Alit (2015), Ni LuhJuniasih, I Putu Mega, I Kadek Satria (2016), Triseptya
concern. Maka dari itu peneliti bermaksud meneliti lebih lanjut tentang opini going
6
concern karena hingga saat ini topik tentang bagaimana tanggung jawab auditor
yang kompleks dan terus ada sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur
yang pasti dalam menentukan status going concern perusahaan dan kekonstitenan
faktor, faktor tersebut harus terus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif,
membayar utang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Manfaat status
default hutang yang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992).
Penelitian ini dilakukan oleh Lintang dan Ni Nyoman Alit (2015), Setyarno dkk
(2006), Susanto (2009) dan Siti Nur Halimah (2015) menyatakan bahwa debt
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ni Luhjuniasih, I Putu Mega, dan I KadekSatria Nova (2016), Nanda (2015), dan
Triseptya (2014) yang menyatakan bahwa debt default tidak memberikan pengaruh
besar ke arah kebangkrutan Altman 1968 dalam (Karina, 2013). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizka Ardhi (2017) yang
penerimaan opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh oleh Rizki Azizah (2014), Yashinta Putri (2013),
Muttaqin dan Sudarno (2012), dan Ira Kristiana (2013) yang menyatakan bahwa
concern.
Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit
yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar
memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi
dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk
risiko proses pengadilan. Hasil penelitian ini sesuai penelitian terdahulu dari
penerimaan opini audit going concern. Namun penelitian Putri (2014), Muttaqin
dan Sudarno (2012), Kartika (2012) serta Sunarni dan Jatmiko (2012) menemukan
bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern.
informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit
analisis yang dimasukan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89.9 persen dibanding model yang
lain. Hal tersebut menegaskan bahwa opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi
pertimbangan auditor dalam memberikan opin audit going concern pada tahun
sebelumnya. Penelitian ini mempunyai hasil yang sama dengan penelitian dari
Yashinta Putri (2013) dan Ibrahim (2014) dimana opini audit tahun sebelumnya
going concern pada suatu perusahaan dengan berbasis ISA 570 yang dilakukan oleh
Lintang dan Ni Nyoman Alit (2015). Adapun perbedaan penelitian ini dengan
satu periode dengan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015 dan
Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2015).
9
going concern.
concern.
1. Penulis
Efek Indonesia periode Tahun 2013-2015 dan sebagai salah satu syarat
2. Perusahaan
3. Praktisi Akuntan
going concern.
4. Investor
5. Pihak lain
perusahaan manufaktur yang berada pada sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2015 yang diakses melalui
website www.idx.co.id