Anda di halaman 1dari 8

FUNGSI CHEMORESEPTOR PADA LOBSTER

(Cherax quadricarinatus)

Oleh :

Nama : Ibrahim Nur Pratama


NIM : B1A015054
Kelompok : 1
Rombongan : I
Asisten : Ifonaha Kristian

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Makhluk hidup mempunyai alat indera untuk mengetahui keadaan luar. Alat
indera ini mempunyai sel-sel saraf untuk menangkap rangsangan dari luar yang
disebut reseftor (atau dalam bahasa Indonesia = reseptor). Reseptor dapat
dikelompokkan menurut jenis rangsangan yang diterimanya, yaitu chemoreseptor
rangsangan berupa kimia, mekanoreseptor rangsangan berupa mekanik atau fisik,
fotoreseftor rangsangan berupa cahaya, dan lain-lainnya. Sumber rangsang dapat
berupa panas, cahaya dan perubahan mekanis dan kimia yang terjadi dalam
lingkungan internal dan eksternal. Saraf juga berfungsi untuk mengorganisir dan
mengatur, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian terbesar fungsi
tubuh, terutama kegiatan motoris, visceral, endoktrin dan mental (Radiopoetro,1977).
Lobster memiliki Kemoreseptor salah satunya adalah antenula. Antenula
berfungsi untuk mendeteksi keberadaan pakan disekitarnya sehingga dengan ini
lobster dapat mendapatkan pakannya (Yuwono, 2001). Selain untuk mendeteksi
keberadaan pakan, antenula juga berfungsi untuk mengenali lawan jenis, menghindar
dari serangan atau gangguan yang diakibatkan oleh organisme lain dan
mempertahankan daerah teritorialnya (Eckert & Randall, 1978).
Organ- organ yang bertindak sebagai chemoreseptor pada lobster terdapat
pada kepala, kepala lobster terdiri dari enan ruas. Pada bagian itu terdapat beberapa
organ lain. Sepasang mata berada pada ruas pertama. Kedua mata itu memiliki
tangkai dan bisa bergerak. Pada ruas kedua dan ketiga terdapat sungut kecil, yang
disebut antenula, dan sungut besar yang disebut antena. Sedangkan pada ruang,
keempat, kelima dan keenam terdapat rahang (mandibula), maxilla I dan maxilla II.
Ketiga bagian ini berfungsi sebagai alat makan (Eckert & Randall, 1978). Organ lain
yang ada pada bagian kepala adalah kaki jalan. Jumlahnya empat pasang, dengan
ukuran kaki paling depan lebih besar.

I.2Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi chemoreseptor pada


lobster (Cherax quadricarinatus).
II. MATERI DAN CARA KERJA
II.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquarium, gunting, senter,
alat tulis dan stop watch.
Bahan yang digunakan adalah hewan uji berupa lobster Cherax quadricarinatus
pelet, Tubifex sp. dan air.

II.2 Cara Kerja

1. Hewan uji disiapkan di dalam aquarium.


2. Diberi perlakuan (control, ablasi mata, ablasi antennula, dan ablasi total).
3. Hewan uji diamati selama 20 menit (gerakannya).
4. Waktu dicatat.
5. Tabel dibuat.

3.2 Pembahasan

Chemoreseptor adalah alat indera yang bereaksi terhadap zat kimia (Ville et
al., 1988). Dikenal dua macam chemoreseptor yaitu mengenali stimulus yang berasal
dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-rambut pada antenna, dengan nilai
ambang sangat rendah. Stimulus berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk
mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang terdapat pada palpus maxillaries
dan sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Chemoreseptor digunakan untuk
mengenali stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, alat itu berupa
rambut-rambut pada antennula dengan nilai ambang yang sangat rendah.
Chemoreseptor menurut Gordon (1982), berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui
adanya makanan, dan tempat hidupnya, mengenal satu sama lain dengan
menunjukkan tingkah laku masak kelamin (mating), dan mendeteksi adanya musuh.
Hanya dengan stimulus berupa gas berkonsentrasi rendah, chemoreseptor telah dapat
mengenali (Ville et al., 1988).
Hasil pengamatan terhadap lobster air tawar pada 10 menit pertama, lobster
yang paling cepat melakukan flicking, wipping, withdraw dan mendekati pakan
adalah lobster yang mengalami lobster normal, sedangkan lobster yang mengalami
ablasi mata gerakan selama 10 menit melalukan flicking, rotation dan mendekati
pakan. Gerakan yang paling sering dilakukan oleh lobster normal adalah mendekati
pakan, wiping, dan withdrew sedangkan pada ablasi mata lebih sering melakukan
rotation. Hal ini tidak sesuai dengan penyataan Harpaz (1990) yang mengatakan
bahwa tahap pertama dalam lobster mendekati pakan adalah dengan melucutkan
antenna ke depan karena pada tahapan ini kemoreseptor pada lobster menangkap
molekul kimia dari pakan dan mendeteksinya, serta berusaha mencarinya.
Pengamatan 10 menit kedua, lobster normal paling sering melakukan gerakan
flicking, sedangkan mendekati pakan tidak ada.
Lobster dengan ablasi antenula mampu melakukan melakukan gerakan
mendekati pakan, karena chemoreseptor pada antenula tidak sepenuhnya dipotong
sehingga masih mampu mendekati pakan pada 10 menit pertama dan pada 10 menit
kedua lobster mampu mendekati pakan. Lobster dengan ablasi total hanya dapat
mendekati pakan. Menurut Stoter (1957), fungsi terpenting dari antenula adalah
mendeteksi pakan atau merespon kehadiran pakan yang memiliki aroma khas.
Antenula pada crustacea memiliki fungsi dalam mencari makanan, diantaranya
adalah menangkap stimulus kimia dan sebagai indera pembau. Lobster yang
memiliki ablasi antenula masih dapat melakukan gerakan mendekati pakan, hal ini
mungkin disebabkan karena pemotongan antenula kurang sempurna. Melalui
pengamatan dapat diketahui bahwa lobster yang paling responsif adalah lobster
normal. Hal ini dikarenakan oleh antenula yang masih berfungsi untuk mengenali
keadaan lingkungan sekitar dan masih berfungsi untuk menerima stimulus kimiawi.
Lobster termasuk pemakan dasar dan cenderung aktif mencari pakan di malam hari,
sedangkan siang hari berlindung di tempat teduh.
Menurut Ville et al (1988) Secara luas kemampuan indera dapat dibagi dalam
tiga kategori :
1. Chemoreseptor, yaitu indera yang distimulasi oleh berbagai ion atau molekul
kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan. Ini meliputi indera penciuman,
perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi oksigen dan karbondioksida.
2. Mechanoreseptor, yaitu organ indera yang distimulasi oleh suatu bentuk energi
kinetik. Yang termasuk dalam kategori ini adalah organ-organ indera yang
memantau fungsi-fungsi internal seperti tensi otot atau posisi sendi dan juga
indera peraba, keseimbangan dan pendengaran.
3. Photoreseptor, yaitu indera yang merespon energi elektromagnetik dan bentuk
foton. Indera penglihatan termasuk dalam kategori ini.
Keistimewaan yang dimiliki lobster adalah pola makan yang khas. Ada tiga
tahap respon tingkah laku pakan terhadap pakan bagi lobster yaitu orientasi, mencari
dan mendeteksi pakan (Harfaz and Galun, 1987). Mekanisme pakan hingga pada
stimulus dimulai dari pakan yang dimasukkan ke dalam akuarium yang kemudian
berfusi ke dalam air dalam bentuk ion-ion. Kemudian ion-ion tersebut akan diterima
oleh chemoreseptor yang terdapat pada antenula. Impuls dari antenulla akan
ditransfer menuju otak melalui neuron afferent. Impuls itu diproses oleh otak menjadi
tanggapan dan diteruskan ke organ reseptor melalui neuron afferent. Organ reseptor
kemudian melakukan gerakan sesuai informasi yang diterima otak dan terjadilah
gerakan lobster mendekati pakan yang disediakan dalam akuarium tersebut (Yuwono,
2001). Berdasarkan mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor
lobster terletak pada antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang
beraroma khas sebagai stimulus zat kimia (Roger, 1978). Menurut Corotto et al
(1992), chemoreseptor tengah terletak di medula bagian ventral dan chemoreseptor
perifer terletak di dalam karotid. Chemoreseptor tengah sensitif untuk hipercapnia
(level CO2 darah tinggi) dan chemoreseptor perifer sensitif untuk hipercapnia dan
hipoxia (level oksigen darah rendah). Lobster dapat membedakan baubauan. Bau
yang paling merangsang Lobster adalah kombinasi dari beberapa zat kimia (asam
amino). Kemoreseptor pada Lobster merupakan organ berupa bulu-bulu yang terletak
di permukaan antenna utama, (antennulus), bagian mulut, dan kaki jalannya. Lobster
mendeteksi makanannya dengan penglihatan dan bau melalui organ antennule yang
dimilikinya (Budi et al., 2015).
Lobster memiliki alat tubuh berbentuk filamen di bagian cephalothoraxnya
yaitu antena dan antenula. Antena umumnya bertipe biramous yaiutu bagian tubuh
perut pada segmen ketiga terdiri dari segmen dasar yaitu protopodite dan dua
cabangnya (eksopodite di bagian luar dan endopodite di bagian dalam). Antena
terletak di kedua sisi cephalothorax berjumlah dua pasang. Antenula sebagai alat
indera terletak pada tiga segmen dan membentuk dua filamen panjang yang
bergabung dengan segmen tersebut. Antenula lebih pendek daripada antena dan
terletak di tengah-tengah di antara antena dan scapocerit. Cabang yang halus di
bagian dalam timbul dari dasar filamen yang lebih tebal di bagian luar dan oleh
karena itu tidak homolog dengan endopodite. Dua segmen bagian dasarnya homolog
dengan protopodite (Woodsedalek, 1963).
Chemoreseptor pada lobster terdapat pada bagian antenulanya. Antenula
berperan penting dalam mencari makanan, sebagai indera pembau, mengetahui posisi
tubuh serta menangkap stimulus kimia dari lawan jenis (Radiopoetro, 1977). Fungsi
terpenting dari antenula adalah mendeteksi pakan atau merespon kehadiran pakan
yang memiliki aroma khas. Antenula pada crustaceae memiliki fungsi dalam mencari
makanan, diantaranya adalah menangkap stimulus kimia dan sebagai indera pembau
(Storer, 1957). Temperature merupakan faktor terpenting untuk pertumbuhan lobster
karena berdampak langsung pada laju metabolisme. Pertumbuhan, behavior,
kebutuhan nutrisi, dan sistem digesti merupakan faktor berikutnya (Garcia et al.,
2013).
Individu lobster dapat dikenal didasarkan pada deteksi urin feromon melalui
chemoreseptor yakni antennula flagela lateral. Sensor spesifik diperoleh melalui
tahap mediasi yang belum diketahui penyebabnya. Kebanyakan sel chemoreseptor
memiliki flagela yang banyak ditemukan pada sensilla aestetas unimodal dan kerja
spefikasi glomeruli lobus olfaktori di bagian otak. Sel chemoreseptor tambahan
terletak disekitar sel mechanoreseptor pada sensilla bimodal, termasuk rambut
penjaga yang semua lobus olfaktorinya tidak bekerja. Neuro anatomi yang terdapat
didalamnya membawa aestetas essensial menuju chemosensor kompleks seperti yang
terlihat pada duri Panulirus argus dapat menunjukkan adanya perbedaan deteksi
pakan yang kompleks dan letak lokasinya tanpa aestetas (Johnson, 2005).
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan


sebagai berikut :
1. Chemoreseptor pada lobster berfungsi untuk mendeteksi keberadaan molekul
kimia baik berupa makanan maupun pengenalan jenis.
2. Penghilangan antenula lobster sebagai kemoreseptor menyebabkan lobster
kehilangan kemampuan untuk mendeteksi pakannya.
DAFTAR REFERENSI

Budi, B, J., Abdul ,R., Herry, B., & Faik, K. 2015. Pengaruh Pemberian Warna pada
Bingkai dan Badan Jaring Krendet Terhadap Hasil Tangkapan Lobster. Jurnal
Saintek Perikanan Vol.10 No.2 : 68-73.

DI PERAIRAN WONOGIRI

Corotto F., R. Voigt, and J. Atema. 1992. Spectral Tuning of Chemoreceptor Cells of
the Third Maxilliped of the Lobster. Homarus americanus. Biol. Bull. 183:
456-462.

Eckert, R dan D. Randal.1978. Animal Physiology. W. H. Freman. St. Fransisco.

García G, Marcelo., Pedro, H, S., Javier, O, R., & Edilmar, C, J. 2013. Effect of
temperature on weight increase, survival, and thermal preference of juvenile
redclaw crayfish Cherax quadricarinatus. Hidrobiológica. 23 (1): 73-81.

Gordon, M. S. 1982. Analysis Physiology Principles And Adaption. Mc Millan


Publhising, Co, New York.

Harpaz, S. 1990. Variability in Feeding Behaviour of Malaysian Prawn


Macrobrachium rosenbergii de Man. E.J. Brill, Leiden.

Harfaz, S.D. and R. Galun. 1987. Variability in Feeding Behaviour of Malaysian


Dewaw (Macrobrachium rosenbergii de Man). Diving The Malt.

Johnson, M.E. and J. Atema. 2005. The Olfactory Pathway for Individual
Recognition in the American Lobster Homarus americanus. The Journal
ofExperimental Biologyl..; 208, 2865-2872.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Roger. 1978. Physiology of Animal. Prentice-Hall Inc, New York.

Storer, T. I. 1957. General Zoology. McGraw-Hill Book Co, New York .

Ville, C.A, W.F. Walter and R.D. Barnes. 1988. General Zoology. WB. Saunders
Company, Inc. London.

Woodsedalek, J.E. 1963. General Zoology Laboratory Guide. W.M.C Brow


Company Publisher, Iowa.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Agung Seta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai