1, JANUARI 2014
(The Financial Feasibility Analysis of Luwak Coffee Agroindustry at Balik Bukit District
of West Lampung Regency)
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145, Telp. 085269258396, e-mail: ricodomo@gmail.com
ABSTRACT
The study aimed to analyze the financial feasibility of luwak coffee agroindustry. The research was
conducted at Balik Bukit district of West Lampung Regency. This location was selected purposively. The
research used primary and secondary data. The research samples were 2 agro industries which were chosen
purposively. The data was collected in Oktober to November 2012. The financial feasibility was analyzed by
NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback Period, BEP and sensitivity. The results showed that small and
micro agroindustries of luwak coffee at Balik Bukit District of West Lampung Regency were financially
feasible and profitable to be developed, the increase of cost and decrease of product’s price influenced the
luwak coffee agro industries.
48
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
yang cukup tinggi belum diimbangi dengan digunakan adalah analisis finansial yang terdiri
kontinuitas produksi kopi luwak sehingga dari NPV, IRR, B/C Ratio dan analisis sensitifitas
permintaan pasar akan kopi luwak menjadi (Kadariah,2001).
fluktuatif. Pasokan bahan baku juga menjadi
kendala bagi pengusaha. Jika bahan baku tidak 1) Net Present Value (NPV)
tersedia maka otomatis proses produksi kopi luwak
akan terhenti. Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih
merupakan metode untuk menghasilkan
Beberapa permasalahan yang telah dijelaskan di keuntungan bersih yang diterima pelaku
atas menyebabkan agroindustri kopi luwak agroindustri kopi luwak. NPV dapat
terhambat pengembangannya dan perlu dirumuskan sebagai berikut:
dipertanyakan apakah agroindustri kopi luwak di
Kecamatan Balik Bukit menguntungkan dan layak NPV = PV Benefit – PV Cost………….(1)
untuk diusahakan. Berdasarkan apa yang
dipaparkan di atas, penelitian ini ditujukan untuk Keterangan:
mengetahui kelayakan usaha agroindustri kopi PV Benefit = PV Pendapatan (+)
luwak baik yang berskala kecil maupun mikro di PV Cost = PV Pendapatan (-)
Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung
Barat. Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
a) NPV > 0, maka investasi agroindustri kopi
METODE PENELITIAN luwak layak secara finansial
b) NPV < 0, maka investasi agroindustri kopi
Penelitian ini menggunakan metode analisis luwak tidak layak secara finansial
menggunakan metode analisis kuantitatif dan c) NPV = 0, maka investasi agroindustri kopi
kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk luwak berada pada posisi titik impas (Break
mengetahui kelayakan usaha yang dilihat dari Event Point)
aspek finansial, sedangkan analisis kualitatif
digunakan untuk mengetahui kelayakan usaya 2) Internal Rate of Return (IRR)
yang dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen
dan organisasi, sosial dan lingkungan. Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu
tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih
Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Balik sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh
Bukit Kabupaten Lampung Barat. Penentuan lokasi investasi proyek. IRR dapat dirumuskan sebagai
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berikut:
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Balik
Bukit merupakan sentra agroindustri kopi luwak di NPV
Kabupaten Lampung Barat. Penelitian dilakukan IRR i 1
i i ................(2)
1 NPV NPV 2 1
pada bulan Oktober hingga November 2012. 1 2
49
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
3) Net Benefit Cost Ratio B/C c) Gross B/C = 1, maka investasi agroindustri
kopi luwak berada pada posisi Break Event
Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan Point
perbandingan antara net benefit yang telah
didiskon positif dengan net benefit yang telah 5) Analisis Sensitifitas
didiskon negatif. Net B/C dapat dirumuskan
sebagai berikut: Analisis sensitifitas atau laju kepekaan adalah
suatu kegiatan menganalisis kembali suatu
n
bt ct proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi
1 i t pada proyek tersebut bila suatu proyek tidak
Net B/C
t 1 .................(3) berjalan sesuai rencana. Analisis sensitifitas
n
ct bt
1 i t
dapat dirumuskan sebagai berikut:
t 1
Keterangan: X X
1 0 x100%
Net B/C = Net benefit cost ratio
X ............(5)
Bt = Penerimaan bersih tahun t Laju Kepekaan
Ct = Biaya pada tahun t Y Y
1 0 x100%
I = Tingkat bunga Y
t = Tahun (waktu ekonomis)
Keterangan:
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: X1 = NPV/IRR/Net B/C ratio setelah
a) Net B/C > 1, maka investasi agroindustri kopi perubahan.
luwak layak secara finansial X0 = NPV/IRR/Net B/C ratio setelah
b) Net B/C < 1, maka investasi agroindustri kopi perubahan
luwak tidak layak secara finansial
X = Rata-rata perubahan NPV/IRR/Net B/C
c) Net B/C = 1, maka investasi agroindustri kopi
ratio
luwak berada pada posisi Break Event Poin
Y1 = Harga jual/biaya produksi/produksi
setelah terjadi perubahan
4) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Y0 = Harga jual/biaya produksi/jumlaproduksi
sebelum terjadi perubahan
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah
perbandingan antara penerimaan manfaat dari Y = Rata-rata perubahan harga jual/biaya
suatu investasi dengan biaya yang dikeluarkan. produksi/produksi
Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kriteria laju kepekaan:
a) Laju kepekaan > 1, maka hasil usaha atau
n bt proyek peka/sensitif terhadap perubahan
t i
1 i
t
b) Laju kepekaan < 1, maka hasil usaha atau
......................(4)
Gross B/C proyek tidak peka/tidak sensitif terhadap
n
C perubahan (Gittinger, 1993).
t
t
t 1 1 i
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan:
Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratio Jumlah responden agroindustri kopi luwak
Bt = Penerimaan bersih tahun t sebanyak dua orang dengan pengalaman usaha
Ct = Biaya pada tahun t selama 4-5 tahun. Sesuai dengan Undang-Undang
I = Tingkat bunga Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
t = Tahun (waktu ekonomis) dan Menengah (UMKM), suatu usaha dikatakan
usaha mikro apabila memiliki kekayaan bersih
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah: lebih dari Rp50.000.000, dan suatu usaha
a) Gross B/C > 1, maka investasi agroindustri dikatakan usaha kecil apabila memiliki kekayaan
kopi luwak layak secara finansial bersih lebih dari Rp50.000.000-Rp500.000.000
b) Gross B/C < 1, maka investasi agroindustri (Depkop Indonesia, 2008). Berdasarkan Undang-
kopi luwak tidak layak secara finansial Undang tersebut, agroindustri kopi luwak di daerah
penelitian terdapat satu agroindustri kopi luwak
berskala mikro dengan nilai kekayaan atau
investasi sebesar Rp38.000.000 dan satu
50
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
51
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
Tipe organisasi agroindustri kopi luwak adalah Biaya-biaya yang digunakan dalam usaha
tipe organisasi garis dimana wewenang agroindustri kopi luwak terdiri dari biaya
mengalir langsung dari pimpinan kepada investasi dan biaya operasional. Biaya investasi
bawahan. Pada struktur organisasi tersebut terdiri dari biaya pembangunan pabrik,
pemilik usaha kopi luwak tersebut langsung pembuatan kandang, pembelian mesin dan
membawahi karyawan dengan bidangnya peralatan. Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui
masing-masing. bahwa biaya investasi yang dikeluarkan
agroindustri kopi luwak berskala kecil sebesar
4. Aspek Sosial dan Lingkungan Rp270.500.000, sedangkan pada agroindustri
kopi luwak berskala mikro biaya investasi yang
Adanya agroindustri kopi luwak berdampak dikeluarkan sebesar Rp128.000.000.
positifnya bagi lingkungan sekitar dengan
tersedianya lapangan pekerjaan baru bagi Biaya operasional terdiri dari biaya tenaga
masyarakat sekitar sehingga dapat kerja, bahan baku, listrik, transportasi, pajak
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan bangunan, dan lain-lain. Biaya operasional per
masyarakat sekitar. Aroma dan limbah kopi tahun yang dikeluarkan agroindustri kopi luwak
luwak tidak mencemari lingkungan disekitar berskala kecil Rp219.000.000, sedangkan pada
agroindustri seperti udara dan air. Hal ini agroindustri kopi luwak berskala mikro sebesar
menunjukkan bahwa agroindustri kopi luwak Rp153.000.000. Rincian biaya operasional
layak diusahakan dan memiliki prospek agroindustri kopi luwak baik berskala kecil
pengembangan yang baik. maupun mikro di Kecamatan Balik Bukit dapat
dilihat pada Tabel 3.
5. Aspek Finansial
Tabel 3. Biaya operasional per tahun
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui agroindustri kopi luwak di Kecamatan
manfaat dari agroindustri kopi luwak di masa Balik Bukit, tahun 2013
yang akan datang yang dapat dilihat dari
Agroindustri Agroindustri
besarnya keuntungan. Indikator besarnya Biaya
Kecil (Rp) Mikro (Rp)
keuntungan yang diterima agroindustri kopi 1. Produksi 128.382.000 98.812.000
luwak apakah layak untuk dikembangkan dapat 2. Transpotrasi 1.200.000 1.000.000
dilihat dari NPV > 0, Net B/C >1, Gross B/C > 3. Tenaga Kerja 41.062.500 32.562.500
4. Peralatan 8.690.000 4.470.000
1, dan IRR. Dalam penelitian ini tingkat suku
5. Depresiasi 36.621.428 14.285.714
bunga yang digunakan sebesar 14% yang 6. Pajak Bangunan 10.000 10.000
merupakan tingkat suku bunga pinjaman Bank 7. Listrik 3.000.000 2.400.000
Rakyat Indonesia pada tahun penelitian. Total 218.965.928 153.040.214
52
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
Tabel 4. Analisis finansial agroindustri kopi berskala kecil maupun mikro layak untuk
luwak di Kecamatan Balik Bukit pada diusahakan dan dikembangkan.
tingkat suku bunga 14% (cf/df =14%),
tahun 2013 b) Analisis Internal Rate of Return (IRR)
53
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
luwak berskala mikro layak untuk Tabel 6. Laju kepekaan terhadap penurunan
diusahakan dan dikembangkan karena setiap harga jual pada agroindustri kopi
Rp1.000.000 biaya yang dikeluarkan akan luwak di Kecamatan Balik Bukit,
menghasilkan penerimaan agroindustri tahun 2013
sebesar Rp1.430.000. Dari hasil Gross B/C
agroindustri kopi luwak berskala kecil Laju Kepekaan Terhadap Penurunan Harga Jual
maupun mikro layak untuk diusahakan dan Agroindustri Agroindustri
dikembangkan. Kecil Mikro
1. NPV (Juta) 1,01* 1,02*
2. IRR (%) 0,83 0,76
e) Analisis Payback Period 3. Net B/C 0,82 0,89
4. Gross B/C 0,40 0,27
Payback period untuk agroindustri berskala 5. PP (tahun) 0,26 0,27
kecil selama 4,02 tahun, yang artinya biaya Keterangan:
* = peka/sensitif
investasi agroindustri kopi luwak dapat
dikembalikan dalam jangka waktu 4 tahun 2
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas
hari. Sedangkan payback period untuk
agroindustri kopi luwak berskala kecil,
agroindustri kopi luwak berskala mikro
pengaruh yang diberikan terhadap kenaikan
selama 4,39 tahun, yang artinya biaya
biaya produksi sensitif tehadap nilai IRR
investasi agroindustri kopi luwak brskala
dengan laju kepekaan sebesar 1,03 dan Net B/C
kecil dapat dikembalikan dalam jangka
sebesar 1,01. Artinya perubahan tersebut
waktu 4 tahun 3 bulan 9 hari. Secara
mempengaruhi nilai IRR dan Net B/C sebelum
keseluruhan, agroindustri kopi luwak
adanya perubahan kenaikan biaya produksi.
memiliki nilai IRR, NPV, Net B/C, dan
Pengaruh yang diberikan terhadap penurunan
Gross B/C yang lebih besar dari kriteria
harga jual sensitif terhadap nilai NPV dengan
kelayakan. Secara keseluruhan disimpulkan
laju kepekaan sebesar 1,01. Artinya perubahan
bahwa usaha Kopi luwak di Kecamatan tersebut mempengaruhi nilai NPV sebelum
Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat
adanya perubahan penurunan harga jual
menguntungkan dan secara finansial layak
sehingga dapat mengurangi keuntungan bagi
untuk dikembangkan.
pengusaha argoindustri kopi luwak. Namun
agroindustri kopi luwak masih layak untuk
6. Analisis Sensitifitas diusahakan.
Analisis sensitifitas atau laju kepekaan
Pada agroindustri kopi luwak berskala mikro,
merupakan suatu kegiatan menganalisis
pengaruh yang diberikan terhadap kenaikan
kembali suatu proyek untuk mengetahui
biaya produksi peka atau sensitif tehadap nilai
perubahan nilai Net B/C, Gross B/C, NPV, IRR, Net B/C dengan laju kepekaan sebesar 1,06.
dan Payback Period yang terjadi atas pengaruh
Artinya perubahan tersebut mempengaruhi nilai
seperti kenaikan biaya produksi dan penurunan
Net B/C sebelum adanya perubahan kenaikan
harga jual produk. Hasil perhitungan Laju
biaya produksi dan penurunan harga jual.
kepekaan terhadap kenaikan biaya produksi dan
Pengaruh yang diberikan terhadap penurunan
penurunan harga jual produk pada agroindustri
harga jual sensitif terhadap nilai NPV dengan
kopi luwak dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
laju kepekaan sebesar 1,02. Artinya perubahan
tersebut mempengaruhi nilai NPV sebelum
Tabel 5. Laju kepekaan terhadap kenaikan
adanya perubahan penurunan harga jual
biaya produksi pada agroindustri kopi
sehingga dapat mengurangi keuntungan bagi
luwak di Kecamatan Balik Bukit,
pengusaha argoindustri kopi luwak. Namun
tahun 2013
agroindustri kopi luwak masih layak untuk
diusahakan.
Laju Kepekaan Terhadap Kenaikan Biaya Produksi
Agroindustri Agroindustri Hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
Kecil Mikro
NPV (Juta) 0,75 0,89
kenaikan produksi dan penurunan harga jual
IRR (%) 1,03* 0,90 mempengaruhi agroindustri kopi luwak di
Net B/C 1,01* 1,06* Kecamatan Balik Bukit. Pernyataan ini
Gross B/C 0,50 0,32 didukung dengan penelitian Fransisdo (2011)
PP (tahun) 0,32 0,33 bahwa kenaikan biaya produksi dan penurunan
54
JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014
harga jual mempengaruhi agroindustri keripik Ermayuli. 2011. ”Analisis Teknik dan Finansial
di Bandar Lampung. Agroindustri Skala Kecil Pada Berbagai Proses
Pembuaatan Keripik Talas di Kabupaten
KESIMPULAN Lampung Barat”. Jurnal Teknologi Dan
Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Maret 2011. Fakultas Pertanian Universitas
mengenai analisis kelayakan usaha agroindustri Lampung. Bandar Lampung.
kopi luwak di Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Febrianti. 2011. “Kelayakan Kopi Luwak di
Lampung Barat dapat disimpulkan bahwa usaha Kabupaten Lampung Barat”. Jurnal Teknologi
kopi luwak baik berskala kecil maupun mikro Dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1,
merupakan usaha yang menguntungkan dan layak Maret 2011. Fakultas Pertanian Universitas
untuk dikembangkan. Kenaikan biaya produksi Lampung. Bandar Lampung.
dan penurunan harga jual produksi mempengaruhi Fransisdo TO. 2011. ”Analisis Pendapatan, Nilai
agroindustri kopi luwak di Kecamatan Balik Bukit. Tambah dan Kelayakan Finansial Agroindustri
Keripik di Bandar Lampung”. Skripsi. Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Pertanian Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Gittinger JP. 1993. Analisa Proyek-proyek
Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. Pertanian. UI Press. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Hadi RA. 2011. ”Analisis Nilai Tambah,
Bandar Lampung. Kelayakan Finansial dan Prospek
Departemen Koperasi Indonesia. 2008. “Kriteria Pengembangan Agroindustri Kopi Luwak di
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit
UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM”. Kabupaten Lampung Barat”. Skripsi. Fakultas
http://www.depkop.go.id/index.php?option=co Pertanian Universitas Lampung. Bandar
m/content&view=article&id=129. Diakses Lampung.
tanggal 1 Agustus 2013. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2012. Luas Ekonomi Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi
Areal dan Produksi Kopi Provinsi Lampung Universitas Indonesia. Jakarta.
Menurut Kabupaten dan Kota. Dinas Raharjo B. 2013. ”Analisis Penentu Ekspor Kopi
Perkebunan Provinsi Lampung. Bandar Indonesia”. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis.
Lampung. Vol 1, No. 1: Semester Ganjil 2012/2013.
Universitas Brawijaya. Malang.
55