LAPORAN KASUS
1
panas naik turun dan tidak disertai menggigil dan tidak ada kejang.
keluhan batuk dan pilek disangkal.
Ibu pasien mengaku pasien buang air kecil biasa dengan warna
kuning jernih. Sehari-hari pasien makan seperti biasa, minum ASI dibantu
dengan susu formula, pasien sehari sebelumnya makan jajanan yang dibeli
ibu pasien di pasar. Riwayat ganti makanan (-), riwayat ganti susu (-).
6. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak gelisah
Kesadaran : Compos mentis
2. Pengukuran Tanda Vital :
Nadi : 86x per menit, reguler, lemah
Suhu : 37,2°C
Respirasi : 22x/menit, reguler
BB : 7,8 kg
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
Masa kehamilan : Cukup bulan
Partus : Lahir spontan
Tempat : Bidan
Ditolong oleh : Bidan
BBL : 2,7 Kg
PB : ibu lupa
Kepala :
Bentuk : Simetris, normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, Refleks
Cahaya (+/+)
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/-
Mulut : Bibir sianosis (-), Mukosa basah (+), lidah kotor(-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Krepitasi (-)
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
BJI dan II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Palpasi : soepel, turgor kulit kembali lambat,
Hepar lien tidak teraba
2
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, metallic sound (-)
Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema -/-
7. Laboratorium
Pemeriksaan Anjuran : Feses Rutin
8. Diagnosa Kerja
Gastroenteritis akut
9. Manajemen
a. Preventif
Ibu lebih cermat dan selektif dalam memilih makanan untuk
anaknya
Menggunakan air bersih yang telah dimasak
Ibu menjaga kebersihan pasien dengan memotong kuku dan
mandi secara teratur
Ibu dan pasien diharapkan mencuci tangan dengan sabun
sebelum menyentuh makanan dan sesudah buang air besar
serta setelah membersihkan BAB pasien
Ibu dianjurkan mencuci peralatan untuk makanan dengan
bersih
Mengawasi pasien saat bermain dan membersihkannya jika
kotor setelah bermain
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar
b. Promotif
Edukasi mengenai pengaruh lingkungan terhadap penyakit
yang diderita pasien
Menjaga kebersihan pasien dan kedua orang tuanya.
Mencuci tangan setiap sesudah membersihkan BAB pasien.
Makan makanan yang sehat dan bergizi
Menggunakan air yang bersih untuk keperluan sehari-hari
c. Kuratif
1. Non farmakologi
Minum air putih yang banyak
Diet bubur + Susu formula dan ditambah buah-buahan seperti
pisang
Oralit 3x1 sachet jika mencret dan muntah
Kompres hangat
2. Farmakologi
Paracetamol syrup 3x1 per oral jika demam
Zink tab 20 mg 1x1 tab per oral
3. Tradisional :
3
Ambil bawang merah secukupnya dan minyak kelapa. Hancurkan
bawang dan tambahkan sedikit minyak kelapa kemudian balurkan
ramuan ini di atas perut anak.
4.
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak kemang
dr. Yuni SIP. G1A215030 STR 016/47/2016
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau
anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut pada
anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 1 minggu. 1,2,3,4
5
2.2 Epidemiologi
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 %
daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat
yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.3
2.3 Etiologi
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu .Penyebab utama oleh virus
adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
6
Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E.
colihalemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.
Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.
2.4 Patogenesis
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus
pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V.
Cholera01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan
dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
7
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli
enteropatogenik atau enteroaggrerasi).
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae01
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi
sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan
sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti
dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella
dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi
mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau
terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.3
Parasit
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus.Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat.Hasil akhirnya adalah
8
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai
tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi.Pada diare infeksi perubahan ini
terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti
toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut
di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi
yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hiprtonik, air dan beberapa elektrolit
akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari
isi usus sama dengan cairan eksreaseluler dan darah. Hal in meningkatkan volume
tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh.3
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan
kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda :
Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam
sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya
terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila
intake makanan kurang.
9
Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana
bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat
serta dehidrasi.
Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan
bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin.7,8
2.7 Pencegahan
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
-
Sudah berapa lama diare berlangsung
-
Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
-
Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
-
Muntah (frekuensi dan jumlah)
10
-
Demam
-
Buang air kecil terakhir
-
Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
-
Jumlah cairan yang masuk selama diare
-
Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,
oralit)
-
Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
-
Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
-
Kontak dengan orang yang sakit
-
Penggunaan antibiotik. 4, 6
b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa.7
2.Pemeriksaan fisik
11
-
Turgor abdomen baik, bising usus normal
-
Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
12
Gelisah, rewel
Mata cekung Dehidrasi ringan/sedang
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
-
Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
-
Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
-
Kimia : PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
-
Biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin
darah.
c. Pemeriksaan urin : urin rutin.2
2.9 Penatalaksanaan
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis:
13
berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air
besar.
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100
cc/kgBB. Cara pemberian :
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera.Antibiotik
sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang.Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
14
Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi
Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami
dehidrasi), buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah
> dari 4 kali sehari.1
2.10 Pemantauan
1) Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi.Jika masuh dehidrasi
maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika
setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada
perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji
sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan
umum dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum.1
BAB III
ANALISA KASUS
15
Penyakit ini mempunyai hubungan dengan status ekonomi keluarga secara
tidak langsung, dimana status ekonomi cukup sehingga dapat memberikan
makanan yang sehat dan bergizi. Status ekonomi cukup dan latar pendidikan
keluarga pasien rendah. Terdapat hubungan antara keadaan keluarga dengan
penyakit yang diderita pasien.
16
sebelum menyentuh makanan dan setelah BAB serta setelah memegang sesuatu
yang kotor. Ibu pasien harus lebih menjaga kebersihan diri dan pasien dengan
mandi setiap hari, membersihkan pasien setelah bermain serta memotong kuku
pasien. Ibu pasien juga diharapkan untuk selektif dalam memilih makanan yang
dikosumsi anak yaitu makanan yang sehat dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management. mk.armon@ntlworld.com
2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471
3. Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
4. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 49-52.
5. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.
6. Randy P Prescilla, MD, FAAP, 2006. Gastroenteritis. www.emedicinehealth.com
17
7. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
8. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.
LAMPIRAN
18