Combustio/luka bakar adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena kontak
dengan sumber panas sehingga menyebabkan kerusakan pada kulit, mukosa, dan jaringan
lebih dalam, sumber panas tersebut dapat berasal dari : air panas, minyak panas, arus listrik,
dan luas lukanya. Pada wajah bisa menyebabkan ganggungan jalan nafas apabila pasien
menghirup jalan nafas yang menyebabakan trauma inhalasi. Pada bagian jari dan persendiaan
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem
dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar
kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi
bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan
gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah
lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa
lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam,
permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema
PATOFISIOLOGI
1. Keparahan luka bakar berhubungan dengan suhu dan lamanya pejanan terhadap
sumber panas
2. Kulit mengalami kandungan air yang tinggi, sehingga mengalami overheat secara
disingkirkan.
4. Daerah luka bakar dibagi menjadi 3 : zona koagulasi (sentral), zona tengah (zona
ke jaringan intertisial.2
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di
rumah sakit. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan
bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada
fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui
rawat jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini
merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut
hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai
jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat
sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung
sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.2
LUAS LUKA BAKAR
Wallace membagi tubuh atas bagian – nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal
Lengan : 18 %
Badan Depan : 18 %
Badan Belakang : 18 %
Tungkai : 36 %4
Genitalia/perineum : 1 %
Total : 100 %
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
a. Dewasa
1. Luka bakar berat
a. Derajat 3pada tangan, kaki,wajah, atau genetalia
b. Luka bakar berhubungan dengan trauma inhalasi – inhalasi asap
c. Luka bakar derajat 3 mlebihi dari 10 % permukaaan tubuh
d. Luka bakar derajat 2 yang mengenari lebih dari 30 % permukaan tubuh
e. Komplikasi edema dan nyeri , painfell swollen deformitas pada
ekstremitas
f. Luka bakar sedang pada pasien < 5 tahun dan > 55 tahun
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat 3 pada 2 – 10 % permukaan tubuh tidak termasuk
kritikal areas.
b. Luka bakar derajat 2 pada 15%-30 % permukaan tubuh
c. Luka bakar superficial (derajat 10 pada > 50% permukaan tubuh
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat 3 pada , 2 % permukaan tubuh
b. Luka bakar derajat 2 pada < 15 % permukaan tubuh
b. Bayi dan anak – anak
luka bakar berat
a. Luka bakar derajat 3/2 pada . 20% permukaan tubuh
b. Luka bakar mengenai kaki, tanagn, wajah jalan nafas atau genetalia.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein
sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga
destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
e. Evaluasi awal
f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang
lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan
RESUSITASI CAIRAN
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama
pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan
resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar,
tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah
karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,
kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24
jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian
garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena
luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
jam pertama
Setengah cairan pertama diberikan 8 jam perta, setengah selanjutnya
kecil
2. Kehilangan cairan dan panas lebih besar
3. Esiko tinggi terjadi hipotermi, shock, dan gangguan jalan nafas
a. Usia 10-40 tahun luka bakar derajat 2 lebih dari 15 % , luka derajat 3 lebih dari 3%
b. Usia <10 tahun dan > 40 tahun luka bakar deraja 2 lebih dari 10%, luka bakar derajat
3
c. Luka bakar yang mengenai wajah, tangan,kaki atau perineum
d. Luka bakar listrik
e. Luka bakar yang menyebabkan penderita tidak dapat merawat diri sendiri.
1. Eksisi dan graft dilakukan apabila hemodinamika stabil, biasanya pada hari 2-4
2. Eksisi dilakukan lapis demi lapis sehingga tercapai lapisan kulit yang maih viable
3. Sebelum dilakukan graft harus dilakukan debredement luka yang baik, infeksi
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Hasil terbaik tergantung pada ukuran luka bakar dan usia pasien
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau
3. Organic Compounds
penangananya adalah
1. Sikat sisa bahan kimia pada lokasi luka, baru dibilas dengan air
2. Singkirkan pakaian korban
c. Tutup badan korban dengan kain steril atau kertas bersih
d. Penanganan kusus pada mata
a. Bilas perlahan dan lama
b. Irigasi pada mata7
Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuh
1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi dalam
jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran listrik dalam tubuh
2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.
3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan luasnya.
Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah di sepanjang bagian
Daftar Pustaka
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
COMBUSTIO
Oleh:
Dewantari Saputri G99141047
Pembimbing :
dr. Dewi Haryanti K., SpBP-RE (K)
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU BEDAH/SUB BAGIAN BEDAH PLASTIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014