Anda di halaman 1dari 16

Muslim.Or.

Id

AQIDAH

Akidah Trinitas, Hakikatnya Dan Bukti Kekeliruannya

Yulian Purnama 23 December 2017 No comments

Akidah Trinitas, Hakikatnya Dan Bukti Kekeliruannya

Syaikh Dr. Khalid bin Abdillah bin Abdil Aziz Al Qasim

‫هل وأن محمددا عبده ورسوله‬،‫هل وأشهد أن ل إله إل ا وحده ل شريك له‬،‫الحمد ل‬

Amma ba’du,

Yang pertama kali mesti kita lakukan adalah mendefinisikan trinitas yang diimani oleh kaum Nasrani.
Karena mereka pun berselisih dalam banyak pendapat mengenai definisi trinitas itu sendiri. Yang akan
kami paparkan adalah definisi yang disepakati oleh mayoritas Nasrani. Bahkan ini adalah akidah yang
mereka sepakati dalam Konsili Nicea pertama tahun 325 Masehi. Dan ini adalah teks yang paling tegas
yang mereka tetapkan serta menjadi rujukan utama mereka dalam menjelaskan kitab-kitab suci mereka
dan perkataan-perkataan Nabi mereka.

Berikut ini adalah pernyataan dalam Konsili Nicea:

“Aku percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, semua kelihatan dan
yang tak kelihatan.

Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah Yang Tunggal, lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala
zaman. Allah dari Allah, Terang dari Terang. Allah Yang Sejati dari Allah Yang Sejati, diperanakkan, bukan
dibuat; sehakikat dengan Sang Bapa, yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat.
Ia telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita; dan menjadi daging oleh Roh
Kudus dari anak dara Maria; dan menjadi manusia.

Ia disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus; menderita dan dikuburkan; yang bangkit
pada hari ketiga, sesuai dengan isi kitab-kitab, dan naik ke sorga.

Ia duduk di sebelah kanan Sang Bapa dan akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi
orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan yang menguasai dan menghidupkan, yang keluar dari Sang Bapa
dan Sang Anak, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan; yang
telah berfirman dengan perantaraan para nabi”.

Maka dari sini kita lihat bahwa mayoritas Nasrani, dari Katolik, Ortodoks dan Protestan, dan mayoritas
gereja di timur dan di barat, beriman bahwa Tuhan itu satu namun terdiri dari tiga pribadi (hipostasis).
Sebagaimana akidah kaum Nasrani terdahulu. Sesembahan mereka memiliki tiga bagian, yaitu tiga dzat
yang terpisah namun hakikatnya satu menurut mereka. Yaitu: Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruh Kudus.

Dari sini maka kita katakan:

Pertama:

Akidah ini merupakan bid’ah (sesuatu yang diada-adakan dalam agama) yang besar, yang dibuat oleh
mereka. Akidah ini tidak dikenal dalam agama samawi manapun. Juga tidak dikenal oleh para Nabi Allah
terdahulu, padahal Nabi-Nabi ini dikenal oleh Yahudi dan Nasrani. Seperti: Nuh, Ibrahim, Luth, Ishaq,
Ya’qub ‘alahissalam. Bahkan juga tidak dikenal oleh para Nabi Bani Israil yang telah sampai kabarnya
kepada kaum Nasrani. Seperti Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Daud dan Sulaiman ‘alaihissalam.

Keyakinan ini juga tidak terdapat dalam kitab-kitab Perjanjian Lama yang diimani oleh kaum Nasrani yang
juga memuat kabar-kabar tentang para Nabi dan dakwah mereka. Tidak terdapat di sana bahwa mereka
mendakwahkan akidah trinitas, atau mengucapkan kata-kata trinitas atau yang semakna dengannya.
Bahkan mutawatir (sangat banyak kabarnya) bahwa mereka mendakwahkan akidah yang didakwahkan
oleh para Nabi sejak Nuh sampai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Yaitu mendakwahkan untuk
menyembah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya. Ini pun terdapat dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama milik Yahudi dan Nasrani.

Diantaranya:

Firman Allah kepada Ibrahim ‘alahissalam dalam Perjanjian Lama, Kitab Kejadian (17:7): “Aku akan
mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian
yang kekal, supaya Aku menjadi Allah-mu dan Allah keturunanmu”

Firman Allah kepada Nabi Musa ‘alaihissalam di bukit Thursina, sebagaimana dalam Perjanjian Lama,
Kitab Keluaran (3:15): “Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada
orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah
mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun”

Dalam Kitab Keluaran (4:5), firman Allah kepada Musa: “supaya mereka percaya, bahwa TUHAN, Allah
nenek moyang mereka, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu”

Dalam Kitab Yesaya (44:6): “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam:
“Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku”

Salah satu Nabi mereka, Hezekiah, juga berkata sebagaimana dalam Kitab Yesaya (37:16): “Hanya Engkau
sendirilah Allah”

Maka meyakini akidah trinitas berkonsekuensi meyakini bahwa para Nabi dan Rasul ini sesat dan
menyesatkan pemahamannya terhadap ilah mereka, terhadap Rabb mereka dan Pencipta mereka. Dan
kaum Nasrani yang didakwahkan para Nabi tersebut baru tercerahkan pada abad ke 4 Masehi!

Kedua

Akidah trinitas bertentangan dengan agama Isa Al Masih ‘alaihissalam. Beliau tidak pernah menyatakan
mengenai penyembahan kepada Tuhan yang terdiri dari tiga hipostasis. Bahkan Isa mengingkari trinitas
sebagaimana terdapat dalam Injil, dan Injil adalah sumber akidah kaum Nasrani.

Dalam Encyclopedia of European Social History dalam bahasa Perancis disebutkan tentang akidah
trinitas:
“Akidah ini tidak ada dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, juga tidak ada dalam amalan para Bapa Rasuli
dan juga para murid dekat mereka. Namun gereja Katolik dan satu sekte dalam aliran Protestan mereka
menyatakan bahwa akidah trinitas itu diterima oleh semua kaum Nasrani di setiap zaman”.

Juga terdapat dalam Bustani’s Encyclopedia (19/28): “Kata-kata ‘tiga yang satu‘ tidak ada dalam kitab-
kitab suci. Adapun yang menjadi dalil bagi kaum Nasrani dari Injil adalah perkataan Isa Al Masih
‘alaihissalam: “Manusia berpegang pada nama Bapa, nama Anak, dan Ruh Kudus” (Matius, 28:19).

Maka di sini perlu diperhatikan dua hal:

Perlu dibuktikan validitas perkataan Isa Al Masih tersebut. Dan perkataan ini tidak terdapat dalam semua
Injil. Telah kita ketahui bersama bahwa Injil mengalami banyak perbedaan dan pengubahan, bahkan
kehilangan banyak teks aslinya. Karena Injil ditulis dengan bahasa Aramaic, dan injil ini sudah hilang. Injil
yang ada adalah dengan bahasa Yunani menurut pengakuan kaum Nasrani.

Kita wajib menafsirkan perkataan Isa Al Masih (jika valid), atau perkataan-perkataan lain yang samar,
dengan membawanya kepada ayat-ayat yang tegas. Yaitu ayat-ayat yang mengajak untuk menyembah
Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Sebagaimana yang ada dalam Yohannes (17:3)
mengenai perkataan Isa ‘alaihissalam ketika berbicara kepada Allah dalam keadaan kepalanya melihat ke
langit. Isa Al Masih mengatakan: “Inilah hidup yang kekal sehingga mereka mengenal Anda, satu-satunya
Allah yang benar dan Al Masih yang telah Engkau utus“

Ketiga:

Kata-kata “hipostasis”, yang merupakan inti dari akidah trinitas, juga tidak terdapat dalam Injil. Bahkan
juga tidak terdapat dalam kitab-kitab para Nabi mereka. Juga tidak ada dalam perkataan para Hawariyyin
(Bapa Rasuli) mereka. Bahkan juga tidak terdapat dalam statement-statement akidah mereka yang
mereka ada-adakan dahulu. Kata-kata “hipostasis” baru muncul setelah masa-masa itu.

Keempat:

Lafadz “anak Allah” yang ada dalam sebagian ayat Injil semestinya dikembalikan kepada perkataan Isa Al
Masih ‘alaihissalam. Dan juga dikembalikan kepada kitab-kitab samawi yang lain, yang disana “anak
Allah” dimaknai sebagai perlindungan dan kecintaan. Dan “perlindungan dan kecintaan” ini tidak khusus
terdapat dalam diri Isa Al Masih saja. Bahkan di Perjanjian Lama yang diimani oleh kaum Nasrani, Allah
berfirman kepada Daud ‘alaihissalam: “Engkau adalah anak-Ku. Hari ini, Aku telah memperanakkanmu.
Mintalah kepada-Ku, dan Aku akan memberikan bangsa-bangsa kepadamu sebagai warisanmu”
(Mazmur, 2:7-8). Bahkan Al Masih mengatakan: “Diberkatilah mereka yang membawa damai sebab
mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius, 5:9). Beliau juga mengatakan: “Anak-anak Allah adalah
orang-orang yang beriman dengan nama-Nya” (Yohannes, 1:38).

Kelima:

Konteks dari pernyataan Isa Al Masih ‘Manusia berpegang pada nama Bapa, nama Anak, dan Ruh Kudus‘
maksudnya adalah pembaptisan, bukan maknanya penyembahan namun tabarruk dan bersumpah
dengan nama mereka.

Sebagaimana makna “Bapa” maknanya adalah dzat yang mencintai dan memelihara. Terdapat dalam
kitab Yohannes (20:17): “pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakan kepada mereka, ‘Aku akan
pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu“.

Bahkan sifat “anak Tuhan” ini dalam Pernjanjian Lama disematkan kepada semua anak Adam.
Sebagaimana dalam kitab Kejadian bab ke 6, di bagian awalnya. Ketika berbicara tentang manusia
setelah Adam: “(1) Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi
mereka lahir anak-anak perempuan, (2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan
manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa
saja yang disukai mereka“.

Juga dalam kitab Yesaya (64:8), perkataan Yesaya: “Ya Tuhan, engkau adalah Bapa kami“.

Dan Injil juga dipenuhi dengan berbagai pernyataan bahwa Isa ‘alaihissalam adalah anak manusia, ini ada
di puluhan tempat, diantaranya: Lukas (17:22), Lukas (18:8), Markus (2: 28), Matius (12:33), Matius
(18:21), Yohanes (19:27).

Sebagaimana perkataan Isa Al Masih kepada orang orang yang ingin membunuhnya: “kamu berusaha
membunuh Aku; Aku, seorang manusia yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang
Kudengar dari Allah” (Yohanes, 8:40). Kemudian beliau berkata: “Bapa kami satu, yaitu Allah” (Yohanes,
8:41). Bahkan ketika ada yang mengatakan kepada Isa bahwa ia adalah anak Allah, maka di akhir
jawabannya Isa ia mengatakan bahwa ia anak manusia semata (Yohanes, 1:49-50). Dan makna perkataan
“Rabbi” jika disematkan kepada Isa Al Masih, maka maknanya adalah “wahai guru”. Sebagaimana
terdapat dalam Yohannes (1:38). Demikianlah, ayat yang muhkam (tegas) menafsirkan yang mutasyabih
(samar).

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingkari bahwa Allah memiliki anak, dalam firman-Nya:

َ‫ض قوتقجخقر احلججقباَلل هق ددا * قأن قدقعحوا جللِترححقمجن قولقددا * قوقما‬


‫ق القحر ل‬
‫ت يقتقفقطتحرقن جمحنهل قوقتنقش ق‬
‫قوققاَللوا اتتقخقذ الترححقملن قولقددا * لقققحد ججحئتلحم قشحيدئاَ إج ددا * تققكاَلد التسقماَقوا ل‬
‫قينبقجغيِ جللِترححقمجن قأن يقتتجخقذ قولقددا‬

“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu
telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan
itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah
mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak” (QS.
Maryam: 88-92).

Klaim adanya anak bagi Allah adalah bentuk tahrif (penyelewengan perkataan) dari para Nabi. Karena
Allah Ta’ala telah mengingkari bahwa para Nabi berkata demikian:

‫ك‬‫ب قمن يققشاَء قوجدلج لمحلِ ل‬ ‫اج قوأقجحتباَلؤهل قلحل فقلِجقم يلقعذذبللكم بجلذلنوبجلكم بقحل قأنلتم بققشرَر ذمتمحن قخلِق ق‬
‫ق يقحغفجلر لجقمن يققشاَء قويلقعذذ ل‬ ‫صاَقرىَ نقححلن أقحبقناَء د‬
‫ت احليقلهولد قوالنت ق‬
‫قوققاَلق ج‬
‫صيلر‬‫ض قوقماَ بقحينقهلقماَ قوإجلقحيجه احلقم ج‬‫ت قوالقحر ج‬ ‫التسقماَقوا ج‬

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan:”Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-
Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah anak-
anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang
diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada
Allah-lah kembali (segala sesuatu)” (QS. Al Maidah: 18).
Adapun bahwasanya terdapat ruh Allah dalam diri Isa Al Masih, maka terdapat ayat juga dalam Injil
bahwa dalam diri Yusuf terdapat ruh Allah, sebagaimana terdapat dalam Perjanjian Lama kitab Kejadian
(41:38).

Keenam:

Akidah trinitas bertentangan dengan akal dan bertentangan dengan kesempurnaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Kalau ditanyakan kepada mereka: “apakah Tuhan kalian itu diri dari tiga bagian?”.

Kalau mereka menjawab: “Ya benar, Tuhan kami menyatakan dirinya terdiri dari beberapa bagian dan
masing-masing bagiannya saling membutuhkan kepada yang lainnya”. Maka ini jelas bertentangan
dengan akal dan bertentangan dengan kesempurnaan Tuhan.

Kalau mereka menjawab: “Allah itu satu tapi tiga”, sebagaimana keyakinan kebanyakan mereka dan
keyakinan mereka ini juga disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an, maka kita jawab: “Berarti kalian
menyatakan bahwa Tuhan kalian itu bukan Allah semata, namun ada Tuhan yang lain. Dan inilah inti
kesyirikan yang bertentangan dengan pernyataan kalian sendiri bahwa kalian menyembah Tuhan yang
Esa”.

Kalau mereka menjawab: “Tuhan kami terdiri dari tiga pribadi (hipostasis) yang menyatu menjadi satu”.
Maka kita jawab: “bagaimana keadaan Tuhan sebelum adanya penyatuan ini? Apakah Ia dalam keadaan
kekurangan dan butuh pada penyatuan? Ataukah Ia sudah sempurna andaikan tidak terjadi penyatuan?”.

Ketujuh:

Dalam akidah trinitas terdapat kontradiksi dan pertentangan. Karena mereka berkeyakinan bahwa Tuhan
itu satu namun mereka juga mengatakan: “kami beriman kepada Tuhan yang Esa, yaitu Tuhan Bapa,
Tuhan Anak dan Ruh Kudus”.
Jika mereka mengatakan: “Tiga hal ini adalah sifat bagi Tuhan yang Esa”, sebagaimana perkataan
sebagian mereka dalam perdebatan. Maka kita katakan: “Tiga hal ini adalah dzat yang terpisah
sebagaimana telah jelas dalam teks-teks akidah mereka, dan ini juga sudah menjadi pengetahuan semua
orang”.

Demikian juga sifat Allah itu tidak terbatas pada tiga saja, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu Maha
Sempurna, memiliki sifat-sifat yang lebih tinggi dari tiga sifat tersebut (andaikan dianggap sebagai sifat),
seperti sifat Al Ilmu (Maha Mengetahui), Ar Rahmah (Maha Penyayang), dan sifat-sifat yang lainnya.

Kedelapan:

Mengenai akidah al hulul. Yaitu keyakinan menitisnya Tuhan kepada makhluknya, mereka mengatakan
inilah yang terjadi pada Isa Al Masih. Karena ia terdiri dari lahut (sisi ketuhanan) dan nasut (sisi
manusiawi). Keyakinan al hulul ini merupakan sesuatu yang mereka sepakati dan merupakan bagian dari
iman mereka. Padahal keyakinan ini memiliki landasan akal maupul naql (dalil). Yang Maha Pencipta
tidak mungkin bercampur dengan makhluk. Dan tidak mungkin bersatu sebagaimana ini mudah
dipahami oleh akal yang jernih. Oleh karena itu tidak ada Nabi yang mengatakan bahwa Allah bersatu
dengan salah satu makhluk-Nya. Dengan demikian, tidaklah shahih apa yang ada dalam Injil perkataan
sebagai berikut: “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang
Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku,
Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yohanes, 14:10). Juga tidak shahih perkataan Al Masih: “Aku dan
Bapa adalah satu” (Yohanes, 10:30).

Karena jika demikian, berarti Isa menitis juga pada diri murid-muridnya. Sebab dikatakan dalam Injil di
bab yang sama: “Aku dalam diri Bapaku, dan kalian dalam diriku, dan aku dalam diri kalian“.

Oleh karena itu wajib untuk menafsirkan perkataan “dalam diriku” dan perkataan “bersamaku” dalam
Injil, dan yang paling layak menafsirkannya adalah Al Masih sendiri. Dan mereka (kaum Nasrani) pun
tidak pernah mengatakan bahwa Al Masih menitis pada diri murid-muridnya, sebagaimana yang bisa
dipahami dalam ayat di atas. Maka tafsir perkataan “dalam diriku” ini dikembalikan kepada ayat-ayat
yang muhkam, dan puluhan ayat telah menegaskan bahwa Al Masih adalah manusia biasa.
Diantaranya dalam Injil Lukas (24:9) dengan teks yang sangat tegas: “Jesus dari Nazareth, adalah seorang
manusia yang merupakan Nabi”. Dan makna dari “Aku dan Bapa adalah satu” adalah sebagaimana dari Al
Qur’an:

‫تمحن يلجطجع الترلسوقل فقققحد أق ق‬


‫طاَقع د‬
‫اق‬

“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah” (QS. An Nisa: 80).

Dan firman-Nya:

‫ك إجنتقماَ يلقباَيجلعوقن ت‬
‫ا‬ ‫إجتن التجذيقن يلقباَيجلعونق ق‬

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada
Allah” (QS. Al Fath: 10).

Dan semisal dengan yang terdapat dalam hadits Qudsi:

‫هل وبصره الذي يبصر به‬،‫فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به‬

“Jika Aku mencintai seorang hamba, maka Aku adalah pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar. Dan Aku adalah penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat” (HR. Bukhari no. 6502).

Maksudnya dengan cahaya dan petunjuk dari Allah.

Kesembilan:

Kaum Nasrani itu berselisih pendapat dan saling kontradiktif tentang hakikat Rabb mereka yang mereka
jadikan tiga bagian tersebut. Kita dapati sekte Nestorian mengatakan: “Tuhan itu tidak dilahirkan, tidak
disalib, dan Maryam tidak melahirkan Tuhan, melainkan hanya manusia biasa. Tidak ada lahut dalam
dirinya”. Walaupun sekte-sekte Nasrani yang lain mengkafirkan sekte ini dan melaknatnya dalam Konsili
Ephesus tahun 431M.

Kita juga mendapati sekte Gereja Timur Mesir mengatakan: “Al Masih memiliki satu sifat saja (manusia),
namun daging dan darahnya adalah Tuhan”. Karena sebab inilah diadakan konsili Khalkedon tahun 451M,
untuk menetapkan bahwa Al Masih memiliki dua sifat (lahut dan nasut). Maka sekte Gereja Timur Mesir
memisahkan diri dari hal ini.

Adapun sekte Maronit di Libanon mereka mengatakan: “Al Masih memiliki dua sifat namun kehendaknya
hanya satu”. Sehingga diadakanlah konsili Konstantinopel tahun 680M untuk mengkafirkan mereka
(Maronit).

Sektre Ya’kubiyah di Irak mengatakan: “Al Masih memiliki satu sifat yang menggabungkan antara lahut
dan nasut”. Ini menyelisihi sekte-sekte lainnya. Dan di abad ke-9 Masehi terdapat perselisihan antara
kaum Nasrani mengenai Ruh Kudus, yang merupakan pribadi yang ketiga dari trinitas. Sekte Gereja Timur
mengatakan Ruh Kudus ini muncul dari Tuhan Bapa. Sedangkan sekte Gereja Barat mengatakan Ruh
Kudus itu muncul dari Tuhan Bapa dan Tuhan Anak. Kemudian mereka memisahkan diri, dan ini dalam
konsili Konstantinopel tahun 879M.

Sekte Gereja Ortodoks Timur mengatakan: “Tiga pribadi (hepostasis) adalah tahapan ketika Tuhan
berpaling kepada manusia”. Sedangkan Sekte Gereja Ortodoks Barat mengatakan: “Tiga pribadi
(hepostasis) adalah tiga dzat yang berbeda”.

Allah Subhanahu wa Ta’ala membantah semua pendapat ini dengan bantahan yang telak:

‫اق هلقو احلقمجسيلح احبلن قمحريققم‬


‫لقققحد قكفققر التجذيقن ققاَللوحا إجتن د‬

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra
Maryam”” (QS. Al Maidah: 72).
Dan bantahan yang kedua:

‫لتققحد قكفققر التجذيقن ققاَللوحا إجتن د‬


‫اق قثاَلج ل‬
‫ث ثقلقثقةة‬

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga””
(QS. Al Maidah: 73).

Kita juga dapati sekte Remtain yang menyembah Al Masih dan ibunya. Maka Allah Ta’ala membantahnya
dengan firman-Nya:

‫ت جمن ققحبلِججه القرلسلل قوألقمهل ج‬


‫صذديققة‬ ‫تماَ احلقمجسيلح احبلن قمحريققم إجلت قرلسورَل ققحد قخلِق ح‬

“Al Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa
rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar” (QS. Al Maidah: 75).

Demikian, jelaslah bahwa akidah trinitas itu secara gamblang telah menyimpang dari ajarannya para
Nabi, bertentangan dengan fitrah, bertentangan dengan kesempurnaan Rabb, dan bertentangan dengan
akal. Bahkan Al Masih tidak pernah menegaskan akidah ini, bahkan yang ia tegaskan adalah sebaliknya.

Sebagaimana juga kaum Nasrani saling kontradiksi dan berselisihi dalam hal ini, sampai-sampai
dikatakan: “kaum Nasrani sebenarnya tidak tahu apa makna dari trinitas itu sendiri”. Ini karena trinitas
itu hakikatnya tidak ada, hanya sekedar istilah yang mereka buat-buat, yang tidak pernah Allah turunkan
dalil tentangnya.

‫هل وصلِى ا وسلِم علِى نبيناَ محمد وعلِى آله وصحبه أجمعين‬،‫وفق ا الجميع لماَ يحبه ويرضاَه‬

Rujukan:

Al Qur’anul Karim
Kitab-kitab tafsir Al Qur’an

Injil Perjanjian Lama

Injil Perjanjian Baru

Al Milal wan Nihal, karya Asy Syahrastani

Ar Radd Al Jamil ‘ala Ilahiyati Isa bi Sharihil Injil, karya Al Ghazali

Al Fashl fil Ahwa wal Milal wan Nihal, karya Ibnu Hazm Al Andalusi

Al Jawabus Shahih liman Baddala Dinal Masih, karya Ibnu Taimiyah

Hidayatul Hayari fi Ajwibatil Yahudi wan Nasrani, karya Ibnul Qayyim

Da’iratul Ma’arif (Ensiklopedia Al Bustani), karya Butrus Al Bustani

Da’iratul Ma’arif Al Qarnil Isyrin (Ensiklopedia Abad 20), karya Farid Wajdi

Izharul Haq, karya Rahmatullah Al Hindi

Al Mausu’ah Al Muyassarah lil Adyan wal Madzahib Al Mu’asharah, karya An Nadwah Al Alamiyah lisy
Syabab Al Islami

Sumber: http://www.alukah.net/sharia/0/18834/

Penerjemah: Yulian Purnama

Print Friendly, PDF & Email

TOPICS: AQIDAH, AQIDAH ISLAM, KONSEP TRINITAS, TRINITAS

Travel Haji dan Umrah

PREVIOUS

Ijma’ Ulama: Larangan Mengucapkan “Selamat” Pada Hari Raya Non-Muslim

NEXT

Jangan Suka Memprovokasi Sesama Muslim


App Muslim.or.id

ABOUT AUTHOR

Yulian Purnama

Alumni Ma’had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web Muslim.or.id dan
Muslimah.or.id

View all posts by Yulian Purnama »

ARTIKEL TERKAIT

Keimanan terhadap Al-Mizan (04)

7 January 2018

Al-Hadi (Yang Memberi Petunjuk) bag. 3

6 January 2018

Keimanan terhadap Al-Mizan (03)

5 January 2018

Menjawab Pertanyaan “Di manakah Allah?”

3 January 2018
Keimanan terhadap Al-Mizan (02)

1 January 2018

Larangan Merayakan Hari Nairuz, Hari Tahun Baru Non-Muslim

30 December 2017

Keimanan terhadap Al-Mizan (01)

30 December 2017

Al-Hadi (Yang Memberi Petunjuk) bag. 2

29 December 2017

Al-Hadi (Yang Memberi Petunjuk) bag. 1

28 December 2017

Istiqamah di atas Tauhid

25 December 2017

5 ARTIKEL TERBARU
Menjadi Teladan yang Menginspirasi

Keimanan terhadap Al-Mizan (04)

Al-Hadi (Yang Memberi Petunjuk) bag. 3

Keimanan terhadap Al-Mizan (03)

Nasehat Syaikh Ibnu Al Utsaimin Tentang Palestina

CARI TENTANG APA?

MUSLIM.OR.ID

Tentang Kami

Konstributor

Donasi Dakwah

Pasang Iklan

YPIA.OR.ID

Tentang YPIA

Program YPIA

Donasi Dakwah

Kontak Kami

ALAMAT KAMI

Pogung Rejo No. 412, RT 13/RW 51, kelurahan Sinduadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, kode pos:
55284

Kontak: +62 857-4952-5735

E-mail: muslim.or.id[at]gmail.com
Copyright 2018 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai