Anda di halaman 1dari 9

TEKNOLOGI REAKTOR FUSI : INERTIAL

CONFINEMENT AND MAGNETIC


CONFINEMENT FUSION

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Aplikasi nuklir di industri

oleh

Rahandika Febri Arrivani 10211039

Cici Wulandari 10211041

Fitri Aulia Permatasari 10211087

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya kebutuhan energi dipenuhi oleh energi dari bahan fosil seperti
minyak, batu bara dan gas alam. Namun, sumber energi tersebut merupakan sumber
energi yang terbatas ketersediaannya di alam. Oleh karena itu, diperlukan sumber energi
alternatif yang tidak terbatas oleh ketersediaan di alam. Salah satu alternatif energi
terbaharukan berasal dari energi nuklir. Konsep energi nuklir dapat dihasilkan dari
reaksi pada reaktor nuklir atau yang biasa dikenal dengan Pembangkit listrik tenaga
nuklir.
Reaktor – reaktor nuklir yang saat ini dioperasikan untuk menghasilkan energi
(listrik) merupakan reaktor fisi nuklir. Dalam reaktor fisi nuklir energi diperoleh dari
pemecahan satu atom menjadi dua atom. Dalam reaksi fisi nuklir konvensional neutron
lambat yang menumbuk inti atom bahan bakar (umumnya Uranium) menghasilkan inti
atom baru yang tidak stabil dan hamper seketika pecah menajdi dua bagian inti dan
sejumlah neutron dengan energi yang besar. Pecahan hasil reaksi fisi tersebut
merupakan sampah radioaktif dengan waktu paruh yang relatif lama sehingga
menimbulkan masalah baru pada lingkungan.
Reaktor fusi nuklir merupakan salah satu sumber energi alternatif masa depan
yang menggunakan bahan bakar yang tersedia melimpah, sangat efisien, bersih dari
polusi, tidak akan menimbulkan bahaya kebocoran radiasi dan tidak menyebabkan
sampah radioaktif yang menjadi masalah lingkungan seperti pada reaktor fisi nuklir.
Sejauh ini reaktor fusi nuklir masih belum dioperasikan secara komersial. Salah
satu kendala utama perkembangan reaktor fusi ini adalah reaksi ini hanya terjadi pada
temperature dan tekanan yang tinggi sementara itu, belum ada material yang tahan
dalam suhu tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pembahasan mengenai metoda untuk
mengatasi keterbatasan tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai 2 metoda
utama dalam reaktor fusi yaitu Inertial Confinement dan Magnetic Confinement [1].
1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :


1. Memahami reaksi fusi.
2. Memahami teknologi fusi, magnetic confinement dan inertial confinement.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini adalah :


1. Apa yang dimaksud dengan reaksi fusi ?
2. Bagaimana prinsip kerja teknologi manetic confinement ?
3. Bagaimana prinsip kerja teknologi inertial confinement ?

1.4 Metode Penelitian

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi literatur.


Adapaun literatur yang digunakan adalah buku, jurnal dan artikel dari internet.
BAB II
TEKNOLOGI REAKSI FUSI

2.1 Reaksi Fusi sebagai Sumber Energi


Reaksi fusi merupakan reaksi penggabungan dua buah inti yang menghasilkan
inti baru yang lebih besar serta menghasilkan energi yang tinggi. Dalam prosesnya,
reaksi fusi membutuhkan energi yang besar, tetapi energi yang dihasilkan dari reaksi ini
lebih besar dari energi yang dibutuhkan untuk melakukan reaksi. Massa inti baru yang
terbentuk lebih ringan dari massa awal.
Reaksi fusi membutuhkan energi yang tinggi meskipun penggabungan inti yang
ringan, misalnya hidrogen. Karena ketika dua buah inti didekatkan akan terjadi gaya
tolak coulomb antar proton. Untuk menghalangi gaya coulomb maka inti perlu
didekatkan dengan kelajuan yang tinggi. Kelajuan tinggi memerlukan energi kinetik
yang sangat tinggi, energi kinetik yang tinggi artinya memerlukan suhu yang tinggi.

Gambar 2.1 reaksi fusi

Dalam suatu reaktor fusi, inti-inti atom isotop hidrogen (protium, deuterium, dan
tritium) bergabung menjadi inti atom helium dan netron serta sejumlah besar energi.
Reaksi fusi ini sejenis dengan reaksi yang terjadi di dalam inti matahari dan bersifat
jauh lebih bersih, lebih aman, lebih efisien dan menggunakan bahan bakar yang jauh
lebih berlimpah dibandingkan dengan reaksi fisi nuklir.
Syarat terjadinya reaksi fusi nuklir:
 suhu awal yang sangat tinggi (lebih dari 100.000.000 Kelvin)
 kerapatan inti partikel n yang tinggi menjamin tumbukan sering
 tekanan yang sangat tinggi
Suhu tinggi yang dipersyaratkan tersebut dapat dicapai dengan bantuan
microwaves dan laser. Pada suhu setinggi ini elektron-elektron atom terpisah dari
intinya dan terbentuk wujud plasma. Inti-inti atom yang akan bergabung memiliki
muatan listrik sejenis (positif) sehingga tolak-menolak sehingga diperlukan energi yang
sangat besar (suhu tinggi) agar mereka dapat mengatasi tolakan listrik. Reaksi fusi baru
dapat terjadi jika inti-inti atom tersebut dapat didekatkan hingga jarak 10−15 m (seper
satu juta miliar meter). Pada jarak ini baru terjadi ikatan nuklir yang mampu mengatasi
tolakan listrik dari kedua inti atom yang akan berfusi tersebut.
Tekanan yang sangat tinggi digunakan untuk mendekatkan inti-inti atom yang
akan digabungkan. Persyaratan ini dicapai dengan bantuan medan magnet yang sangat
kuat (yang dihasilkan oleh arus listrik dalam superkonduktor) dan dengan bantuan laser
dengan daya tinggi.
Teknologi terkini baru mencapai suhu dan tekanan yang mampu menghasilkan
fusi antara deuterium dan tritium Fusi antara deuterium dan tritium memerlukan suhu
dan tekanan yang lebih tinggi. Reaksi fusi yang kedua inilah yang menjadi tumpuan
reaktor fusi nuklir masa mendatang, karena ketersediaan bahan bakar deuterium yang
lebih mudah diperoleh (diekstrak dari air laut), tidak radioaktif dan menghasilkan energi
yang lebih tinggi.
Secara teknis ada dua cara untuk mencapai suhu dan tekanan yang sesuai untuk
terjadinya reaksi fusi, yaitu:
 Menggunakan medan magnet dan medan listrik yang sangat kuat untuk
memanaskan dan memampatkan plasma hidrogen. ITER di Perancis
menggunakan metode yang lebih dikenal sebagai metode Magnetic
confinement ini.
 Menggunakan berkas laser atau berkas ion untuk memanaskan dan
memampatkan plasma hidrogen. Metode ini dikenal sebagai metode Inertial
confinement yang digunakan dalam pusat penelitian reaktor fusi nuklir di
Lawrence Livermore Laboratory (USA).
2.2 Teknologi Magnetic Confinement

Magnetic Confnement merupakan sebuah teknologi reaktor fusi yang


menggunakan medan magnet sebagai pembatas bahan bakar fusi dengan dinding
reaktor. Bahan bakar fusi berbentuk plasma yang sangat panas.
Magnetic confinement mencoba untuk menciptakan kondisi yang diperlukan untuk
produksi energi fusi dengan menggunakan konduktivitas listrik plasma dan menampungnya
dengan medan magnet. Medan magnet yang melingkupi plasma memberikan tekanan terhadap
plasma. Begitu pula dengan plasma, memberikan tekanan kepada medan magnet dalam upaya
melakukan ekspansi. Akibat kedua hal ini, terjadi keseimbangan antara tekanan plasma dan
medan magnetik. Oleh karena itu, dalam reaktor diperlukan medan magnet yang sesuai dangan
tekanan plasma untuk mencapai keseimbangan.
Pada reaktor biasa (fisi), dinding reaktor dilapisi oleh gas tipis yang berfungsi sebagai
pendingin. Sementara itu pada reaksi fusi, cairan plasma memiliki suhu yang tinggi sehingga
saat cairan tersebut kontak dengan dinding reaktor, gas tipis ini tidak akan berfungsi. Maka
disinilah diperlukan peran dari kurungan magnetik sebagai pengisolasi plasma dari dinding.
Medan magnetik yang mengurung plasma menyebabkan adanya gaya magnetik pada
setiap partikel bermuatan ( ion dan elektron). Gaya tersebut menyebabkan partikel bermuatan
bergerak melingkar dalam orbit di sekitar garis medan magnet. Di sisi lain partikel tersebut
dapat bergerak bebas dalam arah membujur[2].
Untuk saat ini telah dikembangkan teknologi magnetic confinement dalam sebuah
plant heat fusion. Pembangkit ini memiliki daya 500 MW dan menggunakan kurungan
magnetic geometri tokamak seperti yang terlihat pada gambar 2.2. Pembangkit ini
sedang dibangun di Perancis[1].

Gambar 2.2 Magnetic Confinement dengan Geometri Tokamak


2.3 Teknologi Inertial Confinement

Inertial confinement adalah teknologi fusi yang mencoba untuk melakukan reaksi fusi
nuklir dengan pemanasan dan mengkompres target bahan bakar, dalam bentuk pellet yang
berisi campuran deuterium dan tritium[3]. Untuk mengkompres dan memanaskan bahan bakar,
energi dikirimkan ke lapisan luar dari target menggunakan energi tinggi sinar laser, electron
atau ion. Namun hampir semua perangkat Inertial confinement menggunakan laser. Apabila
lapisan luar diledakan, akan menghasilkan tekanan terhadap sisa bahan bakar dan akan
mengkompres target. Proses ini dirancang untuk menghasilkan gelombang kejut yang bisa
memampatkan panas bahan bakar dipusat sehingga reaksi fusi terjadi. Adapun mekanisme
terjadinya reaksi fusi dijelakan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 prinsip kerja Inertial confinement

Tujuan teknologi ini adalah untuk menghasilkan kondisi yang disebut pengapian, yaitu
proses pemanasan yang menyebabkan reaksi pembakaran yang berantai pada sebagian besar
bahan bakar. Pellet bahan bakar mengandung 10mg bahan bakar, namun dalam prakteknya
hanya sebagian kecil bahan bakar ini akan mengalami reaksi fusi. Tetapi jika semua bahan bakar
ini dikonsumsi akan melepaskan energi setara dengan membakar satu barel minyak.
Teknologi ini pertama kali diusulkan pada tahun 1970-an, yaitu melalui pendekatan
praktis. Namun efisisiensi perangkatnya jauh lebih rendah dari yang diharapkan dan mencapai
proses pengapiannya tidak mudah. Sepanjang tahun 1980 sampai 1990-an banyak percobaan
yang dilakukan untuk memahami interaksi kompleks dari intensitas sinar laser yang tinggi dan
plasma. Ini menyebabkan suatu desain mesin baru, yang akhirnya akan mencapai energi
pengapian.
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Reaktor fusi merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan karena
bebas dari limbah radioaktif. Selain itu, energi yang dihasilkan pun lebih besar
dibanding energi reaksi fisi. Namun reaksi fusi hanya dapat terjadi pada suhu dan
tekanan yang relatif tinggi.
Keadaan suhu dan tekanan yang tinggi dapat dicapai melalui dua teknologi,
magnetic confinement dan inertial confinement. Teknologi magnetic confinement
menggunakan magnetik sebagai pembatas plasma dari dinding reaktor sedangkan
inertial confinement menggunakan laser untuk mengompres plasma sehingga dapat
terjadi reaksi fusi.

3.2 Saran

Perkembangan dua teknologi reaktor fusi ini masih dalam tahap penelitian. Oleh
karena itu diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mendukung perkembangan
reaktor fusi. Salah satu bentuk dukungan misalnya Pemerintah dapat mendukung secara
materil dalam bentuk dana atau ketersediaan fasilitas fisik. Sementara itu, masyarakat
dapat memberikan dukungan moril dan memberikan kepercayaan kepada peniliti. Dan
mahasiswa sebagai civitas akademika dapat memberikan dukungan dalam ikut
berkontribusi ide atau ilmu serta dapat membantu pemerintah untuk mensosialisasikan
perkembangan reaktor fusi ini kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Magnetic Confinement Fusion Science Status and Challenges, S. Prager University
of Wisconsin February, 2005
[2] The Future of Nuclear Power, J.N. Lillington Serco Assurance, Winfrith Technology
Centre, Dorchester, Dorset, UK, 2004
[3] Wikipedia.org/wiki/Inertial_confinement_fusion diakses pada tanggal 19 september
2013

Anda mungkin juga menyukai