Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga. Selain itu keluarga juga diartikan ikatan/persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah hidup sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga (Friedman 1998).

Keluarga baru menikah adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri
yang belum mempunyai anak (baru menikah).
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan pada keluarga Asuhan keperawatan keluarga digunakan
untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima
oleh keluarga,maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga,
mengetahui tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. Memerlukan
pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk mengetahui sejauh


mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya. Pasangan baru (keluarga baru
menikah) ialah ketika masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga nya masing-masing.
Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-
hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan

1
2

pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga sendiri dan orang


tuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social lainnya

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas permasalahan yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian keluarga?
2. Apa saja tugas tahap perkembangan keluarga demgan pasangan baru
menikah?
3. Bagaiman asuhan keperawatan tahap perkembangan kelurga baru
menikah?

C.Tujuan Penulisan
Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi:
1. Tujuan Umum
Penyusun dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Pasngan Baru menikah melalui pendekatan proses keperawatan sesuai standar.
2. Tujuan Khusus
Diharapakan penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
tahap-tahap sebagai berikut :
a. Menjelaskan konsep dasar keluarga meliputi pengertian, tipe keluarga,
tahap keluarga, fungsi keluarga, tugas keluarga di bidang
kesehatan, keluarga sebagai sistem dan peran perawat keluarga.
b. Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga dengan pasangn baru
menikah.
c. Menjelaskan Konsep dasar asuhan keperawatan Keluarga Dengan Pasngan
Baru Menikah.
d. Melakukan pengkajiian pada Keluarga Dengan Pasangan Baru Menikah.
e. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Keluarga Dengan Pasangan Baru
Menikah.
3

f. Menyusun rencana asuhan keperaawatan pada Keluarga Dengan Pasangan


Baru Menikah,
g. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada Keluarga Dengan
Pasangan Baru Menikah.
h. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada Keluarga
Yang Dengan Pasangan Baru Menikah.
i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan pada
Keluarga Yang Dengan Pasangan Baru Menikah

D.Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis
a. Manfaat Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan pada Keluarga Dengan Pasangan Baru Menikah.
b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini kiranya dapat menambah
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya di Akademi Perawat Kesehatan
Nusa Tenggara Barat dan dapat digunakan sebagai literatur,
acuan/pendidikan bagi penelitian selanjutnya khususnya keperawatan
keluarga.

2.Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Lahan Praktik dan Masyarakat
Sebagai bahan masukan dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya
pada Keluarga Dengan Pasangan Baru Menikah di Desa dusun dasan tiga,
Kecamatan Sukamulia Lombok Timur.
b. Manfaat Bagi Pasien
4

Meningkatkan pengetahuan pasien khususnya Keluarga Dengan


Pasangan Baru Menikah.

E.Waktu dan Tempat

1.Waktu
Waktu pengambilan kasus direncanakan pada November 2017.

2.Tempat
Tempat pengambilan kasus di Dusun Dasan tiga Kecamatan Sukamulia.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A.Konsep Dasar Keluarga


1.Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan pada Tahun 1998 (dalam Sudiharto,
2007), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya pada Tahun 1978 dalam Sudiharto, (2007)
mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.

2. Tipe Keluarga
Beberapa bentuk keluarga mernurut (Sudiharto, 2007) adalah sebagai
berikut:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak, baik karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga Asal (Family of Origin)
Merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan
darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak.
d. Keluarga Berantai (Social Family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga Duda atau Janda.

1
6

Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan / atau kematian


pasangan yang dicintai.
f. Keluarga Komposit (Composite Family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga Kohabitasi (Cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki
anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga
kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga Inses (Incest Family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak
lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu
menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan
keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu,
dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim
dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluargainses semakin hari
semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari
berbagai media cetak dan elektronik.
i. Keluarga Tradisional dan Nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisonal
diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat
oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak
dari hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah
sekelompok orang yang tinggal di sebuah asrama.
7

3.Struktur Keluarga
Menurut Sudiharto (2007), setiap anggota keluarga mempunyai
struktur peran formal dan informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal
sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah
sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung
antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan
menyelesaikan masalah.
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
8

4.Tahap-tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Sudiharto (2007), perawat keluarga perlu mengetahui
tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga untuk memberikan
pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi
kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk
kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga
tersebut sebagai berikut:
a. Tahap I: Keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain :
1) Membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan
membangun perkawinan yang saling memuaskan,
2) Membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis,
3) Merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b. Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu :
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan,
2) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan
3) Mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan.
c. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2
sampai 6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegritaskan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lainnya,
2) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar
keluarga,
9

3) Menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur


keluarga,
4) Menanamkan keyakinan beragama dan memenuhi kebutuhan bermain
anak.
d. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6 sampai
13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke IV yaitu :
1) Mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik sebagai anggota keluarga,
3) Membiasakan belajar teratur dan memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13 sampai 20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke V yaitu :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri,
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak,
3) Memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.
f. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yangmeninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VI :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota kelurga
baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak,
2) Melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan,
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun
istri, membantu anak mandiri,
10

4) Mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga


dengan menantu,
5) Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
g. TahapVII: Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VII yaitu :
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para
orang tua dan lansia,
3) Memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
merencanakan kegiatan yang akan datang,
4) Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan dan tetap
menjaga komunikasi dengan anak-anak.
h. TahapVIII:Keluarga usia lanjut dan masa pensiun
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VIII yaitu :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
3) Mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan,
4) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk
memahami ekstensi mereka, saling memberi perhatian yang
menyenangkan antar pasangan,
5) Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga,
berkebun dan mengasuh cucu.
11

5.Fungsi Keluarga
Menurut Sudiharto, (2007), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling
menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,
tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di
lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
seperti, sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan.
6.Peran Perawat Keluarga
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga
perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan
keluarga.
d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.
e. Menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga menurut (Sudiharto, 2007) adalah sebabgai
berikut:
12

a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarga.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan.
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang berkesinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit).
c. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat
menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan.
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap
keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baikterhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagi advokat keluarga untuk melindungi hak-
hak keluarga sebagi klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk
memenuhi hak dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang baik oleh
keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator.
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
13

mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar


dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti.
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus
atau budaya yang dipraktikkan keluarga. Misalnya, diare pada balita
terjadi karena budaya menjaga kebersihan makanan dan minuman kurang
diperhatikan. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada kemampuan
keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, menanggulangi dan
melakukan promosi kepada anggota keluarganya. Selain itu, perawat
perlu mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap binaannya.

7.Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yang
meliputi (Sudiharto, 2007):
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena
kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari
orang tua atau pengambil keputusan dalam keluarga (Sudiharto,2007).
Mengenal diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah
dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah
mampu mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
14

Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari


pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai keputusan untuk
memutuskan tindakan yang tepat (Efendy, 2008).
Efendy, (2008) menyatakan kontak keluarga dengan sistem akan
melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun praktisi lokal
(Dukun) dan sangat bergantung pada:
1) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?
2) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dihadapi salah satu anggota keluarga ?
3) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang dilakukan
terhadap salah satu anggota keluarganya ?
4) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas kesehatan?
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari
peran atau tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara
fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan keluarga (Efendy,
2008).
Sudiharto, (2007) menyatakan bahwa keluarga memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Dirumah
keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama.
Untuk mengetahui dapat dikaji yaitu :
1) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang
perawatan yang diperlukan pasien ?
3) Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (Aktif mencari
informasi tentang perawatan terhadap pasien)
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
15

1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar


lingkungan rumah.
2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan
manfaatnya.
3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan
rumah yang menunjang kesehatan.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Menurut Effendy (2008), pada keluarga tertentu bila ada anggota
keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau
dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
sarana kesehatan perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau keluarga
2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.

B. KONSEP DASAR PASANGAN BARU MENIKAH

1.Pengertian

Keluarga baru menikah adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri
yang belum mempunyai anak (baru menikah).
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.

keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki ( suami) dan


perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
16

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya, misalnya : makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga : keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri

2.Karakteristik Keluarga Baru menikah


 Terdiri dari dua orang yang diikat oleh hubungan perkawinan
Biasanya anggota keluarga tinggal bersama atau jika terpisah tetap
memperhatikan satu sama lain
 Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sendiri-sendiri
 Mempunyai tujuan (menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota

3.Peran Informal dan Formal


 Peran Formal :
Laki-laki sebagai suami (kepala keluarga)
Perempuan sebagai istri

 Peran Informal :
Laki-laki sebagai ketua kegiatan di masyarakat
Perempuan sebagai anggota organisasi di masyarakat

4.Tugas Tahap Perkembangan Keluarga dengan Pasangan


Baru Menikah

Fase ini dimulai dari saat perkawinan hingga si istri hamil. Fase ini
merupakan masa tersulit dalam kehidupan perkawinan, angka perceraian tinggi
pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama perkawinan. Pasangan jugA harus
melakukan penyesuaian kepuasan (mutually satisfactory adjustment) sejak awal
perkawinan Keadaan akan makin sulit jika pasangan juga harus melakukan
penyesuaian di luar hubungan dengan suami/isterinya, misal : melanjutkan
17

sekolah, tugas luar kota, mobilitas tinggi, tergantung kpd orangtua (tempat
tinggal, finansial), hubungan dengan keluarga besar.

Maka ada beberapa tugas perkembangan yang harus dijalani oleh pasangan pada
fase pemantapan ini agar bisa menjalani tahap ini dengan baik, antara lain :
(Duvall, sociological perspective, 1985)

1. Memantapkan tempat tinggal

2. Memantapkan sistem mendapatkan dan membelanjakan uang

3. Memantapkan pola siapa mengerjakan apa, siapa bertanggung jawab kepada siapa
(pembagian peran & tanggung jawab)

4. Memantapkan kepuasan hubungan

5. Memantapkan sistem komunikasi secara intelektual dan emosional

6. Memantapkan hubungan dengan keluarga besar

7. Memantapkan cara berinteraksi dengan teman;

8. Menghadapi kemungkinan kehadiran anak dan perencanaannya

9. Memantapkan filosofi hidup sebagai pasangan suami isteri

Adapun menurut ahli lain.Tugas perkembangan keluarga baru menikah (Rodgers cit
Friedman) :

1. Membina hubungan intim yang memuaskan.

- Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru

- Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.

- Peran berubah.

- Fungsi baru diterima.

- Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar.

- Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas
18

Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan


saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan.

2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis atau membina hubungan


dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial .

Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan


mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya.
Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.

3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.

Masalah lain yang banyak terjadi pada keluarga pasangan baru, dan sebaiknya
segera dicarikan jalan keluarnya adalah:

 Tidak menghadapi masalah utang

Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah


paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka
ada baiknya anda mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan
Anda, toh ia adalah pasangan anda, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu
dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan anda
untuk ke depannya.

 Mengasingkan diri dari pertemanan

Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan mengasingkan


diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang berkumpul, pastikan
segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi bersama
mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena Anda tidak ikut-ikutan flirting
bersama pria di klub bukan berarti anda tidak bisa menjadi teman yang suportif.

 Tidak cukup seks


19

Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei mengatakan


bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyak, sibuk, tentunya.
Namun, itu bukan alasan yang cukup untuk memadu kasih di atas ranjang bersama
pasangan anda, kan? Cobalah untuk menginisiasikan acara berhubungan intim
dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika anda mulai terbiasa
untuk melakukannya, maka anda akan makin menginginkannya, tak tertutup
kemungkinan akan makin menyukainya juga.

 Tidak menjaga tubuh

Pernahkah anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah akan
terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa, ini selalu
terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam hari atau karena
sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga pada pagi harinya jadi lebih
semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak. Wah, ini mesti diwaspadai.
Sebaiknya anda mulai memperbanyak agenda untuk berolahraga bersama
pasangan. Tak ingin, kan, si dia merasa anda tampil tak segar atau terlihat lebih
tambun dari sebelum menikah.

 Mertua dan ipar

Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki masalah
dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur ekspektasi, seperti anda
akan datang berkunjung bersama pasangan, mengunjungi keluarga isteri atau
suami anda secara berkala.

 Pertengkaran tak penting


20

Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah anda kenal
bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah terpancing
amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak, ucapkan permisi,
bilang bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan diri anda sejenak.
Pastikan anda dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan
masalah tadi. Saat emosi, pikiran anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan
hal-hal yang tak anda maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah.

 Terobsesi dengan bayi

Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah
menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk
memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3
tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa terburu-buru? Nikmati waktu anda
bersama pasangan, berlibur bersama, menikmati waktu tanpa perlu pusing
memikirkan kerepotan akan keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika anda dalam
keadaan rileks, kemungkinan untuk hadirnya momongan justru lebih besar.

5. Masalah Keperawatan Pada keluarga dengan Pasangan Baru

Salah satu masalah yang bisa terjadi pada keluarga dengan pasangan baru,
adalah timbul dari tugas keluarga sebagai pasangan baru, dimana pada makalah
ini kelompok mencontohkannya pada tugas mendiskusikan untuk memiliki anak
atau memilih KB. Pada pasangan yang memutuskan untuk memilih Kb, maka
akan dapat memunculkan beberapa permasalahan keperawatan.

Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan


untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan
kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan
tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu
pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri. Kegagalan penggunaan metode
kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut
terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap
21

kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan


tersebut. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang
tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi
merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini
perawat harus sangat memperhatikan privasi klien.

Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat


obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran
sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :

1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi Pengkajian ini


dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki
anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai
oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan
alasan penggunaan metoda tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini akan
mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi
yang digunakannya.

2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi Dalam


melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat menentukan tingkat
pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan
tentang bagaimana klien tersebut memakai diafragma, kapan dan di mana
spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus
mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat pengetahuan klien, perawat dapat
menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan
menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan
menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.

3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai. Dalam


mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek
samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien
tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik
22

hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari.
Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan
klien dalam menggunakan metoda tersebut.

4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat Jika klien berencana


untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang
cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang dapat membantu pemilihan
metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan
kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan
kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.

Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan


dengan riwayat kesehatan adalah :

a. Kontrasepsi oral

1) Pil keluarga berencana terpadu

Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil,
pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk wanita
perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi
tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana.

2). Mini Pil

Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari
segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang.

b. Kontrasepsi Hormonal

1).Hormone Implant
23

Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil,


perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan
keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun.

2). Hormone Injeksi

Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa


menyusui.

c. Kontrasepsi Mekanik

1) Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada
wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome.

2) IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang
menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah
persalinan/aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum
pernah hamil.

d. Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen.


Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan
untuk mempunyai anak Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga
berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan
social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan.

Masalah lain dan Konflik yang biasa timbul yaitu:

a.Bahaya Fisik
24

- Penyakit
Pada keluarga baru menikah penyakit yang mungkin timbul adalah
penyakit menular seksual
b.Bahaya Psikologis
- Percekcokan dalam rumah tangga
Pada keluarga baru menikah butuh waktu untuk penyesuaian diri, dan
sering menimbulkan percekcokan atau perbedaan pendapat.
- gangguan penyesuaian dengan anggota keluarga pasangan
c.Bahaya Peran seksual
Ketidak mampuan keluarga (suami/istri) memenuhi kebutuhan sek
pada kelurga yang baru dibina

6.Peran dan Fungsi Perawat


 Pengenal kesehatan (konseling kesehatan, KB, pelayanan antenatal dan
konseling persalinan)
Perawat dapat membantu keluarga dalam mengenal penyimpangan dari
keadaan normal dengan menganalisa data secara objektif serta membuat
keluarga sadar akan akibatnya dalam perkembangan anggota keluarga

 Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan adalah salah satu tugas dari keluarga. Namun demikian perawat
harus mampu memberikan kesempatan dan contoh bagi keluarga untuk
mengembangkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas
kesehatannya.
 Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
25

C.Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pasangan Baru


Menikah.
Menurut Kelompok Kerja Keperawatn CHS, 1994; Mc Closkey & Grace,
2001, asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Sudiharto, 2007).
Langkah-langkah dalam penerapan asuhan keperawatan meliputi :
Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Rencana tindakan, Tindakan keperawatan, dan
Evaluasi keperawatan (Nursalam, 2008) :
1. Pengkajian
Tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat mulai
mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya. Tahapan ini
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga.
Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari
pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau
kadang-kadang orangtua. Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui,
baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan
sebagainya.
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Data Umum
1) Identitas
Yang perlu dikaji Nama seluruh keluarga, umur, alamat dan telpon jika
ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga
yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir ,
hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing
anggota keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga
generasi).
26

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau


masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
terkait dengan kesehatan.
a) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga.
b) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari sebuah
lingkungan yang secara etnik bersifat homogen).
c) Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan. Apakah
kegiatan-kegiatan ini ada dalam kelompok kultur atau budaya
keluarga.
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional atau
modern.
e) Bahasa yang digunakan dalam keluarga (rumah).
f) Pengguna jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakah
keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik-praktik
pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai kepercayaan
tradisional dalam bidang kesehatan.
4) Agama, mengkaji agama yang dianu oleh keluarga serta kepercyaan
yang dapat memengaruhi kesehatan seperti :
a) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan
beragamanya.
b) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau
organisasi keagamaan.
c) Agama yang dianut oleh keluarga.
d) Kepercayaan-keprcayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut
dalam kehidupan keluarga, terutama dalam hal kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan
27

pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta


barang-barang yang dimiliki oleh keluarga seperti:
a) Jumlah pendapatan perbulan
b) Sumber-sumber pendapatan perbulan
c) Jumlah pengeluaran perbulan
d) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
e) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktifitas,rekreasi, selain itu perlu dikaji pula
penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini mengkaji keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga, yang ditentukan oleh usia
anak tertua oleh keluarga inti.
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum
terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan
pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terenuhi dan
upaya yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menghadapi hal
tersebut.
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan
masing – masing angoota keluarga, perhatian terhadap upaya
pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap
pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
kesehatan.
c. Data Lingkungan
28

1) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa, kontrak),
apakah rumah milik sendiri. Gambaran kondisi rumah (interior dan
eksterior). Keadaan dapur, kamar mandi, keberishan sanitasi rumah dan
pengaturan privasi rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas atau desa, tipe tempat
tinggal, sanitasi jalan dan rumah (penanganan sampah), kelas sosial,
karateristiketnik penghuni, fasilitas kesehatan, rekreasi, fasilitas
transportasi
3) Mobilitas geografis keluarga
Lama keluarga tinggal di tempat tersebut atau keluarga punya kebiasaan
berpindah-pindah.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan perkumpulan
keluarga.
5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga, fasilitas penunjang yang dimiliki keluarga,
sumber dukungan dari anggota keluarga, jaminan pemeliharaan
kesehatan yang dimiliki.

d. Struktur keluarga
1) Struktur peran
Persn formal, informal dan analisis model peran siapa yang menjadi
model dalam menjalankan peran.
2) Nilai dan norma keluarga.
Nilai norma yang dianut keluarga dan kelompok, apakah sesuai dengan
norma atau nilai yang dianut, seberapa penting nilai atau norma yang
dianut.
3) Pola komunikasi keluarga
29

Cara berkomunikasi keluarga termasuk pesan yang disampaikan,


bahasa yang digunakan.
4) Struktur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga siapa yang membuat keputusan, model
kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat
keputusan.
e. Fungsi keluarga
Pengkajian fungsi keluarga menurut Fredman, 1998 :
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari
penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi
keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan
keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguankesehatan selanjutnya.
ekonomi
2) Fungsi Keperawatan Keluarga
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab,
tanda dan ejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah, tindakan
yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan
keperawatan, karena diabetes melitus memerlukan perawatan yang
khusus yaitu mengenai pengaturan makannya. Jadi disini keluarga
perlu tahu bagaimana cara pengaturan makan yang benar pada
diabetes melitus.
30

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan


mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah
bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila anggota
keluarga terserang diabetes melitus. Kemampuan keluarga
mengambil keputusan yang tepat akan mendukung kesembuhan.
c) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit diabetes melitus.
d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana
keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan
akan dapat mencegah kekambuhan dari pasien diabetes melitus.
e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung
terhadap kesehatan seseorang.

3) Fungsi Sosialisasi
Pada kasus penderita DM yang sudah mengalami komplikasi seperti
ganggren, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam
keluarga maupun didalam komunitas sekitas keluarga.
4) Fungsi Reproduksi
Pada penderita diabetes militus perlu dikaji riwayat kehamilannya
untuk mengetahui adanya tanda-tanda diabetes melitus gestasional,
karena diabetes gestasional terjadi pada saat kehamilan. Pada pria juga
perlu dikaji kemungkinan terjadi gangguan reproduksi seperti
disfungsional ereksi, kecenderungan yang terjadi pada penderita DM
dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan fungsi ereksi.
5) Fungsi Ekonomi
31

Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan


penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi orang segan untuk mencari
pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainnya. (Friedman,
1998 )
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh
keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh
keluarga.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan. Identifikasi bentuk yang
digunakan secara ekstensif : kekerasan, perlakukan kejam terhadap
anak, mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos
keluarga yang merusak dan otoritarisme.
g. Pemeriksaan kesehatan pada anggota keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi
pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang perlu.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan yang ada

s 2.Diagnosa Keperawatan
Menurut Nursalam (2008) diagnosa keperawatan adalah keputusan
klien mengenai individu, keluarga, masyarakat yang di peroleh melalu suatu
32

proses pengumpulan data dn analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga, lingkungan keluarga,,
struktur keluarga, fungsi fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersipat
aktual, risiko, maupun sejahtera di mana perawat memiliki kewenangan dan
tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluarga, berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.
Klasifikasi diagnosa keperawatan menurut NANDA, 2015 adalah :
a. Diagnosa keperawatan actual
Diagnosis keperawatan aktual mewakili masalah yang telah
divalidasi dengan adanya batasan karakteristik mayor. Jenis diagnosis
keperawatan ini mempunyai empat komponen: label, definisi, batasan
karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
b. Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi
Sesuai dengan definisi NANDA, diagnosis keperawatan risiko
adalah “penilaian klinis bahwa suatu individu, keluarga, atau komunitas
lebih rentan mengalami masalah tersebut daripada yang lainnya dalam
situasi yang sama atau hampir sama”. Diagnosis risiko tinggi harus
tetap ada dalam daftar masalah atau catatan perkembangan. Perawat tidak
perlu memasukkan diagnosis risiko ke dalam rencana atau catatan
keperawatan individu.
c. Diagnosa keperawatan kemungkinan
Diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan yang
menjelaskan tentang masalah yang dicurigai muncul, tetapi masih
memerlukan data tambahan. Dengan diagnosis keperawatan kemungkinan,
perawat mempunyai beberapa data untuk mendukung penegasan diagnosis,
tetapi tidak mencukupi.
d. Diagnosa keperawatan sejahtera
Diagnosa keperawatan sejahtera adalah “penilaian klinis tentang
individu, kelompok atau komunitas yang mengalami transisi dari tingkat
sejahtera tertentu menjadi tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
33

e. Diagnosa keperawatan sindrom


Diagnosa keperawatan sindrom terdiri atas sekelompok diagnosa
keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul akibat
peristiwa atau situasi tertentu.
Langkah-lagkah dalam dalam penentuan diagnosis keluarga adalah :
a. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
harus didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah dikelompokkan menjadi :
a) Keadaan tidak atau kurang sehat
b) Ancaman kesehatan
c) Keadaan sejahtera
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk
menangani masalah
b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
3) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang
akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan. Yang perlu diperhatikan :
a) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
b) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk
memperbaiki masalah
c) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual
dan menjadi parah
4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan,
34

perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai


masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan prioritas kesehatan dan
keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut :

Tabel 2.1 Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga


No. Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat masalah 1
Skala : Tidak atau kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis 1
2 Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2
Skala : dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah dapat dicegah tinggi 1
Skala : tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1
Skala : masalah berat harus ditangani 2
Masalah tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skor
Rumus : X Bobot
Angka Tertinggi
35

Skoring :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

b. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari Diagnosa Keperawatan :
1) Resiko ( Ancaman Kesehatan )
Sudah ada data yang menunjang namum belum terjadi
gangguan, missal : lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan
yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekwat.
Contoh ; Resiko terjadi konflik pada keluarga Tn Y
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
komunikasi.
2) Potensial ( Keadaan Sejahtera / ” Wellness” )
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Contoh : Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada
pasanga baru menikah ( Ny Y ) keluarga Tn Y.
Penyebab/etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga
berdasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga, yaitu
:
1) Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
terkaid masalah kesehatan yang dihadapi
3) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan dan
mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
36

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan


kesehatan

3.Rencana Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah
kesehatan / keperawatan yang telah diidentifikasikan (Nursalam, 2008).
Menurut Nursalam, (2008). Beberapa hal yang perlu di perhatikan
dalam mengembangkan keperawatan keluarga di antaranya.
a. Rencana keperawatan harus di dasarkan atas analisa yang menyeluruh
tentang masalah atau setuasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realities, artiya dapat dilakasanakan dan dapat
menghasilkan apa yang di harapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan falsafh intasi kesehatan.
misalnya bila intasi kesehatan pada daerah tersebut dapat memungkinkan
pemberian pelayanan Cuma-cuma,maka perawat harus mempertimbangkan
hal tersebut dalam menyususn perencanaan.
d. Rencana keperawatan di buat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan
prinsip bahwa berkerja bersama keluarga bukan untuk keluarga.
e. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya secara tertulis.

Rencana asuhan keperawatan keperawatan keluarga :


a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan, merencanakan
pemenuhan citra diri, yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya
37

Langkah- langkah dalam mengembangkan rencana asuahan


keperawatan keluarga.
a. Menentukan sasaran atau goal.
Sasaran merupakaan tujuan akhir yang akan di cape melalui segala
upaya. perinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus di tentukan
barsama keluarga.misalnya setelah di lakukan tindakan keperawatan,
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang hamil.

b. Menentukan tujuan dan objektif.


Objek merupakan pernyataan yang lebih terferinci, berisi tentang
hasil yang di harapkan dari tindakan perawatan yang akan di lakukan.ciri
tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat di ukur, dapat di cape,
realistis, dan ada batas waktu. misalnya setelah di lakukan tindakan
keperawatan di harapkan anggota keluarga yang hamil, mengerti tentang
cara merawat kehamilan.
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan di akukan.
Tindakan keperawatan yang di pilih sangat bergantung pada masalah
dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahakan masalah
d. Menetukan kriteria dan standar kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang di gunakan untuk
mengukur percapian tujuan, sedangkan standar menunjukkan tindakan
penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang
menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapi. pernyataan tujuan yang
tepat akan menetukan kenjelasan dan keriteria dan standar evaluasi.
1) Tujauan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan
rumah,keluarga akan memampaatkan puskesmas atau poliklinik
sebagai tempat mencari pengobatan.
2) Kriteria, kunjunan kepuskesmas atau poliklinik
3) Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau
poliklinik, keluarga membawa anakya berobat ke puskesmas.
38

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan Keluarga Pada Ibu Hamil

LNo Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan NOC NIC
(1) (2) (3) (4)
1 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan Pengajaran: Proses
mengenai proses tindakan kehamilan
kehamilan berhubungan keperawatan  Berikan penilaian
dengan selama 4 x tentang tingkat
ketidakmampuan pertemuan pengetahuan pasien
mengenal masalah diharapkan tentang proses
kesehatan keluarga pemngetahuan kehamilan
keluarga tentang  Jelaskan perubahan
proses kehamilan fisiologi pada
meningkat dengan kehamilan dengan
kriteria : cara yang tepat.
 Pasien dan  Gambarkan tanda dan
keluarga gejala yang biasa
menyatakan muncul pada
pemahaman kehamilan normal
tentang proses dengan cara yang
kehamilan tepat
 Pasien dan  Identifikasi
keluarga mampu kemungkinan
menjelaskan penyebab keluhan
kembali apa dalam kehamilan ,
yang dijelaskan dengna cara yang
perawat/tim tepat
kesehatan  Sediakan informasi
lainnya pada pasien tentang
39

LNo Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan NOC NIC
(1) (2) (3) (4)
kondisi, dengan cara
yang tepat

1 2 3 4
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi kehamilan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala komplikasi
kehamilan untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
2 Kesiapan Setelah dilakukan Prenatal Care
Meningkatkan Proses tindakan keperawa-
40

1 2 3 4
Kehamilan-Melahirkan tan selama 4 x  Monitoring dan
berhubungan dengan pertemuan diharap- manajemen pasien
ketidakmampuan kan perilaku ke- selama kehamilan
merawat anggota sehatan pasien dan untuk mencegah
keluarga yang sakit keluarga tentang komplikasi
prenatal, intranatal kehamilan dan
dan post natal meningkatkan
adekuat dengan kesehatan pada ibu
kriteria : dan janin.
 Keluarga  Anjurkan pasien
mengungkapkan pentingnya
pemahaman melakukan
tentang pemeriksaan
perawatan, kehamilan secara
fungsi seksual teratur
pada periode  Anjurkan suami atau
antenatal, orang terdekat untuk
intranatal dan berpartisipasi dalam
post natal perawatan
kehamilan
 Anjurkan ibu untuk
mengikuti kelas
prenatal

 Anjurkan pasien
mengkonsumsi
nutrisi selama
kehamilan
41

1 2 3 4
 Monitor status
nutrisi
 Monitir penambahan
BB selama
kehamilan
 Anjurkan pasien
melakukan latihan
fisik yang sesuai dan
istirahat selama
kehamilan
 Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
BB berdasarkan BB
sebelum hamil
 Monitor penyesuai-
an psikososial pada
pasien dan keluarga
 Monitor Tekanan
darah
 Monitor glukosa dan
protein urin
 Monitor kadar Hb
 Monitor udem pada
kaki, tangan dan
wajah
 Anjurkan pasien
tanda bahaya yang
harus dilaporkan
segera
42

1 2 3 4
 Ukur tunggi fundus
dan bandingkan
dengan umur
kehamilan
 Konseling pasien
tentang perubahan
seksual dalam
kehamilan
 Konseling pasien
untuk menyesuaikan
antara pekerjaan dan
kebutuhan fisik
selama hamil
 Berikan bimbingan
tentang perubahan
fisik dan psikologis
selama kehamilan
 Bimbing pasien
untuk mengelola
perubahan terkait
kehamilan
 Monitor DJJ
 Anjurkan pasien
untuk mengatasi
sendiri
ketidaknymanan
selama kehamilan
43

1 2 3 4
3 Hambatan Setelah dilakukan Bantuan
Pemeliharaan Rumah tindakan pemeliharaan rumah
berhubungan dengan keperawatan  Beri informasi
ketidakmampuan selama 4 x tentang rawat rehat,
keluarga memodifikasi pertemuan jika perlu
lingkungan rumah yang diharapkan  Tawarkan layanan
dapat mempengaruhi kemampuan pemeliharaan
kesehatan dan keluarga rumah, jika perlu
perkembangan pribadi memodifikasi  Bantu pasien dan
anggota keluarga lingkungan keluarga/anggota
rumah meningkat keluarga meng-
dengan kriteria : identifikasi kendala
Kriteria hasil : dan bahaya dalam
 mengikuti rumah yang
rencana khusus mempengaruhi
untuk peme- pemeliharaan rumah
liharaan rumah  Bantu pasien dan
 Mengidentifikasi keluarga/anggota
pilihan untuk keluarga meng-
mengatasi identifikasi kekuatan
kesulitan dalam unit keluarga,
keuangan juga sistem
 Menyatakan pendukung yang
kesadaran secara akan membantu
verbal tentang pemeliharaan rumah
situasi rumah  Libatkan pasien dan
yang sulit keluarga dalam
sehubungan menentukan
dengan ada kebutuhan
pemeliharaan rumah
44

1 2 3 4
anggota keluarga
yang sakit  Beri saran perlunya
perubahan struktural
 Menyatakan agar penataan rumah
secara verbal lebih mudah
pengetahuan  Beri saran layanan
tentang sumber untuk
yang tersedia mengendalikan
 Melakukan tugas hewan peliharaan,
pemeliharaan jika perlu
rumah (misalnya,  Beri saran layanan
belanja, untuk perbaikan
menyiapkan rumah, jika perlu
makan, mencuci,  Diskusikan biaya
berkebun, dan yang dibutuhkan
pekerjaan rumah untuk pemeliharaan
tangga) dan yang tersedia
 Mengendarai
mobil (misalnya,
untuk berbelanja)
 Menyingkirkan
bahaya
dilingkungan
rumah
 Memenuhi
kebutuhan fisik di
dalam rumah
anggota keluarga
yang tidak
mandiri di rumah
45

1 2 3 4
 Mengawasi anak-
anak (misalnya,
teman bermain,
dan pengasuh
harian)
5 Gangguan Proses Setelah dilakukan Promosi integritas
Keluaraga tindakan keperawa- keluarga
berhubungan dengan tan selama 4 x  Berbagi tanggung
ketidakmampuan pertemuan diharap- jawab untuk tugas-
menggunakan fasilitas kan keluarga peduli tugas keluarga
kesehatan guna terhadap kebutuhan  Mengatur perawatan
memelihara kesehatan semua anggota jadwal
keluarga dengan istirahat/respite care
kriteria :  Membuat rencana
Kriteria hasil : untuk keadaan
 Pasien dan darurat
keluarga  Menjaga
memahami keseimbangan
perubahan dalam keuangan
peran keluarga
 Mengidentifikasi  Melaporkan
pola koping kebutuhan untuk
 Berpartisipasi bantuan keluarga
dalam proses  Memperoleh
membuat bantuan untuk
keputusan tentang keluarga
perawatan setelah  Menggunakan
rawat inap sistem dukungan
46

1 2 3 4
 Berfungsi untuk keluarga yang
saling tersedia
memberikan  Menggunakan
dukungan kepada sumber daya
setiap anggota masyarakat yang
keluarga tersedia
 Mengidentifikasi
cara untuk
berkoping lebih
efektif

4.Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing aders untuk membantu Klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu Klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2008).

Tahap-Tahap Tindakan Keperawatan adalah :


a. Tahap Persiapan
Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan.
47

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang


diperlukan.
3) Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
timbul.
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
5) Mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan tindakan
yang akan dilaksanakan.
6) Mengiidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari potensial
tindakan.
b. Tahap Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan dari perawatan adalah kegiatan
pelaksanaan tindakan perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independent, dependent, dan interdependent.
1) Indepedent
Tindakan keperawatan independent adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.

2) Dependent
Tindakan dependent berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis.
3) Interdependent
Interdependent tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tindakan sosial, ahli gigi, fisioterapi dan dokter.

5.Evaluasi Keperawatan
48

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah dicapai (Nursalam, 2008).
a. Tujuan Evaluasi
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan).
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
3) Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
b. Proses Evaluasi
Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap :
1). Mengukur pencapaian klien
2). Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan.
c. Komponen Evaluasi
1) Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi.
2) Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
5) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

Menurut Hidayat, (2007) dalam mengevaluasi Klien ada catatan


perkembangan yang harus didokumentasikan adalah sebagai berikut :
S : Data Subyektif
Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan ,
dikeluhkan, dan dikemukakan Klien.
O : Data Obyektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
A : Analisis
49

Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan
dianalisis, apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran. Hasil
analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat
diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan
diagnosa keperawatan baru.
P : Perencanaan
Rencana penanganan Klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis
di atas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana tidak
efektif.
I : Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.
E : Evaluasi
Evaluasi berisi penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah Klien teratasi.
R : Reassesment
Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian
ulang perlu dilakukan kembali melalui pengumpulan data subjektif, data
objektif, dan proses analisisnya.
2. Dokumentasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2008), dokumentasi adalah segala sesuatu yang
tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi
individu yang berwenang, karenanya dokumentasi menjadi hal penting dalam
perawatan kesehatan.
Menurut Nursalam (2008), dokumentasi keperawatan mencangkup
Pengkajian, Identifikasi Masalah, Perencanaan, Tindakan dan Evaluasi.

a. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan


Dokumentasi pengkajian ditunjukan pada data klinik dimana
perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisir dalam catatan kesehatan.
Format pengkajian meliputi data dasar, flow sheets, dan catatan
50

perkembangan lainnya yang memungkinkan dapat sebagai alat komunikasi


bagi tenaga keperawatan atau kesehatan lainnya. Petunjuk penulisan
pengkajian :
1) Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang
meliputi :
a) Riwayat klien masuk Rumah Sakit
b) Respon klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan
klien
c) Riwayat pengobatan
d) Data klien rujukan, pulang dan keuangan.
2) Gunakan format yang telah tersusun untuk pencatatan pengkajian
3) Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang
digunakan
4) Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai,
memasukkan data pribadi
5) Sertakan pernyatan yang mendukung interpretasi data objektif
6) Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk
difinisi arakteristiknya.
7) Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati diinstalasi.
8) Tuliskan secara jelas dan ringkas.
b. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
Sebagai bukti ukuran pencatatan perawat pernyataan diagnosa
keperawatan bahwa mengidentifikasi masalah aktual atau potensial
penyebab maupun tanda dan gejala-gejala sebagai indikasi perlu untuk
pelayanan perawatan, contoh :
1) Proses dan pencatatan diagnosa keperawatan dalam rencana dan
didalam catatan perkembangan.
2) Pemakaian format Problem, Etiologi untuk tiap masalah potensial.
3) Pengkajian data pada dokumen, semua faktor mayor untuk tiap
diagnosa
51

4) Dokumentasi dari pengkajian atau mengikuti dignosa keperawatan


yang tepat
5) Ulangi data salah satu informasi pengkajian perawatan, sebagi perawat
profesional dari kerjasama dengan staf pembuat diagnosa.
c. Dokumentasi Rencana Keperawatan
Dokumentasi intervensi mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi
terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang
melakukan intervensi.

1) Why : Harus dijelaskan alasan tindakan, dilaksanakan


dan data yang ada dari hasil dokumentasi
pengkajian dan diagnosa keperawatan

2) What : Ditulis secara jelas, ringkas dari


pengobatan/tindakan yang telah dilakuakan
3) When : Mengandung aspek penting dari dokumentasi
intervensi.
4) How : Tindakan dilaksanakan dalam pencatatan secara
detail
5) Who : Siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu
dituliskan pada dokumentasi serta tanda tangan
sebagai pertanggungjawaban.

d. Dokumentasi Evaluasi
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasi dalam catatan kemajuan,
direvisi dalam perencanaan perawatan atau dimasukkan pada ringkasan
khusus dan dalam pelaksanaan dalam bentuk perencanaan.
52

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta:


EGC
Sudiharto, 2007, Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan. Keperawatan
Transkultural, Jakarta:EGC.
Effendy, onong uchjana, 2004. Ilmu komunikasi teori & praktek. Bandung:remaja
rosdakarya
NANDA Internasional, 2012. Nursing diagnosis: definitions & clasifications 2012-2014.
Jakarta:EGC
Nursalam, 2013. Konsep dan penerapan metodologi Penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi. Tesis dan instrumen penelitian Keperawaatan. Jakarta:salemba medika
Hdayat A, 2007. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta:salemba medika
J C mccloskey, H. K. Grace, 1997. Isu terkini dalam keperawatan. Jakarta:EGC
E.M. Duvall, 1984. Marriage and family development. HarperCollins college div.
53

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A.Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
C.Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2
D.Manfaat Penelitian................................................................................................................. 3
E.Waktu dan Tempat ................................................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN TEORI .......................................................................................................... 5
A.Konsep Dasar Keluarga ......................................................................................................... 5
1.Pengertian ........................................................................................................................... 5
2. Tipe Keluarga ................................................................................................................... 5
3.Struktur Keluarga .............................................................................................................. 7
4.Tahap-tahap Perkembangan Keluarga................................................................................ 8
5.Fungsi Keluarga ............................................................................................................... 11
54

6.Peran Perawat Keluarga ................................................................................................... 11


7.Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ...................................................................... 13
B.KONSEP DASAR PASANGAN BARU MENIKAH...................................................... 15
1.Pengertian ......................................................................................................................... 15
2.Karakteristik Keluarga Baru menikah .............................................................................. 16
3.Peran Informal dan Formal .............................................................................................. 16
4.Tugas Tahap Perkembangan Keluarga dengan Pasangan Baru Menikah ........................ 16
5. Masalah Keperawatan Pada keluarga dengan Pasangan Baru ........................................ 20
6.Peran dan Fungsi Perawat ................................................................................................ 24
C.Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pasangan Baru Menikah................ 25
1.Pengkajian ........................................................................................................................ 25
2.Diagnosa Keperawatan ..................................................................................................... 31
3.Rencana Keperawatan Keluarga ...................................................................................... 36
4.Pelaksanaan Keperawatan ................................................................................................ 46
5.Evaluasi Keperawatan ...................................................................................................... 47

Anda mungkin juga menyukai