PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Tanggal : 03/01/2017
Alloanamnesis dengan : Ibu pasien
Keluhan utama : Demam dan timbul ruam merah
Keluhan tambahan : Batuk
Riwayat keluarga
Perkawinan : Orang tua menikah
Umur : Ayah : 27 tahun
Ibu : 24 tahun
Pendidikan : Ayah : SLTA
Ibu : SLTP
Status gizi
Seorang anak perempuan, usia 4 tahun 6 bulan dengan berat badan 11
kg dan tinggi badan 103 cm, dengan Z score WHO
BB/TB : antara -2 SD sampai +2 SD normal
BB/U : antara -2 SD sampai +2 SD gizi baik
TB/U : antara -2 SD sampai +2 SD normal
2.3.2 Mata
Rabun Senja : -
Mata merah :-
Bengkak :-
2.3.3 Telinga
Nyeri :-
Sekret :-
Gangguan pendengaran : -
Tinitus : sulit dinilai
2.3.4 Hidung
Epistaksis :-
Kebiruan :-
Penciuman : tidak ada gangguan
2.3.6 Tenggorokan
Sakit menelan : +
Suara serak :-
2.3.7 Leher
Kaku kuduk :-
Tortikolis :-
Parotitis :-
2.3.11 Endokrin
Sering minum :-
Sering kencing :-
Sering makan :-
Keringat dingin :-
Tanda pubertas prekoks : -
a. Kulit
Warna : sawo matang
Hipopigmentasi : -
Hiperpigmentasi : -
Icterus :-
Bersisik :-
Makula :-
Papula :-
Vesikula :-
Sikarik :-
Edema :-
Eritema :+
Hemangioma :-
Pteki :-
b. Kepala
Bentuk : Normochepal
Rambut
Warna : Hitam
Kehalusan : Halus
Mudah rontok : -
Alopesia :-
Lingkar kepala : cm
Sutura : menutup
Fontanela mayor : datar keras
Fontanela minor : datar keras
Muka : simetris, sembab (-)
Alis :
Mudah rontok : -
Alopesia :-
Mata
Cekung :-
Sekret :-
Epifora :-
Pernanahan :-
Endopthalmus : -
Exopthalmus : -
Strabismus :-
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor +/+
Refleks cahaya: + / +
Telinga
Bentuk : Simetris
Kebersihan : cukup
Sekret : Tidak ada
Tophi : tidak ada
Membran timpani : sulit dinilai
Nyeri tekan mastoid : Tidak ada
Nyeri tarik auricular : tidak ada
Hidung
Bentuk : Simetris
Pernapasan cuping hidung : -
Gangrene :-
Coryza :-
Mukosa : edema (-), hiperemis (+)
Sekret : + / + , encer jernih
Epistaksis :-/-
Deviasi septum : -
Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir : Mukosa kering (-)
Gusi : Mudah berdarah (-)
Gigi :
Kebersihan : cukup
Karies : tidak ada
Lidah
Bentuk : Simetris
Tremor :-
Kotor :-
Warna : Merah muda
Hiperemis :-
Atrofi papil :-
Makroglosia : -
Mikroglosia :-
Faring
Warna : Hiperemis (+)
Edema :-
Tonsil
Ukuran : T1-T1
Simetris :+
c. Leher
Inspeksi :
Struma :-
Bendungan vena: -
Pembesaran KGB : -
Massa :-
Tortikolis :-
Bullneck :-
Parotitis :-
Palpasi :
Kaku kuduk :-
Pergerakan : tak terbatas
Struma ;-
d. Thoraks
Inspeksi statis
Bentuk : simetris
Sternum : ditengah
Tumor :-
Bendungan vena: -
Sela iga : pelebaran (-)
Inspeksi dinamis
Bentuk pernafasan : thorakoabdominal
Retraksi :-
Palpasi
Fokal fremitus : Getaran sama antara kiri dan kanan
Nyeri tekan :-
Fraktur iga :-
Tumor :-
Krepitasi :-
Perkusi :
Bunyi Ketuk : Sonor
Nyeri ketuk :-
Batas Paru-hati : ICS VI dextra
Peranjakan : 2 jari
Auskultasi
Suara nafas dasar : Vesikuler (+/+)
Suara nafas tambahan : Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi :
Iktus kordis : Tidak terlihat
Palpasi
Apeks : Dapat diraba, ICS IV linea mid clavicula sinistra
Thrill :-
Perkusi
Batas jantung :
Batas kiri : ICS IV linea midclavicula sinistra
Batas kanan: ICS IV parasternal dextra
Batas atas : ICS II parasternal sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi
Bunyi Jantung : S1-S2 reguler
Murmur :+
Bising :-
Gallop :-
e. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : Datar
Umbilikus:tidak menonjol
Pteki :-
Spider nevi: -
Bendungan vena : -
Gambaran usus : -
Gambaran peristaltic usus : -
Turgor : Cepat kembali
Auskultasi
Bising usus (+) normal
Palpasi
Nyeri tekan : -
Nyeri lepas : -
Defens muskuler : -
Hepar : teraba lunak
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Massa : tidak teraba
Perkusi
Timpani : +
Asites :-
f. Ekstremitas
Superior
Inspeksi
Deformitas :-
Edema :-
Trofi :-
Tremor :-
Chorea :-
Lain-lain : akral hangat, , CRT ≤ 2 detik
Inferior
Inspeksi
Deformitas :-
Edema :-
Trofi :-
Tremor :-
Chorea :-
Lain-lain : akral hangat, , CRT ≤ 2 detik
g. Genitalia
Hernia :-
Bengkak :-
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -
Lasegue sign : -
Kernig sign :-
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
2.10 Follow Up
Tgl S O A P
02/01/2016 Demam (-), KU : lemah, tampak sakit sedang Morbili + IVFD D ¼ NS 10
ruam merah Kesadaran : Compos mentis susp. Penyakit tetes/menit mikro
(-). GCS 15 (E4, M6, V5) jantung Vit. A (hari I)
VS : bawaan Ambroxol Syr 1 cth
N: 101 x/i RR: 38 x/i asianotik
T : 39,4o C SpO2: 96 %
PF:
Kepala : CA -/-, SI -/-, mata cekung (-),
pupil isokor kiri dan kanan, RC +/+, tht
dbn
Leher : Kaku Kuduk (-), Thorax:
simetris, Retraksi (-)
Pulmo: vesikuler + meningkat, rh -/-.
Wh -/-
Cor : S1 S2 normal regular, M (+), G (-)
Abdomen : supel, BU normal, timpani,
turgor baik
Ekstremitas : akral dingin, edema (-),
sianosis (-)
PP :
Leukosit : 19,6103/mm3
HGB :10,2 g/dl
HCT : 26,4 %
Trombosit: 398 103/mm
MCV: 81,6 L nm3
MCH: 31,4 L pg
MCHC: 38,6 L gr/dl
Elektrolit :
Natrium = 132,09
Kalium = 4,94
Chlorida=108,03
Kalsium = 1,62
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Aorta Stenosis
Aorta Stenosis derajat ringan atau sedang umumnya asimptomatik
sehingga sering terdiagnosis secara kebetulan karena saat pemeriksaan
rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik ejeksi di area
aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher. Bayi dengan
AS derajat berat akan timbul gagal jantung kongestif pada usia minggu-
minggu pertama atau bulan-bulan pertama kehidupannya. Pada AS yang
ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50 mmHg tidak perlu
dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau non bedah Balloon
Aortic Valvuloplasty harus segera dilakukan pada neonatus dan bayi
dengan AS valvular yang kritis serta pada anak dengan AS valvular yang
berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg.
Coarctatio Aorta
CoA pada anak yang lebih besar umumnya juga asimptomatik
walaupun derajat obstruksinya sedang atau berat. Kadang-kadang ada
yang mengeluh sakit kepala atau epistaksis berulang, tungkai lemah atau
nyeri saat melakukan aktivitas. Tanda yang klasik pada kelainan ini adalah
tidak teraba, melemah atau terlambatnya pulsasi arteri femoralis
dibandingkan dengan arteri brakhialis, kecuali bila ada PDA besar dengan
aliran pirau dari arteri pulmonalis ke aorta desendens. Selain itu juga
tekanan darah lengan lebih tinggi dari pada tungkai. Obstruksi pada AS
atau CoA yang berat akan menyebabkan gagal jantung pada usia dini dan
akan mengancam kehidupan bila tidak cepat ditangani. Pada kelompok ini,
sirkulasi sistemik pada bayi baru lahir sangat tergantung pada pirau dari
kanan ke kiri melalui PDA sehingga dengan menutupnya PDA akan terjadi
perburukan sirkulasi sistemik dan hipoperfusi perifer. Pemberian
Prostaglandin E1 (PGE1) dengan tujuan mempertahankan PDA agar tetap
terbuka akan sangat membantu memperbaiki kondisi sementara menunggu
persiapan untuk operasi koreksi.
Pulmonal Stenosis
Status gisi penderita dengan PS umumnya baik dengan
pertambahan berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan PS
ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus
dengan PS berat atau kritis akan terlihat takipnoe dan sianosis. Penemuan
pada auskultasi jantung dapat menentukan derajat beratnya obstruksi. Pada
PS valvular terdengar bunyi jantung satu normal yang diikuti dengan klik
ejeksi saat katup pulmonal yang abnormal membuka. Klik akan terdengar
lebih awal bila derajat obstruksinya berat atau mungkin tidak terdengar
bila katup kaku dan stenosis sangat berat. Bising sistolik ejeksi yang kasar
dan keras terdengar di area pulmonal. Bunyi jantung dua yang tunggal dan
bising sistolik ejeksi yang halus akan ditemukan pada stenosis yang berat.
Intervensi non bedah Balloon Pulmonary Valvuloplasty (BPV)
dilakukan pada bayi dan anak dengan PS valvular yang berat dan bila
tekanan sistolik ventrikel kanan supra sistemik atau lebih dari 80 mmHg.
Sedangkan intervensi bedah koreksi dilakukan bila tindakan BPV gagal
atau disertai dengan PS infundibular (subvalvar).
Tetralogi Fallot
TF adalah golongan PJB sianotik yang terbanyak ditemukan yang
terdiri dari 4 kelainan, yaitu VSD tipe perimembranus subaortik, aorta
overriding, PS infundibular dengan atau tanpa PS valvular dan hipertrofi
ventrikel kanan. Sianosis pada mukosa mulut dan kuku jari sejak bayi
adalah gejala utamanya yang dapat disertai dengan spel hipoksia bila
derajat PS cukup berat dan squatting pada anak yang lebih besar. Bunyi
jantung dua akan terdengar tunggal pada PS yang berat atau dengan
komponen pulmonal yang lemah bila PS ringan. Bising sistolik ejeksi dari
PS akan terdengar jelas di sela iga 2 parasternal kiri yang menjalar ke
bawah klavikula kiri.
Pada bayi atau anak dengan riwayat spel hipoksia harus diberikan
Propranolol peroral sampai dilakukan operasi. Dengan obat ini diharapkan
spasme otot infundibuler berkurang dan frekwensi spel menurun. Selain
itu keadaan umum pasien harus diperbaiki, misalnya koreksi anemia,
dehidrasi atau infeksi yang semuanya akan meningkatkan frekwensi spel.
Bila spel hipoksia tak teratasi dengan pemberian propranolol dan keadaan
umumnya memburuk, maka harus secepatnya dilakukan operasi paliatif
Blalock-Tausig Shunt (BTS), yaitu memasang saluran pirau antara arteri
sistemik (arteri subklavia atau arteri inominata) dengan arteri pulmonalis
kiri atau kanan. Tujuannya untuk menambah aliran darah ke paru sehingga
saturasi oksigen perifer meningkat, sementara menunggu bayi lebih besar
atau keadaan umumnya lebih baik untuk operasi definitif (koreksi total).
Neonatus dengan PS yang berat atau PA maka aliran ke paru sangat
tergantung pada PDA, sehingga sering timbul kegawatan karena hipoksia
berat pada usia minggu pertama kehidupan saat PDA mulai menutup. Saat
ini diperlukan tindakan operasi BTS emergensi dan pemberian PGE1
dapat membantu memperbaiki kondisi sementara menunggu persiapan
untuk operasi. Penderita dengan kondisi yang baik tanpa riwayat spel
hipoksia atau bila ada spel tetapi berhasil diatasi dengan propranolol dan
kondisinya cukup baik untuk menunggu, maka operasi koreksi total dapat
dilakukan pada usia sekitar 1 tahun. Koreksi total yang dilakukan adalah
menutup lubang VSD, membebaskan alur keluar ventrikel kanan (PS) dan
rekonstruksi arteri pulmonalis bila diperlukan.
Common Mixing
Pada PJB sianotik golongan ini terdapat percampuran antara darah
balik vena sistemik dan vena pulmonalis baik di tingkat atrium (ASD
besar atau Common Atrium), di tingkat ventrikel (VSD besar atau Single
Ventricle) ataupun di tingkat arterial (Truncus Arteriosus). Umumnya
sianosis tidak begitu nyata karena tidak ada obstruksi aliran darah ke paru
dan percampuran antara darah vena sistemik dan pulmonalis cukup baik.
Akibat aliran darah ke paru yang berlebihan penderita akan
memperlihatkan tanda dan gejala gagal tumbuh kembang, gagal jantung
kongestif dan hipertensi pulmonal. Gejalanya sama seperti pada umumnya
kelainan dengan aliran ke paru yang berlebihan dan timbul pada saat
penurunan tahanan vaskuler paru.
Pada auskultasi umumnya akan terdengar bunyi jantung dua
komponen pulmonal yang mengeras disertai bising sistolik ejeksi halus
akibat hipertensi pulmonal yang ada. Hipertensi paru dan penyakit
obstruktif vaskuler paru akan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan
kelainan yang lain. Pada kelainan jenis ini, diagnosis dini sangat penting
karena operasi paliatif ataupun definitif harus sudah dilakukan pada usia
sebelum 6 bulan sebelum terjadi penyakit obstruktif vaskuler. Operasi
paliatif yang dilakukan adalah PAB dengan tujuan mengurangi aliran
darah ke paru sehingga penderita dapat tumbuh lebih baik dan siap untuk
operasi korektif atau definitif. Tergantung dari kelainannya, operasi
definitif yang dilakukan dapat berupa bi-ventricular repair (koreksi total)
ataupun single ventricular repair (Fontan).
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus seorang anak perempuan usia 4 tahun 6 bulan dengan berat
badan 11 kg dan tinggi badan 103 cm, didapatkan hasil anamnesis yaitu keluhan
utama demam dan timbul ruam merah dengan keluhan tambahan batuk. Demam
tinggi dirasakan + 4 hari SMRS, demam menetap, demam tidak disertai menggigil
dan berkeringat. Pada hari ke empat demam muncul ruam merah di belakang leher
dan menyebar ke seluruh tubuh. Pasien juga mengeluh batuk (+) tidak berdahak
pada hari ke 4 demam, pilek (+), sesak nafas (-), nyeri menelan (+), mimisan (-),
gusi berdarah (-), nyeri sendi (-), nyeri perut (-), mual dan muntah (-), BAB dan
BAK tidak ada keluhan.
Menurut keterangan ibu pada sejak pasien berusia 1 tahun 6 bulan hingga
sekarang, pasien sering terlihat mudah lelah dalam beraktivitas dibandingkan
teman-teman sebayanya. Pasien sering merasa kelelahan walaupun tidak
melakukan aktivitas yang berat. Keluhan ini semakin lama semakin bertambah
seiring bertambahnya usia pasien. Pada saat pasien kelelahan seperti pada saat
berlari, pasien terlihat lemas dan menghentikan aktivitasnya serta terlihat kebiruan
di bibir dan di ujung kuku, ketika pasien mandi pagi atau kedinginan juga terlihat
kebiruan pada bibir dan ujung kuku. Ketika istirahat kebiruan di bibir dan ujung
kuku pasien menghilang. Keluhan pasien tidak disertai sesak nafas atau kesulitan
bernafas, nyeri dada atau penurunan kesadaran. Pasien juga tidak mempunyai
bengkak pada bagian tubuh tertentu, seperti pada bagian kaki, perut atau pada
kelopak mata.