Tugas Mandiri PBL Blok 27
Tugas Mandiri PBL Blok 27
PENDAHULUAN
Sindrom Down sebenarnya sudah diketahui sejak tahun 1866 oleh Dr. Langdon Down
dari Inggris, tetapi baru pada awal tahun enam puluhan ditemukan diagnosisnya secara pasti,
yaitu dengan pemeriksaan kromosom. Dahulu nama penyakit ini dikenal dengan Mongoloid atau
Mongolism karena penderitanya mempunyai gejala klinik yang khas, yaitu wajahnya seperti
bangsa Mongol dengan mata yang sipit membujur ke atas. Tetapi setelah diketahui bahwa
penyakit ini terdapat pada seluruh bangsa di dunia dan adanya tuntutan dari pemerintah negara
Mongolia yang menganggap kurang etis terhadap pemberian nama tersebut, maka dianjurkan
untuk mengganti nama tersebut dengan Sindrom Down. Arti kata sindrom adalah kumpulan dari
gejala-gejala klinik, karena itu Sindrom Down adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala
Kelainan Sindrom Down terjadi karena kelebihan jumlah kromosom pada kromosom
nomor 21, yang seharusnya dua menjadi tiga. Kelainan kromosom itu bukan faktor keturunan.
Kelainan bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelainan fisik seperti kelainan jantung
kecerdasan dan psikomotor. Hingga kini, penyebab kelainan jumlah kromosom itu masih belum
dapat diketahui. Pada penderita Sindrom Down jumlah kromosom 21 tidak sepasang, tetapi 3
buah sehingga jumlah total kromosom menjadi 47. Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu
pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis latihan sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang
mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami
kelainan jantung.
SASARAN PEMBELAJARAN :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan
- Fisik :
o Lidah yang cenderung menjulur, fisura pada lidah, anak bernafas dengan mulut,
berliur, agenesis dan malformasi gigi
- Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium :
o Analisis Kromosom :
genetis tersebut antara lain adalah jumlah k-romosom yang abnormal, misalnya
sindrom Down (Trisomi 21). Ada tiga pola kromosom yang bisa mengakibatkan
mempunyai jumlah kromosom yang tidak normal. Sebanyak 95% sindrom Down
terpecah dalam proses pembelahan sel dan menempel pada kromosom yang lain.
memiliki jumlah kromosom yang normal dan sisanya memiliki trisomi 21.
o Pemeriksaan lainnya:
Trisomi 21 secara cepat, baik pada masa prenatal maupun masa neonatal.
fungsi kelenjar tiroid. Dilakukan segera setelah lahir dan berkala setiap
tahun.
o Amniosentesis.
Dilakukan saat usia kehamilan 14-18 minggu, lalu yang kedua dilakukan pada
dipandu alat USG untuk mengambil sampel cairan amnion (ketuban), sekitar
10-20 ml. Risiko keguguran saat melakukan tes ini sekitar satu persen, bahkan
kurang.
kelainan sistem tabung saraf. Hasil tes ini didapat dari tes
Pemeriksaan radiologi :
Pemeriksaan lainnya :
3. Diagnosis
Pada bayi baru lahir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran
wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan tambahan:
Sindrom Down
- Differensial Diagnosis :
Hipotiroid
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
GEJALA KLINIS
- Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu.
- Miksedema.
- Makroglosi.
- Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari).
- Letargi.
- Sukar minum.
Diagnosis dan pengobatan dini penting untuk mencegah mental yang permanen
pada penderita. Gejala pada anak - anak :
- Kulit kering.
- Miksedema.
Trisomi 13
Trismomi 18
Sindrom Down banyak dilahirkan oleh ibu berumur tua (resiko tinggi), ibu-ibu di atas 35
tahun harus waspada akan kemungkinan ini. Angka kejadian Sindrom Down meningkat jelas
pada wanita yang melahirkan anak setelah berusia 35 tahun ke atas. Sel telur wanita telah
dibentuk pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan yang akan dimatangkan satu per satu
setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik. Pada saat wanita menjadi tua, kondisi sel telur
tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel
benih ini mengalami pembelahan yang kurang sempurna. Penyebab timbulnya kelebihan
kromosom 21 bisa pula karena bawaan lahir dari ibu atau bapak yang mempunyai dua buah
kromosom 21, tetapi terletak tidak pada tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom
tersebut tidak membelah dengan sempurna. Faktor yang memegang peranan dalam terjadinya
1. Umur ibu : biasanya pada ibu berumur lebih dari 30 tahun, mungkin karena suatu
2. Kelainan kehamilan
3. Kelainan endokrin pada ibu : pada usia tua daopat terjadi infertilitas relative, kelainan
tiroid.
5. Patogenesis
Sekitar 92% anak yang mengalami sindrom Down mempunyai trisomi dengan kromosom
21 tambahan terdapat pada semua sel tubuh sehingga jumlah total kromosom 47. Kegagalan
kasus trisomi 21. Sekitar 5% anak mengalami translokasi yang melibatkan kromosom 21;
kromosom tambahan dilekatkan pada kromosom lain, paling sering kromosom akrosentik lain
(nomor kromosom 13,14, 15,21 atau 22), dan jumlah kromosom total adalah 46. Sebagian besar
kasus trisomi akibat dari translokasi menggambarkan kejadian baru. Namun, bila anak
ditemukan mempunyai trisomi karena translokasi, analisis kariotipe orang tua harus dilakukan;
analisis ini menunjukkan adanya orang tua dengan translokasi berimbang 20-40% waktu
pengujian. Jika orang tua mempunyai translokasi berimbang, anggota keluarga dekat lain harus
diperiksa untuk menentukan siapa yang mungkin berisiko untuk mempunyai anak yang terkena.
6. Manifestasi Klinik
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi mental
atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-
kadang IQ bisa sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan. Pada bayi baru lahir,
dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang
sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak
bayi. Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk menentukan diagnosisnya,
apalagi orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit atau kecil. Untuk memastikan diagnosis
perlu dilakukan pemeriksaan kromosom dari sel darah putih. Anak dengan sindrom down sangat
mirip satu dengan yang lainnya, seakan - akan kakak beradik. Retardasi mental sangat menonjol
disamping juga terdapat retardasi jasmani. Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot
berbicara dengan kalimat-kalimat yang sederhana, biasanya sangat tertarik pada musik dan
kelihatan sangat gembira. Wajah anak sangat khas. Kepala agak kecil dengan daerah oksipital
yang mendatar. Mukanya lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan, serta
sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol). Iris mata menunjukkan bercak-bercak
( bronsfield spots ). Lipatan epikantus jelas sekali. Telinga agak aneh, bibir tebal, dan lidah besar,
kasar dan bercelah-celah (scrotal tongue). Pertumbuhan gigi geligi sangat terganggu. Kulit halus
dan longgar tetapi warnanya normal. Dileher terdapat lipatan-lipatan yang berlebihan. Pada jari
tangan terdapat kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam. Pada pemeriksaan
radiologis sering ditemukan falang tengah dan distal rudimenter. Jarak antara jari satu dan dua,
baik tangan maupun kaki agak besar. Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu
terdapat satu garis besar melintang (siniam crease ). Alat kelamin biasanya kecil, otot hipotonik
dan pergerakan sendi berlebihan. Kelainan jantung bawaan, seperti defek septum ventrikel sering
ditemukan. Penyakit infeksi terutama saluran pernafasan sering mengenai anak dengan kelainan
ini. Angka kejadian leukemia tinggi. Pertumbuhan pada masa bayi kadang-kadang baik, tetapi
Sindrom Down banyak dilahirkan oleh ibu berumur tua, ibu-ibu di atas 35 tahun harus waspada
akan kemungkinan ini. Angka kejadian Sindrom Down meningkat jelas pada wanita yang
melahirkan anak setelah berusia 35 tahun ke atas. Sel telur wanita telah dibentuk pada saat
wanita tersebut masih dalam kandungan yang akan dimatangkan satu per satu setiap bulan pada
saat wanita tersebut akil balik. Karena itu, pada saat wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut
kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini
7. Penatalaksanaan
yang dibawa dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya kelemahan
otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk
bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air,
walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa. Bahkan, beberapa peneliti mengatakan,
dengan latihan bisa menaikkan IQ sampai 90. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa anak-
anak penderita Sindrom Down yang diberi latihan dini akan meningkat intelegensianya 20%
lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat mereka mulai mengikuti sekolah formal. Latihan ini
harus dilestarikan, walaupun anak sudah dewasa. Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu
pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis latihan/sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang
mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami
kelainan jantung. Di negara-negara maju pemeriksaan kromosom dapat dilakukan sebelum bayi
lahir. Bila seorang ibu dicurigai akan melahirkan bayi dengan Sindrom Down dilakukan
pengambilan cairan ketuban atau sedikit bagian dari ari-ari (plasenta) untuk diperiksa
kromosomnya. Ada juga pemeriksaan pada ibu hamil yang tidak dengan tindakan, yaitu hanya
pemeriksaan ultrasonografi (USG), serum darah tertentu, dan hormon saja telah bisa menduga
adanya bayi Sindrom Down dalam kandungan. Sayangnya, pemeriksaan-pemeriksaan ini masih
cukup mahal untuk ukuran Indonesia. Tujuan pemeriksaan dalam kandungan adalah bila
ternyata calon bayi tersebut akan menderita penyakit ini, biasanya disepakati bersama untuk
Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang
kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang
memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus
serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti
b. Taman Bermain
Misalnya dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan
itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik
8. Pencegahan
1. Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat
2. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga
Para ibu dianjurkan untuk tidak hamil setelah usia 35 tahun. Memang ini merupakan suatu
problem tersendiri dengan majunya zaman yang wanita cenderung mengutamakan karier
sehingga menunda perkawinan dan atau kehamilan. Sangatlah bijaksana bila informasi ini
anak yang cacat karena mungkin wanita tersebut memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu
untuk mencari penyebabnya. Bila sudah terjadi kehamilan pencegahan bisa dilakukan dengan
pemeriksaan darah dan atau kromosom dari cairan ketuban atau ari-ari seperti telah disebutkan.
9. Epidemilogi
Andri Yogie Putra/102007129 Page 15
Trisomi 21 terjadi pada semua daerah di dunia dan pada semua kelompok ras.
Prevalensinya adalah 1 dalam 700 kelahiran hidup. Insidensi ini dan aneuploidi kromosom lain
meningkat seiring dengan meningkatnya usia ibu; insidensi-nya adalah 1:2.000 pada usia 20
tahun dan 2-5% sesudah usia 40 tahun. Pada banyak konsepsi, trisomi 21 menyebabkan aborsi
spontan. Pada kehamilan 20 minggu, janin dengan trisomi 21 hanya mempunyai sedikit temuan-
temuan fenotip yang mendukung diagnosis; namun pada bayi cukup bulan, kebanyakan bayi
10. Prognosis
Biasanya bertahan sampai usia 30 - 40 tahun. Perkembangan fisik & mental terganggu,
ditemukan berbagai kelainan fisik. Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot dan
biasanya ditemukan kelainan jantung bawaan, seperti defek septum ventrikel yang memperburuk
prognosis. Anak-anak dengan sindroma Down memiliki resiko tinggi untuk menderita kelainan
jantung dan leukemia. Jika terdapat kedua penyakit tersebut, maka angka harapan
hidupnya berkurang; jika kedua penyakit tersebut tidak ditemukan, maka anak bisa
- Gangguan tiroid
2. Sylvia, A , Prince, Lorraine , et. al. Patofisiologi. 6th ed, vol. 1. Jakarta : EGC ; 2006
3. Behrman, Ricard E, Kliegman, Robert M. Nelson Esensi Pediatri. Ed 4. Jakarta : EGC ; 2010
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. 3rd ed.
Jakarta: FKUI; 2009