Anda di halaman 1dari 9

BAB 2.

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

2.1.1 Penyakit Jantung

Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor


854/Menkes/sk/IX/2009 tentang pedoman pengendalian penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah terdiri dari :

A. Strategi
1. Menggerakkan dan memperdayakan masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulanagn faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah
2. Meningkatkan akses masyrakat terhadap pelayanan deteksi dini dan
tatalaksana faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang
berkualitas
3. Mengembangkan dan memperkuat sisitem surveilans epidemiologi
faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah monitoring dan
sisitem informasi
4. Meningkatkan pembiayaan pengendalian faktor risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah
B. Kebijakan
1. Mengembangkan dan memperkuat pengendalian faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah
2. Mengembangkan dan memperkuat kagiatan deteksi dini faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah baik secara aktif dan pasif
3. Meningkatkan dan memperkuat menejemen,pemerataan dan kualitas
peralatan deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah
4. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pengendalian faktor resiko penyakit jantung dan pembuluh darah
5. Mengembangkan dan memperkuat surveilans epidemiologi faktor
risiko dan kasus penyakit jantung dan pembuluh darah terintegrasi
dengan surveilans epidemiologi nasional
6. Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegitan pengendalian faktor
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
7. Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian
faktor risiko jantung dan pembuluh darah
8. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah terintegrasi dengan jejaring kerja
pengendalian penyakit tidak menular
9. Meningkatkan advokasi dan sosialisasi pengendalian faktor risiko
penyakit jntung dan pembuluh darah
10. Mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah
C. Kegiatan

Pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah


didasari oleh 3 pilar yaitu 1) peran pemerintah melalui pengembangan dan
memperkuat kegiatan pokok pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah, 2) Peran civil society organization melalui pengembangan
dan memperkuat jejaring kerja pengendalian penyakit tidak menular, dan 3)
Peran masyarakat dengan pengembangan dan memperkuat pengendalian
faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis masyarakat.

1. Kegiatan pokok pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh


darah

Kegiatan pokok pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah


meliputi 9 elemen yaitu :

a. Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal penengendalian


penyakit jantung dan pembuluh darah di Unit Pelaksana Terknis (UPT)
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Puskesmas
b. Melakukan advokasi dan sosialisasi
c. Melakukan intensifikasi,akselerasi, ekstensifikasi, dan inovasi program
/kegiatan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah sesuai
dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area
spesific) melalui perencanaan perencanaan terpadu dan kegiatan
terkoordinasi.
d. Mengembangkan (investasi) sumber daya manusia antara lain
melaksanakan TOT ( training of trainer) dan berbagai bentuk pelatihan
(training) sesuai dengan kebutuhan dalam pengendalian penyakit jantung
dan pembuluh darah
e. Memfasilitasi terbentuknya dan berperan sebagai regulator jejaring kerja
pengendalian penyakit tidak menular termasuk penyakit jantung dan
pembuluh darah, kelompok kerja (POJKA) serta jejaring kerja yang sudah
ada yang terkait dengan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh
darah di masing-masing daerah.
f. Memperkuat logistik peralatan skrining (deteksi dini) faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah yang bersifat massal di masyarakat
dan di fasilitas kesehatan baik ketersediaan (sesuai dengan kebutuhan)
maupun menejemennya.
g. Melaksanakan deteksi dini surveilans epidemiologi dan pengembangan
sistem informasi
h. Monitoring dan evaluasi
i. Mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian faktor risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah (APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten
/Kota Sharing cost )
2. Jejaring kerja pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis
masyarakat
D. Analisis

Analisisnya yaitu upaya pemerintah sudah baik dalam merencanakan


program kerja tentang penyakit jantung dan pembuluh darah namun
masyarakat masih belum tau apa sebenarnya penyebab dari penyakit jantung
sendiri dan kurangnya sosialisasi pencegahan dan penanangan apabila anggota
keluarga terserang penyakit jantung sehingga banyak dari masyarakat tidak
bisa mendeteksi secara dini apakah orang itu terserang penyakit jantung. Serta
lemahnya evaluasi dan monitoring kepada penderita penyakit jantung
sehingga pemerintah belum bisa menskrining masyarakat secara menyeluruh.

Namun dengan diadakanya POJKA menandakan usah lebih dari


pemerintah yang akan direalisasikan apalagi penyakit jantung adalah penyakit
nomor satu di Indonesia. Untuk memperkuat logistik peralatan skrining
(deteksi dini) faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang bersifat
massal di masyarakat dan di fasilitas kesehatan baik ketersediaan (sesuai
dengan kebutuhan) maupun menejemennya, pemerintah belum sepenuhnya
memperkuat logistik yang ada, menurut kelompok kami pemerintah
seharusnya lebih menekankan pada preventif dan sosialisasi pada masyarakat
penyebab dan faktor apa saja yang dapat menyebabkan penyakit jantung,
sedangkan untuk preventif digalakannya hidup sehat untuk kelompok
beresiko.

2.1.2 Penyakit Kanker

Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor


430/Menkes/sk/IV/2007 tentang pedoman pengendalian penyakit kanker yaitu:

A. Strategi
1. Menggerakan dan memberdayakan masyarakan untuk hidup sehat
sehingga dapat terhindar dari faktor resiko penyakit kanker
2. Mendorong penatalaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan
sehingga dapat mengurangi kemungkinan terkena paparan faktor
resiko penyakit kanker terhadap masyarakat.
3. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran serta
masyarakat untuk penyebarluaasan informasi kepada masyarakat
tentang penyakit kanker dan pendampingan terhadap pasien dan
keluarganya.
4. Mengembangkan kegiatan deteksi dini penyakit kanker yang efektif
dan efisien terutama bagi masyrakat beresiko
5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan pengutan
institusi serta standarisasi pelayanan
6. Mendorong sistem pembiayaan kesehatan bagi pelayanan paripurna
penderita kanker sehingga dapat terjangkau bagi penduduk miskin
7. Meningkatkan penyelenggaraan surveilans faktor resiko dengan
mengintegrasikan dalam sistem survailans terpadu di puskesmas
maupun rumah sakit, dan surveilans penyakit melalui pengembangan
regristri kanker terpadu yang berbasis komunitas, rumah sakit, maupun
khusus (spesialistik) seperti : patologi, radiologi dan lain-lain, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar perencanaan, monitoring, dan evaluasi
program pengendalian penyakit kanker.
8. Mendorong dan menfasilitasi pengembangan vaksin untuk kuman
penyebab kanker yang dapat dicegah melalui imunisasi yang aman,
efektif, dan terjangkau bagi masyarakat.
B. Kebijakan
1. Pengendalian penyakit kanker didasari pada partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat dan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing daerah (local area spesific) dengan
mengoptimalkan kemampuan daerah
2. Pengendalian penyakit kanker dilaksanakan melalui pengembangan
kemitraan dan jejaring kerja serta multi-disiplin lintas program dan
lintas sektor.
3. Pengendalian penyakit kanker dilaksanakan secara terpadu bauik untuk
4. Pencegahan primer sekunder maupun tersier.
5. Pengendalian penyakit kanker dikelola secara profesional berkualitas
merata dan terjangkau oleh masyarakat melalui penguatan seluruh
sumber daya.
6. Penguatan penyelenggaraan survailans faktor resiko dan regristi
penyakit kanker sebagai bahan informasi bagi pengambilan kebijakan
dan pelaksanaan program.
7. Pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit kanker haru dilaksanakan
secara efektif dan efisien melalui pengawasan yang terus ditingkatkan
intensitas kualitasnya melalui pemantapan sistem dan prosedur
pengawasan tersebut dilaksanakan secara komperhensif dan berbasis
kinerja.

C.Kegiatan

Terdapat pokok-pokok kegiatan yaitu

1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko


Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah upaya
pencegahan yang paling penting dan utama karena upaya ini tidak
membutuhkan biaya yang besar bila dibandingkan dengan upaya
pengobatan.
2. Peningkatan imunisasi
Infeksi marupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker, baik oleh
bakteri parasit maupun virus. Oleh karena itu salah satu upaya
pencegahan terhadap penyakit kanker adalah pemberian imunisasi
seperti imunisasi Hepatitis B yang telah terbukti menurunkan insidens
penyakit kanker hati.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita
Penemuan dan tatalaksana adalah salah satu kegiatan yang penting
dalam pengendalian penyakit kanker yang terdiri dari deteksi dini dan
tatalaksana penderita (termasuk pemeriksaan, penegakan diagnosa, dan
tindakan) serta perawatan paliatif. Deteksi dini adalah bagian dari
penemuan dan tatalaksana yang terdiri dari skrining dan penurunan
stadium penemuan kasus (downstaging).
4. Surveilans epidemiologi penyakit kanker
Terdiri dari surveilans faktor risiko dan surveilans kasus dan kematian,
surveilans faktor risiko dilakukan di masyarakat untuk mengetahui
besaran masyarakat yang mempunyai risiko terkena kanker tertentu.
Sedangkan kasus dan kematian penyakit kanker merupakan bagian dari
surveilans terpadu penyakit (STP). Surveilans ini dilaksanakan baik di
pelayanan pemerintah dan swasta, Dinas Kesehatan Kebuapaten/Kota
dan lain-lain.
5. Peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pengendalian
penyakit kanker.
Peningkatan KIE bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari para
pemegang kebijakan sampai dengan masyarakat luas melalui kegiatan
advokasi, sosialiasi, penguatan kader kesehatan di masyarakat dalam
upaya pengendalian penyakit kanker.

D.Analisis

Analisis menurut kami perencanaan yang dibuat pemerintah sudah


baik dan sudah mencakup semua sisi, namun dalam pelaksaannya
pemerintah kurang mengembangkan program kerja yang ada dan terlebih
lagi preventif yang kurang pada masyarakat dan deteksi dini sehingga para
penderita sudah memasuki stadium akhir. Program pemerintah belum
mencakup pada masyarakat miskin yang menderita kanker. Sehingga
masyarakat yang menderita kanker lebih memilih berdiam diri di rumah
daripada di bawa ke rumah sakit yang membutuhkan biaya yang besar, dan
kurangnya sosialisasi tentang pentingnya imunisasi untuk pencegahan
kanker namunsudah terdapat usaha dari pemerintah untuk pemerataan
imunisasi ini sudah baik dengan adanya imunisasi di puskemas desa di
Indonesia serta imunisasi lagi pada anak di sekolah dasar.

Sedangkan untuk mengetahui besaran masyarakat yang


mempunyai risiko terkena kanker tertentu menurut kelompok kami
sangatlah sulit terlebih lagi bagi masyarakat yang tinggal di daerah
terpencil maka dari itu diperlukan skrining oleh pemerintah lebih
mendalam dan bisa juga para petugas kesehatan yang berada di daerah
tersebuh mendatangi satu persatu rumah untuk menskrining dan juga
diadakan sosialisasi tentang deteksi dini, penyebab dan cara pelaporan jika
anggota keluarga ada yang mengalami gejala dari salah satu kanker.
Daftar pustaka

Bott, R. (2014). Data dan Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker. Igarss
2014, (1), 1–5. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman


Pengendalian Penyakit Kanker.

Ri, D. (2009). KepMenkes RI, Nomor 854/MENKES/SK/IX/2009.

Anda mungkin juga menyukai