Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,


mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data, menjelaskan
populasi berdasarkan sampel. Penerapan statistika dapat dikatakan telah menyentuh
semua bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan
biologi), ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang
asuransi, bisnis, ekonomi, industri dan sebagainya.
Pada masa sekarang penerapan statistika dalam ilmu sosial telah banyak
digunakan, tidak hanya sebatas statistika deskriptif saja tetapi juga statistika
inferensi. Ilmu sosial menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari
manusia dan lingkungan sosialnya, termasuk metode kuantitatif, dan kualitatif.
Salah satu penelitian kuantitatif yang sering dilakukan oleh seorang peneliti di
bidang sosial adalah penelitian eksperimen. Karakteristik dalam penelitian
eksperimen adalah adanya tindakan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama
proses penelitian berlangsung. Tujuan dilakukannya observasi untuk mengamati
dan mencatat fenomena yang muncul dalam variabel respon sebagai akibat dari
adanya kontrol atau perlakuan. Selama pelaksanaan, perilaku diamati dan diukur,
dengan tujuan untuk mengetahui adakah perubahan yang terjadi akibat dari
diberikannya perlakuan. Dalam penelitian eksperimen, subjek yang diteliti disebut
target behavior. Istilah target behavior untuk penelitian modifikasi perilaku
mencakup pikiran, perasaan atau perbuatan yang dapat dicatat dan diukur. Salah
satu metode perwujudan dari pendekatan perilaku, yang mengutamakan perubahan
perilaku adalah desain kasus tunggal.
Desain kasus tunggal (single case design) merupakan sebuah desain
penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan (intervensi) dengan kasus

1
2

tunggal dimana subjek yang diteliti digunakan sebagai kontrolnya sendiri. Kasus
tunggal dapat berupa beberapa subjek dalam satu kelompok atau subjek yang diteliti
adalah tunggal. Dalam penelitian klinis, pendidikan, psikiatri, dan kedokteran,
dimungkinkan adanya kasus spesifik dengan jumlah subjek sangat terbatas
sehingga tidak mungkin untuk dilakukan komparasi antar kelompok. Di Indonesia
penggunaan desain kasus tunggal sering digunakan pada bidang psikologi dan
pendidikan sebagai perwujudan dari pendekatan perilaku (behavioral approach)
subjek, terlebih juga dalam penelitian “clinical setting” dimana tekanan pokoknya
adalah efek terapi.
Desain kasus tunggal untuk kasus tertentu dianggap paling cocok untuk
meneliti perilaku manusia, terutama apabila perilaku yang diamati tidak mungkin
diambil rata-ratanya. Dalam beberapa kasus, rata-rata kelompok tidak dapat
mencerminkan keadaan perilaku individu di dalam kelompok itu. Dengan kata lain,
rata-rata kelompok tidak selalu mencerminkan keadaan individu-individu dalam
kelompoknya. Jadi, peneliti melakukan pengukuran yang sama dan berulang-ulang
untuk mempelajari seberapa banyak perubahan yang terjadi pada variabel dependen
dari hari ke hari.
Suatu desain kasus tunggal diperlukan dan harus dilakukan pengukuran
keadaan awal (baseline) yang berupa beberapa aspek dari perilaku subjek selama
beberapa waktu sebelum perlakuan. Rentang waktu pengukuran untuk menetapkan
baseline ini disebut fase keadaan awal (baseline phase). Baseline berfungsi sebagai
landasan pembanding untuk menilai keefektifan suatu perlakuan (treatment).
Desain kasus tunggal memiliki beberapa tipe, yaitu: Basic Design (A-B),
Withdrawal Design (A-B-A, A-B-A-B), dan Multiple Baseline Design.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode observasi, dimana
variabel-variabel yang ada termasuk variabel respon dan variabel prediktor sudah
ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian sebelum dilakukan
analisis. Teknik analisis statistika yang sering digunakan berkaitan dengan
hubungan antar variabel baik masalah pemodelan dan prediksi adalah analisis
regresi. Dengan menggunakan model regresi, dapat dihitung besar perubahan pada
3

satu atau lebih variabel prediktor dalam kaitannya dengan variabel lain yaitu
variabel respon.
Perkembangan analisis regresi dimulai dengan regresi linear. Regresi linear
dapat digunakan apabila asumsi linearitas terpenuhi, yaitu terdapat hubungan yang
linear antar variabel dan juga mengasumsikan bahwa variabel respon harus
berdistribusi normal dan kehomogenan variansi.
Generalized Linear Models (GLM) merupakan suatu perluasan dari suatu
model linear. Tidak seperti model linear, distribusi dari respon tidak harus normal,
asalkan sebaran tersebut termasuk dalam distribusi keluarga eksponensial,
transformasi dari mean respon berhubungan secara linear terhadap prediktor dan
juga tidak mengharuskan kehomogenan dari variansinya. Model aditif juga
merupakan pengembangan dari model linear dimana komponen prediktornya
berupa jumlahan fungsi penghalus.
Generalized additive models (GAM) mengganti fungsi linear pada GLM
dengan fungsi aditif. Seperti halnya GLM, distribusi respon pada GAM tidak
terbatas hanya pada distribusi normal saja akan tetapi distribusi variabel respon
yang termasuk dalam keluarga eksponensial dapat dianalisis dengan model ini.
Model aditif mengganti fungsi linear dengan fungsi aditif yang tidak memiliki
bentuk yang kaku, sehingga model ini dapat digunakan meskipun hubungan
variabel respon dan prediktor tidak linear. Sehingga GAM merupakan perluasan
GLM dan model aditif.
Pengajuan untuk analisis desain kasus tunggal telah meningkat pesat dalam
dekade terakhir ini. Analisis itu meliputi ukuran efek penduga, regresi biasa, model
multilevel, statistik bayesian, dan tes pengacakan. Semua analisis ini harus
berhadapan dengan topik utama dalam semua data longitudinal yaitu tren.
Kebanyakan dari analisis desain kasus tunggal yang diajukan, apakah itu
mengasumsikan tidak ada tren ataupun model tren yang linier, bahkan dapat
dimodelkan dengan tren nonlinear. Meskipun faktanya pada kasus-kasus yang ada
dimana model nonlinear lebih cocok dengan data dibanding model linear.
Kegagalan untuk memodelkan tren dengan benar bisa memunculkan bias terhadap
koefisien dan kesalahan standarnya, juga dapat menghasilkan autokorelasi
4

mengingat bahwa kesalahan spesifikasi model dapat mempengaruhi struktur


kesalahan pada model. Untuk memperjelas, kita tidak mengatakan bahwa tren itu
adalah masalah yang harus dihilangkan.
Metode yang akan diuraikan dalam hal ini adalah Generalized Additive
Model (GAM), dimana harus digunakan untuk penelitian desain kasus tunggal pada
pemodelan tren yang benar. GAM telah diterapkan pada beragam data longitudinal
tetapi tidak pernah untuk desain kasus tunggal. Metode ini memiliki keunggulan
dibandingkan metode regresi parametrik biasa. Metode parametrik mengharuskan
peneliti untuk menentukan bentuk fungsional dari tren yang mungkin terdapat pada
data (misalnya linear, kuadrat, dan logistik). Ketika peneliti mengetahui bentuknya,
metode parametrik merupakan metode terbaik. Akan tetapi peneliti jarang
mengetahui bentuk fungsional data dengan yakin. Maka dari itu GAM membantu
untuk menyelesaikan masalah ini.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan


sebelumnya, maka penulisan tugas akhir ini bertujuan :
1. Mempelajari Single Case Design dengan tipe A-B-A-B.
2. Mempelajari metode Generalized Additive Models.
3. Mempelajari estimasi Generalized Additive Models.
4. Mempelajari metode Generalized Additive Models pada data Single
Case Design.

1.3. Pembatasan Masalah

Adanya pembatasan masalah dalam penulisan ini agar tercapai tujuan


penulisan dan tidak terdapat penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan diatas.
Pembatasan masalah pada skripsi ini meliputi pemaparan serta penggunaan
generalized additive models untuk data single case design bertipe A-B-A-B.
5

1.4. Tinjauan Pustaka

Para peneliti single case design sebelumnya jarang sekali menggunakan


analisis statistik dengan tepat, termasuk effect sizes, multilevel models, dan bayesian
analyses. Tidak ada satupun analisis memenuhi semua yang diinginkan untuk
analisis single case design yang optimal, akan tetapi ini mungkin diperbaiki dalam
waktu dekat. Para peneliti single case design akan memiliki insentif untuk
menggunakan analisis ini karena mereka menjadi lebih mudah digunakan dan
bermanfaat (Shadish, 2014).
Generalized additive models (GAM) unggul dalam mendeteksi bentuk
fungsional antara dua variabel (sering disebut tren). Dalam banyak hal,
bagaimanapun juga model ini merupakan sarana yang ideal untuk menganalisis
single case design karena dapat menentukan level, tren, variabilitas, overlap,
kedekatan efek, dan konsistensi fase dimana single case design diuji ketika
menginterpretasikan hubungan fungsional. Model ini dapat diimplementasikan
dalam berbagai cara untuk menguji apakah perlakuan efektif, apakah kasus berbeda
satu sama lain, apakah efek perlakuan bervariasi dari setiap kasus, dan apakah tren
bervariasi pada setiap kasus (Sullivan dkk, 2014).
Hastie dan Tibshirani (1986) mengadaptasikan model aditif ke dalam
generalized linear models (GLM) yang diperkenalkan oleh Nelder dan Wadderburn
(1972) yang disebut dengan generalized additive models (GAM). Model ini
mengganti fungsi linear pada generalized linear model dengan fungsi aditif yang
tidak spesifik dan teknik estimasi fungsi penghalus tersebut menggunakan
smoothing spline dalam suatu prosedur iteratif yang disebut algoritma local scoring.
Fatma Nur Hidayah (2014) dalam skripsinya berjudul “Model Logistik Aditif
Tergeneralisasi” membahas model aditif tergeneralisasi dengan variabel respon
Bernoulli menggunakan teknik estimasi fungsi penghalus cubic spline smoothing,
dengan metode estimasi algoritma local scoring.
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan data single case design dimana
variabel respon berbentuk Binomial, dan menggunakan teknik estimasi fungsi
penghalus thin plate splines, dengan metode estimasi Penalized Iteratively Re-
weighted Least Squares (P-IRLS).
6

1.5. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur.
Studi literatur adalah penelusuran literatur materi terkait yang bersumber dari buku,
media, pakar ataupun dari hasil penulusuran di internet, yang bertujuan untuk
menyusun dasar teori yang digunakan dalam melakukan penelitian ini.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi disusun sebagai berikut :


BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian,
pembatasan masalah, tinjauan pustaka, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II. DASAR TEORI
Bab ini membahas teori-teori dasar yang akan digunakan sebagai
landasan dalam penulisan skripsi.
BAB III. Model Aditif Tergeneralisasi untuk Analisis Desain Kasus Tunggal
Bab ini akan menjelaskan tentang single case design bertipe A-B-A-B,
metode generalized additive models, dengan fungsi penghalus
menggunakan thin plate splines, pemilihan parameter penghalus
menggunakan kriteria UBRE dan estimasi model menggunakan
Penalized Iteratively Re-weighted Least Squares (P-IRLS).
BAB IV. STUDI KASUS
Bab ini membahas tentang penerapan generalized additive models
untuk data single case design. Data yang digunakan dalam studi kasus
ini merupakan data penelitian “Pengaruh Kartu Respon terhadap
Perilaku Mengganggu dan Prestasi Akademik Selama Pelajaran
Matematika Kelas Empat Siswa Perkotaan” (Data Lambert et al, 2006)
dan memberikan interpretasi dari hasil yang diperoleh menggunakan
software R package mgcv.
7

BAB V. PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan
pada bab-bab sebelumnya dan saran atas kekurangan dan kelebihan
dari hasil penelitian yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai