Anda di halaman 1dari 4

Korban Terakhir

Cerpen Karangan: Afan Shabri


Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 6 January 2018

Loki bersama kelima temannya, Nadia, Axel, Dika, Raras dan Runa sering berkumpul
bersama di rumah Runa yang besar atau berjalan-jalan keluar bersama. Hari ini mereka
sedang berkumpul di kamar Runa yang mewah. Hanya Loki yang belum datang. Biasanya
alasan Loki datang telat adalah shalat Ashar lah, ngaji lah, dan alasan lain seperti ke
perpustakaan dan ketiduran di masjid. Memang hanya Loki yang beragama Islam. Yang
lainnya beragama Kristen Katolik.

“Maaf… Aku telat.” Loki datang membawa buku yang tidak terlalu tebal. Ternyata itu adalah
buku diari. Pemiliknya tidak dikenal karena tidak ada nama pemiliknya. Teman-temannya
mengangguk saja karena sudah biasa. Mereka pun membahas buku diari itu yang isinya
seperti buku cerita. Akhirnya, satu jam kemudian mereka bubar dan buku itu dibawa pulang
oleh Nadia.

Sampai di indekos, Nadia langsung mandi dan tidur tanpa makan malam. Saat ingin tidur,
tiba-tiba Nadia merasa bulu kuduknya merinding. Dan saat itu juga, ia mendengar suara yang
memanggilnya dari arah cermin rias. Bulu kuduknya pun tambah merinding. Saat ia
menghadap belakang, ia melihat sosok menyeramkan. “Ka… Kamu?” tanyanya ketakutan.
“Masih ingat aku?” tanyanya menyeramkan.
“Dalam hitungan ketiga, lampu di atasmu akan jatuh menimpa kepalamu dan saat itu juga
lampu itu akan meledak dan kamu mati. Satu, dua, tiga.”

Sosok menyeramkan itu pun menghilang dan lampu di atasnya pun jatuh menimpa kepalanya
dan lampu itu pun meledak dan menyebabkan cermin rias, kaca jendela, dan plafon di
dekatnya melayang ke arahnya dan menusuk kepalanya hingga tembus. Dan seorang Nadia
pun meninggal saat itu juga. Di malam Jum’at Kliwon.

Satu bulan kemudian di malam Jum’at Kliwon…


Tidak ada candaan, lelucon, dan sikap tanggung jawab seorang Nadia. Tidak ada keceriaan
Nadia yang menghiasi keseharian mereka. Setelah sampai di Apartemen, Axel dan Dika tidak
langsung mandi. Mereka hanyut dalam pekerjaan sendiri. Axel membuka diari yang
ditemukan Loki sebulan lalu. Sementara Dika menyalakan Televisi dan menonton filmnya
kesukaannya. Axel saja sudah merinding saat membuka diari yang dibawanya. Hawa dingin
pun menusuk tulang Dika ketika seperti ada yang memanggil nama mereka di depan televisi.
Dan satu detik kemudian sosok menyeramkan itu menampakkan dirinya. Seketika mata
mereka pun terbelalak.

“Ka…Kamu?” tanya mereka ketakutan.


“Kalian masih ingat aku, rupanya?” Kata sosok itu. “Aku sudah membunuh Nadia dengan
hipnotis, dan sekarang kalian akan mati dengan hipnotisku tanpa halangan.” Lanjut sosok itu
menyeramkan.
“Dalam hitungan ketiga, listrik di kamar kalian akan mati, kecuali televisi yang hanya
menampakkan sosok menyeramkan. Dan setelah itu televisi kalian hanya menampakkan
gambar seperti semut yang banyak. Dan lima detik kemudian televisi kalian akan meledak.”

Listrik di kamar mereka pun mati kecuali televisi mereka hanya menampilkan sosok
menyeramkan dan berubah seperti semut yang banyak.

1
2
3
4
5

Satu bulan kemudian… Malam Jum’at Kliwon…


Tidak ada keceriaan Nadia, tidak ada komentar Dika kepada cerita buatan Raras, dan tidak
ada sifat berkarismanya Axel. Di rumah Runa, mereka sedang mengingat kenangan bersama
Nadia, Dika dan Alex. Ada juga yang merasa janggal dengan kematian mereka.

“Sekarang… Hanya aku yang laki-laki.”


“Aku merasa janggal dengan kematian mereka, mereka meninggal saat malam Jum’at
Kliwon. Dan… Kematian mereka berhubungan dengan kayu, kaca, dan listrik.” Raras pun
menangis mengingat itu.
“Ya, sudah. Kita pulang saja. Hari mulai gelap.”
“Bukunya siapa yang bawa?” Tanya Runa tiba-tiba.
“Aku saja.” Raras mengambil buku dan langsung keluar kamar Runa.
“Dah.”
“Dah.”
Rupanya itulah terakhir kali Runa bertemu Raras.

Sampai di asrama dekat sekolah, Raras dan Loki berpisah karena asrama perempuan dan
asrama laki-laki dipisah.
“Sampai jumpa besok.” Kata Raras
“Bye.” Ucap Loki mengakhiri pertemuan.
Dan rupanya itu juga terakhir kali Loki bertemu Raras.

Setelah mandi dan makan malam, Raras tidur. Tanpa disadari, mahluk menyeramkan
mendekatinya dan memberikan sugesti hipnotis. “Dalam hitungan ketiga kamu akan
terbangun tapi tidak bisa berteriak. Satu, dua, tiga.”

Raras terbangun dan terkejut melihat makhluk di sebelahnya.


“Ka… Kamu?”
“Masih ingat aku… Raras?” Kata mahluk menyeramkan itu. “Dalam hitungan ketiga, kamu
akan berjalan ke depan rak buku untuk mengambil buku yang terdapat di rak paling atas. Saat
sedang mengambil buku, kamu akan kejatuhan rak tempat buku di tempatkan, dan kamu
terkena pecahan vas bunga yang berada di rak buku yang jatuh dan kamu mengalami luka
ringan di kaki dan di tangan. Semuanya akan baik-baik saja, tapi akan terjadi badai dan petir
yang kencang dan mengarah ke kamar kamu dan menjatuhkan lampu di kamar kamu dalam
keadaan lampu menyala, dan lampu itu mengenai perutmu sehingga perutmu meledak. Satu,
dua, tiga.”
Seketika itu juga sosok menyeramkan itu menghilang. Raras pun berjalan menuju rak buku
hendak mengambil buku di bagian paling atas. Tiba-tiba…
BUKKK!!! Raras terjatuh dan tertimpa kayu, buku-bukunya, dan tangannya terkena pecahan
kaca di bagian tangan dan kaki. Ia mengalami luka ringan.
“Arghhh!” Raras hanya bisa mengeluh. Tidak bisa berteriak.

Terjadi badai di luar. Tetapi tidak ada petir seperti sugesti hipnotis makhluk tadi. Baru saja ia
berpikir akan ada yang menyelamatkannya, petir sangat kencang dan ia baru bisa berteriak.
“AAAAAAA!!!” Lampu di atasnya terjatuh dalam keadaan menyala! Dan lampu itu
mengenai perutnya! Terdengar ledakan yang tidak terlalu besar dari kamar Raras yang
membuat seorang cantik Raras meninggal secara nahas.

Keesokan harinya…
TOK! TOK! TOK!
“Iya, sebentar.” Jawab Loki dengan suara parau. Dibukanya pintu. Terlihatlah wajah bingung
Runa.
“Kau sudah membaca surat kabar hari ini? Apakah kau bingung dengan garis kuning di
kamar pojok sana?”
“Bingung. Sangat bingung. Bukankah di sana kamar Raras?”
“Ya. Raras ditemukan tewas tadi malam. Dan nahasnya lampu di atasnya Raras terjatuh dan
perutnya meledak.”
Runa yang mendengar itu pun air matanya langsung mengalir deras.
“Kita bicarakan besok. Ada yang ingin kubicarakan.”
Entah mengapa, saat itu air mukanya terlihat serius.

Satu bulan kemudian setelah kematian Raras… Malam Jum’at Kliwon…


19.00
“Aku menyangka ini pembunuhan karena berhubungan dengan kayu, kaca, listrik dan…”
“Buku itu. Di malam terakhirnya, Raras membawa buku itu, kan. Axel, Dika dan Nadia pun
juga membawa buku itu, kan.”
“Ya, sudah. Mungkin temanku Doni sudah selesai dekat sini.” Kata Loki sambil mengambil
buku itu.
“Tunggu, aku belum pernah membaca buku itu. Nanti kalau aku selesai membaca buku itu,
aku akan membuangnya.”
Loki menatap Runa ragu. “Ya, sudah. Ini bukunya. Aku pergi dulu ya.”
“Sampai jumpa besok.”
Loki langsung mendapati Doni di taman dekat rumah Runa. Dan langsung pergi ke masjid
untuk shalat isya.

19.40
Di rumah Runa…
Runa tertidur di depan komputer nya yang menyala. Ia sangat capek setelah pulang dari
sekolah SMAN tadi. Tanpa disadari, sosok menyeramkan mendekati nya.

“Dalam hitungan ketiga, kamu akan terbangun dan tidak bisa berteriak melihat sosokku. Satu,
dua, tiga.”

Runa pun terbangun dan terkejut melihat mahluk di sebelahnya. Ia ingin berteriak. Tapi tidak
bisa. Dia hanya bisa berkata…
“Ka… Kamu?” Tanya Runa ketakutan.
“Kamu masih ingat aku rupanya. Dan kamu ingin merasakan apa yang dirasakan temanmu
yang sudah meninggal. Kalau tidak mau, jangan membawa dan membaca buku itu!
BUANGLAH BUKU ITU ATAU KAU AKAN MATI!!!”
Tapi Runa masih penasaran dengan buku itu. Ia hanya mematung.
“Kalau begitu, dalam hitungan ketiga, kamu akan kejatuhan kayu-kayu di atas kakimu dan
tiga detik kemudian, komputer di depanmu meledak. Satu, dua, tiga.” Senyum mahluk itu
mengambang dan seketika makhluk itu menghilang. Tiba-tiba, kayu-kayu berjatuhan
mengenai kaki Runa.

Satu, dua, tiga. DUARRR!!!


Komputer di depannya meledak dan menyebabkan kematian seorang cantik bernama Runa.

Loki dan Doni sehabis salat isya tidak langsung ke asrama. Melainkan ke rumah Runa karena
mendengar kabar Runa meninggal. Di sana, Loki menangis kencang dan Doni hanya
menenangkannya. Loki berhenti menangis saat menemukan bukti yang kuat. Ia segera
mengambil buku diari itu tanpa diketahui siapapun. Loki langsung pergi ke asrama bersama
Doni.

Sampai di asrama, Loki dan Doni masuk ke kamar mereka. Doni pun berpamitan ingin
membeli makan malam untuk mereka.
Saat Doni pergi membeli makan malam, Loki tertidur dan sosok menyeramkan
mendekatinya. Sosok menyeramkan itu adalah Aqela yang dulu mereka (lima sekawan
karena Loki belum bergabung) bunuh dengan sengaja dengan hipnotis yang membuat kayu di
atas Aqela terjatuh dan mengenai perutnya, kaca jendela yang beterbangan hingga
menusukan tangan dan kaki Aqela dan lampu di atasnya Aqela jatuh menuju kepalanya
sehingga kepalanya meledak. Aqela tidak bermaksud membunuh Loki. Tapi membuatnya
kecelakaan dan lima tahun dan amnesia setelah bangun dari komanya.

“Dalam hitungan ketiga, kamu akan bermimpi melihat Kuchisake-onna yang ingin
menggunting lehermu dan kamu langsung berlari menuju lobi memakai lentera tanpa alas
kaki dan seketika kayu, kaca, dan lampu beterbangan ke arahmu. Dan kamu berlari menuju
jalan dan kamu tertabrak mobil SUV yang melaju kencang ke arahmu. Kamu koma selama
lima tahun dan amnesia setelah bangun dan hanya mengingat lima teman yang meninggal,
keluargamu, dan Doni. Satu, dua, tiga.”

“Dan dalam hitungan ketiga lagi, kamu bangun dan tak bisa melihatku dan apa yang ada di
mimpimu itu terjadi. Satu, dua, tiga.”

Loki terbangun dan melihat Kuchisake-onna ingin menerkamnya dan Loki mengambil lentera
dan berlari menuju lobi asrama dan ia melihat kaca, kayu, dan lampu terbang ke arah Loki. Ia
berlari tanpa alas kaki menuju jalan raya yang sudah sepi. Seketika itu juga ia tertabrak mobil
SUV yang melaju kencang kepadanya. Kejadian… Yang membuat sugesti Aqela itu.
Pembunuh… Yang tidak akan bisa diketahui siapapun.

Selamanya.

Anda mungkin juga menyukai