Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI

“BERAT BADAN LAHIR RENDAH”

LAPORAN PENDAHULUAN
BBLR ( BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

A. DEFINISI :
1. Berat Badan Lahir Rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang
dari 2500 gram. Menurut WHO (1961).
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya < 2500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004).

PENGGOLONGAN
1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu (Merenstein, 2002):
a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi  37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD)
(kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).

2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
3. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan (Wong, 2004):
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-
10 kurva pertumbuhan janin.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-
10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90
pada kurva pertumbuhan

B. ETIOLOGI:
Penyebab Kelahiran premature secara pasti tidak di ketahui, tetapi ada beberapa factor
yang berhubungan, diantaranya yaitu:
a. Faktor janin
- Cacat bawaan.
- Infeksi dalam rahim.
- Kelainan kromosom
- Infeksi
b. Faktor Ibu
- Faktor usia ( kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun).
- jarak hamil dan persalinan terlalu dekat.
- Pekerjaan yang terlalu berat.
- Faktor penyakit (Toxemia Gravidarum, Hipertensi, Diabetes Melitus)
- Keadaan sosial
- Anemia
- Ras
- Merokok pada saat kehamilan
- Infeksi.

c. Faktor Kehamilan
- Hamil Dengan Hydroamnion, Hamil ganda.
- komplikasi kehamilan: pre- eklamsia, atau eklamsia, KPD.

d. Faktor Lingkungan
- Tempat tinggal pada dataran tinggi.
- radiasi
- zat- zat beracun

C. TANDA DAN GEJALA KLINIS


Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat badan lahir  2500 gram, panjang badan  45 Cm, lingkar dada  30 Cm, lingkar
kepala  33 Cm.
2. Masa gestasi  37 minggu (Merenstein, 2002).
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif
lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit,
osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih
hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap
satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (Wong, 2004).

Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain (Kliegman, 2000):
1. Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur.
2. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi.
3. Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler.
4. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah terkena
penyakit membran hyalin.
5. Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu (hiperbilirubinemia).

D. KOMPLIKASI PADA BBLR


Komplikasi yang biasanya dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
Terutama sangat berhubungan dengan 4 proses adaptasi bayi baru lahir diantaranya:
1. System pernafasan: system aspirasi mekonium (kesulitan bernafas)., asfiksia
neonatorum, sindrom distress respirasi, penyakit membrane hialin.
2. System cardiovascular: patent ductus arteriosus.
3. Termoregulasi: hypothermia
4. Glukosa: hipoglikemia simtomatik.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Analisa Gas Darah

F. MANIFESTASI KLINIK
a. Tanda-tanda anatomis
- Kulit keriput, tipis, transparan, lanugo banyak terutama pada daerah dahi, pelipis,
Dan lengan, ubun-ubun dan sutura lebar.
- kuku tangan dan kaki belum mencapai ujung jari.
- pada bayi laki-laki testis belum turun.
- pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.
b. Tanda- tanda fisiologis
- suhu tubuh hipotermi.
- Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
- Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
- Bila lapar menangis merintih , gelisah.
- Bayi lebih banyak tidur,bdan kelihatan lebih malas.
- Nafas belum teratur.
- Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak.
- Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.

G. PENATALAKSANAAN
Setelah bayi lahir dilakukan:
1 Tindakan Umum
a. Membersihkan jalan nafas.
b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c. Perawatan tali pusat dan mata.
2 Tindakan Khusus
a. Suhu tubuh dijaga antara 36,5-37,5 oC pengukuran aksila (tambah 0,5 oC pada
pengukuran rektal), pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu
perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 gram dirawat dalam inkubator atau dengan
boxs kaca menggunakan lampu.
b. Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma
aspirasi mekonium.
c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila  60x/mnt lakukan foto thoraks.
d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).
f. Awasi keseimbangan cairan.
g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan umum
baik
h. Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
4) Pemberian antibiotik
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
i. Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.
j. Berikan dukungan psikologis dengan perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care)
bagi BBLR yang memungkinkan (tidak terpasang infus maupun mengalami masalah
pernafasan), atau dengan sentuhan terapeutik dari pemberi perawatan termasuk orang
tua bayi.
Adapun pengaturan piñata laksanaan yang lain nya juga meliputi:
1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk
bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34C.
Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu
petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
2. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi
sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa,
ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia.
Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut.
Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan
pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan
menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril
untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara
1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran,
pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
3. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh
bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai
berikut:
- Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
- Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang
seorang bayi.
- Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan
dengan bayi.
- Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
- Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.
H. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping”
yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh
dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini
dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi
dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi
jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian
diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada
tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas
mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi
akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian
udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh
berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BBLR
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas bayi:
Nama:
jenis kelamin,:
BB:
TB:
LK:
LD:
b. Identitas orang tua:
Nama:
Umur:
Pekerjaan
Pendidikan:
Alamat:
c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d. Riwayat penyakit sekarang:
e. Riwayat penyakit keluarga:
f. Riwayat penyakit dahulu:
2. Pemeriksaan fisik biologis
 Ibu
- Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
- Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.
- Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
- Riwayat penyakit ibu.
- Psikososial dan spiritual ibu.
- Riwayat perkawinan.
 Bayi
- Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
- Inspeksi
1. Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2. Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3. Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4. Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5. Garis telapak kaki sedikit.
6. Retraksi sternum dengan iga
7. Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
- Palpasi
1. Hati mudah dipalpasi.
2. Tulang teraba lunak.
3. Limpa mudah teraba ujungnya.
4. Ginjal dapat dipalpasi.
5. Daya isap lemah.
6. Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
- Perkusi
- Auskultasi
1. Nadi lemah.
2. Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.
3. Tanda-tanda vital.
4. Pengkajian fisik.
A. Pengkajian umum
i. Berat badan lahir  2500 gram, panjang badan  45 Cm, lingkar dada  30
Cm, lingkar kepala  33 Cm.
ii. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi;
kepala relatif lebih besar dari badan.
B. Pernafasan
i. Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea.
ii. Refleks batuk belum sempurna.
iii. Tangisan lemah.
C. Kardiovaskuler
i. Pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi perifer.
ii. Bayi dapat tampak pucat/sianosis.
iii. Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada bayi dengan kelainan
jantung/penyakit jantung bawaan.
D. Gastrointestinal
a) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna sehingga masih lemah.
b) Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan fungsi pankreas
berupa hipoglikemia.
c) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari adanya muntah.
E. Genitourinaria
i. Genetalia immatur.
F. Neurologis-Muskoloskeletal
i. Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi,
dan kepala menghadap satu jurusan.
ii. Lebih banyak tidur daripada bangun.
iii. Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (lemah).
iv. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar.
G. Suhu
i. Pusat pengaturan suhu tubuh (hipothalamus) belum matur dimanifestasikan
dengan adanya hipotermi atau hipertermi.
H. Kulit
i. Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit.
ii. Tekstur dan turgor kulit; kering dan pecah terkelupas, turgor kulit dalam
rentang baik s/d jelek.
Diagnosa dan Rencana Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan 02 berbanding dengan surfectan, pertumbuhan dan
perkembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan
tulang iga yang melengkung serta refleks batuk yang belum sempurna.
Tujuan : kebutuhan pernafasan dapat terpenuhi secara adekuat dengan kriteria:
- Bernapas dengan bebas dan lancar.
- Tidak ada sianosis, warna kulit merah.
- Tidak ada apnea, ataupun tachipnea.
- Frekuensi nafas dalam batas normal 40 – 60 X/menit. Pernafasan chegne stokes.
Intervensi :
- Beri rangsangan taktil sedini mungkin.
- Observasi pernafasan setiap 5 menit.
- Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi.
- Awasi perdarahan, monitor USG atau CT-Scan.
- Terapi O2 2 Lt/menit.
- Kolaborasi obat-obatan.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap
dan menelan yang belum sempurna, distensi abdomen, volume lambung berkurang,
daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak
berkurang, kerja spinkter esophagus teratur.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
- Refleks menelan dan isap adekuat.
- Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab.
- Mata tidak cekung.
- BAB dab BAK lancar.
Intervensi :
- Berikan ASI dan PASI normal, bila tidak mungkin berikan personde.
- Berikan ASI dalam jumlah besar dan relatif bertambah.
- Monitor BB setiap hari.
- Observasi intake dan out put pagi.
- Pemberian infus glukosa.

3. Gangguan regulasi suhu tubuh berbanding dengan evaporasi yang berlebihan akibat
berkurangnya jaringan lemak bawah kulit, permukaan kulit, permukaan tubuh yang
relatif lebih luas dari PB, otot yang tidak aktif atau kurang pergeseran. Produksi panas
yang berkurang akibat kurangnya lemak dan pusat regulasi yang belum sempurna.
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi.
Intervensi :
- Rawat bayi dalam inkubator bersuhu 34 - 35C.
- Pertahankan suhu lingkungan adekuat.
- Hindari bayi dimandikan.
- Monitor suhu tubuh setiap 15 menit.

4. Potensial infeksi berhubungan dengan rendahnya kadar Ig G, relatif belum membentuk


antibodi, daya fagositosis dan reaksi peradangan yang belum baik.
Tujuan : tidak ada infeksi / bayi terhindar dari infeksi dengan kriteria:
- Kulit bersih dan tidak lembab.
- Mata tidak ada kotoran.
- Kuku terpotong pendek dan bersih.
- Rambut bersih.
Intervensi :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
- Hindari kelelahan fisik dengan menyentuh seminimal mungkin.
- Lakukan parasat dengan teknik aseptic.
- Batasi kontak langsung dengan bayi.
- Observasi tanda-tanda infeksi.
- Kulit dan tali pusat terawat dan dibersihkan.
- Ciptakan lingkungan yang bersih dan sterilkan alat secara teratur.
- Bersihkan tempat tidur bayi dengan menggunakan cairan antiseptic sekali seminggu.

5. Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya kulit dan kurang
pergerakan.
Tujuan : disintegrasi kulit dapat dicegah.
Intervensi :
- Batasi daerah genital dan sekitar setelah BAB dan BAK.
- Seka tubuh bayi dengan air hangat jika memungkinkan.
- Berikan baby oil pada kulit yang kering dan terkelupas.
- Beri talk secara merata, tidak tebal pada bagian tubuh yang terkena.
- Ganti popok setiap kali basah/kotor.
- Observasi tanda-tanda kemerahan, ruam popok, infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta

Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta

NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta

Mahdiyat, Iskandar, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. FK UI.

Anda mungkin juga menyukai