Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun


dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya
manusia. Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk
Indonesia.
Aseptor KB (peserta keluarga berencana/family planning participant)
ialah PUS yang mana salah seorang menggunakan salah satu cara/ alat
kontrasepsi untuk pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun
non program
Tujuan umum dari program KB adalah menurunkan angka kelahiran
dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan
berkembang Norama Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
Sasaran dalam program ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
ditetapkan berdasarkan survei PUS yang dilaksanakan sekali dalam satu
tahun dan pelaksanaannya di koordinasikan oleh Petugas Lapangan KB
(PLKB)
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan program KB ?


2. Apa tujuan program KB?
3. Apa saja sasaran program KB ?
4. Bagaimana ruang lingkup program KB?
5. Bagaimana strategi pendekatan dan cara operasional yang paling tepat?
6. Apa dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran ?
C. Tujuan

1
1. Mengetahui dan memahami pengertian program KB.
2. Mengetahui dan memahami tujuan program KB.
3. Mengetahui dan memahami sasaran program KB.
4. Mengetahui dan memahami ruang lingkup program KB.
5. Mengetahui dan memahami strategi pendekatan dan cara operasional
yang paling tepat.
6. Mengetahui dan memahami dampak program KB terhadap pencegahan

kelahiran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian KB

2
1. KB adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahtraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan,
penjarangan kelahiran dan penghentian kelahiran. ( Depkes RI,1994 )
2. KB adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. (UU No. 10/1992)
3. KB (family planning / planned parenthood) merupakan suatu usaha
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi.
4. Menurut WHO (Expert Committee, 1970), KB merupakan tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif- objektif tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur
interval di antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
B. Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan
dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka
kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi
permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas,
termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal

3
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
C. Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14
persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara
kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif,
dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi
21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan Program KB Nasional.
D. Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain:
1. Keluarga berencana;

4
2. Kesehatan reproduksi remaja;
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas;
5. Keserasian kebijakan kependudukan;
6. Pengelolaan SDM aparatur;
7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan;
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.
9. Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di
masyarakat (pada saat kunjungan rumah, posyandu, pertemuan dengan
kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dasawisma dan
sebagainya). Termasu ke dalamnya kegiatan penyuluhan ini adalah
konseling untuk PUS.
10. Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, memberikan
pelayanan pengobatan efek samping KB.
11. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para dukun bersalin.
Dukun diharapkan dapat bekerjasama dengan Puskesmas dan bersedia
menjadi motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan
pelayanan dukun.
E. Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi dasar
Lima grand strategi (strategi dasar) yang merupakan program
utama dalam mensukseskan Keluarga Berencana Nasional guna
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
a. menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam
program KB,
b. menata kembali pengelolaan KB,
c. memperkuat sumber daya manusia operasional program KB,
d. meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui

5
pelayanan KB
e. meningkatkan pembiayaan program KB.
Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat
dalam program KB haruslah tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif
pada setiap desa serta pelayanan KB berkualitas disetiap desa atau
kelurahan tertinggal dan terpencil serta di perbatasan, memberikan
promosi dan konseling kesehatan reproduksi.
Program KB yang terintegrasi dengan outcome yang jelas, sitem
informasi yang up to date, fasilitas, advokasi dan supervise dari Pusat
untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan mitra kerja serta adanya
dukungan pemda dengan membuat perda ini semua merupakan bentuk
menata kembali pengelolaan KB.
Memperkuat SDM operasinal KB dengan mengelola KB untuk
setiap kecamatan serta petugas KB dengan jumlah yang memadai
dengan kompetensi yang baik dan petugas lapangan KB maupun
petugas KB terlatih untuk setiap desa atau kelurahan.
Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui
KB untuk seluruh keluarga dengan balita, aktif jadi anggota badab
KB, pra keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan peningkatan
keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif, kelompok
percontohan bina keluarha remaja untuk setiap kecamatan serta bina
lingkungan keluarga untuk kabupaten/kota.
Sedangkan untuk meningkatkan pembiayaan program KB
dengan memprioritaskan peanggaran dari pusat ke daerah, sistem
pembiayaan terutama bagi rakyat miskin serta alat/obat kontrasepsi
dengan harga terjangkau disetiap kecamatan.
2. Strategi operasional
- Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
- Peningkatan kualitas dan prioritas program

6
- Penggalangan dan pemantapan komitmen
- Dukungan regulasi dan kebijakan
- Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
a. Program Keluarga Berencana
1) Pengembangan kebijakan tentang pelayanan KB, KIE peran
serta masyarakat dalam KB dan kespro
2) Peningkatan akses dan pelayanan KB dan kespro
3) Peningkatan penggunaan kontrasepsi yang efektifdan efisien
4) Penyediaan alat, obat dan cara kontrasepsi dengan
memprioritaskan keluarga miskin
5) Penyelenggaraan promosi dan pemenuhan hak-hak kespro
termasuk KIE dan konseling.
b. Program Kesehatan Reproduksi Remaja
1) Pengembangan kebijakan pelayanan KRR bagi remaja
2) Penyelenggaraan promosi KRR, pemahaman dan pencegahan
dan bahaya NAPZA, termasuk KIE dan konseling bagi
masyarakat, keluarga dan remaja
3) Penguatan dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap
penyelenggaraan program KRR yang mandiri.
c. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
1) Pengembangan dan memantapkan ketahanan dan
pemberdayaan keluarga
2) Penyelenggaraan advokasi, KIE dan konseling bagi keluarga
3) Pengembangan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan
melalui pelatihan teknis
4) Pengembangan cakupan dan kualitas UPPKS
5) Pengembangan cakupan dan kualitas kelompok binakeluarga
bagi keluarga dengan balita, remaja dan lanjutusia
d. Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas

7
1) Pengembangan sistem pengelolaan dan informasi (personil,
sarana dan prasarana) untuk mendukung keterpaduan program
2) Peningkatan kemampuan tenaga lapangan dan kemandirian
kelembagaan KB yang berbasis masyarakat
3) Pengelolaan data dan informasi keluarga berbasis data mikro
4) Pengkajian dan pengembangan serta pembinaan dan supervise
pelaksanaan program
F. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu :
1. penurunan angka kematian ibu dan anak;
2. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;
3. Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan;
4. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR;
5. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM;
6. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
Selama kurun waktu 1971-1980 jumlah penduduk mengalami
pertumbuhan dari 118,0 juta orang pada tahun 1971 menjadi 147,5 juta
orang pada tahun 1980. Dengan demikian rata-rata laju pertumbuhan
penduduk pada kurun waktu 1971-1980 adalah sebesar 2,32% per tahun.
Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 1990 sebesar 179,9 juta orang.
Oleh karena itu, rata-rata laju pertumbuhan penduduk telah turun menjadi
1,97% per tahun dalam kurun waktu 1980-1990. Jumlah penduduk pada
tahun 1992 diperkirakan berjumlah 186,0 juta orang dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,70%. Laju pertumbuhan penduduk
sebesar 1,70% ini masih diupayakan penurunannya di masa yang. akan.
datang sehingga dapat mendukung peningkatan kesejahteraan penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi .oleh tingkat kelahiran, di
samping tingkat kematian, oleh karena itu salah satu usaha untuk

8
menurunkan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya penurunan
tingkat ,kelahiran. Usaha penurunan angka kelahiran secara langsung
dilakukan melalui program keluarga berencana.
Pada akhir Repelita IV angka kelahiran kasar adalah sebesar 28,7
kelahiran per seribu penduduk dan diperkirakan akan mengalami
penurunan menjadi 24,9 kelahiran per seribu penduduk pada tahun 1992.
Seperti halnya angka kelahiran, maka angka fertilitas total juga mengalami
penurunan. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan makin kecilnya
jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama hidupnya. Pada
tahun 1980 angka fertilitas total sebesar 4,6 anak per wanita umur 15-49
tahun dan diperkirakan mengalami penurunan menjadi 2,9 anak per wanita
pada tahun 1992.
Penurunan angka kelahiran dan angka fertilitas merupakan ha¬sil
usaha pembangunan di berbagai bidang. Pelaksanaan program KB
merupakan usaha yang mempunyai dampak langsung terhadap hasil
pencapaian tersebut. Sementara itu peningkatan taraf hidup masya¬rakat,
tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan juga mempunyai peranan
yang penting. Dari data yang ada diketahui bahwa wanita yang berstatus
kawin dan berumur 15-49 tahun hampir seluruhnya telah mengetahui
keluarga berencana. Sedangkan yang pernah mema-kai alat kontrasepsi
telah mencapai 68,4%.
Tingkat kematian terutama untuk bayi dan anak lazim dipakai
sebagai indikator keadaan sosial ekonomi masyarakat atau indikator
kesejahteraan rakyat. Angka kematian bayi menurut hasil Sensus
Penduduk 1971 adalah 131,2 kematian per seribu kelahiran. Angka
tersebut telah mengalami penurunan menjadi 60 kematian per seribu
kelahiran pada tahun 1992. Dengan turunnya angka kematian tersebut,
rata-rata angka harapan hidup diperkirakan akan meningkat dari 61,5
tahun pada tahun 1990 menjadi 62,3 tahun pada tahun 1992. Penurunan

9
tingkat kematian dan menaiknya angka harapan hidup ini terutama
disebabkan oleh keberhasilan program kesehatan dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan gizi penduduk. Sementara itu, hasil-hasil
pembangunan di berbagai sektor juga memberikan andil yang berarti
dalam usaha penurunan tingkat kematian.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Program KB adalah Program yang diberlakukan pemerintah untuk


menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin
meningkat. Program KB mempunyai lebih banyak keuntungan daripada
kerugiannya, maka sebaiknya kita juga harus mendukung pemerintah
untuk melaksanakan program KB dengan cara pembicaraan santai kepada
para tetangga, ikut berpartisipasi dalam rangka penyuluhan program KB
dari desa ke desa.

10
.
Dengan adanya program KB yang didukung dengan strategi
pendekatan dan cara operasional program pelayanan KB diharapkan dapat
menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di
dalam keluarganya akan berkembang Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS).
B. Saran
Mengingat banyaknya keuntungan dan peluang yang timbul dari program
KB, kita sebagai anak bangsa harus turut mensukseskan program ini.
Pemerataan kesehatan dan pendidikan harus disiapkan oleh pemerintah
agar program KB ini cepat tercapai. Selain itu lapangan pekerjaanpun juga
harus dipenuhi untuk menekan angka pengangguran, agar angka
kriminalitas pun berkurang dan masyarakat indonesia menjadi masyarakat
yang maju dan bermutu.

DAFTAR PUSTAKA

Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.


BKKBN, 1999. Kependudukan KB dan KIA. Bandung, Balai Litbang.
NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
www. bkkbn.go.id

11

Anda mungkin juga menyukai