Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-
negara sedang berkembang. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel, serta
meningkatnya respon saluran napas (hipereaktivitas bronkus) terhadap berbagai stimulant. Inflamasi
kronik ini akan menyebabkan penyempitan (obstruksi) saluran napas yang reversible, membaik secara
spontan dengan atau tanpa pengobatan.
Gejala yang timbul dapat berupa batuk, sesak nafas dan mengi. Asma dapat bersifat ringan dan
tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan
kegiatan harian sehingga menurunkan kualitas hidup. Menurut GINA (Global Initiative For Asthma) 2006,
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan,
inflamasi kronik ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
yang luas namun bervariasi, biasanya bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan.
Di dunia meliputi di Inggris sekitar 2,5 juta penderita asma bronkiale yang perlu pengobatan dan
pengawasan rutin, 10% anak-anak dan 7% dewasa (Crockett A, 1997). Di Amerika serikat diperkirakan
9,5 juta penduduk menderita asma, di Jerman 9 juta penduduk. (Carpenito, 2000 : 128). Badan
kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan,
jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini
tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga di negara maju sekalipun. Penduduk Indonesia
menderita asma. Berdasarkan laporan Heru Sundaru (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM),
prevalensi asma di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%). Secara
nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit Asma tertinggi di Indonesia adalah Aceh Barat
(13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat (11,5%), Boalemo (11,0%), Sorong Selatan
(10,6%), Kaimana (10,5%), Tana Toraja (9,5%), Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%). Sedangkan 10
kabupaten/kota dengan prevalensi Penyakit Asma terendah adalah Yakuhimo (0,2%), Langkat (0,5%),
Lampung Tengah (),5%), Tapanuli Selatan (0,6%), Lampung Utara (0,6%), Kediri (0,6%), Soppeng (0,6%),
Karo (0,7%), Serdang Bedagai (0,7%), dan Kota Binjai (0,7%).
Definisi
Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan peradangan saluran napas kronis. Hal ini
didefinisikan oleh riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, sesak dada dan batuk yang
bervariasi dari waktu ke waktu dan dalam intensitas, bersama-sama dengan keterbatasan aliran udara
ekspirasi yang bervariasi. (GINA 2016)

Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan
napas yang menimbulak gejala episodic berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan
napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.

Epidemiologi
Penderita asma kurang lebih 300 juta di dunia. Prevalensi anak dan dewasa kurang lebih 1-18%.
Terdapat peningkatan prevalensi asma di Afrika, Amerika latin dan sebagian Asia yang menjadikannya
sebagai “Global Burden Disease”. Sebanyak 15 juta pasien mengalami disabilitas karena asma.
Mortalitas yang terjadi di dunia sekitar 250.000 orang.

Etiologi
a. Host factor
 Genetic : atopi/airway hyperresponsiveness
 Obesitas
 Jenis kelamin

b. Environmental factor
 Allergen
 Infeksi (viral)
 Occupational sensitizer
 Perokok aktif ataupun pasif
 Polusi udara di dalam atau di luar ruangan
 Makanan (dietary)

Anda mungkin juga menyukai