Anda di halaman 1dari 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/302026071

KERAGAMAN GANODERMATACEAE DARI


BEBERAPA KAWASAN HUTAN PULAU LOMBOK

Article · January 2016

CITATIONS READS

0 675

3 authors, including:

Fatur Rahman Sukiman Sukiman


University of Mataram University of Mataram
25 PUBLICATIONS 17 CITATIONS 5 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Biodiversity of Macrofungy in the Lombok Island View project

All content following this page was uploaded by Fatur Rahman on 07 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Januari 2016
Vol. 2 No. 1, p. 54-
ISSN: 2442-2622

KERAGAMAN GANODERMATACEAE DARI BEBERAPA KAWASAN HUTAN


PULAU LOMBOK
Aida Muspiah1, Sukiman1, Faturrahman1
1
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram,
Jl.Majapahit No.62 Telp.(0370)646506 Fax, (0370)646506 Mataram-NTB
Korespondensi :fatur@unram.ac.id

ABSTRAK
Ganoderma merupakan salah satu jenis jamur makroskopis yang menjadi kekayaan hutan
Indonesia, sementara laju pengrusakan hutan yang tinggi dapat mengancam kelestarian biota ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Ganodermataceae dari berbagai kawasan
hutan Pulau Lombok. Pengambilan sample jamur dilakukan di enam kawasan hutan yaitu hutan
Kerandangan, Pusuk, Nuraksa Sesaot, Lemor, Pergasingan Sembalun dan Gunung Tunak. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode jelajah, yaitu membagi daerah penjelajahan menjadi 2-3
jalur penjelajahan dan dilakukan dengan teknik visual sensus. Identifikasi Ganoderma didasarkan
pada karakteristik makroskopik, lalu dicocokkan dengan buku-buku identifikasi(profile matching).
Hasil penelitian diperoleh 9 spesies Ganoderma, yaitu G. applanatum, G. lucidum, G. adspersum, dan 6
isolat Ganoderma belum teridentifikasi. Ganoderma applanatum ditemukan tersebar dihampir semua
kawasan hutan dipulau Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan Bukit Pergasingan Sembalun.
Kata kunci: makrofungi, Ganoderma, Pulau Lombok
PENDAHULUAN dimanfaatkan, ataupun yang telah punah akibat
ulah manusia (Gandjar, et al., 2006). Selain itu,
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau masih banyak spesies jamur makroskopis yang
di kawasan Kepulauan Sunda kecil yang memiliki belum diketahui manfaatnya hingga saat ini,
kawasan hutan hujan tropis dataran rendah serta pemanfaatan langsung sebagai sumber makanan
kawasan hutan hujan semi-evergreen yang dapat ataupun bahan obat belum maksimal dilakukan.
ditemukan di Gunung Rinjani. Hutan di Pulau Ganoderma, merupakan salah satu jenis
Lombok termasuk dalam kategori hutan hujan makrofungi yang telah digunakan sejak abad
yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi keempat masehi sebagai salah satu komponen
termasuk didalamnya keanekaragaman jenis obat dalam obat-obatan tradisional Cina.
makrofungi, yang didukung oleh kondisi alam Pemanfaatannya sebagai obat alternatif berbagai
lantai hutan yang tetap lembab (Monk et al., penyakit terus dikembangkan (Dunham, 2000).
1997). Meskipun Ganoderma spp. telah digunakan
ratusan tahun di Cina dan Jepang sebagai obat
Makrofungi merupakan jamur yang
tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit,
memiliki tubuh buah yang cukup mencolok.
penelitian secara sistematik baru berlangsung
Tubuh buahnya berwarna menarik seperti merah
sekitar 25 tahun (Boh, et al., 2000). Pada tahun
cerah, coklat cerah, orange, putuh, kuning, krem
1997 produksi Ganoderma dunia mencapai 4500
bahkan berwarna hitam. Selain itu, jamur
ton, 3000 ton diantaranya dihasilkanoleh Cina.
makroskopis dapat langsung dilihat dengan kasat
Total perdagangan Ganoderma dunia mencapai
mata (Gandjar, et al., 2006).
1,2 juta dolar Amerika(Dunham, 2000).
Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui
Keberadaan Ganoderma pada hutan-hutan
hingga kini adalah kurang lebih 69.000 spesies
yang ada di Pulau Lombok, belum banyak
jamur yang sudah teridentifikasi. Sejumlah
diketahui. Oleh sebab itu perlu dilakukan
200.000 spesies dari 1,5 juta spesies jamur
penelitian untuk mengetahui keberadaan dan
tersebut terdapat di Indonesia. Namun, hingga saat
keanekaragaman jenis jamur makrofungi sebagai
ini belum ada data pasti mengenai jumlah spesies
upaya untuk mengeksplorasi, mengkonservasi,
jamur tersebut, yang telah berhasil diidentifikasi,
dan memanfaatkan kekayaan alam yang kita di kayu dapat dilakukan dengan mengambil
miliki. Ganoderma bersama dengan kulit kayu yang
ditumbuhinya menggunakan kapak atau kapak
kayu.

METODE PENELITIAN Identifikasi Makrofungi


Tempat dan Waktu Penelitian Karakterisasi Makroskopis.
Penelitian ini dilaksanakan Juni-Agustus Pengamatan makroskopis isolat makrofungi
2014. Pengambilan sampel dilakukan di sepanjang meliputi bentuk dan warna tudung, permukaan
jalur hutan Taman Wisata Alam (TWA) tudung, tipe tudung, diameter tudung, bentuk
Kerandangan Lombok Barat, Taman Hutan Raya tangkai, panjang dan diameter tangkai, ada atau
Nuraksa Sesaot Lobar, Hutan Pusuk Lombok tidaknya lamella atau porus dan cincin, tipe
Utara, Hutan Bukit Pergasingan Lombok Timur, lamella, tipe volva.
TWA Lemor Lombok Timur, dan TWA Gunung Apabila data atau informasi dari
Tunak Kabupaten Lombok Tengah. Identifikasi pengamatan secara makroskopis belum
makrofungi, pengolahan data dan analisis mencukupi untuk identifikasi maka akan
dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas dilakukan pengamatan secara mikroskopis.
Mataram. Pengamatan mikroskopis dilakukan untuk
mengamati warna dan bentuk spora dengan
membuat preparat spora hasil spore print
makrofungi yang kemudian diamati menggunakan
mikroskop.

Identifikasi Ganoderma.
Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan
data hasil pengamatan berupa ciri makroskopis
dan mikroskopis dan kondisi lingkungan
menggunakan buku acuan The Edible Mushroom
Book (Anna Del Conte dan Susan Campbell,
2008), The Encyclopedia of Fungi of Britain and
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel Europe (Michael Jordan, 2004), Mushroom of
Ganodermataceae. West Virginia and the Central Appalachians
(William C. Roody, 2003) dan Mushrooms of the
Pengambilan Sampel danKoleksi Ganoderma Pacific Northwest (Steve Trudell dan Joe
Sampel makrofungi diambil dengan Ammirati, 2009).
menggunakan metode jelajah (Cruise Method)
(Rugayah et al., 2004) dengan membuat jalur
penjelajahan untuk memaksimalkan hasil yang
didapat. Jalur penjelajahan dibagi menjadi 2-3 Penyimpanan Sampel Ganoderma
jalur yakni mengikuti jalan setapak yang sudah Ganoderma yang ditemukan dicuci
ada di area hutan. Pengambilan sampel untuk dengan akuades kemudian dijemur di bawah sinar
masing-masing jalur dilakukan dengan melakukan matahari langsung selama 1 minggu. Setelah
penjelajahan pada tiap jalur. Setiap jalur kering, makrofungi dioleskan dengan lem putih
ditentukan titik awal dan titik akhir penjelajahan yang berfungsi sebagai proteksi terhadap
yang dibuat dengan menggunakan GPS. Pada tiap gangguan serangga (Kuo, 2003)
awal perjalanan dimulai pada 10 meter, perjalanan
berhenti, melihat ke kiri dan ke kanan guna
melakukan visual sensus dan seterusnya sampai HASIL DAN PEMBAHASAN
titik akhir dengan tujuan agar mewakili area
penjelajahan.
Makrofungi yang ditemukan Spesies Makrofungi Berpotensi Obat
didokumentasikan dengan kamera, lalu Hasil identifikasi makrofungi atau jamur
dimasukkan ke dalam zip lock atau plastik steril makroskopis yang berpotensi obat ditemukan di
dan diberi label. Koleksi Ganoderma yang tumbuh beberapa kawasan Hutan Pulau Lombok diperoleh
9 spesies makrofungi yang kesemuanya termasuk identifikasi makrofungi. Tabel 1 berikut ini
kedalam family Ganodermataceae.Hanya ada 3 menampilkan rincian spesies makrofungi yang
spesies yang dapat diidentifikasi hingga tingkat ditemukan terbagi ke dalam divisi Basidiomycota
spesies yaitu Ganoderma applanatum, G. beserta klasifikasinya ke dalam ordo, famili,
adspersum dan G. Lucidum. Penyebab utama genus, spesies dan substrat tempat makrofungi
belum teridentifikasinya hingga tingkat spesies 6 ditemukan.
koleksi yang lain adalah diduga karena
keterbatasan literatur yang berkaitan dengan

Tabel 1. Keanekaragaman makrofungi di kawasan hutan Pulau Lombok

Divisi Basidiomycota Lokasi


No
Ordo Famili Genus Spesies Substrat
1 Polyporales Polyporaceae Fomes Fomes sp. 1 A
Ganodermataceae Ganoderma G. applanatum 1,2 A,B,D,F
G lucidum 1 E
G adspersum 1 F
Ganoderma sp1. 1 A
Ganoderma sp2. 2 B
Ganoderma sp3 1 C
Ganoderma sp4 1 C
Ganoderma sp5 1 C
Ganoderma sp6 1 C
* Lokasi : A) hutan Pusuk, B) Kerandangan, C) Nuraksa Sesaot, D) Lemor, E) Sembalun, F) Gunung Tunak
** Substrat : 1 Batang/ranting kayu mati, 2 pohon hidup, 3 tanah, 4 serasah, 5 kotoran hewan

Ganoderma applanatum ditemukan Secara umum, kondisi pH tanah pada


tersebar dihampir semua kawasan hutan dipulau kawasan penelitian berkisar antara 5.4-6.8,
Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan sedangkan kelembaban berkisar antara 67-80
Bukit Pergasingan Sembalun. Seperti diketahui dan suhu lingkungan selama penelitian adalah
bahwa G. applanatum bersifat kosmopolit 25°C-33°C. Kondisi lingkungan seluruh spesies
memiliki kemampuan adaptasi yang sangat makrofungi yang ditemukan di kawasan hutan P.
tinggi sehingga mampu hidup pada berbagai Lombok pada dua jalur penjelajahan disajikan
kondisi lingkungan. pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2: Parameter Lingkungan di Kawasan

No Lokasi Parameter Lingkungan Elevasi (ft)


Suhu udara Kelembaban pH tanah Suhu tanah
(oC) (%) (oC)
1 A 26 - 30 42 – 66 4,2 - 5,8 18,5 – 22,4 113 - 506
2 B 20 - 26 65 – 79 3 - 6,9 24,4 – 26,5 59 - 234
3 C 27 - 32 40 – 54 3,4 – 4,7 21,4 – 26,1 481 -734
4 D 22 - 31 76-90 5 - 6.6 21.3 – 24.5 382 - 474
5 E 23 - 28 42 – 66 4,2 - 5,8 18,5 – 22,4 3.715 - 3.800
6 F 26 - 32 40 – 59 3 - 7,9 24,4 – 26,5 259 - 634
* Lokasi : A) hutan Pusuk, B) Kerandangan, C) Nuraksa Sesaot, D) Lemor, E) Sembalun, F) Gunung Tunak
Data pada tabel 2 menunjukkan
bahwa kawasan hutan yang menjadi lokasi
penelitian memiliki elevasi dan karakteristik
lingkungan yang sangat berbeda, hal ini
diduga akan berpengaruh terhadap
keragaman makrofungi yang tumbuh. Pada
kawasan hutan dengan kelembaban tinggi
dan suhu udara yang rendah cenderung
didominasi oleh makrofungi yang bedaging
basah dan lunak seperti golongan Agaricus, Gambar 1. Ganoderma applanatum, dari hutan
pusuk.
sebaliknya pada kawasan hutan yang
kelembaban rendah, elevasi rendah dan suhu
tinggi cenderung didominasi oleh 2. Ganoerma lucidium (M.A. Curtis) P.
makrofungi berdaging keras dan berpori Karst
seperti golongan Polyporales. Tubuh buah Ganoderma lucidium
secara keseluruhan berwarna cokelat,
Hasil Identifikasi Jenis-Jenis Makrofungi tekstur tebal, kering dan keras dengan
Deskripsi masing-masing makrofungi ukuran yang besar (Gambar 3). Tudung
yang ditemukan pada berbagai kawasan berwarna cokelat, diameter 9,76 cm,
hutan dipulau Lombok sebagai berikut : bentuk tidak beraturan, tebal dan keras,
permukaan bawah terdiri dari lubang pori-
1. Ganoderma applanatum Pat pori berwarna putih yang sangat kecil
(Roody, 2003; Jordan M., 2004) (Gambar 3a). Stipe tidak bisa dibedakan
Spesies ini ditemukan tumbuh di kayu dengan jelas dengan tudung, biasanya
mati atau pohon hidup. Tumbuh soliter lateral dan tebal. Hidup pada batang kayu
atau dalam grup kecil secara lateral baik yang sudah mati ataupun yang masih
disubstrat. Tubuh buah berukuran besar hidup.
dengan bentuk buah seperti kipas atau
setengah lingkaran dengan tepi yang
beraturan. Tubuh buah keras tanpa stipe.
Permukaan atas tubuh buah berwarna
coklat kemerahan (Gambar 1a).
Hymenopora berpori halus warna putih
(Gambar 1b). Ukuran : diameter 82,475 -
119,225 mm, tinggi 123,4 mm dan tebal 25
- 26,35 mm.Bentuk spora secara
mikroskopis bulat lonjong warna hitam
Gambar 3. Ganoderma lucidium: (a)
kemerahan, halus. Ukuran 7,75-8,15 x
Tubuh buah (b) Tudung, (c) Pori-pori
8,42-10,46 μm (Gambar 1b).
3. Ganoderma adspersum (Schulzer) Spesies ini ditemukan tumbuh menempel
Donk di batu. Substrat awalnya adalah di kayu.
Tubuh buah tebal dan keras. Tumbuh
secara lateral disubstrat. Permukaan atas
tubuh buah berwarna hitam dengan margin
putih bergelombang. Penampakan
permukaan atas tubuh mengkilat dan licin
(Gambar 5a). Hymenopora berpori sangat
a b kecil halus warna putih (Gambar 5b).
Gambar 4. Ganoderma adspersum (a) Ukuran : diameter 94,35 mm, tinggi 55
permukaan pileus, (b) mm, diameter stipe 36 mm, panjang stipe
bagian bawah pileus 14,2 mm dan tebal tubuh buah 14,175 mm

Tubuh buah berbentuk setengah 5. Ganoderma sp2.


lingkaran atau seperti ginjal, tebal dan Tubuh buah: berdiameter 4,7 x 6,4
keras dengan diameter 31 x 56 mm dan
cm dan tebal 1,6 cm, berbentuk setengah
tebal 18 mm. Makrofungi tumbuh soliter lingkaran atau mengipas, sangat keras,
dan saprofit dengan menempel pada pohon
permukaan atas halus atau licin (Gambar
yang telah mati. Permukaan 6a) , berwarna coklat tanah-coklat
pileusberwarna abudan coklat, kasar
kehitaman dibagian ujung, permukaan
karena terdapat bagian yang tidak rata dan bawah berwarna putih tulang saat masih
terdapat bercak (cracked), sering ditutupi
segar (Gambar 6b), berwarna coklat
oleh serbuk spora berwarna coklat setelah diawetkan/dikeringkan, dan
(Gambar 4a). Bagian bawah
berpori-pori kecil halus berbentuk bulat
pileusberwarna abu, abu kehitaman dan (Gambar 6c), bagian tepi halus. Tangkai :
coklat di bagian tepi, memiliki pori yang
bertangkai pendek sepanjang 1cm. Habitat
berukuran sangat kecil, terdapat beberapa : tumbuh soliter pada permukaan tanah
lubang yang diakibatkan oleh serangga.
yang dibawahnya terdapat perakaran
Makrofungi ini tidak memiliki stipe. pohon mati.
4. Ganoderma sp1. (Trudell and Joe,
2009)

a b

a b

Gambar 5. Ganoderma sp1.(a) Gambar 6. Ganoderma sp2. (a) permukaan


permukaan atas tubuh buah, (b) atas pileus (b) permukaan bawah
Hymenopora pileus saat masih segar,
6. Ganoderma sp3.
Ganoderma sp3. memiliki tubuh buah
(fruiting body)berbentuk bracket dengan
tekstur yang keras. Permukaan atas tubuh
buah makrofungi ini halus, berwarna
kombinasi cokelat tua dan hitam serta
terdapat pola garis-garis horizontal (Gambar
7). Permukaan bawahnya berpori rapat dan
berwarna putih. Ganoderma sp3. memiliki
tubuh buah (fruiting body) dengan panjang
92.1 mm,diameter 51.05 mm dan tebal 7.05
mm. Spesies ini tidak memiliki stipe dan
ditemukan pada pohon Klokos mati.

Gambar 8. Ganoderma sp4.

8. Ganoderma sp5.
Ganoderma sp5. memiliki tubuh buah
(fruiting body) berbentuk bracket,
Gambar 7. Ganoderma sp1. permukan atas dari spesies ini berwarna
hitam dan tekstur keras dan permukaan
7.Ganoderma sp4. atas halus (Gambar 9) serta terdapat pola
Ganoderma sp4. memiliki tubuh buah garis-garis horizontal. Permukaan bawah
(fruiting body)berbentuk bracket dan berpori kecil, rapat dan berwarna hitam.
berukuran besar. Permukaan atas dari Ukuran tubuh buah (fruiting body)
tubuh buah halus berwarna cokelat, Ganoderma sp5. 92.2 mm, diameter 74.05
terdapat pola garis-garis horizontal dan mm dan tebal 7.05 mm. Stipe pada spesies
pada spesies yang telah tua biasanya ini pendek, melekat pada substrat kayu dan
ditumbuhi lumut. Permukaan bawah berwarna cokelat dengan panjang 21.05
berpori rapat dan berwarna merah bata mm dan diameter stipe 17.05 mm.
(Gambar 8). Tubuh buah (fruiting body) Ganoderma sp5. ditemukan pada kayu
Ganoderma sp4. memiliki panjang 225 mati.
mm, diameter 165mm dan tebal
11mmGanoderma sp4. tidak memiliki stipe
dan ditemukan pada pohon yang telah
mati.

Gambar 9. Ganoderma sp5.

9. Ganoderma sp6.
Ganoderma sp6.memiliki tubuh buah
(fruiting body) berbentuk bracket,
permukaan atas kasar dan keras, berwarna KESIMPULAN
hitam-cokelat dan bagian tepinya berwarna
putih (Gambar 10). Permukaan bawah Hasil explorasi dibeberapa kawasan
berwarna putih, berpori kecil padat. Ukuran hutan di Pulau Lombok diperoleh 9 spesies
tubuh buah (fruiting body) 40 mm, diameter Ganoderma, yaitu G. applanatum, G.
45.1 mm dan tebal 4.05 mm. Ganoderma lucidum, G. adspersum, dan 6 isolat
sp6.memiliki stipe yang sangat pendek dan Ganoderma belum teridentifikasi.
hampir tidak ada. Panjang stipe 1.05 mm Ganoderma applanatum ditemukan tersebar
dan diameternya 2 mm. Ganoderma dihampir semua kawasan hutan dipulau
sp6.ditemukan pada pohon Klokos mati. Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot
dan Bukit Pergasingan Sembalun.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, D. 1986. Mushroom demystified : a


comprehensive guide to the fleshy
fungi. Berkeley, CA: Ten Speed
Press. 959 p.
Gambar 10. Ganoderma sp6.
Baxter A.P, I.H Rong, C. Roux, E.J van der
Makrofungi ini dapat hidup sepanjang Linde. 1999. Collecting and
tahun (perennial), saprofit (Ostry et al., Preserving Fungi : A Manual for
2010).Secara umum Famili Mycology. SAFRINET, the
Ganodermataceae mimiliki Tubuh buah Southern-African (SADC) LOOP
berbentuk setengah lingkaran atau seperti of Bio-NET-INTERNATIONAL :
kipas, tebal, berkayu dan sangat keras. SDC Switzerland.
Permukaan pileus mengkilatnamun sering
ditutupi oleh serbuk spora berwarna coklat. Boh, B., D.Hodžar, D. Dolničar, M. Berovič
Ganoderma adalah genus yang tersebar and F. Pohleven. 2000. Isolation
luas dan mencapai varietas yang terbesar di and quantification of triterpenoid
daerah tropis. Anggota famili acids from Ganoderma applanatum
Ganodermataceae tidak dapat dimakan of Istrian origin. Food Technol.
(inedible) karena tubuh buahnya yang Biotechnol. 38: 11–18.
terlalu keras (Arora, 1986). Dapat C.J. Alexopoulos, C.W. Mins and M.
menghasilkan 1,25 juta spora tiap satu Blakwell, 1996. Introduction
semester dalam setahun. Karena tekstur Mycology. New York : John
tubuh buah yang terlalu keras, makrofungi Wiley and Sons.
ini tidak direkomendasikan untuk
dikonsumsi. Fungsi ekosistem dihutan, Dunham, M. 2000. Potential of fungi used in
Ganoderma applanatum dapat traditional Chinese medicine: II
menyebabkan pengakit white rot pada Ganoderma.
pohon (Ostry et al., 2010).Namun beberapa http://www.oldkingdom/UGproject
analisis pengetahuan menunjukkan bahwa s/Mark-Dunham/Mark-
spesies-spesies anggota famili ini memiliki Dunhamhtml. 02/04/2004.
fungsi dalam pengobatan penyakit (Watson
dan Dallwitz, 2012). Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi.
Penerbit Alumni : Bandung
Boa, Eric. 2004. Wild Edible Mushroom : A Webster J and Roland Weber. 2007).
global overview of their use and Introduction to Fungi. Cambridge
importance to people. Food and University Press: Cambridge, New
Agriculture Organization of The York.
United Nation : Rome.
Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., dan Oetari, A.
2006. Mikologi Dasar dan
Terapan. Yayasan Obor Indonesia :
Jakarta.
Jordan, Michael. 2004. The Encyclopedia of
Fungi of Britain and Europe.
London NW5 2RZ : London.
Mcknight K.H and Vera B.M. 1987. A Field
Guide to Mushroom North
America. Houghton Mifflin
Company; United States of
America.
Mishra, Shubhrata R. 2005. Morphology of
Fungi. Discovery Publishing House :
New Delhi.
Ostry Michael E, Neil A. Anderson and
Joseph G. O’Brien. 2010. Field
Guide to Common Macrofungi in
Eastern Forests and Their
Ecosystem. Function.Forest
Service, United State Departement
of Agriculture: United States.
Roody, William C. 2003. Mushroom of West
Virginia and The Central
Appalachians. The University Press
of Kentucky : United State Of
America.

Rugayah, Elizabeth A.W., dan Pratiwi.,


2004. Pedoman Pengumpulan Data
Keanekaragaman Flora. Pusat
Penelitian Biologi LIPI, Bogor.
Trudell, S. dan Joe A. 2009. Mushrooms of
the Pacific Northwest. China:
Timber Press, Inc.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai