Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cooling Tower


Cooling tower merupakan suatu alat yang paling banyak digunakan dalam
suatu industri kimia. Cooling tower dapat diartikan sebagai suatu alat yang
dipergunakan untuk memindahkan sejumlah panas dari suatu fluida ke fluida
lainnya. Prinsip kerja dari cooling tower itu sendiri berdasarkan pada prinsip dari
difusi, dimana adanya perubahan temperatur yang berpindah dari daerah dengan
temperatur tinggi ke daerah dengan temperatur rendah yang dapat menyebabkan
terjadinya perbedaan besar pada laju perpindahan massa. Besarnya laju
perpindahan massa dipengaruhi oleh luas daerah kontak yang terjadi antara fluida
panas dengan fluida dingin. Pada cooling tower sebagian air menguap ke udara dan
kalor sensibel berpindah dari air panas menuju ke udara yang lebih dingin.
Kedua proses itulah yang mengakibatkan turunnya temperatur air dan untuk
menjaga keseimbangan air. Kemudian hanya perlu dilakukan penambahan air
(make up water) untuk menggantikan air yang hilang akibat dari penguapan atau
yang terbawa oleh udara. Pada umumnya, cooling tower dapat dikategorikan
sebagai pendingin evaporatif yang digunakan untuk mendinginkan air atau media
kerja lainnya hingga mencapai temperatur yang mendekati temperatur bola basah
udara sekitar. Merancang suatu cooling tower biasanya menggunakan metode chart
atau grafik yang datanya dapat diperoleh dari preliminary desain cooling tower
yang berhubungan dengan hal estimasi size tower, cost, dan mechanical.
Mekanisme perpindahan kalor yang terjadi pada cooling tower utamanya
adalah kalor sensibel dan kalor laten penguapan, kerugian dari kalor radiasi akan
diabaikan serta prosesnya dianggap dalam kondisi adiabatis. Proses pendinginan air
yang terjadi pada menara pendingin atau cooling tower dapat didefinisikan sebagai
suatu perangkat pembuangan panas yang digunakan untuk mentransfer panas
proses dari limbah ke atmosfer atau dikembalikan lagi ke lingkungan. Hal itu
disebabkan karena dalam suatu pabrik air merupakan salah satu komponen penting
khususnya pada unit utilitas dan sebaiknya digunakan semaksimal mungkin.

4
5

Air pendingin atau cooling water yang dihasilkan dari cooling tower ini
digunakan untuk mendinginkan pada peralatan proses industri kimia. Keuntungan
penggunaan air pendingin sebagai media pendingin pada peralatan proses industri
kimia adalah kemungkinan terjadinya peristiwa korosi pada alat industri menjadi
kecil sehingga korosi dapat dihindari, terjadinya deposit pada peralatan industri
juga dapat dihindari, dapat mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
bakteri, jamur, dan lumut pada peralatan industri, dan menaikkan efisiensi kerja
pada alat pendingin (cooling tower), serta tidak merusak lingkungan.

2.2. Fungsi Cooling Tower


Cooling tower dapat digunakan untuk penguapan air atau menghilangkan
panas proses dan mendinginkan fluida kerja yang mendekati wet-bulb air,
temperature. Dalam kasus circuit dry cooling towers, hanya mengandalkan udara
saja untuk mendinginkan fluida kerja menuju ke dry-bulb air temperature. Cooling
tower merupakan peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air
dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikan panas ke atmosfer.
Cooling tower secara singkat adalah suatu tower atau bangunan sirkulasi udara
atmospherics baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
hot water dan kemudian menjadi cold water sesuai dengan yang diharapkan.
Fungsi cooling tower adalah memproses air atau cooling water yang panas
menjadi air dingin, sehingga dapat digunakan kembali dan mengatasi polusi
lingkungan. Konstruksi cooling tower terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak
jumlah nozzle, fan atau blower, dan bak. Proses yang terjadi pada chiller atau unit
pendingin untuk sistem AC sentral dengan sistem kompresi uap terdiri dari proses
kompresi, kondensasi, dan ekspansi, serta evaporasi. Cooling tower ini beroperasi
menurut pada prinsip difusi, dimana perubahan temperatur dapat mengakibatkan
terjadinya perbedaan laju perpindahan massa dan panas yang terjadi.

2.3. Komponen Cooling Tower


Setiap peralatan dalam suatu industri kimia memiliki susunan yang terdiri
atas beberapa komponen. Sebagai contoh, dimana heat exchanger memiliki dua
bagian secara besar yaitu tube and shell. Sama halnya dengan cooling tower.
6

Komponen pada cooling tower dibagi menjadi dua bagian yaitu komponen internal
dan komponen eksternal. Berikut ini adalah komponen cooling tower yaitu:
2.3.1. Rangka dan Wadah
Pada umunya, cooling tower memiliki rangka berstruktur yang berguna
sebagai penutup bagian luar (wadah/casing) untuk melindungi bagian dalam seperti
motor, fan, dan komponen lainnya. Rancangan yang kecil yaitu di dalam sebuah
laboratorium, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi sebuah rangka.
Rangka dan wadah ini bertujuan sebagai penunjang untuk cooling tower.
2.3.2. Kipas (fan)
Kipas pada cooling tower merupakan bagian terpenting dari sebuah menara
pendingin karena berfungsi untuk menarik udara dingin dan mensirkulasikan udara
tersebut di dalam menara untuk mendinginkan air. Jika kipas rusak atau tidak
berfungsi maka kinerja menara pendingin tidak dapat maksimal. Kipas digerakkan
oleh motor listrik dan kopel langsung oleh poros kipas.
2.3.3. Pipa Sprinkler
Bagian ini merupakan komponen terpenting dalam suatu cooling tower.
Pipa ini merupakan bagian dari cooling tower yang berfungsi untuk
mensirkulasikan air secara merata pada menara pendingin, sehingga perpindahan
kalor air dapat efektif dan efisien. Selain itu, pipa sprinkler juga dilengkapi dengan
lubang-lubang kecil sebagai suatu tempat untuk menyalurkan air.
2.3.4. Kolam Air Dingin
Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah cooling tower. Ia
menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan pengisi. Kolam
biasanya memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk pengeluaran air dingin.
Dalam beberapa rancangan, kolam air dingin berada di bagian bawah seluruh bahan
pengisi. Pada beberapa rancangan lainnya, aliran yang berlawanan arah pada forced
draft, air di bagian bawah bahan pengisi disalurkan ke bak yang berbentuk
lingkaran yang berfungsi sebagai kolam air dingin. Sudu-sudu dari fan dipasang
dibawah bahan pengisi untuk menggerakkan udara naik melalui menara. Dengan
rancangan ini, menara dipasang pada landasannya yang memberikan kemudahan
untuk mengakses bagi fan dan motornya dalam suatu proses yang akan dijalankan.
7

2.3.5. Drift Eliminators


Drift eliminators merupakan salah satu komponen terpenting dari cooling
tower. Bagian ini berfungsi untuk menangkap tetes-tetes air yang terjebak dalam
aliran udara supaya tidak hilang ke atmosfer atau udara dalam kondisi standar.
2.3.6. Saluran Udara Masuk
Saluran udara masuk adalah bagian dari cooling tower yang menginjeksikan
udara ke dalamnya. Komponen ini merupakan titik masuk bagi udara menuju
menara. Saluran masuk berada pada seluruh sisi menara (desain aliran melintang)
atau berada di bagian bawah menara (desain aliran berlawanan arah).
2.3.7. Louvers
Pada umumnya, menara dengan aliran silang memiliki saluran masuk
louvers. Kegunaan louvers itu sendiri adalah untuk menyetarakan aliran udara ke
bahan pengisi dan menahan air yang berada di dalam menara. Beberapa rancangan
menara aliran berlawanan arah tidak memerlukan komponen louver.
2.3.8. Bahan Pengisi (Filling Material)
Sebagian besar, cooling tower menggunakan bahan pengisi yang dapat
terbuat dari plastik atau kayu guna untuk mendukung proses perpindahan panas
dengan memaksimalkan kontak udara dan air. Filling material merupakan bagian
dari menara pendingin yang berfungsi untuk mencampurkan air yang jatuh dengan
udara yang bergerak naik. Air yang masuk mempunyai suhu yang cukup tinggi
(33℃) akan disemprotkan ke fiiling material. Pada filling material inilah air yang
mengalir akan turun menuju water basin dan mengalami pertukaran kalor dengan
udara segar dari atmosfer yang suhunya lebih rendah atau lebih kecil (28℃).
Oleh sebab itu, filling material harus dapat menimbulkan kontak yang baik
antara air dan udara agar terjadi laju perpindahan kalor yang baik. Filling material
harus kuat, ringan, dan tahan lapuk. Filling material ini mempunyai fungsi
memecah air menjadi butiran-butiran tetes air dengan maksud memperluas
permukaan pendinginan sehingga proses perpindahan panas dapat dilakukan
seefisiensi dan seoptimal mungkin. Pada umunya fiiling material terbagi menjadi 2
lapirsan yaitu first level packing dan second level packing. First level packing
merupakan material lapisan atas yang mempunyai celah saring lebah lebih besar.
8

Hal tersebut dimaksudkan untuk pendinginan langkah pertama. Fluida yang


pertama kali akan didinginkan melewati ke bagian ini. Pada second level packing
merupakan filling material yang memiliki struktur yang lebih lembut dan sebagai
langkah kedua pendinginan. Pada industri, biasanya merancang bagian ini lebih
tebal sehingga dapat menampung kapasitas fluida yang akan diproses lebih banyak.

2.4. Jenis Bahan Pengisi Cooling Tower


Bahan pengisi pada cooling tower merupakan komponen yang sangat
penting. Hal itu disebabkan karena bahan pengisi merupakan salah satu komponen
penunjang dalam cooling tower. Tanpa adanya bahan pengisi, maka proses yang
terjadi di dalam cooling tower tidak dapat berjalan secara efisien dan optimal. Pada
umunya, bahan pengisi pada cooling tower terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
2.4.1. Bahan Pengisi Jenis Percikan (Splash Fill)
Jenis bahan ini adalah air yang jatuh diatas lapisan secara berurutan dari
batang pemercik horizontal, yang secara terus menerus akan pecah menjadi tetesan
yang lebih kecil. Hal ini pun diikuti dengan pembasahan terhadap permukaan bahan
pengisi. Luas permukaan butiran air adalah luas permukaan perpindahan kalor
dengan udara. Bahan pengisi percikan dari plastik memberikan perpindahan kalor
yang lebih baik daripada jenis pada umunya yang digunakan di industri.
2.4.2. Bahan Pengisi Jenis Film (Film Fill)
Bagian ini terdiri atas permukaan lapisan plastik tipis dengan jarak yang
berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air yang membentuk lapisan film
yang tipis dan dikontakkan dengan udara. Bentuk dari jenis ini bermacam-macam
seperti bentuk datar, bergelombang, berlekuk dan bentuk lainnya. Pada bahan
pengisi film, air membentuk lapisan tipis pada sisi-sisi lembar pengisinya. Luas
permukaan dari lembar pengisi adalah luas perpindahan kalor dengan udara sekitar.
Jenis bahan pengisi film ini lebih eifisien karena memberikan perpindahan kalor
yang sama dengan volume yang lebih kecil daripada bahan pengissi jenis splash.
2.4.3. Bahan Pengisi Sumbatan Rendah (Low Clog Film Fill)
Jenis pengisi ini memiliki ukuran flute yag lebih tinggi. Jenis ini pun sedang
dikembangkan untuk mengatasi masalah mengenai air yang keruh. Bahan pengisi
jenis ini merupakan pilihan yang terbaik untuk jenis air yang berasal dari laut . Hal
9

itu disebabkan karena adanya penghematan daya kinerja dibandingkan dengan tipe
bahan pengisi jenis percikan konvensional ataupun jenis bahan pengisi lainnya.

2.5. Jenis Cooling Tower


Menara pendingin dirancang dan dibuat dalam beberapa tipe, dengan
berbagai ukuran yang tersedia. Selain itu juga dapat didasarkan pada sirkulasi air
yang terdapat di dalamnya. Namun tidak semua tipe cocok untuk setiap kondisinya,
sehingga penting untuk memahami karakteristik dari masing-masing tipe cooling
tower. Selain itu, setiap menara pendingin memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Jenis menara pendingin berdasarkan ukuran yang tersedia, yaitu :
2.5.1. Atmospheric Tower
Cooling tower atmospheric tidak dilengkapi dengan mechanical fan untuk
mengalirkan udara ke tower. Udara diperoleh dari aliran induksi alami oleh tekanan.
Udara pada kondisi ini mengalir bebas tanpa memakai penutup tower. Menara
atmosferik tidak menggunakan alat mekanik tambahan, seperti fan untuk membuat
laju udara masuk melalui menara tersebut. Udara dialirkan ke dalam menara dengan
cara induksi natural, yang diakibatkan oleh adanya sistem distribusi air tipe tekanan
(pressure-spray type water distribution system). Namun, menara atmosferik
biasanya diaplikasikan hanya dalam skala industri yang kecil.

Gambar 2.1. Atmospheric Tower.


(Sumber: Hensley, 2006)

2.5.2. Mechanical Draft Tower


Mechanical draft tower hanya menggunakan satu fan atau banyak fan untuk
menyediakan aliran volume udara melalui menara. Sehingga, performa termalnya
10

cenderung memiliki stabilitas termal yang lebih tinggi. Adanya fan juga ditujukan
untuk membantu mengatur laju udara dan mengimbangi perubahan kondisi
atmosferik, dengan memanipulasi atau mensirkulasi kapasitas fan. Mechanical
draft tower terdiri atas forced draft atau induced draft. Pada forced drafttower, fan
diletakkan dalam aliran masuk udara ke dalam menara. Sedangkan, induced draft
memiliki fan yang diletakkan pada aliran keluar udara dari bagian dalam menara.
Cooling tower jenis forced draft ini mempunyai beberapa komponen yaitu
kipas, basin, dan pipa yang diletakkan di dalam struktur tower. Forced draft tower
yang dicirikan dengan adanya udara yang masuk dengan kecepatan tinggi dan
keluar dengan kecepatan rendah. Namun forced draft tower memiliki stabilitas
performa yang lebih rendah dibandingkan dengan induced draft tower karena
memiliki sifat yang sangat rentan atau rawan terhadap resirkulasi. Selama operasi
cooling tower, kipas akan menghasilkan udara pada kecepatan yang cukup rendah
secara horizontal melalui packing dan kemudian secara vertikal akan berlawanan
dengan arah aliran air yang ke bawah yang terjadi pada bagian sisi kipas.

Gambar 2.2. Forced Draft Tower.


(Sumber: Hensley, 2006)

Induced draft tower memiliki kecepatan udara keluar 3 hingga 4 kali lebih
besar daripada kecepatan udara masuknya. Dan kecepatan udara masuk kurang
lebih 5 mph. Maka dari itu, terdapat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali
kecenderungan untuk terciptanya zona tekanan yang tereduksi pada aliran udara
yang masuk. Letak fan di dalam aliran udara hangat memberikan perlindungan yang
sangat baik terhadap terbentuknya es pada komponen mekaniknya.
11

2.5.3. Hybrid Cooling Towers


Hybrid draft tower merupakan kombinasi yang sesuai antara pendinginan
basah (wet) dan kering (dry) dengan pengaruh atau dampak yang tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan atau keuntungan
berupa ramah lingkungan. Hal tersebut diakibatkan karena kombinasi tersebut
dapat mencegah terbentuknya plume pada cooling tower. Plume adalah campuran
aliran dari udara yang telah dipanaskan dan uap air yang keluar dari cooling tower.
Cooling tower jenis ini juga mampu untuk mengurangi jumlah konsumsi air dan
dapat menyediakan jumlah laju panas yang sesuai (Hamon, 2015).
Pada desain pendinginan hybrid ini, air dimasukkan ke dalam aliran masuk
dari dry cooling tower. Air terevaporasi dan mengurangi temperature udara menuju
‘wet bulb temperature’, temperatur minimum dapat dicapaing drngan
menggunakan evaporative cooling. Cooling air kemudian mengekstrak lebih
banyak panas saat melewat HE, meningkatkan efisiensi (Hooman, 2017).

Gambar 2.3. Hybrid Cooling Towers.


(Sumber: Hamon, 2015)

2.5.4. Round Mechanical Draft Tower


Round mechanical draft atau RMD memiliki konfigurasi berbentuk bulat,
dengan fan yang dipasang secara kelompok dan sedekat mungkin di sekelilingnya.
Hal tersebut mengakibatkan cooling tower jenis ini dapat mengendalikan jumlah
panas yang sangat besar dengan luas area yang lebih sedikit daripada rectilinear
tower yang disusun dalam satu garis yang panjang. Cooling tower jenis ini juga
sedikit dipengaruhi oleh sistem resirkulasi. Sesuai dengan jenis ini dimana terdapat
salah satu bagian dari cooling tower yang berbentuk bulat atau lingkaran.
12

Adapun berikut ini akan dijelaskan mengenai jenis menara pendingin


berdasarkan sirkulasi air yang terdapat di dalamnya. Menurut J.R. Singham menara
pendingin dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
2.5.5. Menara Pendingin Basah (Wet Cooling Tower)
Menara pendingin jenis ini memiliki sistem distribusi air panas yang
disemprotkan ke kisi-kisi, lubang, ataupun batang horizontal pada sisi menara
secara merata yang disebut sebagai isian. Udara masuk dari luar menara melalui
kisi-kisi yang berbentuk celah horizontal yang terpancang pada sisi menara. Celah
biasanya mengarah miring ke bawah agar air tidak keluar. Adanya pencampuran
antara air dan udara maka terjadi perpindahan kalor sehingga air menjadi dingin.
Air yang sudah dingin berkumpul di bagian bak atau basin di dasar menara dan
diteruskan ke kondenser atau dibuang keluar. Hal itu menyebabkan udara yang baru
dan kalor serta lembab keluar melalui bagian atas menara pendigin (cooling tower).
Menara pendingin jenis ini pun terbagi menjadi tiga jenis yaitu menara
pendingin basah aliran angin alami dan menara pendingin basah aliran angin
mekanik. Pada menara pendingin basah aliran angin alami tidak menggunakan
kipas. Aliran udaranya bergantung hanya pada tekanan dorong alami dan tidak ada
bagian yang bergerak. Udara mengalir menuju ke atas akibat adanya perbedaan
massa jenis antara udara atmosfer dengan udara kalor lembab yang berada di dalam
menara pendingi yang bersuhu lebih tinggi daripada udara lingkungan sekitarnya.
Menara pendingin jenis aliran angin alami ini terbagi menjadi dua
berdasarkan arah aliran angin yaitu dari bawah dan silang arah. Menara pendingin
jenis ini kurang diminati dalam industri. Hal tersebut disebabkan karena menara
pendingin jenis ini memberi tahanan terhadap aliran udara di dalam menara,
sehingga kecepatan udaranya lebih tinggi dan mekanisme perpindahan kalornya
kurang efektif dan efisien. Hal itu pun harus dihindari dalam suatu proses industri.
Pada menara pendingin dengan aliran angin mekanik memanfaatkan kipas
yang digerakkan secara mekanik. Perbedaan utamanya berada pada pemasangan
fan. Fungsi dari kipas tersebut adalah untuk mendorong udara (forced out) atau
menarik udara (induced draft) yang dipasang di bagian atas ataupun di bagian
bawah menara. Menara pendingin jenis ini pun terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
13

1) Tipe aliran angin dorong (forced draft)


2) Tipe aliran angin tarik (induced draft)
2.5.6. Menara Pendingin Kering (Dry Cooling Tower)
Menara pendingin jenis ini mengalami sirkulasi air yang dialirkan di dalam
tabung bersirip yang dialiri udara. Selain itu, kalor yang dikeluarkan dari air
sirkulasi dapat diubah. Menara pendingin kering ini dirancang untuk dioperasikan
dalam ruangan yang tertutup. Kelemahan dari menara pendingin jenis ini adalah
efisiensi yang kurang maksimal. Keunggulan dari menara jenis ini adalah tidak
memerlukan pembersihan berkala dengan jangka waktu seperti menara pendingin
basah, tidak memerlukan zat kimia aditif yang banyak, dan memenuhi syarat
peraturan pengelolaan lingkungan mengenai pencemaran termal dan pencemaran
udara pada lingkungan. Menara pendingin kering terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Menara pendingin kering langsung
2) Menara pendingin kering tak langsung
2.5.7. Menara Pendingin Basah Kering (Wet-dry Cooling Tower)
Menara pendingin jenis ini merupaka kombinasi antara kedua jenis menara
pendingin sebelumnya. Bagian atas menara di bawah kipas adalah bagian kering
yang berisi tabung bersirip. Bagian bawah adalah ruang yang lebar dan merupakan
bagian basah yang terdiri dari bahan pengisi (filiing material), sirkulasi air yang
panas masuk melalui kepala yang berada di bagian tengah. Air berawal dari naik
turun melalui bagian sirip di bagian kering. Lalu meninggalkan bagian kering dan
jatuh ke isian bagian yang basah untuk menuju ke bak penampung air dingin.

Gambar 2.4. Wet-dry Cooling Tower.


(Sumber: Hamon, 2015)
14

Sedangkan udara ditarik dalam dua arus pada bagian yang kering dan basah.
Kedua arus saling bercampur dan menyatu di dalam menara sebelum keluar.
Menara pendingin jenis ini memiliki keunggulan yaitu udara yang keluar tidak
jenus sehingga memiliki kepulan yang sedikit dan airnya mengalami pendinginan
awal di bagian kering, penyusutan karena penguapan jauh berkurang.

2.6. Bahan Konstruksi Cooling Tower


Bahan konstruksi yang sering digunakan untuk cooling tower adalah kayu,
logam, plastik, dan beton. Bahan-bahan tersebut dipilih karena memiliki
keunggulan-keunggulan dibandingkan bahan-bahan lainnya. Di samping itu,
pemilihan jenis bahan-bahan konstruksi cooling tower perlu difokuskan pada
standar-standar yang sesuai dengan fungsi cooling tower (Hensley, 2006).
2.6.1. Kayu
Kayu termasuk bahan utama struktural yang digunakan pada konstruksi
cooling tower karena keunggulannya dalam ketersediaan, kemampuan untuk
bekerja dengan baik, hargan yang relatif murah, dan daya tahan kekerasan .
Berbagai jenis kayu lainnya, baik kayu domestik atau kayu yang diimpor dari luar
negeri, dapat digunakan sebagai bahan konstruksi cooling tower, dengan alasan
ketahanan kayu tersebut terbukti kuat dan memenuhi persyaratan fisik, dan
struktural pembangunan cooling tower. Terlepas dari jenisnya, kayu yang
digunakan dalam konstruksi cooling tower harus dirawat dengan bahan pengawet
yang baik untuk mencegah kerusakan. Meskipun kayu relatif tidak sensitif terhadap
klorida, sulfat dan hidrogen sulfida, kayu dapat menjadi rusak jika terdapat kadar
klorin yang berlebihan. Selain itu, kayu memiliki sifat yang sensitif terhadap kontak
yang terlalu lama dengan air yang memiliki suhu yang terlalu panas.
2.6.2. Logam (Hardware)
Baja digunakan untuk cooling tower pada komponen yang banyak
memerlukan kekuatan yang tinggi. Pada pembangunan pabrik, sebagian cooling
tower yang digunakan dalam skala lebih kecil dirancang dengan bahan konstruksi
berupa baja. Kebanyakan cooling tower yang lebih besar diklaim terbuat dari baja
juga. Kondisi air keras dapat merubah kondisi material dari bahan konstruksi, dan
15

stainless steel merupakan pilihan yang sesuai dikarenakan ketahanannya terhadap


korosi yang baik dalam kondisi aerasi yang ada di cooling tower.
2.6.3. Plastik
Kemampuan plastik untuk dicetak menjadi bentuk dan dimensi yang
kompleks dikombinasikan dengan kemajuan teknologi membuat plastik banyak
digunakan sebagai bahan konstruksi cooling tower. Plastik digunakan dalam
komponen-komponen, seperti komponen struktural yang diperkuat, sambungan
struktural, bilah fan, silinder fan, fill, fill support, drift eliminator, perpipaan, nozzle,
casing, louver dan louver support. Jenis plastik yang digunakan adalah poliester
yang diperkuat oleh fiber (FRP), epoksi yang diperkuat oleh fiber, polivinil klorida
(PVC), polipropilen, dan nilon yang diperkuat oleh fiber. Beberapa plastik, seperti
PVC, memiliki sifat tahan api. Sifat tahan api bisa disebabkan karena zat kimia
tersebut meningkatkan daya antar atau menyerap panas dan juga bisa terjadi karena
bahan penghambat api membentuk busa lapisan atau arang yang menghambat
masuknya oksigen atau gas yang mudah terbakar. Jenis plastik lainnya dapat
diformulasikan agar memiliki sifat tahan api, misalnya poliester yang diperkuat
oleh fiber yang digunakan untuk konstruksi casing dan louver.
2.6.4. Beton
Rancangan untuk konstruksi cooling tower dari beton didasari oleh aturan
yang dianut oleh American Concrete Institute (ACI), kecuali campuran yang lebih
padat dan perbandingan air/semen yang digunakan lebih rendah daripada yang
konstruksi komersial pada umumnya. Jenis semen yang biasa digunakan adalah
semen Tipe I, kecuali jika konsentrasi sulfat di atas normal, maka digunakan semen
Tipe II di area pencucian dengan air. Dalam beberapa kasus, konstruksi beton
sangat diperlukan dan memiliki biaya konstuksi tertinggi untuk mengurangi resiko
kebakaran, struktur yang lebih bedar, dan daya dukung muatan yang lebih tinggi.

2.7. Faktor Pemilihan Cooling Tower


Pemilihan pada menara pendingin (cooling tower) bergantung pada
beberapa faktor. Menara pendingin yang tidak sesuai dengan persyaratan akan
menyebabkan gangguan pada sistem produksi. Hal itu disebabkan karena kenaikan
16

suhu dan biaya pada operasi listrik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kegagalan
produk. Untuk memilih menara pendingin (cooling tower) dengan tepat, maka
harus banyak pemilihan dan keputusan yang sesuai. Ukuran dari kinerja menara
pendingin (cooling tower) bergantung pada faktor berikut ini:
1) Kecepatan aliran air
2) Temperatur air panas
3) Temperatur air dingin
4) Batasan pendinginan
5) Tipe menara
6) Bahan Konstruksi
7) Kualitas air
8) Kecepatan aliran udara
2.8. Prinsip Kerja Cooling Tower
Prinsip kerja dari cooling tower hampir sama dengan alat penukar panas
pada umunya. Pada sistem menara pendingin, perpindahan panas terjadi melalui
kontak langsung antara air dengan suhu tinggi dan udara dengan suhu lebih rendah.
Air yang digunakan akan memberikan panas berupa panas laten dan panas sensibel
ke udara sehingga suhu air akan menjadi turun. Hal ini pun menyebabkan terjadinya
kesetaraan suhu antara air dan udara dalam proses cooling tower.

Gambar 2.5. Cara Kerja Cooling Tower.


(Sumber: Hamon, 2015)

Udara pada proses ini merupakan media pendingin dan dibawah dari bagian
bawah menuju ke bagian atas dengan arah aliran yang berlawanan dengan arah
aliran air. Hal ini pun dibantu dengan adanya tarikan kipas melalui lubang aliran
17

yang terjadi di udara. Air yang akan didinginkan mengalir dari bagian satas melalui
pipa utama yang kemudian akan dipancarkan ke arah bawah melalui suatu alat yang
disebut sebagai penghambur (sprayfitting) dan sistem distribusi air. Proses
pendinginan ini terjadi dengan perpindahan panas dari air ke udara selama aliran
menuju kolam. Dengan adanya bantuan kipas, uap oanas akan ditarik ke atas dan
dilepas ke udara lingkungan. Setelah air mengalami proses penurunan temperatur
maka akan jatuh ke dalam kolam yang terdapat di bagian bawah menara pendingin.

2.9. Perawatan Cooling Tower


Setiap peralatan industri memerlukan perhatian dan perawatan khusus.
Terutama bagi alat penukar panas. Sama halnya dengan pernyataan sebelumnya,
bahwa menara pendingin dapat beroperasi secara efisien dan optimal, apabila
program perawatan dikelola secara baik dan terjadwal. Biasanya pabrik pembuat
menara pendingin melengkapi sistem pengoperasian dan perawatan secara terpadu.
Perawatan yang paling sederhana terhadap menara pendingin dilakukan
dengan inspeksi secara visual, dengan interval waktu setiap 1 (satu) tugas gilir
(shift) oleh petugas shift reaktor. Lingkup kegiatannya mencakup : memeriksa
getaran kipas pada saat kipas beroperasi dan memeriksa keadaan distribusi air.
Perawatan kipas menara pendingin dilakukan setiap selang waktu 6 (enam) bulan.
Kegiatan ini dilakukan pada saat sistem menara pendingin beroperasi.

2.10. Persyaratan Proses Cooling Tower


Pada dasarnya, kinerja cooling tower dipengaruhi oleh banyak sekali faktor.
Faktor-faktor yang paling mempengaruhi kinerja cooling tower, antara lain wet-
bulb temperature, dry-bulb dan relative humidity, muatan panas (heat load), serta
GPM, range dan approach. Faktor-faktor tersebut juga merupakan faktor-faktor
penentu dalam perancangan suatu cooling water pada industri. (Hensley, 2006)
2.10.1. Wet-Bulb Temperature
Penentuan akurat dari desain wet-bulb temperature yang masuk adalah vital,
jika cooling tower bekerja sesuai dengan yang direncanakan. Jika actual wet-bulb
lebih tinggi dari yang diantisipasikan pada rancangan desain, maka suhu air yang
dihasilkan akan lebih tinggi (hangat) dari yang dibandingkan. Sebaliknya, jika
18

actual wet-bulb lebih rendah dari yang diharapkan, maka pabrik harus membeli
cooling tower berukuran lebih besar dari yang dibutuhkan.
2.10.2. Dry-Bulb dan Relative Humidity
Penentuan nilai dry-bulb dan relative humiditymemiliki dasar yang sama
denganwet-bulb. Desain dry-bulb temperature yang akurat sangat dibutuhkan
karena dapar berpengaruh terhadap tipe-tipe menara yang memiliki kinerja panas
yang terpengaruh parameter tersebut. Contohnya adalah menara dengan tipe
hyperbolic natural draft, fan assisted natural draft, dry tower, plume abatement
tower, dan water conservation tower. Selain itu, perlu diketahui laju absolut dari
evaporasi pada kondisi desain untuk berbagai jenis atau tipe menara.
2.10.3. Muatan Panas (Heat Load)
Walaupun pemilihan ukuran cooling tower yang tepat dapat menentukan
kesetimbangan suhu dimana menara akan menolak muatan panas yang diberikan,
actual heat load sendirinya juga ditentukan oleh proses yang akan berlangsung.
Ukuran dan biaya cooling towermemiliki nilai yang sebanding dengan muatan
panas (heat load). Jika perhitungan muatan panas rendah, ukuran cooling tower
yang dibeli mungkin akan kecil. Sebaliknya, jika perhitungannya tinggi, terlalu
besar atau oversized, maka peralatan yang digunakan akan berharga mahal.
2.10.4. Gpm, Range, dan Approach
Muatan panas pada cooling tower (Btu/hr) ditentukan oleh :
Heat Load= gpm ×8,33 ×60 ×R (2.1)
Keterangan:
gpm = laju air yang bersirkulasi dalam gallon per menit
8.33 = pon per gallon air pada suhu tertentu
R = “Range” = Perbedaan antara suhu air panas yang masuk ke menara dan suhu
air dingin yang meninggalkan menara, dalam °F
Seperti pada Persamaan (2.1), approach (perbedaan antara suhu air dingin
yang masuk dan suhu wet-bulb udara yang masuk) ditetapkan oleh ukuran dan
efisiensi cooling tower. Menara yang lebih besar dengan efisiensi sedang akan
mengirimkan air pendingin pada suhu dimana mendekati suhu wet-bulb yang
diberikan daripada menara yang lebih kecil dengan efisiensi yang lebih tinggi.
19

Gambar 2.6. Diagram definisi “Cooling Range” dan “Approach”


(Sumber: Hensley, 2006)

2.11. Cooling Water


Cooling water merupakan salah satu jenis air pada sistem utilitas yang
merupakan pendukung dalam berlangsungnya suatu proses dalam industri kimia.
Cooling water dapat diartikan sebagai air pendingin yang digunakan untuk
mendinginkan peralatan proses. Kebutuhan akan cooling water dapat dikategorikan
sebagai kebutuhan umum dalam setiap mesin penggerak. Oleh sebab itu,
pengolahan cooling water biasanya kurang diperhatikan oleh operator pabrik.
Bahwasanya, cooling water disalurkan melalui pipa-pipa yang berbentuk melingkar
sehingga rawan terhadap bahaya karat dan bagian sumbatan sehingga harus
diperhatikan secara teliti dan total. Karakteristik dari cooling water adalah berupa
air tawar yang tahan terhadap radiasi dan memiliki kapasitas panas tinggi.

2.12. Cooling Water System


Cooling water system pada garis besarnya dibagi menjadi 2 (dua) tipe,yaitu:
2.12.1. Recirculation Type
Recirculation Type dibagi menjadi open type dimana sebagian air setelah
mengalami pemanasan akan diuapkan untuk proses pendinginannya kembali. Pada
sistem pendinganan jenis ini, air tidak langsung dibuang, melainkan dipergunakan
kembali setelah didinginkan melalui menara pendingin. Kebutuhan make up water
juga akan berkurang jika dibandingkan dengan sistem sekali pakai. Keuntungannya
pemakaian air makeup menjadi lebih berkurang. Close type adalah tipe cooling
water system dimana air pendingin kembali tanpa penguapan. Tipe ini biasanya
20

dipakai untuk internal engine combustion system. Pada sistem pendingin jenis ini,
air dalam jumlah tertentu tersirkulasi dalam rangkaian yang tertutup. Make up yang
digunakan hanya sejumlah air yang hilang dari kebocoran sistem. Pendinginan
biasanya dilakukan dengan menggunakan prinsip perpindahan panas pada heat
exchanger. Hal ini menyebabkan penggunaan air make up pun berkurang.
2.12.2. Once Through Type (tergantung penggunaannya)
Cooling water memiliki fungsi yang sangat penting dalam pabrik, karena
apabila ada gangguan, cooling water dapat menyebabkan terjadinya pengurangan
jumlah produksi atau akan menyebabkan kerusakan alat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu cooling water system harus dikontrol
dengan sebaik-baiknya, minimal mampu beroperasi tanpa gangguan selama 1−2
tahun. Adapun tujuan-tujuan digunakannya cooling water antara lain:
1) korosi yang terjadi dalam peralatan dapat dihindari sekecil mungkin,
2) deposit yang terjadi didalam peralatan dapat dihindari sekecil mungkin.
3) pertumbuhan bakteri, jamur, lumut terkendali,
4) menaikkan efisiensi alat pendingin,
5) tidak merusak lingkungan.

2.13. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Cooling Water


Cooling water merupakan salah satu komponen penting dalam
berlangsungnya suatu pabrik. Apabila terdapat gangguan pada cooling water maka
akan menyebabkan terjadinya pengurangan produksi atau akan menyebabkan
terjadinya kerusakan pada alat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, cooling water harus dikontrol sebaik-baiknya, minimal agar dapat
beroperasi tanpa gangguan selama satu sampai dua tahun. Langkah
penanggulangan itu pun harus dilakukan secara maksimal dengan memperhatikan
beberapa faktor. Berikut ini adalah beberapa faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pemanfaatan cooling water, yaitu :
2.13.1. Make Up Air Pendingin
Filter water berperan sebagai make up pada air pendingin. Hal ini sangat
berpengaruh besar karena filter water membawa beberapa komponen yang dapat
21

mengakibatkan timbulnya deposit maupun korosif. Sentuhan antara air dan udara
serta proses evaporasi air di dalam menara pendingin akan menurunkan temperatur
air yang selanjutnya akan disirkulasikan kembali ke kondensor mesin refirgerasi.
Air pendingin (make up water) berfungsi untuk mengganti sejumlah air yang
menguap selama proses pendinginan di dalam menara pendingin (cooling tower).
Selain menggunakan menara pendingin, kondensor mesin refrigerasi dapat juga
digunakan untuk pendinginan terhadap air dari sungai, danau ataupun laut. Namun
pada faktanya, cooling tower terbukti dapat mengatasi panas jauh lebih baik
daripada radiator. Oleh sebab itu, pada skala industri yang besar seperti mesin
pabrik & reaktor nuklir menggunakan cooling tower dalam proses pendinginannya.
2.13.2. Lingkungan Sekitar
Sama seperti hal pada umunya, salah satu faktor yang paling berpengaruh
terhadap jalannya proses pada cooling tower khususnya cooling water adalah
kondisi lingkungan. Karena sebagai media pendingin dari air pendingin di cooling
water adalah udara yang diambil dari sekitarnya atau lingkungan sekitarnya, maka
tidak lepas dari kotoran (impuritis) atau benda asing lainnya yang dibawa oleh
udara masuk kesistem air pendingin, akibatnya akan menyebabkan terkontaminasi.
2.13.3. Proses yang Terkait
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah proses yang turut berhubungan
dalam keberlangsungan jalannya sistem. Proses yang terkait merupakan suatu
bentuk atau macam fluida yang didinginkan, hal ini biasanya terjadi karena
kebocoran (spotting atau local heating) dari peralatan tersebut. Misalnya heat
exchanger untuk pelumas gas amoniak sintesa apabila terjadi kebocoran akan
mengakibatkan kontaminasi dengan air pendingin. Selain itu terdaoat adanya
penyebab utama kualitas pendinginan turun adalah kondisi cooler generator yang
kotor. Pada menara pendingin aliran tarik, udara masuk dari bagian sisi menara.
2.13.4 Bahan Kimia
Komponen dalam suatu cooling tower tentunya memiliki bahan kimia
tambahan sebagai pendukung dalam berjalannya proses yang terjadi. Penggunaan
bahan kimia melalui injeksi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan efek
22

samping, Pengaruh ini lebih dominan bilamana jumlahnya semakin besar, sehingga
sangat perlu diperhatikan mengenai penggunaan bahan kimia yang diinjeksikan.
Faktor yang mempengaruhi cooling water tersebut harus diperhatiak secara
teliti guna proses dapat berlangsung dengan baik dan tepat sehingga produk yang
dihasilkan pun baik dan sesuai standar. Akibat terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi cooling water, sehingga diperlukan beberapa batasan yang harus
diperhatikan untuk air sebelum masuk ke cooling tower, yaitu sebagai berkut :
1) pH harus dijaga kondisi normal, yaitu 6 sampai 7, karena pH yang lebih
tinggi akanmenyebabkan perubahan lignin pada penangasan weed fiber.
2) Inhibitor korosi dipilih berdasarkan pada adanya serat-serat kimia dalam
make up water dan material dari peralatan Heat Exchanger.
3) Penambahan zat anti alga dan jamur diperlukan untuk menjaga keadaan zat
kimia tersebut.

Anda mungkin juga menyukai

  • Codeofconduct Cetak
    Codeofconduct Cetak
    Dokumen1 halaman
    Codeofconduct Cetak
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Tipus FM
    Tipus FM
    Dokumen5 halaman
    Tipus FM
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Menara Pendingin Basah
    Menara Pendingin Basah
    Dokumen3 halaman
    Menara Pendingin Basah
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Nak Diprint
    Nak Diprint
    Dokumen22 halaman
    Nak Diprint
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Bab I FM
    Bab I FM
    Dokumen3 halaman
    Bab I FM
    rahmawidyaasih
    Belum ada peringkat
  • Asd 1
    Asd 1
    Dokumen22 halaman
    Asd 1
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Proposal 3
    Proposal 3
    Dokumen40 halaman
    Proposal 3
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Profosal 123
    Profosal 123
    Dokumen42 halaman
    Profosal 123
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Proposal 1
    Proposal 1
    Dokumen39 halaman
    Proposal 1
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media Efusi
    Otitis Media Efusi
    Dokumen26 halaman
    Otitis Media Efusi
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Cover Otitis Media Efusi
    Cover Otitis Media Efusi
    Dokumen4 halaman
    Cover Otitis Media Efusi
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga 27 Juli 2017
    Laporan Jaga 27 Juli 2017
    Dokumen22 halaman
    Laporan Jaga 27 Juli 2017
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Bell Palsy Karolin
    Bell Palsy Karolin
    Dokumen1 halaman
    Bell Palsy Karolin
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat
  • Bell Palsy Karolin
    Bell Palsy Karolin
    Dokumen1 halaman
    Bell Palsy Karolin
    LuvitaFitriKarina
    Belum ada peringkat