Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

1, April 2015 ISSN 1907 – 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN SIKAP DAN STATUS EKONOMI DENGAN
PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI
Kumaidi*, Yuliati Amperaningsih**
*Alumni STIKES Mitra Lampung
*Dosen Jurusan Keperwatan Poltekkes Tanjungkarang

Remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak ke
masa dewasa. Data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) Karta Raharja tahun
2012 jumlah remaja yang menikah dini <16 tahun sebesar 62 orang (40%) dari 155 total pernikahan dan
meningkat di tahun 2013 menjadi sebesar 74 orang (45,7%) dari 162 total pernikahan. Pernikahan dini di
wilayah kerja Puskesmas Karta Raharja tahun 2012 sebesar 39 orang (29,1%) dari 134 total pernikahan
dan pada tahun 2013 sebesar 35 orang (24,6%) dari 142 total pernikahan. Tujuan penelitian adalah
diketahui hubungan sikap dan status ekonomi keluarga dengan pernikahan dini pada remaja putri di
Wilayah kerja Puskesmas Karta Raharja Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014. Desain penelitian
yang digunakan analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja putri di
Wilayah Kerja Puskesmas Karta Raharja Kabupaten Tulang Bawang Barat yang berjumlah 784 orang.
Sampel sebesar 89 orang. Teknik sampel stratified random sampling. Analisis data menggunakan uji chi
squre. Hasil uji Chi square didapat ada hubungan sikap dengan pernikahan dini pada remaja putri (p-
value=0,004 < 0,05), ada hubungan status ekonomi keluarga dengan pernikahan dini putri (p-
value=0,002 < 0,05). Diharapkan Puskesmas Karta Raharja Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan
mensosialisasikan waktu pernikahan dan dampak pernikahan dini melalui penyuluhan dan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami kepada anak yang memasuki usia remaja putri dan orang tua terutama ibu,
serta memberikan keterampilan pada remaja agar remaja dapat bekerja dan dapat bekerjasama dengan
PNPM untuk memberikan modal.

Kata Kunci: Sikap, Ekonomi, Pernikahan Dini

LATAR BELAKANG menikah, sedangkan di Afrika diperkirakan


42% dari populasi anak menikah sebelum
Remaja merupakan suatu periode mereka berusia 16 tahun. Fakta yang
atau masa tumbuhnya seseorang dalam terjadi sekitar 44% remaja putri yang
masa transisi dari anak-anak kemasa menikah dini mengalami kasus Kekerasan
dewasa, yang meliputi semua Dalam Rumah Tangga (KDRT). Selain
perkembangan yang dialami sebagai tingginya angka KDRT, anak perempuan
persiapan memasuki masa dewasa. Remaja berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat
berasal dari kata latin adolesence yang meninggal saat hamil maupun bersalin
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun,
dewasa, istilah adolesence mempunyai arti sementara risiko ini meningkat dua kali
yang lebih luas lagi yang mencakup lipat pada kelompok usia 15-19 tahun,
kematangan mental, emosional sosial dan 15%-30% di antara persalinan di usia dini
fisik (Kumalasari & Andhyantoro, 2012). disertai dengan komplikasi kronik yaitu
Jumlah remaja didunia saat ini sebesar obstetric fistula.
18% dari jumlah penduduk atau sekitar 1,2 Berdasarkan data Badan Pusat
milyar (World Health Organization, 2013). Statistik (BPS) jumlah remaja usia 10 – 19
Menurut data hasil penelitian United tahun di Indonesia tahun 2012 sebesar 41
Nations Children's Fund (UNICEF) tahun juta penduduk dan pada tahun 2013
2012 sekitar 150 juta remaja di dunia mencapai 62 juta jiwa. Data Badan
menikah dibawah usia 16 tahun, praktek Kependudukan dan Keluarga Berencana
pernikahan usia dini paling banyak terjadi Nasional (BKKBN) tahun 2012 pernikahan
di Asia Tenggara dan Afrika. Di Asia di bawah usia 16 tahun di Indonesia
Tenggara didapatkan data bahwa sekitar 10 mencapai 25%, bahkan pernikahan usia
juta remaja di bawah 16 tahun telah 12-14 tahun mencapai 20% - 35% dari
[75]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 – 0357

seluruh jumlah pernikahan yang ada. didasarkan kepada pola fikir dan
Pernikahan dini dibawah usia 16 tahun pandangan bahwa telah saling mencintai
angkanya jauh lebih besar di perdesaan dan siap untuk menikah. Selain itu
yaitu sebesar 47,79% dan di daerah rendahnya status ekonomi keluarga
perkotaan sebesar 21,75%. Dampak negatif berkorelasi dengan keinginan orang tua
dari pernikahan dini di Indonesia sebesar agar remaja segera menikah sehingga tidak
56% remaja perempuan mengalami KDRT menjadi beban secara finansial bagi
dalam frekuensi rendah, di bidang keluarga dan dapat hidup dengan mandiri
pendidikan perkawinan dini tanpa tergantung dengan orang tua.
mengakibatkan remaja tidak mampu Puskesmas Karta Raharja merupakan
mencapai pendidikan yang lebih tinggi salah satu Puskesmas dengan jumlah
dimana hanya 5,6% remaja dengan remaja kategori usia 10 – 16 tahun terbesar
pernikahan dini yang masih melanjutkan dan merupakan urutan pertama dengan
sekolah setelah kawin, risiko kematian ibu jumlah pasangan menikah dini <16 tahun
dan bayi sebesar 30%. di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Berdasarkan data BKKBN Provinsi Berdasarkan data Sistem Pencatatan dan
Lampung pernikahan di bawah usia 16 Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
tahun dengan kategori usia 10-15 tahun Karta Raharja tahun 2012 jumlah remaja
pada tahun 2011 mencapai 8,41% dan yang menikah dini <16 tahun sebesar 62
meningkat di tahun 2012 mencapai 8,64%. orang (40%) dari 155 total pernikahan dan
Jika dilihat menurut tipe daerah, maka meningkat di tahun 2013 menjadi sebesar
pada tahun 2012 persentase remaja yang 74 orang (45,7%) dari 162 total
menikah dini (kurang dari 16 tahun) di pernikahan. Sedangkan pernikahan dini di
daerah perkotaan lebih kecil dibanding wilayah kerja Puskesmas Karta Raharja
daerah perdesaan yaitu masing-masing tahun 2012 sebesar 39 orang (29,1%) dari
sebesar 7,01% dan 9,29%. 134 total pernikahan dan pada tahun 2013
Berdasarkan data Badan Pusat sebesar 35 orang (24,6%) dari 142 total
Statistik (BPS) Tulang Bawang Barat pernikahan (Puskesmas Karta Raharja,
tentang Indikator Kesejahteraan 2013).
Masyarakat didapat persentase remaja Selama ini sosialisasi tentang usia
menurut usia perkawinan pertama tahun pernikahan telah disosialisasikan oleh
2012 sebesar 3,42% perempuan menikah petugas kesehatan Puskesmas Karta
dini (kurang dari 16 tahun) dan mengalami Raharja akan tetapi berdasarkan hasil pre
kenaikan di tahun 2013 menjadi sebesar survei pada tanggal 7 April 2014 di
4,42%. Kabupaten Tulang Bawang Barat wilayah kerja Puskesmas Karta Raharja
menempati urutan keempat Kabupaten Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan
dengan jumlah penduduk miskin tertinggi metode wawancara bebas terhadap 10
di Provinsi Lampung, jumlah penduduk remaja usia 16 tahun didapat sebesar 4
dengan status ekonomi rendah tahun 2012 orang (40%) mengatakan telah menikah,
sebesar 268.804 jiwa dan meningkat dari 10 orang remaja tersebut sebesar 7
ditahun 2013 menjadi sebesar 272.492 jiwa orang (70%) memiliki skore T<50 kategori
(BPS, 2013) sikap negatif dan 6 orang 60%) remaja
Menurut Ahmadi (2008) dan berasal dari keluarga dengan status
Romauli & Vindari (2009) banyak faktor ekonomi rendah karena pendapatan
yang mempengaruhi terjadinya pernikahan keluarga dibawah UMK sebesar Rp.
dini diantaranya adalah sikap dan status 1.175.000
sosial ekonomi keluarga. Sikap remaja
yang memandang pernikahan dini tidak METODE
menimbulkan masalah bagi kesehatan
reproduksi menyebabkan remaja Desain dalam penelitian ini analitik
cenderung tanpa pertimbangan mengambil dengan menggunakan pendekatan cross
keputusan untuk menikah dini yang hanya sectional yaitu desain penelitian dimana

[76]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 – 0357

eksposure dan out come terjadi bersamaan. (64,0%), kemudian status ekonomi
Desain penelitian ini untuk mengetahui keluarga lebih tinggi pada kategori rendah
hubungan sikap dan status ekonomi sebesar 50 orang (56,2%).
keluarga dengan pernikahan dini pada
remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Analisis Bivariat
Karta Raharja Kabupaten Tulang Bawang
Barat tahun 2014 Tabel 2: Hubungan Sikap Remaja dan
Populasi dalam penelitian ini adalah Status Ekonomi dengan
seluruh remaja putri di Wilayah Kerja Pernikahan Dini
Puskesmas Karta Raharja Kabupaten Pernikahan
Tulang Bawang Barat yang berjumlah 784 Variabel Menikah Tidak Total
orang. Sampel dalam penelitian ini adalah Dini Menikah Dini
sebagian remaja putri di Wilayah Kerja Sikap Remaja Putri
Puskesmas Karta Raharja Kabupaten Negatif 30 (52,6%) 27 (47,4%) 57 (100%)
Tulang Bawang Barat sebesar 89 orang. Positif 6 (18,8%) 26 (81,3%) 32 (100%)
Total 36 (40,4%) 53 (59,6%) 89 (100%)
Teknik pengambilan sampel menggunakan
p-value=0,004, OR CI 95%=4,815
stratified random sampling. Status Ekonomi
Data hasil penelitian yang terkumpul Rendah 28 (56,0%) 22 (44,0%) 50 (100%)
kemudian diproses dan dianalisis. Analisis Tinggi 8 (20,5%) 31 (79,5%) 39 (100%)
univariat dilakukan menggunakan Total 36 (40,4%) 53 (59,6%) 89 (100%)
persentase dan bivariat menggunakan uji p-value=0,002, OR CI 95%=4,932
chi square.
Berdasarkan tabel 2 diketahui dari 57
HASIL responden yang memiliki sikap negatif ada
sebanyak 30 orang (52,6%) melakukan
Analisis Univariat pernikahan dini, sedangkan pada
responden dengan sikap positif dari 32
Tabel 1: Distribusi Responden Menurut orang ada sebanyak 6 orang (18,8%)
Pernikahan Dini, Sikap Remaja melakukan pernikahan dini. Hasil uji
dan Status Ekonomi statistik chi square didapat nilai p value <
dari ά (0,004 < 0,05). Artinya Ho ditolak
Variabel f % dapat disimpulkan ada hubungan sikap
Pernikahan dini dengan pernikahan dini pada remaja putri
Menikah dini 36 40,4 di Wilayah kerja Puskesmas Karta Raharja
Tidak menikah dini 53 59,6 Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun
Jumlah 89 100 2014. OR didapat 4,815 yang berarti
Sikap remaja respoden dengan sikap negatif berisiko
4,815 kali lebih besar untuk menikah dini
Negatif 57 64,0
dibandingkan responden dengan sikap
Positif 32 36,0 positif.
Jumlah 89 100 Diketahui juga dari 50 responden
Status ekonomi yang dengan status ekonomi keluarga
Rendah 50 56,2 rendah ada sebanyak 28 orang (56,0%)
Tinggi 39 43,8 melakukan pernikahan dini, sedangkan
pada responden dengan status ekonomi
Jumlah 89 100
tinggi dari 39 orang ada sebanyak 8 orang
Berdasarkan tabel 1 diketahui (20,5%) melakukan pernikahan dini. Hasil
bahwa lebih sedikit remaja yang uji statistik chi square didapat nilai p value
melakukan pernikahan dini yaitu sebanyak < dari ά (0,002 < 0,05). Artinya Ho
36 orang (40,4%), sedangkan sikap remaja ditolak dapat disimpulkan ada hubungan
putri terhadap pernikahan dini lebih tinggi status ekonomi keluarga dengan
pada kategori negatif sebesar 57 orang pernikahan dini pada remaja putri di

[77]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 – 0357

Wilayah kerja Puskesmas Karta Raharja mengetahui tentang dampak yang


Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun ditimbulkan jikamelakukan pernikahan
2014. OR didapat 4,932 yang berarti dini seperti kurangnya persiapan masing-
respoden dengan status ekonomi keluarga masing pasangan dalammenghadapi
rendah beresiko 4,932 kali lebih besar masalah ekonomi, tanggung jawab,
untuk menikah dini dibandingkan kematangan fisik, psikis dan sosial. Hal ini
responden dengan status ekonomi keluarga karena kurangnya pendidikan kesehatan
tinggi. tentang dampak dari pernikahan dini, maka
remaja sulit menyelesaikan masalah secara
PEMBAHASAN cerdas dan matang, ditambah pula jika
remaja memiliki kepribadian yang labil.
Hasil penelitian didapat Sikap kurang matang akan mendorong
yangmelakukan pernikahan dini sebanyak remaja tidak siap menghadapi perkawinan
36 orang (40,4%). Menurut Janiwarty & sehingga remaja mudah frustasi,stres dan
Pieter (2012) pernikahan dini yaitu depresi. Kemungkinan kedua karena
merupakan institusi agung untuk mengikat remaja putri belum mengetahui secara
dua insan lawan jenis yang masih remaja biologis alat-alat reproduksinya masih
(beum cukup umur 12-19) dalam satu dalam proses menuju kematangan sehingga
ikatan keluarga. Menurut peneliti belum siap untuk melakukan hubungan
rendahnya pendidikan remaja cenderung seksual dengan lawan jenisnya, apalagi
tidak memiliki pilihan kecuai menikah jika kemudian hamil dan melahirkan. Jika
khususnya remaja putri karena tidak ada dipaksakan justru akan terjadi trauma,
aktifitas lain kecuali di rumah, kemudian perobekan yang luas dan infeksi yang akan
rendahnya ekonomi keluarga sehingga membahayakan organ reproduksinya
mendorong remaja putri agar segera sampai membahayakan jiwa remaja putri
menikah untuk meringankan beban itu sendiri sehingga remaja putri tetap
keluarga karena setelah menikah akan melakukan pernikahan dini.
menjadi tangggung jawab suami. Begitupun sebaliknyaremaja putri
Kemungkinan lain untukmenceegah yang telah mengetahui dampak jika
pergaulan bebas sehingga keluarga melakukan pernikahan dini yang dapat
memilih untuk menikahkan anaknya agar membahayakan diri karena dapat
mencegah hamil di luar nikah. menyebabkan penyakit kandungan yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan banyak diderita wanita yang menikah usia
Nilakesuma (2009) didapat ada hubungan dini, antara lain infeksi pada kandungan
sikap dengan pernikahan dini dengan p- dan kanker mulut rahim serta kehilangan
value=0,010 dengan OR=8,452. Hasil ini masa depannya, maka remaja tidak akan
didukung dengan teori Ahmadi (2008), melakukan pernikahan dini.
yang menyatakan sikap remaja yang Hasil ini sejalan dengan penelitian
memandang pernikahan dini tidak Karyadi (2005) ada hubungan status
menimbulkan masalah bagi kesehatan ekonomi keluarga dengan pernikahan dini
reproduksi menyebabkan remaja pada remaja di Desa Gendingan
cenderung tanpa pertimbangan mengambil Kecamatan Ngampilan Yogyakarta dengan
keputusan untuk menikah dini yang hanya p-value=0,026. Hasi ini didukung oleh
didasarkan kepada pola pikir Ahmadi (2008) yang menyatakan
danpandangan bahwa telah saling rendahnya status ekonomi keluarga
mencintai dan siap untuk menikah. berkoreasi dengan keinginan orang tua
Menurut peneliti ada hubungan sikap agar remaja segera menikah sehingga tidak
dengan pernikahan dini pada remaja putri menjadi beban secara finansial bagi
di Wilayah Kerja Puskesmas Karta Raharja keluarga dan dapat hidup dengan mandiri
Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun tanpa tergantung denganorang tua.
2014 karena remaja putri yang memiliki Menurut peneliti remaja putri yang
sikap negatif tentang pernikahan dini tidak tinggal di dalam keluarga dengan status

[78]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 – 0357

ekonomi rendah dengan indikator sehingga ada proses transfer informasi


pendapatan keluarga/bulan di bawah UMK yang dapat menambah pengetahuan remaja
(Rp. 1.175.000;), maka orang tua akan putri sehingga dapat diaplikasikan ke
mendorong remaja putri agar segera dalam tindakan untuk tidak menikah dini.
menikah untuk meringankan beban
keluarga, karena setelah menikah akan KESIMPULAN
menjadi tangggung jawab suami. Selain itu
remaja putri yang tinggal di keluarga Remaja yang melakukan pernikahan
dengan status ekonomi rendah tidak dini lebih sedikit yaitu sebanyak 36 orang
memiliki alternatif pilihan melanjutkan (40,4%), sikap remaja yang negatif lebih
sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih besar yaitu sebanyak 57 orang (64,0%),
tinggi karena tidak mampu membayar status ekonomi lebih banyak pada kategori
biaya yang ditentukan oleh sekolah. rendah yaitu sebanyak 50orang (56,2%).
Berdasarkan hasil pengamatankepada Ada hubungan sikap, status ekonomi
responden maupun pihak Puskesmas Karta dengan pernikahan dini dengan masing-
Raharja, pemerintah dan Puskesmas masing p-value (0,004 dan OR=4,815;
kurang menjalin kerjasama di bidang 0,002 dan OR=4,932)
keterampilan yang dapat membantu Disarankan: bagi petugas kesehatan
perekonomian keluarga sehingga dapat diharapkan mensosialisasikan waktu
mengurangi remaja untuk menikah dini, pernikahan dan dampak pernikahan dini
misal dengan memberikan pelatihan melalui penyuluhan dan menggunakan
sekaligus modal usaha yang digalakkan bahasa yang mudah dipahami kepada anak
pemerintah deasa ini yaitu program PNPM yang memasuki usia remaja putri dan
mandiri. orang tua terutama ibu, serta memberikan
Begitupun sebaliknya remaja putri keterampilan pada remaja agar remaja
yang tinggal di lingkungan keluarga dapat bekerja dan dapat bekerjasama
dengan status ekonomi keluarga tinggi dengan PNPM untuk memberikan modal.
maka orang tua mampu secara finansial Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
untuk menanggung biaya hidup remaja dan melakukan penelitian lanjutan mengenai
memiliki pandangan yang lebih baik agar faktor lain yang mempengaruhi pernikahan
remaja lebih fokus untuk menyelesaikan dini melalui variabel tingkat
pendidikan terlebih dahulu daripada pendidikan,sebagai jalan keluar dari
menikah. Selain itu remaja yang tinggal di berbagai kesulitan, pandangan dan
dalam keluarga dengan status ekonomi kepercayaan, faktor masyarakat,
tinggi juga mampu untuk mengakses pengetahuan, pemahaman agama, adat dan
informasi yang didapat dari sumber belajar budaya, kepribadian, hamil diluar nikah.
baik media cetak maupun elektronik
tentang dampak jika menikah dini,

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Yogyakarta. dalam www.Mulia.com


PT. Rineka Cipta diakses tanggal 14 Maret 2014
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kumalasari, Intan & Andhyantoro, Iwan,
Tulang Bawang Barat. 2013. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk.
Indikator Kesejahteraan Mahasiswa Kebidanan dan
Masyarakat. Tulang Bawang Barat. Keperawatan. Jakarta:Salemba
Karyadi, 2005. Hubungan antara status Medika.
ekonomi keluarga dengan Nilakesuma, 2009. Hubungan sikap
pernikahan dini pada remaja di Desa dengan pernikahan dini pada remaja
Gendingan Kecamatan Ngampilan di Puskesmas pembantu Kelurahan
Mojo Surabaya. dalam

[79]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 – 0357

www.Mulia.com diakses tanggal 14 Romauli, Suryati & Vindari, Anna. 2009.


Maret 2014 Kesehatan reprosuksi. Yogyakarta.
Puskesmas Karta Raharja, 2013. Data Nuha Offset.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan WHO dalam Gunarsa, Singgih. 2013.
Terpadu Puskesmas (SP2TP) Karta Psikologi Praktis: Anak dan Remaja
Raharja. Karta Raharja. dalam www.eprints.undip.ac.id.
Diakses pada tanggal 13az Maret
2014.

[80]

Anda mungkin juga menyukai