Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Combustio/luka bakar adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena kontak

dengan sumber panas sehingga menyebabkan kerusakan pada kulit, mukosa, dan jaringan

lebih dalam, sumber panas tersebut dapat berasal dari : air panas, minyak panas, arus listrik,

petir, radiasi atau bahan kimia.5

Combustio/luka bakar dapat menyebabkan penyulit sistemik, tergantung dari derajat

dan luas lukanya. Pada wajah bisa menyebabkan ganggungan jalan nafas apabila pasien

menghirup jalan nafas yang menyebabakan trauma inhalasi. Pada bagian jari dan persendiaan

dapat menyebabkan komplikasi kontraktur.5

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler

yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya

ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem

dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume

cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan

akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar

derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar

kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi

bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah,

pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin

berkurrang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.4

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi

kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring

yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,

takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan

gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah

lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa

lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam,

permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema

ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis.4

PATOFISIOLOGI

1. Keparahan luka bakar berhubungan dengan suhu dan lamanya pejanan terhadap

sumber panas
2. Kulit mengalami kandungan air yang tinggi, sehingga mengalami overheat secara

perlahan dan juga pendinginan secara perlahan.\


3. Panas akan menembus bagian lebih dalam , walaupun sumber panas telah

disingkirkan.
4. Daerah luka bakar dibagi menjadi 3 : zona koagulasi (sentral), zona tengah (zona

statis), dan luar (zona hiperemia).


5. Perubahan mikrovaskularisai : penurunan aliran darah diikuti vasodilatasi

arteriol.mediator endogen meningkatkan permeabilitas kapiler yang menyebabkan

edema dan hipoproteinemia. Hipoproteinemia menyebabkan berpindahnya cairan

ke jaringan intertisial.2

FASE LUKA BAKAR

1. Fase akut / fase syok / fase awal.

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di

rumah sakit. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan

mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme

bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat

terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72 jam

pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada

fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang

bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih

berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.

2. Fase Subakut

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka

yangterjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :

a. Proses inflamasi atau infeksi.

b. Problem penutupan luka

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase Lanjut

Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui

rawat jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang

hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

DERAJAT LUKA BAKAR

1. Luka bakar derajat I :

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa

eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai

proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

Dibedakan atas 2 (dua) bagian :

A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)


Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.

Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini

merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-

14 hari tanpa terbentuk sikatrik.

B. Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan

epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut

hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai

jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa

elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat

sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang

dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung

sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.2
LUAS LUKA BAKAR

Wallace membagi tubuh atas bagian – nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal

dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.2

Kepala dan leher : 9

Lengan : 18 %

Badan Depan : 18 %

Badan Belakang : 18 %

Tungkai : 36 %4

Genitalia/perineum : 1 %

Total : 100 %
KLASIFIKASI LUKA BAKAR

a. Dewasa
1. Luka bakar berat
a. Derajat 3pada tangan, kaki,wajah, atau genetalia
b. Luka bakar berhubungan dengan trauma inhalasi – inhalasi asap
c. Luka bakar derajat 3 mlebihi dari 10 % permukaaan tubuh
d. Luka bakar derajat 2 yang mengenari lebih dari 30 % permukaan tubuh
e. Komplikasi edema dan nyeri , painfell swollen deformitas pada

ekstremitas
f. Luka bakar sedang pada pasien < 5 tahun dan > 55 tahun
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat 3 pada 2 – 10 % permukaan tubuh tidak termasuk

kritikal areas.
b. Luka bakar derajat 2 pada 15%-30 % permukaan tubuh
c. Luka bakar superficial (derajat 10 pada > 50% permukaan tubuh
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat 3 pada , 2 % permukaan tubuh
b. Luka bakar derajat 2 pada < 15 % permukaan tubuh
b. Bayi dan anak – anak
luka bakar berat
a. Luka bakar derajat 3/2 pada . 20% permukaan tubuh
b. Luka bakar mengenai kaki, tanagn, wajah jalan nafas atau genetalia.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti

dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang

menyala

b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena

jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem

c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya

dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein

sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga

destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang

terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih

dangkal dan diperkecil.

d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya

terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada lukabakar apapun. 3

e. Evaluasi awal

f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang

lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan

khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.3

RESUSITASI CAIRAN

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan

intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama

pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan

resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar,

tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah

karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,
kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar

adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24

jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian

garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.

Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena

luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :

24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar



contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24

jam pertama

Setengah cairan pertama diberikan 8 jam perta, setengah selanjutnya

dibelikan selama 16 jam berikutnya.6

PENANGANAN PADA EMERGENCY

a. Pada pasien dewasa


1. Menghentikan proses luka bakar dan mencegah kerusakan lebih lanjut
2. Monitor jalan nafas dan pemberian oksigen
3. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
4. Menutup luka dengan kain streril dan kering
5. Jangn mengunakan lotion atau salep
6. Jangan memecah bula apabila belum dibawa ke rumah sakit
7. Mencari transportasi secepat mungkin
b. Pada pasien anak
1. Permukakan yang terkena lebih banyak karena luas permukaan tubuh lebih

kecil
2. Kehilangan cairan dan panas lebih besar
3. Esiko tinggi terjadi hipotermi, shock, dan gangguan jalan nafas

Indikasi untuk rawat inap :

a. Usia 10-40 tahun luka bakar derajat 2 lebih dari 15 % , luka derajat 3 lebih dari 3%
b. Usia <10 tahun dan > 40 tahun luka bakar deraja 2 lebih dari 10%, luka bakar derajat

3
c. Luka bakar yang mengenai wajah, tangan,kaki atau perineum
d. Luka bakar listrik
e. Luka bakar yang menyebabkan penderita tidak dapat merawat diri sendiri.

EKSISI DAN GRAFT

1. Eksisi dan graft dilakukan apabila hemodinamika stabil, biasanya pada hari 2-4
2. Eksisi dilakukan lapis demi lapis sehingga tercapai lapisan kulit yang maih viable
3. Sebelum dilakukan graft harus dilakukan debredement luka yang baik, infeksi

diatasi, keadaan nutrisi harus baik

KOMPLIKASI

1. Terbentuk jaringan parut yang sukar untuk diatasi


2. Kontraktur
3. Cacat bagian tubuh
4. Kematian

PROGNOSIS

Hasil terbaik tergantung pada ukuran luka bakar dan usia pasien

LUKA BAKAR KIMIA

Klafisikasi Bahan kimia :

1. Alkalis/Basa

Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan

– bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.

2. Acids/Asam

Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau

kolam renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.

3. Organic Compounds

Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat

menyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.


b. Hentikan proses luka bakar
1. Segera bilas dengan air yang banyak
2. Jangan mengontaminasi daerah yg belum terkena
3. Teruskan pembilasan dalam perjalanan menuju rumah sakit
c. Pada kasus luka bakar karena bahan kimia kering hindari pembilasan dengan air cara

penangananya adalah
1. Sikat sisa bahan kimia pada lokasi luka, baru dibilas dengan air
2. Singkirkan pakaian korban
c. Tutup badan korban dengan kain steril atau kertas bersih
d. Penanganan kusus pada mata
a. Bilas perlahan dan lama
b. Irigasi pada mata7

LUKA BAKAR LISTRIK

Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuh

disebabkan karena beberapa hal berikut :

1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi dalam

jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang memiliki

resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran listrik dalam tubuh

menyebabkan kerusakan akibat yang ditimbulkan oleh resistensi. Kerusakan dapat

bersifat ekstensif local maupun sistemik (otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi

ventrikel, otot/ rabdomiosis, gagal ginjal, dan sebagai berikut).

2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.

3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan luasnya.

Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah di sepanjang bagian

tubuh yang dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler)

a. Penanganan yang aman


1. Jangan kontak dengan kabel bertekanan tinggi
2. Pertimbangan semua kabel yang ada listriknya
3. Jangan sentuh ground
4. Jangan kontak dengan pasien apabila sumber listrik masih menyala
b. Emergency medical care
1. Luka bakar listrik mungkin akan lebih berat dari pada yang terlihat
2. Luka bakar kedalam bisa terjadi
3. Mencari luka bakar dengan menyeluruh
4. Kemungkinana ada kerusakan jaringan dibawahnya
5. Kemungkinan henti jantung dan nafas
6. Bidai daerah yang kemungkinan terdapat fraktur
7. Menutup luka dengan kain kering yang steril
8. Tangani komplikasi mayor terlebih dahulu.7

Daftar Pustaka

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

EGC. Jakarta. p 66-88


2. Sudjatmiko,Guntur., 2010. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekontruksi
3. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19
4. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus
5. Hekarathy, Shehan.2005.ABC of burn. BMJ
6. Hasselt, e J van Dr.2008.Burn Manual for Health Worker.Departement of Surgery

college of Medecine. Blantyre Mulawe.Holland


7. Mazingo,David W, Alternholz, David.2007.Adveced Burn Life Support Course.

American Burn Association.Chicago


REFERAT

COMBUSTIO

Oleh:
Dewantari Saputri G99141047

Pembimbing :
dr. Dewi Haryanti K., SpBP-RE (K)

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU BEDAH/SUB BAGIAN BEDAH PLASTIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai