Askep Kritis Ventilator Accited Pneumonia
Askep Kritis Ventilator Accited Pneumonia
Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi
maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit.
Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi.“(A. Aziz Alimul :
2006)”
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
ganganguan pertukaran gas setempat“(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Hal. 801)”
Pneumonia adalah kondisi peradangan akut pada paru-paru dimana alveolus dan bronkhus yang lebih
kecil terisi oleh eksudat radang“(JM. Gibson, MD, Mikrobiologi dan Patologi Modern, hal. 111)”.
Patogenesis
Pneumonia di kelompokan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu di antaranya adalah
berdasarkan cara diperolehnya) dari hospital-acquired (di peroleh di rumah sakit atau sarana kesehatan
lainnya). Streptococcus pneumonia menjadi penyebab tersering terjadinya pneumonia yang di dapat di
rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem
pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi sering kali terganggu. Selain itu, kemungkinan
terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotokmenjadi lebih besar.
Pneumonia bakteri di tandai oleh eksudat intraalveolar supuratif di sertai konsilidasi. Proses infeksi dapat
diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Jika terjadi pada satu atau lebih lobus disebut pneumonia lobaris,
sedangkan pneumonia lobularis atau bronkopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang
memiliki bercak dengan diameter sekitar 3-4 cm mengelilingi dan mengenai bronkus.
Frekuensi relatif dari agen-agen penyebab pneumonia berbeda pada kedua sumber ini. Infeksi
nasokomia sering disebabkan oleh bakteri gram negatif atau staphylococcus aureus. Stadium dari
pneumonia karena pneumococcus adalah sebagai berikut :
1. Kongesti ( 4 – 12 jam pertama): eksodat masuk ke serosa masuk kedalam alveolus dari pembuluh
darah yang bocor.
2. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya): paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena sel
darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveolus.
3. Hepatisasi kelabu ( 3-8 hari): paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
4. Resolusi (7 -11 hari): eksudat mengalami lilis dan di reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semula.
Patofisiologi
Paru merupakan struktur komplek yang terdiri atas kumpulan unit yang di bentuk melalui percabangan
progresif jalan napas. Saluran napas bagian bawah yang normal adalah steril, walaupun bersebelahan
dengan sejumlah besar mikroorganisme yang menepati orofaring dan terpajang oleh mikroorganisme dari
lingkungan di dalam udara yang di hirup. Sterilisasi saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme
penyaring dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia ataupun akibat dari penyebaran
secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring-tubuh pertama kali akan melakukan
mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respons radang.
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap
masuk ke paru-paru. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh
pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel
pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus
(lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnyaukuran sang penyebab tersebut.
PENATALAKSAAAN MEDIS dan KEPERAWATAN
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bias diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan
tetap tinggal di rumah.seperti: penicillin, cephalosporin.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
3. Pemberian O2
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh
pemeriksaan sputum mencakup :
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10 % :NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik
dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
7. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah adanya awitan yang ditandai dengan
keluhan mengigil, demam ≥ 40°C, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea
terutama setelah adanya konsilidasi paru.
Riwayat kesehatan masa lalu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran nafas atas ( infeksi pada hidung dan tenggorokan).
Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat alkoholik, post – operasi, infeksi pernafasan, dan klien
dengan imonosupresi ( kelemahan dalam sistem imun). Hampir 60% dari klien kritis di ICU dapat
menderita pneumonia dan 50% (separuhnya) akan meninggal.
3. Pemeriksaan fisik
Presentasi bervariasi bergantung pada etiologi, usia dan keadaan klinis ( Sudoyo,2006).
o Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. Pneumoniae, sterptococcus spp,dan
Staphylococcus.
o Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua atau orang dengan penurunan imunitas akibat
kuman yang kurang patogen atau opertunistik.
o Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasa di jumpai adalah deman, sesak napas, tanda-
tanda konsilidasi paru ( ronki nyaring serta suara pernapasan brokial.
o Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas jaringan yang terserang karena eksudat dan
fibrin dalam alveolus.
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen dada (chest x-ray): teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronkial; dapat juga
menunjukan multipel abses atau infiltrat,empiema ( staphylococcus ); penyebaran atau lokasi infiltrasi (
bakterial ) ; atau penyebaran ekstensif nodul infiltrat ( sering kali viral ) ; pada pneumonia mycoplasma,
gambaran chest x- ray mungkin bersih.
b. ABGs / pulse oximetry: abnormalitas mungkin timbul bergantung pada luasnya perusakan paru .
c. Kultur sputum dan darah atau gram stain: di dapatkan dengan needle boipsy, transtracheal aspiration,
fiberopticf bronchoscopy atau biopsi paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Akan di
dapatkan lebih dari satu jenis kuman, seperti diplococcus pneumoniae, staphylococcus aureus, A
hemolitik steapthococcus dan haemophilus influenzae.
d. Hitung darah lengkap/ complete blood count ( CBC ): leukositosis biasanya timbul, meskipun nialai
SDP rendah pada infeksi virus.
e. Tes serologik: membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
f. Laju endap darah ( LED ): meningkat.
g. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun ( kongesti dan kolaps alveolar ), tekanan saluran
udara meningkat, compliance menurun, dan akhirnya dapat terjadi hipoksemia.
h. Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan : pneumonia,
diantaranyaadalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeobronkial, pembentukan udem, dan peningkatan
produksi sputum.
b.). Inefektif pola napas b/d dispnoe
c. Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh primer
(penurunan aktivitas silia, sekret, stasis disaluran nafas).
d. Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya oksigen suplay dan deman
Rencana Keperawatan
• Bantu latihan napas efektif. • pasien pada ventilator dapat mengalami hyper ventilasi atau hypo
ventilasi, dispnoe dan berupaya memperbaiki kekurangan O2.
• Peninggian kepala pasien mempemudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
• Dapat membantu mengurangi akibat yang ditimbulkan memenuhi O2 yang diperlukan oleh tubuh.
• Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnoe.
• Bantu pasien latihan batuk efektif. Tunjukan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk.
• Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : ekspektoran, bronkhodilator dan analgesik. • Takipnea,
pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan dinding
dada/ cairan paru.
• Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas alami.
• Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu
melakukan sendiri.
• Cairan yang hangat dapat memobilisasi dan pengeluaran sekret.
• Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. analgesik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati
karena dapat menurunkan upaya batuk.
4. Intoleransi aktivitas b/d hypoksemia
Kriteria evaluasi : peningkatan toleransi terhadap aktivitas
INTERVENSI RASIONALISASI
• Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama perawatan.
• Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlu keseimbangan aktivitas dan
istirahat.
• Bantu aktivitas perawatan diri dan berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. •
Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
• Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat
energi untuk penyembuhan.
• Pasien nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan bantal.
• Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
2.9 Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan
diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi criteria hasil. Implementasi keperawatan biasa
dilakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim medic lainnya.
3.0 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan criteria hasil/ tujuan yang di buat
pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila criteria hasil/ tujuan telah
tercapai. Klien akan masuk kembali kedalam siklus apabila criteria hasil belum tercapai.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu penyakit pada system pernafasan yang merupakan proses peradangan di mana
terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli,
menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya
jaringan paru-paru yang sakit.Penyakit ini disebabkan oleh bakteri.