Anda di halaman 1dari 8

JIIA, VOLUME 2, No.

1, JANUARI 2014

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK


DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(The Financial Feasibility Analysis of Luwak Coffee Agroindustry at Balik Bukit District
of West Lampung Regency)

Rico Pahlevi, Wan Abbas Zakaria, Umi Kalsum

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145, Telp. 085269258396, e-mail: ricodomo@gmail.com

ABSTRACT

The study aimed to analyze the financial feasibility of luwak coffee agroindustry. The research was
conducted at Balik Bukit district of West Lampung Regency. This location was selected purposively. The
research used primary and secondary data. The research samples were 2 agro industries which were chosen
purposively. The data was collected in Oktober to November 2012. The financial feasibility was analyzed by
NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback Period, BEP and sensitivity. The results showed that small and
micro agroindustries of luwak coffee at Balik Bukit District of West Lampung Regency were financially
feasible and profitable to be developed, the increase of cost and decrease of product’s price influenced the
luwak coffee agro industries.

Keywords: financial feasibility, macro agroindustry, luwak coffee, small agroindustry

PENDAHULUAN Salah satu produk kopi olahan yang dihasilkan di


Kabupaten Lampung Barat yang dinilai memiliki
Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk potensi bisnis yang besar di Indonesia adalah kopi
dalam kategori komoditi strategis di Indonesia. luwak yang sentra produksinya terdapat di
Indonesia adalah produsen kopi terbesar ketiga di Kecamatan Balik Bukit. Kopi luwak merupakan
dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan kopi yang dihasilkan dari proses fermentasi
menyumbang sekitar 6% dari produksi total kopi melalui perut binatang luwak atau musang yang
dunia, dan Indonesia merupakan pengekspor kopi memakan buah kopi matang (berwarna merah) dan
terbesar keempat dunia dengan pangsa pasar segar kemudian dikeluarkan dalam bentuk feses.
sekitar 11% di dunia (Raharjo, 2013). Potensi yang Kopi luwak memiliki nilai jual yang sangat tinggi
dimiliki tanaman kopi membuat pemerintah sadar di pasar, terutama di pasar dunia. Peluang pasar
akan pentingnya komoditas perkebunan tersebut. kopi luwak sangat menjanjikan dan masih terbuka
Perkembangan produksi kopi di Indonesia telah luas dengan didukung ketersediaan bahan baku
mencapai 600.000 ton per tahun dan lebih dari yang melimpah di Kabupaten Lampung Barat
80% berasal dari perkebunan rakyat. Devisa yang (Febrianti, 2011).
diperoleh dari ekspor kopi dapat mencapai ± US $
882,06 juta pada tahun 2009 dengan volume Beberapa pelaku agroindustri kopi luwak mengaku
ekspor kopi secara keseluruhan sebesar 518,12 juta mengalami kendala dalam mengembangkan
ton (BPS Provinsi Lampung, 2012). agroindustri kopi luwak. Bagi agroindusrti kopi
luwak yang masih tergolong agroindustri rumahan
Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra atau mikro, modal dan dan biaya investasi yang
produksi kopi yang ada di Indonesia. Sentra tinggi merupakan kendala terbesar dalam
produksi kopi di Provinsi Lampung terdapat di mengembangkankan agroindustri kopi luwak
Kabupaten Lampung Barat dengan luas areal sehingga tidak sedikit agroindustri kopi luwak
59.629 hektar dan produksi 61.215 ton pada tahun yang masih berskala kecil terpaksa menutup
2012 (Disbun Provinsi Lampung, 2013). Cukup usahanya dikarekan masalah modal dan investasi.
melimpahnya sumberdaya domestik di wilayah ini Bagi agroindustri kopi luwak yang tergolong
didukung dengan jaringan pemasaran yang luas agroindustri kecil dan memiliki modal yang cukup
diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan memiliki kendala dalam memasarkan produk yang
agribisnis kopi di Provinsi Lampung. dihasilkan ddikarenakan informasi pasar yang
terbatas dan permintaan pasar akan kopi luwak

48
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

yang cukup tinggi belum diimbangi dengan digunakan adalah analisis finansial yang terdiri
kontinuitas produksi kopi luwak sehingga dari NPV, IRR, B/C Ratio dan analisis sensitifitas
permintaan pasar akan kopi luwak menjadi (Kadariah,2001).
fluktuatif. Pasokan bahan baku juga menjadi
kendala bagi pengusaha. Jika bahan baku tidak 1) Net Present Value (NPV)
tersedia maka otomatis proses produksi kopi luwak
akan terhenti. Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih
merupakan metode untuk menghasilkan
Beberapa permasalahan yang telah dijelaskan di keuntungan bersih yang diterima pelaku
atas menyebabkan agroindustri kopi luwak agroindustri kopi luwak. NPV dapat
terhambat pengembangannya dan perlu dirumuskan sebagai berikut:
dipertanyakan apakah agroindustri kopi luwak di
Kecamatan Balik Bukit menguntungkan dan layak NPV = PV Benefit – PV Cost………….(1)
untuk diusahakan. Berdasarkan apa yang
dipaparkan di atas, penelitian ini ditujukan untuk Keterangan:
mengetahui kelayakan usaha agroindustri kopi PV Benefit = PV Pendapatan (+)
luwak baik yang berskala kecil maupun mikro di PV Cost = PV Pendapatan (-)
Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung
Barat. Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
a) NPV > 0, maka investasi agroindustri kopi
METODE PENELITIAN luwak layak secara finansial
b) NPV < 0, maka investasi agroindustri kopi
Penelitian ini menggunakan metode analisis luwak tidak layak secara finansial
menggunakan metode analisis kuantitatif dan c) NPV = 0, maka investasi agroindustri kopi
kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk luwak berada pada posisi titik impas (Break
mengetahui kelayakan usaha yang dilihat dari Event Point)
aspek finansial, sedangkan analisis kualitatif
digunakan untuk mengetahui kelayakan usaya 2) Internal Rate of Return (IRR)
yang dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen
dan organisasi, sosial dan lingkungan. Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu
tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih
Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Balik sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh
Bukit Kabupaten Lampung Barat. Penentuan lokasi investasi proyek. IRR dapat dirumuskan sebagai
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berikut:
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Balik
Bukit merupakan sentra agroindustri kopi luwak di  NPV 
Kabupaten Lampung Barat. Penelitian dilakukan IRR  i   1  
 i  i ................(2)
1  NPV  NPV  2 1
pada bulan Oktober hingga November 2012.  1 2

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Keterangan:


sengaja (purposive). Sampel ditentukan menurut NPV = Net Present Value
kriteria skala agroindustri berdasarkan Undang- i1 = Tingkat discount rate yang
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha menghasilkan NPV1
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). i2 = Tingkat discount rate yang
menghasilkan NPV2
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
wawancara langsung dengan pelaku agroindustri a) IRR > i, maka investasi agroindustri kopi
kopi luwak. Data sekunder berasal dari instansi- luwak layak secara finansial
instansi terkait dengan penelitian antara lain Dinas b) IRR < i, maka investasi agroindustri kopi
Perkebunan, Badan Pusat Statistik, serta sumber- luwak tidak layak secara finansial
sumber lain yang berhubungan dengan penelitian. c) IRR = i, maka investasi agroindustri kopi
luwak berada pada posisi titik impas (Break
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Event Point)
metode tabulasi yang diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel. Metode analisis data yang

49
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

3) Net Benefit Cost Ratio B/C c) Gross B/C = 1, maka investasi agroindustri
kopi luwak berada pada posisi Break Event
Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan Point
perbandingan antara net benefit yang telah
didiskon positif dengan net benefit yang telah 5) Analisis Sensitifitas
didiskon negatif. Net B/C dapat dirumuskan
sebagai berikut: Analisis sensitifitas atau laju kepekaan adalah
suatu kegiatan menganalisis kembali suatu
n
bt  ct proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi
 1  i  t pada proyek tersebut bila suatu proyek tidak
Net B/C 
t 1 .................(3) berjalan sesuai rencana. Analisis sensitifitas
n
ct  bt
 1  i  t
dapat dirumuskan sebagai berikut:
t 1

Keterangan: X X
1 0 x100%
Net B/C = Net benefit cost ratio
X ............(5)
Bt = Penerimaan bersih tahun t Laju Kepekaan 
Ct = Biaya pada tahun t Y Y
1 0 x100%
I = Tingkat bunga Y
t = Tahun (waktu ekonomis)
Keterangan:
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: X1 = NPV/IRR/Net B/C ratio setelah
a) Net B/C > 1, maka investasi agroindustri kopi perubahan.
luwak layak secara finansial X0 = NPV/IRR/Net B/C ratio setelah
b) Net B/C < 1, maka investasi agroindustri kopi perubahan
luwak tidak layak secara finansial
X = Rata-rata perubahan NPV/IRR/Net B/C
c) Net B/C = 1, maka investasi agroindustri kopi
ratio
luwak berada pada posisi Break Event Poin
Y1 = Harga jual/biaya produksi/produksi
setelah terjadi perubahan
4) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Y0 = Harga jual/biaya produksi/jumlaproduksi
sebelum terjadi perubahan
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah
perbandingan antara penerimaan manfaat dari Y = Rata-rata perubahan harga jual/biaya
suatu investasi dengan biaya yang dikeluarkan. produksi/produksi
Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kriteria laju kepekaan:
a) Laju kepekaan > 1, maka hasil usaha atau
n  bt  proyek peka/sensitif terhadap perubahan
t i 
 1  i
 t
b) Laju kepekaan < 1, maka hasil usaha atau
 ......................(4)
Gross B/C  proyek tidak peka/tidak sensitif terhadap
n 
C  perubahan (Gittinger, 1993).
  t 
 t 
t 1  1  i  
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan:
Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratio Jumlah responden agroindustri kopi luwak
Bt = Penerimaan bersih tahun t sebanyak dua orang dengan pengalaman usaha
Ct = Biaya pada tahun t selama 4-5 tahun. Sesuai dengan Undang-Undang
I = Tingkat bunga Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
t = Tahun (waktu ekonomis) dan Menengah (UMKM), suatu usaha dikatakan
usaha mikro apabila memiliki kekayaan bersih
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: lebih dari Rp50.000.000, dan suatu usaha
a) Gross B/C > 1, maka investasi agroindustri dikatakan usaha kecil apabila memiliki kekayaan
kopi luwak layak secara finansial bersih lebih dari Rp50.000.000-Rp500.000.000
b) Gross B/C < 1, maka investasi agroindustri (Depkop Indonesia, 2008). Berdasarkan Undang-
kopi luwak tidak layak secara finansial Undang tersebut, agroindustri kopi luwak di daerah
penelitian terdapat satu agroindustri kopi luwak
berskala mikro dengan nilai kekayaan atau
investasi sebesar Rp38.000.000 dan satu
50
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

agroindustri berskala kecil dengan nilai kekayaan 1. Aspek Pasar


sebesar Rp140.500.000. Nilai kekayaan tersebut
didapat dari besarnya nilai investasi yang Peluang pasar kopi luwak masih cukup luas
dikeluarkan pelaku usaha agroindustri kopi luwak karena produk yang dihasilkan belum
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. memenuhi permintaan pasar. Rantai pemasaran
kopi luwakpada agroindustri kopi luwak dapat
Keragaan Agroindustri Kopi Luwak dilihat pada Gambar 1.

Bahan baku kopi luwak merupakan buah kopi


matang dan segar yang diperoleh dari daerah Pedagang Konsumen
sekitar agroindustri seperti Sekincau, Sukau, dan 60% Pengecer
Way Tenong. Pada agroindustri kopi luwak 60%
Produsen
berskala kecil diperlukan 2 Kg buah per harinya
untuk satu ekor luwak. Guna mendapatkan 1 Kg 40% Konsumen
kopi luwak dalam bentuk bubuk setiap ekor luwak
memerlukan 9-10 Kg buah kopi untuk diproses
menjadi biji kopi dalam bentuk feses. Tenaga kerja Gambar 1. Rantai pemasaran kopi luwak pada
pada agroindustri kopi luwak berasal dari dalam agroindustri kopi luwak di
dan luar keluarga. Biaya tenaga kerja yang Kecamatan Balik Bukit Kabupaten
dikeluarkan pelaku agroindustri sebesar Rp25.000 Lampung Barat, tahun 2013
per harian orang kerja. Untuk memproduksi kopi
luwak selama setahun diperlukan harian orang Pelaku agroindustri mendistribusikan kopi
kerja sebesar 1.642,5 HOK. luwak ke para pedangang pengecer maupun
konsumen langsung. Produk kopi luwak yang
Pada agroindustri kopi luwak berskala mikro tidak dihasilkan agroindustri kopi luwak baik
berbeda jauh dengan agroindsutri kopi luwak berskala kecil maupun mikro dipasarkan ke
berskala kecil dalam hal pemberian pakan buah produsen pedagang pengecer di Kabupaten
kopi. Untuk memproduksi kopi luwak diperlukan Lampung Barat hingga Bandar Lampung
4.800 Kg buah kopi pertahun dengan rincian setiap bahkan ke luar Provinsi Lampung seperti
ekor luwak memerlukan 2 Kg buah kopi matang Palembang, Jakarta, Bandung dan kota-kota
dan segar per harinya. Untuk memproduksi kopi lainnya sebesar 60%. Produk agroindustri kopi
luwak selama setahun diperlukan harian orang luwak berskala kecil maupun mikro di
kerja sebesar 1.282,5 HOK. disebarkan ke konsumen rumah tangga maupun
restoran-restoran yang berada di Lampung
Buah kopi yang dijadikan pakan luwak dibeli para Barat dan Bandar Lampung sebesar 40%.
pelaku agroindustri dengan harga Rp9.000. Pakan Daerah-daerah pemasaran tersebut
luwak selain kopi, seperti pisang dan pepaya menunjukkan bahwa kopi luwak yang
diberikan ke binatang luwak sebagai makanan dihasilkan telah banyak diminati di berbagai
selingan. Diperlukan 1,5–2 sisir pisang untuk daerah di dalam maupun di luar provinsi. Hal
setiap ekor per bulan dengan harga Rp. 7000/sisir. tersebut merupakan prospek yang baik bagi
Buah pepaya diperlukan 1 buah setiap harinya usaha pengembangan agroindustri kopi luwak.
dengan harga sebesar Rp5.000/buah. Rincian
bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan 2. Aspek Teknis
dapat dilihat pada Tabel 1.
Teknologi yang digunakan dalam menjalankan
Tabel 1. Keragaan agroindustri kopi luwak di usaha kopi luwak dapat dikatakan masih
Kecamatan Balik Bukit, tahun 2013 sederhana dan cukup mudah sehingga sebagian
besar masyarakat mampu mengusahakan
Uraian
Agroindustri Agroindustri agroindustri kopi luwak. Peralatan disesuaikan
Kecil Mikro dengan kopi yang akan di produksi menjadi
Jumlah luwak (ekor) 60 30
Buah kopi/tahun (Kg) 9.600 4.800
kopi luwak setiap kali proses. Mesin giling,
Pisang/tahun (Kg) 760 420 mesin pengupas, mesin penggorengan, dan
Pepaya/tahun (Kg) 640 360 mesin press adalah salah satu upaya yang dapat
Kopi bubuk/tahun (Kg) 960 480 dilakukan para pelaku agroindustri untuk
Upah tenaga kerja (Rp) 41.062.500 32.562.500 memaksimalkan pendapatan yang dihasilkan
pada agroindustri kopi luwak.

51
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

3. Aspek Manajemen dan Organisasi Tabel 2. Biaya investasi agroindustri kopi


luwak di Kecamatan Balik Bukit
Agroindustri kopi luwak melakukan
manajemen dalam menjalankan usahanya Keterangan Jml.
Harga/unit Total
meskipun manajemen yang dilakukan masih (Rp) (Rp)
Agroindustri 100.000.000 100.000.000
sederhana dan tidak tertulis. Jika dilihat dari Kecil:
aspek organisasi, agroindustri kopi luwak 1. Pabrik 1 100.000.000 100.000.000
memiliki struktur organisasi sebagai berikut: 2. Luwak 60 1.000.000 60.000.000
3. Kandang 60 700.000 42.000.000
4. Mesin kupas 1 7.000.000 7.000.000
Pemilik 5. Mesin bubuk 1 5.000.000 5.000.000
6. Mesin goreng 1 40.000.000 40.000.000
7. Press otomatis 1 8.000.000 8.000.000
8. Press manual 2 250.000 500.000
Total 270.500.000
Karyawan Bagian Karyawan Bagian
Agroindustri
Pengurus binatang luwak Proses/Pengemasan Mikro:
1. Pabrik 1 75.000.000 75.000.000
2. Luwak 30 1.000.000 30.000.000
Gambar 2. Struktur organisasi kopi luwak di 3. Kandang 30 750.000 22.500.000
Kecamatan Balik Bukit, tahun 4. Press manual 2 250.000 500.000
Total 128.000.000
2013

Tipe organisasi agroindustri kopi luwak adalah Biaya-biaya yang digunakan dalam usaha
tipe organisasi garis dimana wewenang agroindustri kopi luwak terdiri dari biaya
mengalir langsung dari pimpinan kepada investasi dan biaya operasional. Biaya investasi
bawahan. Pada struktur organisasi tersebut terdiri dari biaya pembangunan pabrik,
pemilik usaha kopi luwak tersebut langsung pembuatan kandang, pembelian mesin dan
membawahi karyawan dengan bidangnya peralatan. Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui
masing-masing. bahwa biaya investasi yang dikeluarkan
agroindustri kopi luwak berskala kecil sebesar
4. Aspek Sosial dan Lingkungan Rp270.500.000, sedangkan pada agroindustri
kopi luwak berskala mikro biaya investasi yang
Adanya agroindustri kopi luwak berdampak dikeluarkan sebesar Rp128.000.000.
positifnya bagi lingkungan sekitar dengan
tersedianya lapangan pekerjaan baru bagi Biaya operasional terdiri dari biaya tenaga
masyarakat sekitar sehingga dapat kerja, bahan baku, listrik, transportasi, pajak
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan bangunan, dan lain-lain. Biaya operasional per
masyarakat sekitar. Aroma dan limbah kopi tahun yang dikeluarkan agroindustri kopi luwak
luwak tidak mencemari lingkungan disekitar berskala kecil Rp219.000.000, sedangkan pada
agroindustri seperti udara dan air. Hal ini agroindustri kopi luwak berskala mikro sebesar
menunjukkan bahwa agroindustri kopi luwak Rp153.000.000. Rincian biaya operasional
layak diusahakan dan memiliki prospek agroindustri kopi luwak baik berskala kecil
pengembangan yang baik. maupun mikro di Kecamatan Balik Bukit dapat
dilihat pada Tabel 3.
5. Aspek Finansial
Tabel 3. Biaya operasional per tahun
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui agroindustri kopi luwak di Kecamatan
manfaat dari agroindustri kopi luwak di masa Balik Bukit, tahun 2013
yang akan datang yang dapat dilihat dari
Agroindustri Agroindustri
besarnya keuntungan. Indikator besarnya Biaya
Kecil (Rp) Mikro (Rp)
keuntungan yang diterima agroindustri kopi 1. Produksi 128.382.000 98.812.000
luwak apakah layak untuk dikembangkan dapat 2. Transpotrasi 1.200.000 1.000.000
dilihat dari NPV > 0, Net B/C >1, Gross B/C > 3. Tenaga Kerja 41.062.500 32.562.500
4. Peralatan 8.690.000 4.470.000
1, dan IRR. Dalam penelitian ini tingkat suku
5. Depresiasi 36.621.428 14.285.714
bunga yang digunakan sebesar 14% yang 6. Pajak Bangunan 10.000 10.000
merupakan tingkat suku bunga pinjaman Bank 7. Listrik 3.000.000 2.400.000
Rakyat Indonesia pada tahun penelitian. Total 218.965.928 153.040.214

52
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

Tabel 4. Analisis finansial agroindustri kopi berskala kecil maupun mikro layak untuk
luwak di Kecamatan Balik Bukit pada diusahakan dan dikembangkan.
tingkat suku bunga 14% (cf/df =14%),
tahun 2013 b) Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Agroindustri Agroindustri Besarnya nilai IRR pada agroindustri kopi


No Uraian luwak berskala kecil sebesar 85,05%,
Kecil Mikro
1. NPV (Juta) 2.856,65 992,61 sedangkan untuk agroindustri kopi luwak
2. IRR (%) 85,05 64,98 berskala mikro sebesar 64,98%. Nilai IRR
3. Net B/C 5,81 4,76 tersebut adalah lebih besar dari tingkat suku
4. Gross B/C 1,76 1,43
5. Pp (tahun) 4,02 4,39
bunga yang berlaku pada saat penelitian
6. BEP unit 431,78 281,73 yaitu 14%. Nilai ini berarti bahwa usaha
7. BEP harga (Rp) 269.860 352.167 agroindustri kopi luwak di Kecamatan Balik
Bukit berskala kecil maupun mikro akan
Pada Tabel 4 diatas asumsi yang digunakan memberikan return to the capital invested
dalam menghasilkan nilai Net B/C, Gross B/C, sebesar nilai IRR pada masing-masing
NVP, dan IRR agroindustri kopi luwak, bahwa agroindustri selama umur ekonomis
dalam cash flow akan mengalami penambahan investasi bangunan. Nilai IRR agroindustri
biaya pada saat investasi yang ada telah habis kopi luwak memiliki nilai yang lebih baik
umur ekonomisnya sehingga dilakukan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
pembelian kembali atas investasi tersebut. yang sejenis. Pada penelitian Ermayuli
Biaya peralatan diasumsikan flat atau sama (2011) bahwa IRR agroindustri pembuatan
setiap tahunnya sesuai dengan biaya penyusutan keripik talas di Kabupaten Lampung Barat
yang terjadi dari peralatan tersebut. Penerimaan dengan nilai sebesar 60%. Hal ini
juga diasumsikan sama setiap tahunnya dengan menunjukkan bahwa agroindustri kopi
perkiraan bahwa produksi yang dilakukan luwak menguntungkan dan layak untuk
setiap tahunnya tidak mengalami perubahan. diusahakan.
Berdasarkan skenario tersebut didapatkan nilai
Net B/C, Gross B/C, NVP, dan IRR pada c) Analisis Net B/C Ratio
agroindustri kopi luwak di Kecamatan Balik
Bukit, Kabupaten Lampung Barat. Net B/C yang diperoleh dari hasil analisis
finansial agroindustri kopi luwak berskala
a) Analisis Net Present Value (NPV) kecil sebesar 5,8l, sedangkan untuk
agroindustri kopi luwak berskala mikro
NPV adalah suatu metode yang pada didapat nilai Net B/C sebesar 4,76. Dengan
dasarnya bertujuan untuk mencari selisih demikian usaha kopi luwak di Kecamatan
antara penerimaan dengan pengeluaran uang Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat
pada saat sekarang. Besarnya nilai NPV pada menguntungkan dan layak untuk diusahakan
agroindustri kopi luwak berskala kecil dan dikembangkan karena memiliki nilai Net
sebesar Rp2.856.649.889 yang berarti bahwa B/C melebihi nilai yang sudah dikriteriakan
nilai NPV lebih besar dari nol atau bernilai yaitu lebih dari 1.
positif. Sedangkan untuk agroindustri kopi
luwak berskala mikro sebesar d) Analisis Gross B/C Ratio
Rp992.605.326. Nilai keuntungan bersih
tersebut bernilai positif atau lebih besar dari Gross B/C yang diperoleh dari hasil analisis
nol (NPV>0), menunjukkan bahwa selisih finansial agroindustri kopi luwak berskala
antara nilai sekarang dari benefit atau kecil sebesar 1,76. Hal ini berarti
penerimaan bersih agroindustri yang agroindustri kopi luwak berskala kecil layak
diterima oleh pengusaha adalah lebih besar untuk diusahakan dan dikembangkan karena
dari nilai total biaya yang dikeluarkan untuk setiap Rp1.000.000 biaya yang dikeluarkan
usaha kopi luwak. Hal ini sesuai dengan akan menghasilkan penerimaan agroindustri
penelitian Hadi (2011) bahwa agroindustri kopi luwak berskala kecil sebesar
kopi luwak merupakan usaha yang Rp1.760.000, sedangkan Gross B/C yang
menguntungkan dengan NPV bernilai diperoleh dari hasil analisis finansial
positif. Hasil NPV agroindustri kopi luwak agroindustri berskala mikro sebesar 1,43.
Hal ini dapat diartikan agroindustri kopi

53
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

luwak berskala mikro layak untuk Tabel 6. Laju kepekaan terhadap penurunan
diusahakan dan dikembangkan karena setiap harga jual pada agroindustri kopi
Rp1.000.000 biaya yang dikeluarkan akan luwak di Kecamatan Balik Bukit,
menghasilkan penerimaan agroindustri tahun 2013
sebesar Rp1.430.000. Dari hasil Gross B/C
agroindustri kopi luwak berskala kecil Laju Kepekaan Terhadap Penurunan Harga Jual
maupun mikro layak untuk diusahakan dan Agroindustri Agroindustri
dikembangkan. Kecil Mikro
1. NPV (Juta) 1,01* 1,02*
2. IRR (%) 0,83 0,76
e) Analisis Payback Period 3. Net B/C 0,82 0,89
4. Gross B/C 0,40 0,27
Payback period untuk agroindustri berskala 5. PP (tahun) 0,26 0,27
kecil selama 4,02 tahun, yang artinya biaya Keterangan:
* = peka/sensitif
investasi agroindustri kopi luwak dapat
dikembalikan dalam jangka waktu 4 tahun 2
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas
hari. Sedangkan payback period untuk
agroindustri kopi luwak berskala kecil,
agroindustri kopi luwak berskala mikro
pengaruh yang diberikan terhadap kenaikan
selama 4,39 tahun, yang artinya biaya
biaya produksi sensitif tehadap nilai IRR
investasi agroindustri kopi luwak brskala
dengan laju kepekaan sebesar 1,03 dan Net B/C
kecil dapat dikembalikan dalam jangka
sebesar 1,01. Artinya perubahan tersebut
waktu 4 tahun 3 bulan 9 hari. Secara
mempengaruhi nilai IRR dan Net B/C sebelum
keseluruhan, agroindustri kopi luwak
adanya perubahan kenaikan biaya produksi.
memiliki nilai IRR, NPV, Net B/C, dan
Pengaruh yang diberikan terhadap penurunan
Gross B/C yang lebih besar dari kriteria
harga jual sensitif terhadap nilai NPV dengan
kelayakan. Secara keseluruhan disimpulkan
laju kepekaan sebesar 1,01. Artinya perubahan
bahwa usaha Kopi luwak di Kecamatan tersebut mempengaruhi nilai NPV sebelum
Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat
adanya perubahan penurunan harga jual
menguntungkan dan secara finansial layak
sehingga dapat mengurangi keuntungan bagi
untuk dikembangkan.
pengusaha argoindustri kopi luwak. Namun
agroindustri kopi luwak masih layak untuk
6. Analisis Sensitifitas diusahakan.
Analisis sensitifitas atau laju kepekaan
Pada agroindustri kopi luwak berskala mikro,
merupakan suatu kegiatan menganalisis
pengaruh yang diberikan terhadap kenaikan
kembali suatu proyek untuk mengetahui
biaya produksi peka atau sensitif tehadap nilai
perubahan nilai Net B/C, Gross B/C, NPV, IRR, Net B/C dengan laju kepekaan sebesar 1,06.
dan Payback Period yang terjadi atas pengaruh
Artinya perubahan tersebut mempengaruhi nilai
seperti kenaikan biaya produksi dan penurunan
Net B/C sebelum adanya perubahan kenaikan
harga jual produk. Hasil perhitungan Laju
biaya produksi dan penurunan harga jual.
kepekaan terhadap kenaikan biaya produksi dan
Pengaruh yang diberikan terhadap penurunan
penurunan harga jual produk pada agroindustri
harga jual sensitif terhadap nilai NPV dengan
kopi luwak dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
laju kepekaan sebesar 1,02. Artinya perubahan
tersebut mempengaruhi nilai NPV sebelum
Tabel 5. Laju kepekaan terhadap kenaikan
adanya perubahan penurunan harga jual
biaya produksi pada agroindustri kopi
sehingga dapat mengurangi keuntungan bagi
luwak di Kecamatan Balik Bukit,
pengusaha argoindustri kopi luwak. Namun
tahun 2013
agroindustri kopi luwak masih layak untuk
diusahakan.
Laju Kepekaan Terhadap Kenaikan Biaya Produksi
Agroindustri Agroindustri Hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
Kecil Mikro
NPV (Juta) 0,75 0,89
kenaikan produksi dan penurunan harga jual
IRR (%) 1,03* 0,90 mempengaruhi agroindustri kopi luwak di
Net B/C 1,01* 1,06* Kecamatan Balik Bukit. Pernyataan ini
Gross B/C 0,50 0,32 didukung dengan penelitian Fransisdo (2011)
PP (tahun) 0,32 0,33 bahwa kenaikan biaya produksi dan penurunan

54
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

harga jual mempengaruhi agroindustri keripik Ermayuli. 2011. ”Analisis Teknik dan Finansial
di Bandar Lampung. Agroindustri Skala Kecil Pada Berbagai Proses
Pembuaatan Keripik Talas di Kabupaten
KESIMPULAN Lampung Barat”. Jurnal Teknologi Dan
Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Maret 2011. Fakultas Pertanian Universitas
mengenai analisis kelayakan usaha agroindustri Lampung. Bandar Lampung.
kopi luwak di Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Febrianti. 2011. “Kelayakan Kopi Luwak di
Lampung Barat dapat disimpulkan bahwa usaha Kabupaten Lampung Barat”. Jurnal Teknologi
kopi luwak baik berskala kecil maupun mikro Dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1,
merupakan usaha yang menguntungkan dan layak Maret 2011. Fakultas Pertanian Universitas
untuk dikembangkan. Kenaikan biaya produksi Lampung. Bandar Lampung.
dan penurunan harga jual produksi mempengaruhi Fransisdo TO. 2011. ”Analisis Pendapatan, Nilai
agroindustri kopi luwak di Kecamatan Balik Bukit. Tambah dan Kelayakan Finansial Agroindustri
Keripik di Bandar Lampung”. Skripsi. Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Pertanian Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Gittinger JP. 1993. Analisa Proyek-proyek
Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. Pertanian. UI Press. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Hadi RA. 2011. ”Analisis Nilai Tambah,
Bandar Lampung. Kelayakan Finansial dan Prospek
Departemen Koperasi Indonesia. 2008. “Kriteria Pengembangan Agroindustri Kopi Luwak di
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit
UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM”. Kabupaten Lampung Barat”. Skripsi. Fakultas
http://www.depkop.go.id/index.php?option=co Pertanian Universitas Lampung. Bandar
m/content&view=article&id=129. Diakses Lampung.
tanggal 1 Agustus 2013. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2012. Luas Ekonomi Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi
Areal dan Produksi Kopi Provinsi Lampung Universitas Indonesia. Jakarta.
Menurut Kabupaten dan Kota. Dinas Raharjo B. 2013. ”Analisis Penentu Ekspor Kopi
Perkebunan Provinsi Lampung. Bandar Indonesia”. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis.
Lampung. Vol 1, No. 1: Semester Ganjil 2012/2013.
Universitas Brawijaya. Malang.

55

Anda mungkin juga menyukai