Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KESEHATAN GIGI DAN MULUT (ANAK USIA SEKOLAH)


DENGAN PENYAKIT ACUTE MYELOID LEUKAEMIA (AML)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir PKK Anak II

Disusun Oleh:

Cucu Kurniawati (043-315-15-0-009)

PROGRAM STUDI DIII TINGKAT 3 KEPERAWATAN


STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KESEHATAN GIGI DAN MULUT (ANAK USIA SEKOLAH)
DENGAN PENYAKIT ACUTE MYELOID LEUKAEMIA (AML)

Pokok bahasan : Kesehatan gigi dan mulut (anak usia sekolah)


Sub- pokok bahasan : Pengertian kesehatan gigi dan mulut, manfaat
menggosok gigi, penyebab terjadinya kerusakan
gigi, cara perawatan gigi dan mulut yang tepat, dan
langkah-langkah menggosok gigi yang benar.
Sasaran : Anak usia sekolah (kelas 3 SD)
Tempat : Ruangan Kenanga I (1.5) Rumah Sakin Dr. Hasan
Sadikin Bandung
Waktu : Kamis, 05 Oktober 2017, pukul 13.0013.45 WIB
(20 menit materi)

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut (anak usia
sekolah), peserta mampu melaksanakan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

II. Tujuan instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut (anak
usia sekolah) selama 45 menit, diharapkan peserta mampu:
1. Menjelaskan mengenai pengertian kesehatan gigi dan mulut (anak usia
sekolah)
2. Menjelaskan mengenai manfaat menggosok gigi.
3. Menyebutkan 2 dari 4 penyebab terjadinya kerusakan gigi secara benar.
4. Menjelaskan 3 dari 5 cara perawatan gigi dan mulut secara tepat.
5. Mampu memperagakan cara menggosok gigi dengan benar.
III. Materi (Terlampir)
Dalam penyuluhan, materi yang akan disampaikan adalah:
1. Pengertian kesehatan gigi dan mulut.
2. Manfaat menggosok gigi.
3. Penyebab terjadinya kerusakan gigi.
4. Cara perawatan gigi dan mulut yang tepat.
5. Langkah-langkah menggosok gigi yang benar.

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi

V. Media
1. Leaflet

VI. Kegiatan Belajar Mengajar

No. Waktu Kegiatan Respon


1. 5 menit Pembukaan:
 Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Mengingatkan kontrak  Menyepakati
waktu kontrak
 Menjelaskan tujuan dan
 Mendengarkan
pokok bahasan yang akan
 Menjawab
disampaikan
pertanyaan.
 Melakukan Apersepsi

2. 20 menit  Menggali pengetahuan  Menjawab


sasaran penyuluhan tentang
Kesehatan Gigi dan Mulut.
 Menjelaskan mengenai
 Mendengarkan
pengertian kesehatan gigi dan
mulut.
 Menjelaskan manfaat
 Mendengarkan
menggosok gigi.
 Menjelaskan penyebab
terjadinya kerusakan gigi.  Mendengarkan
 Menjelaskan cara perawatan
gigi dan mulut yang tepat.
 Memperagakan cara  Mendengarkan
menggosok gigi dengan benar.
 Melihat &
memperagakan
3. 20 menit Terminasi:

 Evaluasi kegiatan berupa  Aktif menjawab

tanya jawab

 Merangkum materi yang telah  Mendengarkan

diberikan
 Mengucap salam  Menjawab
salam

VII. Rencana Evaluasi


A. Struktur
1. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan bisa
digunakan dengan baik dalam penyuluhan yaitu: Leaflet
2. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dengan baik antara lain: Kursi, Sikat gigi atau kassa/ lidi
woten, Pasta gigi atau laserin/ betadine kumur, dan Phantom gigi.
3. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan di buatkan leaflet, agar
lebih mudah saat penyampaian materi kepada peserta.
B. Proses Penyuluhan
Penyuluhan Kebersihan Gigi dan Mulut berlangsung lancar dan terjadi
proses interaksi antara penyuluh dengan peserta yang menerima
penyuluhan.
C. Hasil Penyuluhan
1. Jangka pendek
Setelah diberikan penyuluhan peserta mampu:
a. Memahami materi penyuluhan sebanyak 70% dari apa yang telah
disampaikan dengan kriteria mampu menjawab pertanyaan yang
akan diberikan oleh penyuluh.
b. Menjelaskan kembali pengertian Kesehatan Gigi dan Mulut.
c. Menjelaskan manfaat menggosok gigi.
d. Menyebutkan tanda dan gejala adanya kerusakan gigi.
e. Menyebutkan penyebab terjadinya kerusakan gigi secara benar
f. Menjelaskan cara perawatan gigi dan mulut secara tepat.
g. Memperagakan cara menggosok gigi dengan benar.
2. Jangka panjang
Meningkatkan pengetahuan peserta sejak dini tentang pentingnya
kesehatan gigi dan mulut serta mampu menerapkan cara memelihara
kesehatan gigi dan mulut dalam kehidupan sehari-hari.
KESEHATAN GIGI DAN MULUT (ANAK USIA SEKOLAH)

DENGAN PENYAKIT ACUTE MYELOID LEUKAEMIA (AML)

PROGRAM STUDI DIII-3 KEPERAWATAN

STIKEP PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

OKTOBER, 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan leaflet mengenai Kesehatan gigi dan mulut
(Anak usia sekolah) ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwasanya leaflet ini masih jauh dari


kesempurnaan. Leaflet ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman pelaksanaan mengenai Kesehatan gigi dan mulut (Anak usia sekolah)
yang sehat.

Penulis berharap leaflet ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, sampai
akhirnya penulis mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran
demi perbaikan leaflet ini dan dengan suatu harapan yang tinggi agar leaflet yang
sederhana ini dapat memberikan sumbangan pikiran demi pembangunan ilmu
pengetahuan dan kesehatan masyarakat khususnya anak usia sekolah.

Bandung, Oktober 2017

Penulis
Latar Belakang
Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain.
Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya,
sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat
merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang
menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi. Upaya kesehatan gigi
perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran
masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan
perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi
secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal
manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan
(Pratiwi, 2007).

Mulut bukan hanya untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi
fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut
merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa
mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena banyak penyakit umum
mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Pada umumnya
keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan
makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa.
Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan
gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang
mengalami karies (Machfoedz dan Zein, 2005).

Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Gigi
berlubang atau karies gigi adalah proses kerusakan gigi yang dimulai dari
permukaan gigi atau enamel menuju ke dalam gigi atau dentin. Proses tersebut
terjadi karena sejumlah faktor di dalam mulut yang berinteraksi satu sama
lain. Masyarakat umumnya cenderung beranggapan bahwa gigi susu tidak
perlu dirawat karena akan diganti dengan gigi tetap. Sehingga, hal ini
menyebabkan keadaan gigi susu saat diperiksakan di klinik sudah parah dan
anak berisiko menderita sakit gigi dengan segala macam komplikasi yang
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada masa sekarang, kasus kerusakan gigi pada anak telah meningkat
secara dramatis di dunia. Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia
sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita
karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin.
Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi
merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5
kali lebih tinggi dari penyakit asma. Karies merupakan penyebab patologi
primer atas penanggalan gigi pada anak-anak dan sekitar 29%  59% orang
dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun mengalami karies.

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal


yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan
perawat gigi. Menurut data terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan
dari riskesdas (riset kesehatan dasar) tahun 2007, sekitar 72 persen penduduk
Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi berlubang) dan 46,5
diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Dalam hal kebiasaan
menggosok gigi, sebanyak 91 persen penduduk usia 10 tahun ke atas telah
melakukannya setiap hari, namun hanya tujuh persen yang menggosok gigi
dua kali di waktu yang benar, yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur
malam. Hasil riset juga menunjukkan hanya 7,3 % penduduk yang dinilai
telah menggosok gigi dengan benar. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
juga memperlihatkan data memprihatinkan bahwa sebanyak 89% anak-anak di
bawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang. Dengan kata lain
hanya 11% anak Indonesia yang terbebas dari karies. Secara rata-rata
penduduk Indonesia memiliki angka PTI (besarnya keinginan seseorang untuk
menambal giginya dalam usaha mempertahankan gigi tetap) sangat rendah,
yaitu hanya sebesar 1,6%

Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah


penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi. Secara umum kesehatan
mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi
prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik
yang signifikan. Karies gigi masih perlu mendapat perhatian karena hingga
dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah
penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak.

Faktor di dalam mulut (faktor dalam) yang berhubungan langsung


dengan terjadinya proses karies atau gigi berlubang antara lain struktur gigi,
morfologi gigi, susunan dari gigi geligi di rahang, derajat keasaman air ludah
(saliva), kebersihan mulut dan frekuensi makan makanan manis. Faktor
tersebut berinteraksi, berkaitan dan mempunyai urutan besar peranan tertentu.
Penyebab tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya karena
faktor perilaku dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang belum merata.
Selain itu penyebab utama terjadinya kerusakan gigi berawal dari bagaimana
pola hidup manusia itu sendiri. Sebab, tanpa adanya perawatan dan perhatian
khusus kepada gigi memperbesar kemungkinan kerusakan gigi sejak dini. Pola
hidup yang tidak sehat seperti sering mengkonsumsi rokok, teh, atau kopi,
juga menjadi salah satu penyebab kerusakan gigi.

Oleh karena itu, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan cara
yang tepat untuk mengubah perilaku hidup yang tidak sehat itu, serta dapat
membantu dalam masalah perawatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah.
Dengan adanya penyuluhan ini dapat memberikan edukasi mengenai
kesehatan gigi dan mulut serta memberikan motivasi kepada masyarakat
tentang merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut. Disamping
sebagai upaya promotif dan preventif bagi masyarakat yang terkena maupun
yang belum.
KESEHATAN GIGI DAN MULUT (ANAK USIA SEKOLAH)
DENGAN PENYAKIT ACUTE MYELOID LEUKAEMIA (AML)

A. Pengertian Kesehatan Gigi dan Mulut (Anak Usia Sekolah)


Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Pendidikan kesehatan gigi
dan mulut merupakan suatu proses pendidikan yang timbul atas dasar
kebutuhan kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk menghasilkan
kesehatan gigi dan mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus
dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari
memperhatikan diet makanan, jangan terlalu banyak makanan yang
mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan plak dan sisa
makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai
merusak struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi
yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa
dipertahankan lagi. Kunjungan berkala ke dokter gigi hendaknya dilakukan
teratur setiap enam bulan sekali baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan.
Dengan perawatan yang tepat pada gigi, maka akan dapat menghindari
berbagai masalah gigi dan gusi seperti gigi berlubang dan karang gigi serta
masalah bau mulut.

B. Manfaat Menggosok Gigi


1. Supaya gigi tetap bersih.
2. Untuk menambah percaya diri karena memiliki gigi putih, bersih, dan
senyum yang sehat.
3. Agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut.
4. Dapat berfungsi dengan baik.
C. Tanda dan Gejala Gigi Berlubang
1. Tanda Gigi Berlubang
Tanda-tanda gigi mulai berlubang adalah dimulai dengan munculnya plak
putih seperti kapur pada permukaan gigi. Selanjutnya, warnanya akan
berubah menjadi cokelat, kemudian mulai membentuk lubang. Spot
kecokelatan yang buram menunjukkan proses demineralisasi yang sedang
aktif. Oleh sebab itu, diperlukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini
timbulnya lubang.
2. Gejala Gigi Berlubang
Apabila kerusakan telah mencapai dentin (dentin merupakan bentuk
pokok dari gigi yang melindungi daerah akar gigi), biasanya mengeluh
sakit atau timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas atau
dingin.
Gejala gigi berlubang umumnya, adalah sakit gigi, gigi menjadi
sensitif setelah makan atau minum manis, asam, panas, atau dingin.
Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi, nanah di sekitar gigi, nyeri
ketika menggigit dan bau mulut (Halitosis).

D. Cara Perawatan Gigi dan Mulut yang Tepat


1. Lakukan dengan cara yang tepat, pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang
lembut dan rapat. Kemudian, terapkan cara menyikat gigi yang benar,
yaitu menyikat dari arah gusi ke ujung gigi dengan gerakan berulang dan
tidak terlalu keras.
2. Disiplin, segala sesuatu yang dilakukan secara rutin akan memberikan
perubahan yang berarti. Rajin menyikat gigi dengan cara yang benar dan
di waktu yang tepat yaitu minimal dua kali sehari yaitu sesudah sarapan
pagi dan sebelum tidur malam.
3. Batasi mengkonsumsi makanan manis, makanan yang manis dan lengket
mudah melekat pada gigi yang bilamana tidak langsung dibersihkan akan
membentuk plak dan akhirnya menyebabkan kerusakan gigi. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan menyikat gigi segera setelah mengonsumsi
makan tersebut.
4. Pasta gigi pilihan dengan perpaduan bahan alami dan ilmiah, pemilihan
pasta gigi yang tepat juga membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Pasta gigi yang mengandung perpaduan bahan alami (jeruk nipis, garam
dan daun sirih) untuk merawat kesehatan gigi dan mulut secara alami, dan
bahan ilmiah (kalsium dan fluoride) sebagai perlindungan maksimum agar
gigi tidak mudah berlubang.
5. Periksa gigi secara rutin, jagalah kebersihan gigi dan mulut dengan
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setidaknya setiap
enam bulan sekali dengan catatan rutin.
E. Langkah-langkah Menggosok Gigi dengan Benar
Kunci utama kebersihan gigi adalah menyikat gigi dengan benar secara
teratur. Berikut adalah cara menyikat gigi yang benar:
1. Tempatkan sikat pada sudut 45° terhadap gusi.
2. Lakukan gerakan menyikat ringan dari kanan ke kiri dan sebaliknya.
3. Lakukan hal yang sama di bagian dalam dan bagian luar gigi.
4. Sikat bagian permukaan gigi geraham yang Anda gunakan untuk
mengunyah.
5. Sikat bagian dalam gigi depan secara vertikal dan ringan dengan gerakan
atas ke bawah.
6. Sikat setidaknya dua kali sehari dan jika mungkin setelah makan.
7. Menyikat gigi setidaknya selama tiga menit.
8. Jangan menyikat gigi segera setelah makan makanan atau minuman yang
asam. Efek gabungan dari asam dan menyikat dapat menggerus email gigi.

Adapun perawatan gigi khusus pada anak dengan penyakit Acute


Myeloid Leukaemia (AML) dalam upaya menghindari perdarahan gusi pasca
kemotherapy, antara lain:
1. Sediakan kassa atau lidi kapas, dan laserin atau betadine kumur.
2. Buka mulut.
3. Lakukan gerakan menyikat ringan dengan kassa atau lidi kapas dari kanan
ke kiri dan sebaliknya.
4. Lakukan hal yang sama di bagian dalam dan bagian luar gigi.
5. Sikat bagian permukaan gigi geraham yang digunakan untuk mengunyah.
6. Sikat bagian dalam gigi depan secara vertikal dan ringan dengan gerakan
atas ke bawah.
7. Bersihkan setidaknya dua kali sehari dan jika mungkin setelah makan.
DAFTAR PUSTAKA

Djuwita, I dan Sridadi. (1993). Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: Departemen


Kesehatan.
Herijulianti, dkk. (2002). Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC.
Stoll, F. A, dkk. (1972). Dental health education. Philadelphia: Lea & Febiger.

Anda mungkin juga menyukai