Anda di halaman 1dari 6

Kisah Sex Dengan Papa Tiri

Kisah Sex Dengan Papa Tiri - Mamahku adalah seorang waLolita yang disiplin dan
keras sedangkan Papahku kebalikannya. Bisa dikatakan Mamahlah yang lebih mengatur
segala-galanya dalam keluarga. Namun, walaupun Mamah keras di luar rumah aku
termasuk cewek nakal dan sering gonta-ganti cowok, tentunya tanpa sepengetahuan
Mamahku.

Suatu saat, saat aku masih kelas 3 SMU, Mamahku pergi kerumah nenek yang sakit
didesa. Mamah akan tinggal di sana selama kurang lebih seminggu. Aku sangat senang
sekali karena aku bisa terbebas dari aturan Mamah. Tak akan ada yang memaksa-maksa
untuk belajar. Aku juga bebas pulang kapan aja asal jangan sampe terdahului oleh
Papahku. Kalau Papah dia selalu kerja sampai malam.

Ooo iya perlu diketahui bahwa papahku itu adalah papah tiri bukan Papah asliku tapi aku
sudah menganggapnya seperti papah kandungku, dia menikahi mamahku saat aku masih
kecil. Papah kandungku meninggal karena kecelakaan saat pulang bekerja. Langsung
singkat saja cerita sexku.

Begini ceritanya waktu aku Pulang sekolah aku mengajak pacarku “Candra” ke rumah.
Aku sudah beberapa kali melakukan hubungan intim dengan kekasihku tersebut. Tapi
saat aku melakukan hubungan itu tidak pernah merasakan bener-bener yang namanya
kenikmatan. Selalu dilakukan dengan terburu-buru sehingga aku tidak nyampe orgasme.
Aku penasaran, bagaimana sih nikmatnya orgasme itu??
Aku dan Candra sudah berada di ruang tengah. Kami sangat bebas sekali karena tidak
ada orang dirumah sama sekali. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang sedangkan Papah
pasti pulangnya pukul 7 malam. Jadi aku memiliki banyak waktu untuk memuaskan
berahi seksku. Kami duduk di sofa, Candra dengan segera mencium bibirku dengan
ganas. Kurasakan hangatnya bibirnya.

“Aaahhhh..” kurangkulkan tanganku ke lehernya.

Ciumannya semakin dalam. Kini lidahnya yang mempermainkan lidahku. Tangannya


juga udah mulai bermain di kedua payudaraku, Aku sangat terangsang. Aku sudah bisa
merasakan bahwa Memekku sudah mulai basah. Segera kujulurkan tanganku ke perut
bawahnya. Aku merasakan bahwa daerah itu sudah bengkak dan keras. Kucoba membuka
resleting celananya tapi agak susah. Dengan segera Candra membukanya untukku.
Secara bersamaan, aku pun membuka kemeja sekolahku sekaligus bra yang ku kenakan
tapi tanpa mengalihkan pandanganku pada Candra. Kulihat segera setelah celana dalam
Candra copot, Kontolnyanya sudah sangat tegang dank eras sekali.

Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang Kontolnya. Kuelus-elus
sejenak kedua telurnya, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri saat kuraba dengan
lembut. Kontolnya kemerah-merahan. Di ujungnya berlubang, kubuka lubang kecil itu,
lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Candra melenguh. Wajahnya membuatku
semakin bergairah.

“Aaaaarrrgggghhh..” kumasukkan saja Penis itu ke mulutku.

Candra melepaskan CDku lalu mempermainkan Memekku dengan jarinya. Terasa


sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Dikilik-kiliknya itilku. Aku makin
bernafsu. Kuhisap Penisnya. Kujilati kepala Kontolnya, sambil tanganku
mempermainkan telurnya dengan lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dengan lembut.

“Lit, pindah di lantai saja yuk, lebih bebas!”

Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai


berkarpet tebal. Dibukanya rokku, yang tinggal satu-satunya melekat di tubuhku,
demikian juga bajunya. Sekarang aku dan Candra bener-bener Telanjang bulat. Aku
makin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yang akan dilakukannya selanjutnya.
Ternyata Candra naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik, yang dikenal dengan gaya
69. Dibukanya kedua pahaku. Selanjutnya yang kurasakan adalah jilatan lidahnya yang
ganas di permukaan Memekku. Bukan itu saja, itilku dihisapnya, sesekali lidahnya
ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara Penisnya tetap kuhisap. Aku sudah tidak
tahan lagi.

“Ndra, ayo masukin saja.”

“Sebentar lagi Lit.”

Ah.. aku nggak tahan lagi, aku mau Penismu, please!”


Candra memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala Kontolnya sebentar lalu..

“Blleeess..” kontol itu masuk dengan mantap. Niiikkmmaaaat, nikmat sekali. Disodok-
sodok, maju mundur…maju mundur.

Aku tidak tinggal diam. Kugoyang-goyangkan juga pantatku. Kadang kakiku


kulingkarkan ke pinggangnya.

Tiba-tiba, “Aaah.. Candra keluar..” Dicabut Kontolnya dan pejuhnya berceceran di atas
perutku.

“Shiiiiiiit! Sama saja, aku belum puas, dia sudah muntah,” rengutku dalam hati.

Tapi aku berpikir, “Aaahhh, gak papa babak kedua masih ada.”

Dugaanku meleset. Candra berpakaian dan berkata.

“Lit, sorry yah.. aku baru ingat. Hari ini rupanya aku harus latihan futsal, udah telat nih,”
dia memakai bajunya dan dengan terburu-buru. Aku sangat kecewa sekali.

“Kurang ajar anak ini. Dasar egois, emangnya aku PK, cuman memuaskan kamu saja.”

Aku betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dengannya. Aku
berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aku berbaring dengan
membelakanginya, wajahku kuarahkan kesofa.

Kemudian aku mendengar suara langkah mendekat.

“Ngapain lagi si kurang ajar ini kembali,” pikirku. Tapi aku memasang gaya cuek.
Kurasakan pundakku dicolek. Aku tetap cuek.

“Lolita!”

Oh.. ini bukan suara Candra. Aku bagai disambar petir. Aku masih telanjang bulat.

“Papah!” aku sungguh-sungguh ketakutan, malu, cemas, pokoknya hampir mati.

“Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begituan yah. Jangan membantah.
Papah lihat kamu bersetubuh dengan lelaki itu. Biar kamu tahu, ini harus dilaporkan
sama Mamahmu.”
Cerita Seks Pemuas Nafsu
Papah Tiriku – Aku makin
ketakutan, kupeluk lutut
Papahku,

“Yah.. jangan Yah, aku mau


dihukum apa saja, asal jangan
diberitahu sama orang lain
terutama Mama,” aku menangis
memohon.

Tiba-tiba, Papah mengangkatku


ke sofa. Kulihat wajahnya makin
melembut.

“Lit, Papah tahu kamu tidak puas


barusan. Waktu Papah masuk,
Papah dengar suara-suara
desahan aneh, jadi Papah jalan
pelan-pelan saja, dan Papah lihat
dari balik pintu, kamu sedang
dientoti lelaki itu, jadi Papah intip
aja sampai siap mainnya.”

Aku diam aja tak menyahut.

“Lit, kalau kamu mau Papah


puasin, maka rahasiamu tak akan
terbongkar.”

“Sungguh?”

Papah tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan
payudaraku, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi
bagian bawahku yang masih basah. Papah segera membuka bajunya. Langsung
seluruhnya. Aku terkejut. Kulihat Kontol Papahku jauh lebih besar, jauh lebih panjang
dari Kontol si Candra. Tak tahu aku berapa ukurannya, yang jelas panjang, besar,
mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya
juga berbulu halus. Beda benar dengan Candra. Melihat ini saja aku sudah bergetar.

Lalu Aku di dudukkan disofa. Pupuku dibukanya sangat lebar. Dia berlutut di hadapanku
lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pupuku. Tiba-tiba lidah hangat sudah
menggesek ke dalam Memekku. Aduh, lidah Papahku menjilati Memekku. Dia menjilat
lebih lihai, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya
itilku saja yang dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati
lagi.
“Oh.. oh.. enak, Yah di situ Yah, enak, nikmat Yah,” tanpa sadar, aku tidak malu lagi
mendesah jorok begitu di hadapan Papahku. Papah “memakan” Memekku cukup lama.

Tiba-tiba, aku merasakan nikmat yang sangat dahsyat, yang tak pernah kumiliki
sebelumnya.

“Oh.. begini rupanya orgasme, nikmatnya,” aku tiba-tiba merasa lemas.

Papah mungkin tahu kalau aku sudah orgasme, maka dihentikannya menjilat lubang
kewaLolitaanku. Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, Kontolnya yang besar itu
menengadah. Dengan posisi, Papah berdiri dan aku duduk di sofa, kumasukkan Penis
Papahku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu
kulakukan berulang-ulang. Papah ikut menggoyangkan pantatnya, sehingga Penisnya
terkadang masuk terlalu dalam, sehingga bisa kurasakan kepala Kontolnya menyentuh
kerongkonganku. Aku kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya Penis itu
di dalam mulutku. Aku ingin segera Papah memasuki lubangku, tapi aku malu
memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin “menelan” Penis yang besar dan panjang.

Tiba-tiba Papah menyeruhku berdiri.

“Mau main berdiri ini,” pikirku.

Rupanya tidak. Papah berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya.

“Masukkan Lit!” ujar Papah.

Kuraih Penis itu lalu kuarahkan ke Memekku. Ah.. sedikit sakit dan agak susah
masuknya, tapi Papah menyodokkan pantatnya ke depan.

“Aduh pelan-pelan, Papah.”

Kemudian berhenti sejenak, tapi Penis itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan
Papah tadi. Kugoyang perlahan. Dengan perlahan pula Penis itu semakin masuk dan
semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang Memekku betul-
betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Karena dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang.
Kusetubuhi Papahku dengan rakus. Ekspresi Papahku makin menambah nafsuku.
Remasan tangan Papahku di kedua payudaraku semakin menimbulkan rasa nikmat.
Kogoyang pantatku dengan irama keras dan cepat.

Tiba-tiba, aku mau orgasme, tapi Papah berkata,

“Stop! Kita ganti posisi. Kamu DoggyStyle dulu.”

“Mau apa ini?” pikirku.

Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala Kontol di permukaan lubangku and then….


“Blleeeess..” Penis itu masuk ke memekku.

Yang begini belum pernah kurasakan. Candra tak pernah main dengan begini, begitu juga
Rudi, lelaki yang mengambil perawanku. Tapi yang begini ini rasanya selangit. Tak
terkatakan nikmatnya. Hujaman-hujaman Penis itu terasa menggesek seluruh liang
kewaLolitaanku, bahkan hantaman kepala Kontol itupun terasa membentur dasar
Memekku, yang membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan Papah makin
keras dan makin cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin
nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat.

Tiba-tiba,

“Auh..oh.. oh..!” kenikmatan itu meladak.

Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Hentakan Papah makin cepat saja, tiba-tiba
kudengar desahan panjangnya. Seiring dengan itu dicabutnya Kontolnya dari lubang
Memekku. Dengan gerakan cepat, Papah sudah berada di depanku. Disodorkannya
Penisnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan
mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan pejuh panas di dalam mulutku.
Aku tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian pejuh tertelan olehku, sebagian lagi
kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. Papah memelukku dan
menciumku,

“Lit, kapan-kapan, kalau nggak ada Mama, kita main lagi yah.” Aku tak menjawab.

Sebagai jawaban, aku menggelayut dalam pelukan Papahku. Yang jelas aku pasti mau.
Dengan pacarku aku tak pernah merasakan orgasme. Dengan Papah, sekali main
orgasme dua kali. Siapa yang mau menolak?

Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi. Sementara mama masih
sering marah, dengan nada tinggi, berusaha mengajarkan disiplin. Biasanya aku diam
saja, pura-pura patuh. Padahal suaminya, yang menjadi Papahku itu sering kugeluti dan
kunikmati. Beginilah kisah permainanku dengan Papahku tiriku.-

Cewek Pecinta Bola, Tante Mesum Berjilbab, Cerita Dewasa, Cerita Eksebionis, Cerita
Mesum, Cerita Sex, Cerita Skandal, Cerita Tante Girang, Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru,
Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas, Cerita Seks, Cerita Ngentot, Cerita Bokep, Dosen Yang
Hot, Kisah Sex Dengan Papa Tiri

Anda mungkin juga menyukai