Anda di halaman 1dari 5

STUDI KASUS:

PROSES PERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO INFEKSI DAN INFEKSI

Studi kasus: Anak Doni (laki-laki, 11 tahun)


Anak Doni, laki-laki, umur (U) 11 tahun, suku Jawa, kelas 5 sekolah dasar (SD), putra kedua pasangan suami isteri
Tn. Amir, 33 tahun, SMA, swasta dan Ny. Siti, 32 tahun, SD, ibu rumah tangga. Anak di rawat di ruang bedah anak
RSU sejak 25 September 2018 pukul 02.30 WIB dengan diagnosa paska laparotomi eksplorasi akibat Apendiksitis
Perforasi.

Hasil wawancara
(pengkajian dilakukan pada tanggal 26 September 2018, pkl 08.00 WIB)

Keluhan utama:
Anak mengeluh badan terasa hangat dan nyeri pada luka insisi. Nyeri hilang timbul, dan nyeri berkurang dengan
diusap di daerah sekitar luka operasi.

Pola Fungsional Gordon (hasil wawancara)


1. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Anak selalu berobat ke dokter jika sakit, jarang membeli obat sembarangan di warung.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Anak mendapatkan clear fluid 5 cc/jam. Anak terpadang D5% 14 tetes permenit.
3. Pola eliminasi
Anak mengeluh belum flatus dan BAB.
4. Pola istirahat-tidur
Anak tidur nyenyak, masih dalam pengaruh anestesi. Anak tidur 10-11 jam/ hari.
5. Pola aktivitas dan latihan
Anak terbaring di atas tempat tidur, mobilisasi terbatas diatas tempat tidur. Anak merasa nyaman dengan
posisi tidur terlentang.
6. Pola kognitif dan persepsi
Anak merasa bingung dan khawatir jika luka terasa sakit.
7. Pola hubungan dan peran
Anak merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Tn dan Ny. Amir. Anak merasa jauh dari temen –
temen sekolah,
8. Konsep diri dan persepsi diri
Anak khawatir apabila terdapat bekas luka.
9. Pola reproduksi
Anak berjenis kelamin laki-laki
10. Pola pertahanan diri
Anak selalu menanyakan kapan peralatan invasif dilepas.
11. Pola keyakinan dan nilai
Anak menyakini penyakit dapat disembuhkan
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran: composmentis, anak masih dalam pengaruh anestesi, anak lebih banyak tidur. TB: 134 cm, BB 26 kg
(BB/U=26/36=72%, kesan gizi kurang), wajah kemerahan, berkeringat, akral teraba hangat, nadi 125 kali permenit,
pernafasan 40 kali permenit. Anak terpasang sonde dialirkan, produksi hijau 10 cc, terpasang infus Dekstrose 5% 14
tetes permenit makro, kateter terpasang sejak tanggal 24 September 2018 dan produksi urin 150 cc/ 5 jam (diuresis
1,15 cc/kgBB/jam), urin jernih kekuningan, anak terpasang selang epidural untuk pemberian opioid intratekal oleh
dokter anestesi.

Anak cenderung melindungi daerah luka operasi saat diperiksa, ekspresi wajah meringis. Abdomen datar, agak
distensi namun supel, bising usus lemah. Pada bagian abdomen tampak adanya balutan luka pembedahan
sepanjang 10 cm, balutan bersih, tidak terdapat rembesan, dan adanya nyeri tekan di sekitar luka pembedahan. Lihat
gambar 1.

Gambar 1. Luka paska laparotomi eksplorasi hari 1


Pemeriksaan laboratorium.
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 September 2018, jam 16.47 WIB di IGD
menunjukkan kadar Hemoglobin 12,5 gr%, hematokrit 37%, angka trombosit 418.000/uL, angka
lekosit 20.900 /uL, protombrin time 18,9 (1,4 kali), plasma protombrin time 44,8 (1,38 kali),
bleeding time 2’00”, clotting time 12’00”. Kadar Ureum 29 mg/dl, Kreatinin 0,7 mg/dl, GDS 115
mg/dl. Pemeriksaan elektrolit menunjukkan Natrium 132 mEq/L, Kalium 4,6 mEq/L, Klorida 97
Meq/L, gula darah sewaktu 113 mg/L
Terapi:
Anak mendapatkan terapi Ketorolak 3 x 20 mg, Metronidazol 3 x 250 mg, Cefotaksim 2 x 750
mg. Anak tetap dicobakan clear fluid 5 cc/jam (1 sendok makan/jam), apabila perut bertambah
distensi maka pemberian dihentikan.

Pada hari ketiga perawatan, perawat mengkaji kondisi luka. Tampak luka sepanjang 10 cm,
dijahit cutgat 10 buah, dehiscence sepanjang 2 cm, tampak kemerahan, rabaan hangat,
terdapat pus hijau kekuningan. Suhu badan 38, 5º C, akral hangat, berkeringat, muka
kemerahan, Nadi 125 kali permenit, respirasi 40 kali permenit. Selama dirawat Deni malas
makan, setiap kali makan hanya habis ½ porsi. Deni menyatakan tidak suka dengan diet dari
RS. Ia juga menghindari makanan yang amis (daging, ikan) agar luka cepat sembuh. Anak
masih mendapatkan terapi Ketorolak 3 x 20 mg, Metronidazol 3 x 250 mg, Cefotaksim 2 x 750
mg.
Pertanyaan:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi pada kasus An. Deni !
2. Buat analisa data, dan rumuskan masalah keperawatan risiko infeksi !
3. Buatlah rencana tindakan untuk mengatasi masalah risiko infeksi An. Deni !
4.Pada kasus di atas, tanda yang menunjukkan adanya infeksi adalah...
5. Jelaskan patofisiologi infeksi !
6. Buat pathways infeksi !
7. Tindakan apa yang harus segera dilakukan perawat apabila menemukan kasus
luka seperti di atas? Mengapa demikian ?
8. Jelaskan komplikasi infeksi pada kasus di atas !
9. Analisis faktor budaya yang bertentangan dengan asuhan keperawatan !
10. Apakah pada kasus diatas dapat disebut surgical site infection ?
11. Jelaskan konsep yang benar tentang waktu penetapan surgical site infection
(SSI) !
12. Jelaskan konsep yang benar tentang SSI ( superfisial, deep incisional, and
organ /space)
13. Jelaskan faktor yang mempengaruhi terjadinya surgical site infection!
14. Diantara hal berikut ini, manakah yang tidak termasuk evidence base untuk
mengurangi risiko SSI? Mengapa demikian? Jelaskan satu persatu.
a. pemberian oksigen 80% melalui masker
b. pemberian cairan IV hangat selama periode pembedahan
c. membersihkan area yang dioperasi (yang penuh rambut) dengan clippers
d. mempertahankan serum glukosa < 200 mg/dl selama perioperatif
15. Cairan pembersih yang mana, yang lebih unggul dalam mencegah SSI? Jelaskan
satu persatu (kelebihan dan keterbatasannya)!
a. Alkohol
b. Povidone iodine
c. Clorhexidine
16. Pada kasus Deni, termasuk tipe SSI yang mana?
17. Jelaskan bedanya superficial SSI dan Deep SSI !
18 Pelajarilah ceklist keamanan di ruang pembedahan ini !

Anda mungkin juga menyukai