Anda di halaman 1dari 4

Coking Coal

Coking coal adalah batubara yang ketika dipanaskan pada temperatur tinggi tanpa udara
mengalami tahapan plastis sementara, yaitu secara berurutan mengalami pelunakan,
pengembangan, dan memadat kembali menjadi kokas. Kokas sebagai bahan baku proses
pembuatan baja di dalam blast furnace, kokas dihasilkan dari pemanasan batubara jenis coking
coal.
Coking coal didefinisikan sebagai batubara yang mengalami pelunakan, pemuaian dan
mengeras kembali menjadi kokas selama proses karbonisasi [8]. Proses tersebut dinamakan
tahapan plastis. Zona plastis yang dilalui oleh kokas ditunjukan pada Gambar 2 [1]. Batubara
jenis ini digunakan untuk membuat kokas pada industri besi baja, pengecoran, dan industri
lainnya. Bituminous memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai coking coal, terutama pengujian
kadar batubara termasuk moisture, ash, kandungan sulfur, kandungan volatile, tar dan plasticity.
Coking coal merupakan batubara yang diubah menjadi kokas dengan menghilangkan
pengotornya untuk menghasilkan karbon yang hampir murni. Sifat fisik dari batubara kokas
menyebabkan batubara melunak, mencair dan kemudian membeku kembali menjadi bongkahan
keras namun berpori pada saat dipanaskan tanpa udara. Coking coal juga harus memiliki
kandungan sulfur dan fosfor rendah. Kokas terbuat dari pembakaran dari campuran batubara
bituminus (disebut juga metallurgical coal atau coking coal) pada temperatur tinggi tanpa udara
sampai volatile matter-nya hilang. Hampir semua coking coal digunakan dalam oven kokas.
Proses tersebut terdiri dari pemanasan batubara menjadi kokas sekitar 1000-1100ºC tanpa
oksigen untuk menghilangkan senyawa volatile (pirolisis). Proses ini menghasilkan bahan
berpori keras yang dinamakan kokas. Kokas digunakan terutama untuk melebur bijih besi dan
bahan besi lainnya di dalam blast furnace, penggunaan kokas sebagai sumber panas dan agen
pereduksi untuk menghasilkan pig iron atau hot metal. Kokas, bijih besi, dan kapur dimasukan
kedalam blast furnace secara continous. Udara panas ditiupkan ke dalam furnace untuk
membakar kokas, sebagai sumber panas dan agen pereduksi oksigen untuk menghasilkan besi
cair.
Gambar 2. Zona Plastis Coking Coal [1]

Coking adalah sifat yang berhubungan dengan perilaku batubara selama proses carbonisation
(proses pembuatan coke secara komersial) serta sifat coke yang dihasilkannya. Tes ini dilakukan
pada tingkat pemanasan yang lambat yang lebih mirip dengan tingkat pemanasan pada coke
oven. Tes untuk mengukur sifat coking ini adalah Gray-king coke type, dilatometry (Audibert-
Arnu), plastometry (Gieseler). Selain untuk memperkirakan potensi batubara dalam pembuatan
coke, kedua sifat ini juga penting dalam pengklasifikasian batubara.
Coking Coal
Coking coal adalah batubara yang digunakan dalam proses pembuatan coke atau kokas yang
dipakai dalam industri pembuatan baja dan besi. Istilah lain yang menjadi sinonim
untuk coking coal adalah metallurgical coal. Untuk mempelajari coking coal maka pemahaman
tentang coke harus dimiliki terlebih dahulu, karena secara sederhana coking coal adalah batubara
yang memiliki atribut yang sesuai untuk diproses menjadi coke. Coke atau kokas sendiri adalah
bahan keras yang memiliki porositas dan konsentrasi karbon tinggi yang dihasilkan dari proses
pemanasan batubara bituminous tanpa udara pada temperatur yang sangat tinggi (pirolisis). Coke
dihasilkan dengan memanaskan batubara di dalam coke oven pada keadaan reduksi. Seiring
dengan bertambahnya temperatur, batubara akan menjadi bersifat plastik, mengalami fusi secara
bersamaan sebelum mengalami resolidifikasi menjadi partikel coke. Ini dikenal sebagai
proses caking.
Kualitas coking coal secara garis besar dipengaruhi oleh coal rank, komposisi (kandungan
mineral & makeral inert reaktif), dan kemampuan inheren saat dipanaskan, menjadi plastik, dan
resolidifikasi menjadi masa koheren. Batubara bituminus dengan kelas high volatile A, medium
volatile, dan low volatile memiliki properti ini, namun tidak semuanya dapat memproduksi kokas
dengan kualitas yang diinginkan. Beberapa bahkan dapat bersifat destruktif terhadap oven kokas.
Untuk mengkompensasi kekurangan batubara individual dengan keseluruhan properti yang
diinginkan, proses pencampuran akan dilakukan terhadap 2 hingga 20 batubara berbeda.
Campuran batubara ini dapat dimanajemen untuk mengoptimasi kualitas kokas dan mereduksi
biaya material mentah. Batubara individual dan campuran harus memiliki proporsi komponen
inert dan reaktif yang pantas, harus memiliki mineral alkalis dengan konsentrasi rendah, ash dan
sulfur rendah dan cukup memiliki sifat termoplastik untuk mengikat keseluruhan komponen
bersama. Pada waktu yang bersamaan , mereka juga harus menyediakan level kontraksi yang
memungkinkan masa kokas untuk dapat dipindahkan dari oven kokas.

Gambar 1.3 Skema pemanfaatan kokas dalam industri pembuatan baja.

Coking coal pada umumnya dimanfaatkan untuk industri baja atau besi yang terintegrasi. Saat
proses pembuatan baja dilakukan, terdapat dua bahan mentah yang dibutuhkan yaitu biji besi dan
kokas. Kokas yang berasal dari coking coal digunakan untuk mengkonversikan biji besi menjadi
besi cair. Dalam penggunaannya terdapat tiga kategori coking coal: (1) hard coking coal yang
menghasilkan kokas dengan kualitas tinggi; (2) semi-soft coking coal yang menghasilkan kokas
dengan kualitas lebih rendah; dan (3) PCI coal. PCI coal secara umum tidak dianggap sebagai
metallurgical coal, dan lebih digunakan untuk menggantikan kokas yang mahal pada proses
injeksi di tanur. Instalasi pembuatan baja akan mengoptimasi penggunaan semi-soft coking
coal dan PCI coal dalam rangka mereduksi biaya operasional keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai