SKRIPSI
KURNIAWATI
1002030119
PENDAHULUAN
perubahan yang terjadi. Selain itu perubahan juga merupakan suatu sarana dan
wahana yang sangat baik dalam membina kepribadian seorang manusia. Maka oleh
sebab itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian dari setiap pihak, terutama
peradaban dan teknologi, pendidikan semakin mendapat perhatian dan tempat yang
penting dalam kehidupan manusia. Sejalan dengan itu, tugas-tugas pendidik untuk
terus mencari dan mengembangkan suatu sistem pengajaran yang tepat demi
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa
IPA harus diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun
produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang
pengembangan potensi diri pada pembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal
Model pembelajaran bagi guru IPA, khususnya biologi merupakan suatu cara
yang harus dikembangkan, karena seorang guru harus kreatif dalam menghadapi
kendala yang ditemui di dalam kelas, seperti tidak banyak materi yang dapat
disampaikan, memakan waktu lama, siswa tidak aktif, tenaga pengajar yang kurang
dalam pengelolaan kelas dan sumber belajar di lingkungan tidak lengkap, yang
kembangkan, karena seorang guru harus kreatif dalam menghadapi kendala yang
ditemui di dalam kelas, seperti tidak tuntasnya penyampaian materi, siswa tidak
aktif, kurang baiknya pengelolaan kelas dan sumber belajar di lingkungan tidak
lengkap. Kenyataan tersebut menuntut guru untuk berorientasi pada materi belajar,
Berdasarkan hasil observasi awal dan hasil wawancara dengan guru biologi di
SMP Negeri 2 Sawang, selama ini materi biologi khusunya pada materi sistem
konvensional. Model ini dianggap paling sederhana mudah dipahami dan paling
efektif walaupun banyak ditemukan model pembelajaran yang baru. Namun model
ini cenderung membuat para siswa jenuh, pemahaman siswa tentang materi yang
diajarkan menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga nilai yang diperoleh
siswa tidak sepenuhnya mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) terlebih pada
materi sistem ekskresi pada manusia. Standar KKM yang ditetapkan untuk kelas IX
pada materi ekskresi pada manusia adalah sebanyak 65. Jadi tingkat ketuntasan siswa
hanya mencapai 40%, sedangkan Ketuntasan siswa yang di harapkan mencapai 80%.
Berdasarkan hal tersebut maka harapan peneliti bagi guru yang ada di SMP
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa karena
dengan penggunaan model pembelajaran yang sesuai maka akan dapat memotivasi
siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa meningkat dan sesuai dengan
standar nilai KKM yang diharapkan. Dengan demikian anak akan mengalami rasa
ingin tahu yang tinggi sehingga mampu menggali pengalaman dalam pembelajaran.
Salah satu dari metode pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi dan
memiliki banyak variasi namun dalam hai ini peneliti hanya ingin menguji dua
macam tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe Student Teams Archievement Division
mengacu pada metode pembelajaran yang mengharapkan siswa dapat belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda
dan saling menbantu untuk memahami suatu bahan pelajaran, memeriksa dan
Pembelajaran kooperatif ini menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa yang berakibat pada peningkatan hasil belajar,
karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antar siswa
dalam kelompok. Model pembelajaran STAD memberikan pembelajaran yang
mengaktifkan siswa sehingga guru dapat bertindak sebagai fasilitator dan motivator.
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model
NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan
siswa. Struktur tersebut menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada
bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih
dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah
dilontarkan.
maka penulis menetapkan judul dari penelitian ini adalah “Perbedaan Hasil Belajar
(NHT) Pada Materi Sistem Ekskresi Pada Manusia Di Kelas IX SMP Negeri 2
Sawang”.
(STAD) Dan (NHT) pada materi sistem ekskresi pada manusia di kelas IX SMP
Negeri 2 Sawang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
pada materi sistem ekskresi pada manusia di kelas IX SMP Negeri 2 Sawang
2. Menambah wawasan guru tentang model pembelajaran yang efektif dan inovatif
kependidikan IPA/Biologi .
masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang dapat diambil adalah : “Terdapat
perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara penggunaan model Kooperatif
tipe STAD dan NHT pada materi sistem ekskresi pada manusia di kelas IX SMP
Negeri 2 Sawang”
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
STAD dan NHT pada materi sistem ekskresi pada manusia di Kelas IX SMP Negeri
2 Sawang..
istilah-istilah penting yang menjadi pokok pembahasan dalam karya tulis ini, yaitu :
b. Kooperatif Student Teams Archievement Division (STAD) adalah salah satu tipe
c. Model Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang struktur sederhana dan terdiri atas 4 tahap yang digunakan untuk
manusia.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Ilmu pengetahuan alam merupakan dasar dari teknologi, adapun teknologi itu
dipergunakan hampir pada semua bidang, sehingga mamfaat dari IPA dapat kita
proses penemuan. Hal ini karena IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
Menurut Asimov dalam Udin (2003:188), rasa ingin tahu mahkluk hidup
oleh tuhan akal pikiran untuk berpikir. Rasa ingin tau yang berkembang terus
demikian dapat dikatakan pengetahuan adalah segala yang diketahui manusia tanpa
memandang benar atau salah, juga tidak memandang dari mana suatu ilmi
adalah pengetahuan yang dapat diuji kebenarannya melalui suatu metode atau cara
ilmiah.
2.2.1 IPA Sebagai Proses
Proses di sini diartikan sebagai proses untuk mendapatkan IPA. IPA didapat
melalui metode ilmiah. Jadi proses IPA itu tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak
usia SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan
harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk suatu paduan yang lebih utuh sehingga
menengah (SMP/SMA) yang bembelajaran yang lebih kompleks (Darmodjo dan Kaligis,
2002:26).
IPA dipandang sebagai produk dari upaya manusia untuk memahami berbagai
gejala alam. Produk ini berupa prinsip, teori, hukum, konsep, maupun fakta yang
kesemuanya itu ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam (Udin,
2003:42).
aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak-anak usia Sekolah Dasar, yaitu:
prinsip dalam proses belajar mengajar agar suatu pengajaran IPA berhasil yakni:
3) Prinsip motivasi
5) Prinsip penemuan
6) Prinsip totalitas
adalah pengetahuan yang dapat diuji kebenarannya melalui suatu metode atau cara
ilmiah.
2.2 Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
lingkungan. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan
dari penguasaan, hasil latihan, melaikan perubahan tingkah laku. Karena belajar
proses perubahan tingkah laku dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu proses
belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar, maka tidak
dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar
(Ratumanan, 2004:62).
mengajar adalah proses pembibingan kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya
bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu penting sekali guru
bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.
ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan belajar menyerap pengetahuan.
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Ratumanan (2004:4), mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik tentang
belajar yaitu : Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada
Perubahan itu terjadi secara permanen. Artinya, perubahan itu tidak berlangsung
sesaat saja, tetapi dapat bertahan dan berfungsi dalam kurun waktu yang relatif lama.
Perubahan terjadi bukan karena prose pertumbuhan atau kematangan fisik, melaikan
karena usaha sadar. Artinya, perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha
individu.
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun
jenisnya karena tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan dalam
belajar. Melalui belajar siswa akan mengalami perubahan yang terus menerus dan
sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu
perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai
sejumlah pengalaman, pengetahuan, melaikan juga membentuk kecakapan,
pengetahuan dan kebudayaan kepada anak didik. Sehingga tujuan pengajaran hanya
cenderung menjadi pasif. Pengajaran berpusat pada guru (teacher centered) berarti
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi siswa. Pengertian
berikut menegaskan bahwa siswa harus bisa ikut terlibat secara aktif dalam proses
pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah”. Pendapat tersebut diperkuat
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga
meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
merupakan usaha menciptakan suatu sistem belajar mengajar yang melibatkan dan
mengaktifkan semua komponen belajar mengajar yang ada, bukan hanya proses
segala upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan membimbing siswa
positif
aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto,
2009:13).
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan,
informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi
kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan
siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Sagala, 2005:88).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa siswa belajar dengan
cara mengkontruksi pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telatr
dimiliki sebelumnya dan yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa
atas hasil belajamya. Penekanan siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Dengan
perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif membangun sistem
nyata dari pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan
berpandang bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
(Budiningsih, 2005:34).
1. Siswa mengenali masalah, masalah tersebut datang dari luar diri siswa itu
sendiri.
2. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan
menentukan masalah yang dihadapinya.
3. Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama
lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah
tersebut. Dalam bertindak ia di pimpin oleh pengalamannya sendiri.
4. Kemudian ia menirnbang kemunglinan jawaban atau hipotesis dengan
akibatnya masing-masing.
5. Selanjutnya ia mencoba mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan
yang dipandangrya terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul tidaknya
pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan dicobanya
kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat.
Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.
artinya tidak mutlak harus mengikuti urutan seperti itu. Siswa bisa bergerak bolak-
balik, antara masalah dan hipotesis kearah pembuktian, kearah kesimpulan dalam
dengan garis-garis. Kotak itu menggambarkan transformasi yang terjadi dari satu
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar dalam Trianto,
2009:19). Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang
telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarkan ia demikian (Dahar dalam Trianto,
2009:19). Pemyataan inilah yang menjadi inti dari teori belajar Ausubel. Dengan
demikian agar terjadi belajar bermakna konsep baru atau informasi baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang
sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model
dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (Discovery learning).
secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.
(Trianto,2009:26).
belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip, agar
sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky
faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi
2009:27)
Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.
Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau
saat ini. dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang
kumpulan strategi mengajar yang digunakan guru untuk menciptakan kondisi belajar
sesama siswa. Siswa yang satu membantu siswa lainnya dalam mempelajari sesuatu.
Slavin yang dikutip oleh Azhari berpendapat dalam pembelajaran kooperatif siswa
yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan murid dari tingkat
bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk
menjadi bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain.
jika sistem emosional bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem
sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal.
tempat guru dan murid bisa bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan murid dalam
konteks kelas, kita menerima perbedaan sebagai berkah individual untuk dihormati,
dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini dapat memaksimalkan
perkembangan sosial melalui kerja sama tulus antar individu, perbedaan di antara
(Slavin, 2008:50)
sistem pembelajaran yang terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan rancangan
kemampuan dan potensi diri melalui aktivitas individual dan kolaboratif yang
yang efektif untuk meningkatkan prestasi terutama jika disediakan penghargaan tim
kelompok dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan
individu di mana setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau
kelompok. Metode pembelajaran kooperatif telah sering digunakan oleh para guru di
sekolah selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok
kooperatif yang berkaitan dengan STAD. Dalam TGT, siswa memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim
pelajaran yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari
dimainkan pada meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen dapat diisi oleh wakil-
diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka. Tiap-
tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk
Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6
TPS memiliki produser yang ditetapkan secara ekssplisit untuk memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat
d. Group Investigastion
oleh Herbert Thelen, dan kemudian diperluas oleh kawan-kawannya. Metode group
yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
teams Achievement Division) adalah tim kelompok siswa prestasi merupakan tipe
menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok
haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam
tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, dan pada saat kuis
mereka tidak boleh saling membantu. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor
yang lalu mereka sendiri, dan poin diberikan pada siswa menyamai atau melampaui
prestasinya yang lalu. Poin anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim.
Lebih lanjut Tanjung (2000:2-4) menjelaskan, STAD terdiri dari lima tahap
kegiatan pengajaran yang tetap seperti berikut ini : (1) Presentasi kelas yang
dilakukan oleh guru untuk menyampaikan informasi materi pokok secara garis besar,
(2) Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan dipandu oleh
Lembar Kerja Siswa yang dibuat guru untuk menyelesaikan materi pokok dan setiap
siswa berperan saling membantu untuk mendapatkan point tertinggi, (3) Test: siswa
mengerjakan test secara individu (4) Adanya skor perkembangan individu, (5)
Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor perkembangan anggota tim,
teman sebaya, e) Tidak bersifat kompetitif, f) Tidak memiliki rasa dendam. Sehingga
dengan adanya kerja sama secara sosial dan terjadi komunikasi antara siswa yang
Siswa berprestasi kurang akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota
yang pandai lebih dominan. Peran aktif siswa yang berprestasi akan berkurang
kel;ompok akan merasa rendah diri kerena tidak memiliki kontribusi aktif dalam
kelompok, jika menjawab hanya jawaban yang diberikan oleh siswa yang pandai,
dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional”. NHT (Numbered Heads
diskusi kelompok dengan ciri khas dari NHT adalah guru memberi nomor dan hanya
tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompok. Cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
adalah :
model pembelajaran ini setiap siswa menjadi siap semua dalam melakukan diskusi
sambil mengajari siswa yang kurang pandai sehingga terjadinya interaksi antara
siswa melalui diskusi. Siswa dapat secara bersama menyelesaikan masalah yang
dihadapi dimana siswa yang lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas
akan manjadi lebih besar kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan
yang diharapkan sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah, proses diskusi dapat
berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai
dipanggil lagi oleh guru sehingga tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
(Zuhdi, 2010:69).
Proses pengeluaran zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh yang tidak
berguna bagi tubuh disebut ekskresi. Selain melakukan pengeluaran zat sisa
osmoregulasi adalah keluarnya urine dari dalam tubuh. Volume urine yang
dikeluarkan dari tubuh berubah-ubah. Jika kandungan air di dalam tubuh tinggi,
urine yang dikeluarkan banyak. Sebaliknya, jika kandungan air di dalam tubuh
rendah, urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh kita sedikit. Sistem ekskresi pada
manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ ginjal, paru-paru, kulit, dan hati.
Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal (Nunung, 2008:2).
2.6.1 Organ Ekskresi Pada Manusia
1. Ginjal (Renal)
atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
sekitar vertebra (tulang belakang). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati (Nunung, 2008: 4).
d
dalam, jumlahnya sepassang dan terlletak di dorssal kiri dan kanan tulanng belakang di
d
daerah pingggang, di baw
wah hati dann limpa. Beraat ginjal diperkirakan 0,,5% dari berrat
b
badan, dan ukurannya
u kira-kira
k 11xx 6x 3 cm. Setiap meniit 20-25% darah
d dipomppa
o
oleh jantungg yang menngalir menuuju ginjal. Di
D tiap ginjaal terdapat bukaan yanng
d
disebut hiluus yang men
nghubungkann arteri rennal, vena rennal, dan ureeter (Budiarrti,
2
2009:12).
p
permukaan kapiler
k ginjaal menjadi lluas, akibatnnya perembeesan zat buaangan menjaadi
banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang
panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsula Bowman yang bentuknya seperti
mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsula Bowman membungkus
Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat
kapsula Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus
dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari
kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.
(Nunung, 2008:7).
b. Fungsi Ginjal
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh yang
tubulus ginjal.
1) Penyaringan (filtrasi)
penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus.
keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam
lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan (Sunardi, 2010:22)
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat
glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%
filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal
dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam
urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan
150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali (Sunardi,
2010:25).
yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat
yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Sunardi, 2010:26).
3) Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96%
air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior
akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karena meningkatkan
permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air
berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH
banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan
berikut:
yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi
b. Saraf
dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam
tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering
mengeluarkan urin.
2. Paru-paru (Pulmo)
Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karena
mengekskresikan zat sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi.
Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang
dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-
paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.
darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke
paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau
kapiler yang mempunyai selaput tipis. Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar
(75%) diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HCO3, sedangkan sekitar
25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2) (Suyitno,
2008 : 14).
3. Hati (Hepar)
Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat-
atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar. Hati merupakan “kelenjar” terbesar
yang terdapat dalam tubuh manusia. Letaknya di dalam rongga perut sebelah kanan
atas. Berwarna merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram pada orang dewasa.
Hati terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri (Suyitno, 2008 : 16).
Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan
pembuluh gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula
hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang dipersatukan selaput
jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel darah merah
k
kehijauan, d dalamnya mengandunng zat warnaa empedu (bbilirubin), gaaram empeddu,
di
k
kolesterol, d obat-obatan. Zat warna
dan w empeddu terbentukk dari rombbakan eritrossit
y
yang telah tua atau rusak
r akan ditangkap histiosit seelanjutnya dirombak
d daan
u
untuk:
4 Meromb
4. bak kelebihann asam aminno (deaminassi).
5 Tempat untuk
5. u menguubah pro vittamin A mennjadi vitaminn.
6 Tempat pembentuka
6. p an protrombiin yang berperan dalam ppembekuan darah.
7. Membentuk albumin dan globulin.
dan setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna
pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil pemecahan protein,
Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan
empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah, organ
mata, dan kulit menjadi kekuningan. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning
4. Kulit (Cutis)
Seluruh permukaan tubuh kita terbungkus oleh lapisan tipis yang sering kita
sebut kulit. Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena
berada di lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan
seluruh sisa metabolisme. Keringat mengandung air, larutan garam, dan urea.
(Suyitno, 2008:19).
mengandung ultraviolet , serta pengatur suhu tubuh. Kulit terdiri atas tiga lapisan
Epidermis tersusun oleh sejumlah lapisan sel yang pada dasarnya terdiri atas
a. Lapisan tanduk
Merupakan lapisan epidermis paling luar. Pada lapisan ini tidak terdapat
pembuluh darah dan serabut saraf, karena merupakan sel-sel mati dan selalu
mengelupas. Lapisan ini jelas sekali terlihat pada telapak tangan dan telapak kaki.
b. Lapisan malpighi
Merupakan lapisan kulit di bawah epidermis, di dalam lapisan ini terdapat beberapa
jaringan yaitu:
3) Pembuluh darah, yang berfungsi untuk mengedarkan darah ke semua sel atau
4) Ujung-ujung saraf. Ujung saraf yang terdapat pada lapisan ini adalah ujung
Di bagian ini terdapat jaringan lemak (adiposa). Fungsinya antara lain untuk
penahan suhu tubuh dan cadangan makanan. Kelenjar keringat akan menyerap air
dan garam mineral dari kapiler darah karena letaknya yang berdekatan. Selanjutnya,
air dan garam mineral ini akan dikeluarkan di permukaan kulit (pada pori) sebagai
keringat. Keringat yang keluar akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh akan
tetap.
Dalam kondisi normal, keringat yang keluar sekitar 50 cc per jam. Jumlah ini
akan berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor berikut : suhu lingkungan yang
tinggi, gangguan dalam penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal), kelembapan udara,
akibatnya kadar ureum dalam darah meningkat. Nefritis dapat menimbulkan uremia,
yaitu adanya urine yang masuk ke dalam darah, sehingga menyebabkan penyerapan
air terganggu dan tertimbun di kaki yang disebut oedema. Penyakit gagal ginjal ini
dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal
itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar
bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin
energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar
Diabetes Inspidus (Beser Seni) disebabkan tidak ada hormon ADH, akibatnya
urine meningkat.
d. Albuminuria
e. Batu Ginjal
kencing, akibatnya mengendap menjadi batu ginjal.Batu di dalam ginjal atau saluran
kemih yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan dapat keluar
sendiri bersama air seni. Tetapi batu yang lebih besar dapat menimbulkan hambatan
atau bahkan sumbatan aliran air seni. Batu ginjal atau batu saluran kemih umumnya
timbul akibat berubahnya keseimbangan normal antara air, garam, mineral, dan zat-
zat lain dalam air seni.Agar terhindar dari penyakit batu ginjal, beberapa cara yang
1) Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin menjadi lebih
2) Minum air putih ketika bangun tidur di subuh hari. Hal ini akan segera
merangsang kita untuk berkemih, sehingga air seni yang telah mengendap
menjadi lebih pekat, atau infeksi saluran kemih. Urin yang pekat dan infeksi
4) Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat badan tetap ideal
(Sugiharto, 2009:35-37).
f. Polyuria
Polyuria yaitu kelainan pada ginjal dimana urine yang dikeluarkan sangat
g.Oligouria
Oligouria yaitu kelainan pada gunjal dimana urine yang dikeluarkan sangat
sedikit bahkan tidak berurine, disebabkan oleh kerusakan ginjal secara total.
Kelainan dan penyakit pada hati yang umumnya dijumpai di masyarakat saat
ini adalah hepatitis atau penyakit kuning. Disebut demikian karena tubuh penderita
Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus yang dapat menular melalui makanan,
minuman, jarum suntik dan transfusi darah. Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel
hati. Penyebab penyakit hepatitis yang utama adalah virus. Virus hepatitis yang
sudah ditemukan sudah cukup banyak dan digolongkan menjadi virus hepatitis A, B,
Biang keringat dapat mengenai siapa saja; baik anak-anak, remaja, atau orang
tua. Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh sel-sel kulit mati
yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang terperangkap tersebut
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang disertai gatal. Daki, debu, dan
kosmetik juga dapat menyebabkan biang keringat. Orang yang tinggal di daerah
tropis yang kelembapannya tidak terlalu tinggi, akan lebih mudah terkena biang
keringat. Biasanya, anggota badan yang terkena biang keringat yaitu kaki, leher,
Agar tidak terkena biang keringat, aturlah ventilasi ruangan dengan baik.
Selain itu, jangan berpakaian yang terlalu tebal dan ketat. Namun, jika sudah
terlanjur terserang biang keringat, taburkan bedak di sekitar biang keringat. Apabila
1. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Purwanti (2009) dengan judul
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT di Kelas VIII Tahun 2008
SMP Negeri 2 Depok Yogyakarta. Adapun hasil penelitiannya : (1)pembelajaran
SMP Negeri 2 Depok Yogyakarta dapat meningkatkan peran aktif siswa, (2)
upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam
Diajar dengan Model Kooperatif Tipe STAD dengan Konvensional pada Pokok
METODE PENELITIAN
kuantitatif. Sedangkan jenis penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2012: 57). Analisis
komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori
yang lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain. Melalui analisis komparatif ini
peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori teori yang lain, atau
mereduksi bila dipandang terlalu luas (Sugiyono, 2012: 93). Metode ini dipilih
karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui
perbedaan suatu variabel, yaitu hasil belajar biologi dengan perlakuan yang berbeda
yakni penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen
pertama dan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada kelas
eksperimen kedua.
STAD dan tipe NHT. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pretest-Postest Two Group Design. Desain ini terdapat dua kelompok kelas untuk
penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti memilih 2 kelas eksperimen dengan
pertimbangan unsur nilai akademis yang hampir sama, kemudian diberi pretest untuk
dengan model pembelajaran koperatif tipe STAD dan kelompok eksperimen kedua
model pembelajaran koperatif tipe NHT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
3.4.1 Populasi
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian yang dapat diteliti. Populasi tak hanya meliputi jumlah obyek yang
diteliti, akan tetapi meliputi semua karakteristik serta sifat- sifat yang dimiliki obyek
tersebut. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP
Negeri 2 Sawang yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa seluruhnya 178
siswa.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi
dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu
daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dalam penelitia ini
dalam populasi penelitian, unsur pertimbangan dalam penelitian ini adalah kelas
yang memiliki prestasi akademik yang hampir sama berdasarkan hasil ulangan
(Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IX3 yang berjumlah 35
siswa sebagai kelas eksperimen pertama STAD dan kelas IX5 yang berjumlah 35
1. Silabus
lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dan
pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai
Sawang dengan pokok materi system ekskresi pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
2. RPP
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar
yang terdiri atas satu indicator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan
kooperatif/kelompok dalam menyususun RPP yang di bagi dalam dua tipe STAD
dan NHT.
3. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS (Lembar Kerja Siswa) ini dirancang untuk perlakuan (treatment) yang akan
4. Soal Tes
Tes yang diberikan sebelum (pretest) dan sesudah (post test) diterapkan
pembelajaran dengan soal multiple choice (pilihan ganda) sebanyak 20 soal. Penilain
dalam penelitian ini menggunakan Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan
cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot
butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan
menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya sebagai berikut.
a. Data kemampuan awal (Pres –Test)
Tes awal dilakukan pada awal tindakan. Nilai tes awal diperoleh sebelum kegiatan
belajar mengajar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa.
b. Data kemampuan akhir (Post‐test)
Tes akhir dilakukan pada tahap akhir tindakan. Nilai tes akhir diperoleh setelah
kegiatan belajar mengajar.
belajar siswa. Pengolahan data dilakukan agar peneliti dapat merumuskan hasil
penelitiannya.
Sebelum dijadikan alat untuk pengumpulan data, instrument soal yang telah
disusun lebih dahulu di uji cobakan. Tujuan dari uji coba tersebut diantaranya :
validitas untuk mengukur hubungan satu soal dengan soal yang lain, daya beda untuk
mengkaji soal tes dari segi kesanggupan tes, indeks kesukaran untuk mengkaji soal-
soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang
termasuk mudah, sedang dan sukar, dan reliabilitas untuk konsistensi/keandalan soal
jika di gunakan berulang. Teknik penskoran yang digunakan adalah tanpa koreksi,
yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu
(tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik
adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Adapun soal
yang di uji cobakan sebanyak 40 soal, tetapi yang dipakai setelah tahap uji coba
a. Uji Validitas
dengan angka kasar) yang dihitung menggunakan program SPSS 17.0 dengan rumus
berikut ini:
N XY ( X ).( Y )
rXY
N X 2
( X ) 2 N Y 2
( Y ) 2
(Sumber: Arikunto, 2010:72)
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 samapi +1,00. Namun karena
Keterangan:
K
D = Indeks daya beda butir
b soal
∑A = Jumlahh peserta tes yang menjaw
wab benar pada kelompo
ok atas
∑B = Jumlahh peserta tes yang menjaw
wab benar pada kelompo
ok bawah
nA = Jumlahh peserta tes kelompok atas
a
nB = Jumlahh peserta tes kelompok bawah
Sedangkan klasifikasi
S k daaya beda buttir soal adalaah sebagai berikut :
J D = 0,000 sampai deengan < 0,200 digolongkaan jelek (pooor)
Jika
J D = 0,220 sampai deengan < 0,400 digolongkaan cukup (sattisfactory)
Jika
J D = 0,440 sampai deengan < 0,700 digolongkaan baik (goodd)
Jika
J D = 0,770 sampai deengan < 1,000 digolongkaan baik sekalli (excellent)
Jika
c Uji Taraf Kesukaran So
c. oal
Uji taraf
t mampuan aspek kognitiif.
kesukaaran soal dilakukan terhhadap tes kem
P
Penentuan t
taraf kesukaaran soal tes adalah berdasarkan
b indeks kessukaran yanng
d
diperoleh deengan mengggunakan rum
mus berikut:
K
Keterangan :
P = Tingkat
T kesu
ukaran butir soal
B = Banyaknya
B siswa
s yang menjawab
m sooal dengan bbenar
Js = Jumlah selurruh peserta tes
t (siswa)
K
Kriteria taraaf kesukaran soal adalah :
S dengann P 0,00 – 0,3
Soal 30 adalah sooal sukar
S dengann P 0,31 – 0,7
Soal 70 adalah sooal sedang
S dengann P 0,71 – 1,0
Soal 00 adalah sooal mudah
K
Kriteria pem
milihan butir soal berdasaarkan koefisien tingkat kesukaran
k (P
P) adalah :
Jika P = > 0,90 soal ditolak
Jika P = 0,70 – 0,90 soal direvisi
Jika P = 0,30 – 0,70 soal diterima
Jika P = 0,10 – 0,30 soal direvisi
Jika P = < 0,10 soal ditolak
d. Reliabilitas
2xr
r11 (Sumber : Sugiyono, 2009:185-186)
1 r
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest, gain menunjukkan
menghindari hasil kesimpulan bias penelitian , karena pada nilai pretest kedua
N-gain = (Hake, 2000 : 68)
Disini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari kedua
model, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir, Spost
adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya gain
yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika g ≥ 0,7,
maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g≥ 0,3, maka
N-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3 maka N-gain
p
pengujian hip
potesis dapatt dilanjutkann atau tidak. Beberapa
B tekknik analisis data menunttut
y
yang berdistrribusi normaal dan kelom
mpok-kelompok yang dibandingkan homogen.
h Oleeh
k
karena itu annalisis varian mempersyarratkan uji norrmalitas dan homogenitass data (Lalanng,
2
2013)
a. Uji Normalitas
N
sam
mpel berasal dari populassi yang berd
distribusi noormal. Uji noormalitas daata
yangg digunakan
n dalam peneelitian ini adaalah uji chi-kkuadrat.
1) M
Merangkum data seluruhh variabel yaang akan diujji normalitassnya.
2) Menentukan
M jumlah kelaas intervalnya.
3) Menentukan
M panjang kelas intervalny ya yaitu:
(data terbesarr-data terkeccil) dibagi deengan jumlahh kelas interrval
4) Menyusun
M keedalam tabeel distribusi frekwensi,
f yyang sekaliguus merupakaan
taabel penolonng untuk meenghitung haarga chi-kuaddrat
5) Menghitung
M frekwensi yyang diharaapkan (fh), dengan cara mengalikaan
p
persentase luuas tiap bidanng kurva norrmal dengann jumlah angggota sampell
6) Memasukkan
M n harga-hargga (fh) ke dalam
d tabel berkolom (fh), sekaliguus
m
menghitung harga-hargaa (fo-fh) daan dan menjjumlahkannyya
H
Harga adalah m
merupakan harga
h chi-kuuadrat hitung.
h
7) M
Membandinggkan harga chi-kuadrat
c h
hitung dengan chi-kuadrat tabel. Biila
h
harga chi-kuuadrat hitungg lebih kecil atau sama dengan hargga chi-kuadrrat
, maka distribusi data diikatakan norrmal, dan biila lebih bessar
(>) dinyatakaan tidak normmal.
b. Uji H
Homogenitas
Untuk mengetahui variabel kedua sampel homogen atau tidak maka perlu
Varians terbesar
Fhitung (Sugiyono, 2012:276)
Varians terkecil
lebih besar dari tabel, maka varian tidak homogen. Jika harga F hitung lebih
3.6.4 Pengujian Hipotesis
model kooperatif tipe STAD dan model kooperatif tipe NHT, semua data yang
terkumpul melalui pre-tes dan post-tes dianalisis dengan rumus uji-t. Adapun rumus
X 1 X 2
t
1 1
S
n1 n2
Dimana:
ditentukan, maka dapat dibandingkan antara t-hitung dan t-tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jika t‐hitung ≥ t‐tabel Ha diterima, terdapat perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan model Kooperatif tipe STAD dan NHT di SMP Negeri 2 Sawang.
b. Jika t‐hitung < t‐tabel maka Ha ditolak, tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan model Kooperatif tipe STAD dan NHT di SMP Negeri 2 Sawang.
BAB IV
4.1.1 Deskripsi Nilai Pre‐tes dan Nilai Post‐tes
4.1.1.1 Kelas Eksperimen Pertama (STAD)
Deskripsi nilai pre-tes dan post-tes siswa untuk kelas eksperimen pertama
STAD terdiri dari nilai minimum, maksimum, rentang dan mean dapat dilihat pada
Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Pre-tes dan Post-tes untuk kelas eksperimen Pertama
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Nilai Minimum Maksimum Range Mean
Pre-tes 15 60 45 37.42
Post-tes 60 90 30 73.14
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016
kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan yang siginifikan, hal ini dikarenakan
siswa nyaman dalam belajar dalam kelompok. Deskripsi nilai dapat digambarkan
proses pembelajaran disekolah, khususnya IPA pada materi system eksresi pada
55
4.1.1.1 Eksperimen Kedua (NHT)
Deskripsi nilai pre-tes dan post-tes siswa untuk kelas eksperimen kedua yang
terdiri dari nilai minimum, maksimum, range dan mean dapat dilihat pada Tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Pre-tes dan Post-tes untuk kelas eksperimen kedua
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Berdasarkan Tabel 4.2 model kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa hal ini dapat di lihat dari nilai hasil belajar siswa dapat dilihat
pada mean/rata-rata yang juga mengalami peningkatan yaitu dari 28.71 menjadi
59.29, akan tetapi nilai ini masih kurang jika dibandingkan dengan model STAD
yang peningkatannya dari 37.42 meningkat menjadi 73.14. Namun model koperatif
terbukti efektif dalam pembelajaran IPA. Guru juga harus teliti dalam memilih tipe
dari kooperatif itu sendiri, karena tidak semua tipe cocok untuk materi yang
diajarkan. Dari peningkatah hasil belajar dari 2 kelas dengan 2 tipe dari model
STAD lebih baik di gunakan pada materi system ekskresi pada manusia.
4.1.2 Deskripsi Nilai N‐Gain
4.1.2.1 Kelas Eksperimen Pertama (STAD)
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest, gain menunjukkan
gain adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari nilai pre-tes dan post-test yang
telah dilakukan. Adapun nilai gain dan N-gain untuk kelas ekperimen pertama lebih
Tabel 4.3 Deskripsi Nilai gain dan N-gain kelas eksperimen pertama (STAD)
Berdasarkan Tabel 4.3 nilai pre-tes dengan rata-rata 37.43, dan nilai post-tes
dengan rata-rata 73.14, yang berarti selisih/gain antara pre-test dan post tes adalah
35.71. Sedangkan nilai N-gain adalah 0.55 yang berarti > 7 dan < 3 yang berarti
4.1.2.2 Kelas Eksperimen Kedua (NHT)
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest, gain menunjukkan
gain adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari nilai pre-tes dan post-test yang
telah dilakukan. Adapun nilai gain dan N-gain untuk kelas ekperimen kedua lebih
Tabel 4.4 Deskripsi Nilai gain dan N-gain kelas eksperimen kedua (NHT)
Berdasarkan Tabel 4.4 nilai pre-tes dengan rata-rata 28.71, dan nilai post-tes
dengan rata-rata 59.29, yang berarti selisih/gain antara pre-test dan post tes adalah
30.57. Sedangkan nilai N-gain adalah 0.44 yang berarti > 7 dan < 3 yang berarti
4.1.3 Uji Normalitas
4.1.3.1 Kelas Ekperimen Pertama (STAD)
terdistribusi dengan normal atau tidak. Data yang dipakai untuk menguji normalita
adalah data hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen 1 (STAD) dengan
jumlah soal 20 buah. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan lebih besar
dari 0.05, maka diketahui nilai signifikasi lebih besar dari 0.05 (0.200) maka dapat
disimpulkan data terdistribusi dengan normal dan lebih jelasnya dapat dilihat pada
4.1.3.2 Kelas Ekperimen Pertama (NHT)
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
terdistribusi dengan normal atau tidak. Data yang dipakai untuk menguji normalita
adalah data hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen 2 (STAD) dengan
jumlah soal 20 buah. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan lebih besar
dari 0.05, maka diketahui nilai signifikasi lebih besar dari 0.05 (0.200) maka dapat
disimpulkan data terdistribusi dengan normal dan lebih jelasnya dapat dilihat pada
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
VAR000
02 Statistic df Sig. Statistic df Sig.
4.1.4 Uji Homogenitas
4.1.4.1 Kelas Ekperimen Pertama (STAD)
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi
yang homogen atau tidak dengan cara membandingkan kedua variannya. Uji yang
dipakai adalah Levene’s Test. Jika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka dapat
dikatakan data berasal dari populasi yang homogen, tetapi jika nilai signifikansi (p) <
0,05 maka data berasal dari populasi yang tidak homogen, berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan maka nilai homogenitas adalah 0,102 (> 0,05) yang
menunjukkan data homogen. Adapun Hasil uji homogenitas dapat dilihat dalam tabel
VAR00001
2.050 5 28 .102
4.1.4.2 Kelas Ekperimen Kedua (NHT)
yang homogen atau tidak dengan cara membandingkan kedua variannya. Uji yang
dipakai adalah Levene’s Test. Jika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka dapat
dikatakan data berasal dari populasi yang homogen, tetapi jika nilai signifikansi (p) <
0,05 maka data berasal dari populasi yang tidak homogen, berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan maka nilai homogenitas adalah 0,000 (> 0,05) yang
menunjukkan data tidak homogen. Adapun Hasil uji homogenitas dapat dilihat dalam
7.172 9 24 .000
antara 2 kelompok sampel Adapun hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
eks1 -
Pair 1 13.85714 10.91988 1.84580 10.10603 17.60825 7.507 34 .000
eks2
dapat dilihat pada tabel 4.9 diatas maka diketahui t hitung > t tabel (dengan db 34)
(7.507 > 1.690) yang berarti ha diterima, artinya terdapat perbedaan nilai kelas
0.05.
menggunakan model Kooperatif tipe STAD dan NHT di SMP Negeri 2 Sawang.
d. Jika t‐hitung < t‐tabel maka Ha ditolak, tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan model Kooperatif tipe STAD dan NHT di SMP Negeri 2 Sawang.
Maka dapat diketahui bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu:
(7.507 > 1.690). Maka hal ini dapat ditentukan bila t-hitung lebih besar dari pada t-
tabel maka maka Ha di terima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
dari hasil perhitungan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan model Kooperatif tipe STAD dan NHT di SMP Negeri 2 Sawang.
4.2 Pembahasan
kooperatif tipe STAD dan metode kooperatif tipe NHT. Perbedaan kedua metode
terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan
atau materi pembelajaran, dari sudut peserta didik dan pertimbangan yang bersifat
non teknis. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah pengetahuan dan
kemauan untuk bekerja sama dan ketrampilan bekerja sama. Karekteristik dari
metode kooperatif tersebut dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu dipilihlah metode kooperatif sebagai salah satu cara guru untuk
Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan, berikut ini akan
diuraikan deskripsi dan interpretasi data hasil penelitian. Deskripsi dan interpretasi
data dianalisis berdasarkan pada model pembelajaran yang dipakai yaitu model
kooperatif tipe STAD (kelas eksperimen 1) dan model kooperatif tipe NHT (kelas
eksperimen 2) yang telah dilakukan pada siswa di dua kelas sampel yang berbeda.
Hasil uji hipotesis penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaaan hasil belajar
post-test hasil belajar siswa 73.14 dan kelas eksperimen 2 yang diajarkan
menggunakan kooperatif tipe NHT, rata- ratanya hanya mencapai 59.29. Hasil uji t
diperoleh thitung sebesar > ttabel 7.507 > 1.690 yang berarti Ha diterima. Dengan
penerimaan Ho ini berarti bahwa terdapat perbedaaan hasil belajar siswa dengan
Setiap moel pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar memiliki ciri‐ciri masing‐masing. Begitu juga dengan model pembelajaran
kooperatif juga memiliki beberapa ciri‐ciri. Adapun cirri‐ciri dari pmbelajaran kooperatif
adalah seperti dikemukakan oleh Arends (dalam Anwar, (2007:3) yang mengemukakan
belajar, (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah, (3) Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin
yang berbeda‐beda, (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
teman sebaya, e) Tidak bersifat kompetitif, f) Tidak memiliki rasa dendam. Sehingga
dengan adanya kerja sama secara sosial dan terjadi komunikasi antara siswa yang
kelompok siswa dapat menghargai dan merhormati pendapat orang lain dan
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah, proses diskusi dapat
berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai
dipanggil lagi oleh guru sehingga tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
(Zuhdi, 2010:69).
STAD lebih tenang, siswa mudah memahami sistem pembelajaran yang diterapkan
yang berakibat pada siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Hal ini
dikarenakan sistem dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
dalam belajar, maka siswa sudah terbiasa dalam memahami materi dengan model
pembelajaran yang lebih sederhana. Hal ini bukan berarti model pembelajaran yang
lebih sulit tidak baik, khususnya model pembelajaran kooperatif tipe NHT . Akan
tetapi perlu waktu untuk siswa agar dapat beradaptasi dengan model pembelajaran
tersebut. Berdasarkan data hasil penelitian pada kelas eksperiment kedua (model
pembelajaran kooperatif tipe NHT), pada saat pre-test siswa memperoleh nilai rata-
rata 28.71 dan post-test 59,59, ini merupakan peningkatan yang signifikan dalam
NHT dapat diterapkan, akan tetapi siswa butuh waktu untuk dapat beradaptasi
Dari penelitian ini kedua kelompok telah merapkan metode kooperatif baik
Perbedaan ini tentu saja bukan karena factor kelemahan suatu mudel pembelajaran
saja, banyak factor lain yang mempengaruhi hal tersebut, seperti kesesuaian soatu
model dengan materi, mahir tidaknya guru dalam menerapkan model pembelajaran
tersebut dan factor internal dan eksternal dari siswa itu sendiri tentunya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan
kooperatif tipe STAD dan tipe NHT dengan uji t diperoleh thitung sebesar 7.507 > 1.690,
jadi dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD
(rata‐rata 73.14) lebih baik dari pada yang diajarkan dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe NHT (rata‐rata 59.29) pada ekskresi di SMP Negeri 2 Sawang.
5.2 Saran
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang beragam perlu diterapkan kepada siswa untuk membiasakan
siswa pada suatu model pembelajaran yang baru.
2. Diharapkan kepada guru bidang studi biologi agar bisa memilih dan menggunakan
model pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Kepada pihak dinas pendidikan terhadap masalah dalam penelitian ini hendaknya
dapat mengembangkan sebagai bahan pembanding.
siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Kangan, S.K. 2007. Kagan Cooperatif Learning. San Clemate : Kagan Publising