Pembimbing :
Disusun oleh:
BANDAR LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-
pengajar di SMF Radiologi, khususnya dr. Silman Hadori, Sp.Rad, MH.Kes atas
penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
makalah ini dan untuk melatih kemampuan menulis makalah untuk berikutnya.
dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang
menempuh pendidikan.
1
DAFTAR ISI
JUDUL
A. Identitas …………………………………………………………….. 4
B. Anamnesis ………………………………………………………….. 4
E. Resume …………………………………………………………….. 16
G. Terapi ………………………………………………………………. 18
H. Prognosis …………………………………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
yang biasa terjadi. Ini di lihat dari frekuensi terjadinya BPH di dunia, di Amerik
bilangan ini hanya pada kaum pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar
prostat, maka oleh sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria (emedicine,
2009). Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurut
usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH, pada usia 40-an, kemungkinan
seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah
meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen untuk mendapatkannya bisa
sehingga 90% (A.K. Abbas, 2005). Akan tetapi, jika di lihat secara histologi
penyakit BPH, secara umum membabitkan 20% pria pada usia 40-an, dan
meningkat secara dramatis pada pria berusia 60-an, dan 90% pada usia 70 .
setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya,
dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakit
PPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah masuk ke dalam
3
lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta lebih bilangan
rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang berusia
60 tahun dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya
dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH atau
PPJ ini.
sesebuah negara, maka usia harapan hidup pasti bertambah dengan sarana yang
makin maju dan selesa, maka kadar penderita BPH secara pastinya turut
tetapi secara prevalensi di RS, sebagai contoh jika kita lihat di Palembang, di RS
dirawat selama tiga tahun (1994-1997) dan di RS Sumber Waras sebanyak 617
Ini dapat menunjukkan bahawa kasus BPH adalah antara kasus yang
paling mudah dan banyak ditemukan. Kanker prostat, juga merupakan salah satu
penyakit prostat yang lazim berlaku dan lebih ganas berbanding BPH yang hanya
bilangan dan presentase terjadinya kanker prostat di dunia secara umum dan
kurang 220,900 kasus baru ditemukan, dimana, daripada jumlah ini, 29,000
daripadanya berada di tahap membunuh (A.K. Abbas, 2005) . Seperti juga BPH,
4
kanker prostat juga menyerang pria berusia lebih dari 50 dan pada usia di bawah
adalah sebesar 12 orang setiap 100,000 orang, yakni yang keempat setelah kanker
5
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Tn. W
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
B. ANAMNESA
Keluhan utama
Pasien mengeluhkan sulit untuk buang air kecil (BAK) sejak 1 bulan
Keluhan tambahan
sakit dan pasien juga mengeluhkan nyeri pada saat buang air kecil.
6
Riwayat penyakit sekarang
keluhan sulit buang air kecil (BAK) sejak 1 bulan terakhir disertai nyeri pada
saat BAK. BAK disertai darah disangkal. Pasien juga mengeluhkan mual
disertai muntah dengan frekuensi 8 kali sebelum masuk rumah sakit dan
pasien juga mengalami sakit kepala. Buang air besar (BAB) dalam batas
normal.
Hipertensi : Disangkal
Ayah dan ibu pasien memiliki riwayat darah tinggi namun sudah
Riwayat Pengobatan
7
Sebelumnya pasien pernah berobat ke Puskesmas dan mendapatkan
obat untuk menurunkan tekanan darahnya tetapi tidak rutin karena pasien
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya dan pasien bekerja sebagai
petani. Kesan ekonomi cukup dan pasien terdaftar sebagai pasien Asuransi
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tanda vital
Pernapasan : 24 kali/menit
Suhu : 36.8˚C
Status Generalis
a. Kulit
8
Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup,
capilary refill time (CRT) kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
b. Kepala
c. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL -/-, RCTL -/-, pupil
isokor 3mm/3mm.
d. Hidung
Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-), sekret (-/-).
e. Telinga
Normotia (-/-), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-/-).
f. Mulut
Sudut bibir normal, kering (-), sianosis (-), lidah simetris, dalam batas
normal.
g. Leher
a) Inspeksi
b) Palpasi
h. Toraks
Jantung
a) Inspeksi
9
Ictus cordis tidak tampak.
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
i. Paru
a) Palpasi
Fremitus raba
Nyeri tekan
Tidak ada.
b) Perkusi
10
Paru kiri
Sonor.
Paru kanan
Sonor.
Batas Paru-Hepar
c) Auskultasi
Bunyi pernapasan
Bronkhovesikuler.
Bunyi tambahan
11
j. Abdomen
d) Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-).
k. Ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis
a. Rangsangan Meningeal
135º).
mencapai 70o).
b. Nervus Kranialis
12
1) N-I (Olfaktorius) : Dalam batas normal.
2) N-II (Optikus)
a) Tajam penglihatan
c) Tes warna
d) Fundus oculi
a) Kelopak mata :
Refleks Pupil
4) N-V (Trigeminus)
a) Sensorik
13
b) Motorik
c) Refleks :
5) N-VII (Facialis)
b) Motorik
senyum
menutup mata
Mengerutkan dahi
Menggembungkan pipi
c) Sensoris
6) N. VIII (Vestibulocochlearis)
14
a) Keseimbangan
b) Pendengaran
8) N-XI (Akesorius)
9) N-XII (Hipoglosus)
a) Tremor lidah
b) Atrofi lidah
15
d) Ujung lidah saat dijulurkan
e) Fasikulasi
c. Pemeriksaan Motorik
1) Refleks
i. Refleks Fisiologis
Biceps : N/N
Triceps : N/N
Achiles : N/N
Patella : N/N
Babinski : -/-
Oppenheim : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Scaeffer : -/-
Hoffman-Trommer : -/-
1. Kekuatan Otot
5 5
5 5
16
3) Tonus Otot
a. Hipotoni : - /-
b. Hipertoni : -/-
d. Sistem Koordinasi
1) Romberg Test
e. Fungsi Luhur
1) Fungsi bahasa
3) Fungsi memori
4) Fungsi emosi
h. Sensibilitas
17
Rasa nyeri : (+)/(+) simetris.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap
MCV : 83 fL Segmen : 72 %
MCH : 34 pg Monosit : 21 %
Trombosit : 281.000/uL
sebagai berikut :
18
Ginjal Kanan :
Ginjal Kiri :
Vesika Urinaria :
19
Besar dan bentuk normal, dinding tidak menebal, tampak lesi
cm.
Prostat :
Kesan :
Multiple vesikolithiasis.
D. RESUME
keluhan sulit buang air kecil (BAK) sejak 1 bulan terakhir disertai nyeri pada
saat BAK. BAK disertai darah disangkal. Pasien juga mengeluhkan mual
disertai muntah dengan frekuensi 8 kali sebelum masuk rumah sakit dan
pasien juga mengalami sakit kepala. Buang air besar (BAB) dalam batas
normal.
20
didapatkan ukuran tanda vital yakni tekanan darah : 150/60 mmHg, Nadi : 84
Diagnosis banding :
1. Struktur uretra
3. Kanker prostat
Pada pasien dengan keluhan iritatif saluran kemih, dapat disebabkan oleh :
1. Instabilitas detrusor
3. Prostatitis
F. TERAPI
21
- Inj. Ondancentron 3x1
G. PROGNOSIS
22
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
hyperthropy prostate.
ANAMNESIS
anamnesis didapatkan keluhan berupa nyeri pada saat buang air kecil (BAK).
Gejala klinis hanya terjadi sekitar 10% pada laki-laki yang mengidap kelainan ini.
Hal ini dikarenakan BPH mengenai bagian dalam prostat, manifestasinya yang
tersering adalah gejala obstruksi saluran kemih bawah (Kumar dkk., 2007).
berkemih dan menetes diakhir berkemih. Disuria dan urgensi merupakan tanda
klinis iritasi kandung kemih (mungkin sebagai akibat peradangan atau tumor) dan
23
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala
keluhan pada saluran kemih bagian bawah, beberapa ahli dan organisasi
urologi membuat sistem penilaian yang secara subjektif dapat diisi dan
2012).
miksi diberi nilai 0−5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup
diberi nilai 1−7. Dari skor IPSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu ringan (skor 0−7), sedang (skor 8−19), dan berat (skor
24
Timbulnya dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh beberapa
faktor pencetus, seperti volume kandung kemih tiba-tiba terisi penuh, yaitu
pada saat cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-
minum air dalam jumlah yang berlebihan, massa prostat tiba-tiba membesar,
otot detrusor atau dapat mempersempit leher buli-buli, antara lain: golongan
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan
teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin. Kadang-kadang
25
didapatkan urin yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu merupakan
tanda dari inkontinensia paradoksa. Pada colok dubur yang diperhatikan adalah
prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan
keras atau teraba nodul dan mungkin di antara prostat tidak simetri (Purnomo,
2012).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
memberikan gambaran :
Ginjal Kanan :
tampak lesi hyperechoic dengan posterior acustic shadow, soliter, diameter + 0.62
cm, tampak lesi anechoic dengan posterior enhancement, lobulated, batas tegas,
regular, soliter, ukuran + 2.65 x 2.03 cm, sistem pelvokalises tidak melebar.
Ginjal Kiri :
26
Besar dan bentuk normal, parenskim normal, intensitas gema normal,
batas tekstur parenkim dengan cntral echo-complex normal, tidak tampak lesi
Vesika Urinaria :
Besar dan bentuk normal, dinding tidak menebal, tampak lesi hyperechoic
Prostat :
Tampak membesar, ukuran + 4.10 x 4.74 x 4.20 cm, vol + 42.42 ml,
Multiple vesikolithiasis.
Dari hasil gambaran radiologi thorax dapat disimpulkan pasien ini juga
27
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
3. BPH merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada pria umur 50
28
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Benigna
disebabkan oleh proses penuaan, yang biasa dialami oleh pria berusia 50
perkemihan.
dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa
dubur dan batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volum urin 50-100
ml.
prostat tidak dapat diraba dan sisa volum urin lebih dari 100ml.
1. Anatomi Prostat
29
Menurut Wibowo dan Paryana (2009). Kelenjar prostat terletak
yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Gambar letak prostat
lebih luar oleh fascia prostatica yang tebal. Diantara fascia prostatica
dan capsula fibrosa terdapat bagian yang berisi anyaman vena yang
lapisan lebar dan tebal yang disebut fascia Denonvilliers. Fascia ini
30
sudah dilepas dari fascia rectalis dibelakangnya. Hal ini penting bagi
lateral, lobus anterior, dan lobus medial. Lobus posterior yang terletak
bagian ini tidak mengandung kelenjar dan hanya berisi otot polos,
31
Gambar 2.2 : Bagian prostat (Hidayat, 2009)
memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher
(Purnomo, 2011).
2. Fisiologi
32
Menurut Purnomo (2011) fisiologi prostat adalah suatu alat tubuh
sifat endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang peka terhadap
androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang
dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif bekerja pada
pH 5.
susu dan bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam
dimana sekret vagina sangat asam (pH: 3,5-4). Cairan ini dialirkan
ejakulasi. Volume cairan prostat kurang lebih 25% dari seluruh volume
ejakulat. Dengan demikian sperma dapat hidup lebih lama dan dapat
33
pembuahan, sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH cairan
D. Etiologi
mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya sekitar
50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun
34
Dehidrotestosteron/ DHT adalah metabolit androgen yang
dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan
kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim
BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive
35
meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang
dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor
36
yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel
baru. Didalam kelenjar prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel
37
E. Patofisiologi
dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-
tahap awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-
buli dan daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
akan terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi alkalin dan media
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin
38
pasien merasa bahwa vesika urinarianya tidak menjadi kosong setelah
perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih
ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu
dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan mengakibatkan
F. Manifestasi Klinis
maupun keluhan diluar saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan tanda
dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian bawah,
gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih.
39
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan
dikandung
miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada
tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada
epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan
G. Penatalaksanaan
1. Observasi
40
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien
a. Residual urin, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin
2. Terapi medikamentosa
41
Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang
42
Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars
dalam 1-2 minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek samping yang
dekongestan, obat- obat ini mempunyai efek pada otot kandung kemih
terus menerus, hal ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan pancaran
miksi. Efek samping dari obat ini diantaranya adalah libido, impoten
3) Fitofarmaka/fitoterapi
43
serenoa repeus dll. Afeknya diharapkan terjadi setelah pemberian
3. Terapi Bedah
ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada prostat.
1) Prostatektomi suprapubic
44
2) Prostatektomi perineal
3) Prostatektomi retropubik
45
b. Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi
diantaranya :
darah.
46
Adalah prosedur lain dalam menangani BPH.
Bare, 2002).
47
pemanasan prostat menggunakan gelombang mikro
48
c. Transuretral Needle Ablation (TUNA), pada teknik
H. Komplikasi
49
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus
meningkat.
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
50
BAB V
KESIMPULAN
memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya
sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90
51
DAFTAR PUSTAKA
agustus2011).
Arif M. dkk. (eds). 2000. Bedah urologi. Dalam :Kapita Selekta Kedokteran.
As’ari M., Alif S., Santoso A., Wididi J. P. 2008. Hubungan antara
Bapat S. S., Punapatre S. S., Pai K.V., Yandav P., Padhye A., BodheY. G..2006.
Update.http://auanet.org/content/guidelines-and-quality-care/clinical-
52
Citra B. D. 2009. Benigna Prostate Hyperplasia (BPH). http://www.files-of-
http://yayanakhyar.wordpress.com/200b/04/25/benign-
finastride.http://www.bcm.edu/medpeds/articles_handout/bph.pdf. (28
Febuari 2011).
Goyal R., Dubey D., Mandhani A., Srivastava A., Kapoor R., Kumar
Jakarta:Erlangga, p:63.
12.
53
Irga. 2009. Benign Prostatic
Hyperplasia.http://www.irwanashari.com/2009/12/benign-prostatis-
Kumar V, Abbas A. K., Fausto N. 2005. Robbin’s and Cotran Pathologic Basic
Hyperplasia.http://emedicine.medscape.com/article/437359-overview. (12
Maret 2011).
CendikiaPress, p:89.
Company,pp: 155-56.
Hipokrates,p:165.
54
Nickel J.C. 2008. Inflammation and benign prostatic hyperplasia. Urol Clin
Patel P.R. 2007. Lecture Notes: Radiologi. edisi kedua. Jakarta: Erlangga, p:
7;189.
pp:78.
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, p:705.
Sjamsuhidajat R. (ed). 2005. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC, pp: 782-5.
Soebhali B. dkk. 2009. Hubungan TGF-β1 dan estrogen dengan volume prostat
55
Weinberg K. and Yee J. 2004. Hematuria . In: Henningsen C. Clinical Guide
Dalam:
56