Anda di halaman 1dari 26

REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita skizofrenia, dan
merupakan “perawat utama” bagi penderita skizofrenia. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah.
Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah
yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran
serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh
dapat dicegah. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor
penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia adalah kurangnya peran
serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita
penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu
cara menangani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses
keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit, dan
tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga (Anna K, dalam
Nurdiana, 2007). Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian
tanpa bantuan orang lain.1
Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan social (pergaulan,
pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu,
rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang
lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun
berat. Pada saat menghadapi masalah seseorang akan mencari dukungan sosial dari
orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan di
cintai. Contoh nyata yang paling sering dilihat dan dialami adalah bila ada seseorang
yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-
teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang
sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial. Dukungan sosial (social support)
didefenisikan oleh Kuntjoro (2005) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran,

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 1


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subjek di lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang
dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku
penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.1
Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (Kuntjoro, 2005) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan
yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial
sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan
sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun
kelompok. Menurut Eli, dkk (2008) dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber
daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat penderita
skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya
karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal. Dengan
dukungan keluarga yang seimbang bagi penderita skizofrenia diharapkan baginya
agar dapat meningkatkan keinginan untuk sembuh dan memperkecil
kekambuhannya.1

I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan referat ini ialah
 Untuk mengetahui peran keluarga dalam penanganan pasien
skizofrenia
 Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa RSPAD Gatot Soebroto
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus diantaranya ialah:
a. Bagi orangtua penderita skizofrenia, referat ini diharapkan dapat
menambah pegetahuan dan informasi dalam rangka untuk

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 2


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

memberikan dukungan pada keluarga yang terkena penyakit


skizofrenia
b. Bagi tenaga medis di RS, referat ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang dukungan sosial yang diperlukan pada penderita
skizofrenia, sehingga tenaga medis di RS dapat memberikan
masukan pada keluarga penderita skizofrenia tentang peran
dukungan keluarga seperti apa yang harus keluarga berikan untuk
membantu kesembuhan penderita skizofrenia.
c. Bagi masyarakat, referat ini dapat memberikan informasi pada
masyarakat mengenai peran dukungan keluarga yang seperti apa
yang bisa membantu kesembuhan pada penderita skizofrenia.
d. Bagi Pembaca, referat ini diharapkan memberikan informasi
kepada pembaca tentang peran dukungan keluarga pada
penanganan penderita skizofrenia.

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 3


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti


“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi
pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum,
simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif,
simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.2

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan


karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.3

Secara umum penyebab dari skizofrenia adalah :4

1. Genetik

Penelitian klasik awal tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan pada

tahun 1930an, menemukan bahwa seseorang kemungkinan menderita

skizofrenia jika anggota keluarganya juga menderita skizofrenia dan

kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah berhubungan dengan

dekatnya hubungan persaudaraan tersebut. Dalam kasus kembar monozigot

genetik yang identik, ada sekitar 50 persen skizofrenia. Temuan tersebut

menyatakan bahwa pengaruh genetic melebihi pengaruh lingkungan. Dalam

studi pasien skizofrenia yang tidak memiliki riwayat penyakit baik dalam garis

ibu atau ayah, ditemukan bahwa mereka yang lahir dari ayah lebih tua dari

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 4


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

usia 60 tahun rentan gangguan tersebut. Agaknya, spermatogenesis pada pria

yang lebih tua dikenakan untuk kerusakan epigenetik lebih besar dari pada

pria yang lebih muda.

Modus penularan genetik dalam skizofrenia tidak diketahui, tetapi

beberapa gen muncul untuk memberikan kontribusi terhadap kerentanan

skizofrenia. Linkage dan studi hubungan genetik telah memberikan bukti kuat

untuk sembilan situs linkage: 1Q, 5Q, 6p, 6Q, 8P, 10P, 13q, 15q, dan 22q.

Analisis lebih lanjut dari situs ini kromosom telah menyebabkan identifikasi

gen kandidat tertentu, dan para kandidat terbaik saat ini adalah alpha-7

nicotinic reseptor, DISC 1, GRM 3, COMT, NRG 1, RGS 4, dan G 72. Baru-

baru ini, mutasi dari gen dystrobrevin (DTNBP1) dan neureglin 1 telah

ditemukan berhubungan dengan fitur negatif dari skizofrenia.

2. Faktor Biokimia

a. Hipotesis Dopamin

Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamine untuk

skizofrenia menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu

banyaknya aktivitas dopaminergic. Teori tersebut timbul dari dua

pengamatan. Pertama, kecuali clozapine, khasiat dan potensi antipsikotik

adalah berhubungan dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis

reseptor dopaminergic tipe-2 (D2). Kedua, obat-obatan yang meningkatkan

aktivitas dopaminergic, yang peling jelas adalah amfetamin, yang

merupakan salah satu psikomimetik. Teori dasar tidak menguraikan apakah

hiperaktivitas dopaminergik karena terlalu banyak dopamin, terlalu banyak

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 5


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

reseptor dopamin, hipersensitivitas dari reseptor dopamin untuk dopamin,

atau kombinasi dari mekanisme ini. Tracts dopamin di otak yang dilibatkan

juga tidak ditentukan dalam teori, meskipun saluran mesocortical dan

mesolimbic yang paling sering terlibat. Neuron dopaminergik dalam jalur

tersebut berjalan dari badan sel mereka di otak tengah untuk neuron

dopaminoceptive dalam sistem limbik dan korteks serebral. Pelepasan

dopamin berlebihan pada pasien dengan skizofrenia telah dikaitkan dengan

tingkat keparahan gejala psikotik positif. Ada juga laporan konsentrasi

dopamin meningkat pada amigdala, penurunan densitas transporter

dopamin, dan meningkatkan jumlah jenis dopamin 4 reseptor di korteks

entorhinal.

Satu peranan penting bagi dopamine dalam patofisiologi skizofrenia adalah

konsistensi dengan penelitian yang telah mengukur konsentrasi plasma

metabolit dopamine utama, yaitu homovanillic acid.

b. Serotonin

Hipotesis kini menempatkan kelebihan serotonin sebagai penyebab

dari kedua gejala positif dan negatif dalam skizofrenia. Aktivitas

antipsikotik antagonis serotonin kuat generasi kedua clozapine dan

lainnya, ditambah dengan efektivitas clozapine untuk mengurangi gejala

positif pada pasien kronis.

c. Norepinefrin

Sebuah degenerasi neuronal selektif dalam sistem saraf

norepinefrin bisa menjelaskan aspek ini simtomatologi skizofrenia.

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 6


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

Namun, biokimia dan farmakologis tidak dapat disimpulkan. Beberapa

peneliti telah melaporkan bahwa pemberian antipsikotik jangka panjang

menurunkan aktivitas neuron noradrenergic di lokus sereleus dan bahwa

efek terapeutik dari beberapa antipsikotik mungkin melibatkan

aktivitasnya pada reseptor adrenergic-1 dan adrenergic-2.

d. GABA

Neurotransmiter penghambatan asam amino γ-aminobutyric acid

(GABA) telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia berdasarkan temuan

bahwa beberapa pasien dengan skizofrenia memiliki kehilangan

GABAergic neuron di hipokampus. GABA memiliki efek regulasi

terhadap aktivitas dopamin, dan hilangnya neuron GABAergic inhibitor

dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik.

e. Neuropeptide

Neuropeptida, seperti substansi P dan neurotensin, dilokalisasi

dengan neurotransmitter katekolamin dan indolamine dan mempengaruhi

tindakan neurotransmiter ini. Perubahan dalam mekanisme neuropeptida

dapat memfasilitasi, menghambat, atau mengubah pola sistem saraf.

f. Glutamat

Glutamat telah terlibat karena menelan phencyclidine, antagonis

glutamat, menghasilkan sindrom akut mirip dengan skizofrenia. Hipotesis

yang diajukan tentang glutamat termasuk yang hiperaktif, hypoactivity,

dan glutamat-induced neuro-toksisitas.

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 7


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

g. Asetilkolin dan Nikotin

Studi postmortem dalam skizofrenia telah menunjukkan penurunan


reseptor muscarinic dan nikotinat di-putamen berekor, hipokampus, dan
daerah terpilih dari korteks prefrontal. Reseptor ini memainkan peran
dalam regulasi sistem neurotransmiter yang terlibat dalam kognisi.

3. Neuroanatomi

Dua daerah otak yang mendapatkan paling banyak perhatian adalah

system limbic dan ganglia basalis, walaupun beberapa laporan kontroversial

mempermasalahkan kelainan neuropatologis dan neurokimiawi di dalam

korteks serebral, thalamus dan batang otak. Hilangnya volume otak dilaporkan

secara luas di otak penderita skizofrenia muncul hasil dari kepadatan

berkurang dari akson, dendrit, dan sinapsis yang memediasi fungsi asosiatif

dari otak.

Kepadatan Synaptic tertinggi pada usia 1, kemudian dikupas ke nilai

dewasa pada masa remaja awal. Satu teori, sebagian didasarkan pada

pengamatan bahwa pasien sering mengalami gejala skizofrenia selama masa

remaja, berpendapat bahwa skizofrenia hasil dari pemangkasan sinaps

berlebihan selama tahap pengembangan.

a. Ventrikel Serebri

Computed tomography (CT) scan pasien dengan skizofrenia secara

konsisten menunjukkan pembesaran ventrikel lateral dan ketiga dan

beberapa pengurangan volume kortikal. Pengurangan volume substansia

grisea kortikal telah dibuktikan selama tahap awal penyakit. Beberapa

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 8


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

peneliti telah berusaha untuk menentukan apakah kelainan dideteksi oleh

CT progresif atau statis. Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa

lesi diamati pada CT scan hadir pada awal penyakit dan tidak kemajuan.

Studi-studi lain, telah menyimpulkan bahwa proses patologis pada CT

scan visualisasi terus kemajuan selama penyakit. Jadi, apakah proses

patologis aktif terus berkembang pada pasien skizofrenia masih belum

pasti.

b. Sistim Limbik

Karena peranannya dalam mengendalikan emosi, sistem limbik

telah diduga terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Studi sampel otak

postmortem dari pasien skizofrenia telah menunjukkan penurunan dalam

ukuran wilayah termasuk amigdala, hippocampus, dan gyrus

parahippocampal. Temuan neuropathological setuju dengan pengamatan

yang dibuat oleh pencitraan resonansi magnetik pasien dengan skizofrenia.

Hippocampus tidak hanya lebih kecil dalam ukuran dalam skizofrenia,

tetapi juga fungsional normal seperti yang ditunjukkan oleh gangguan

dalam transmisi glutamat. Disorganisasi dari neuron dalam hippocampus

penderita skizofrenia juga telah dilaporkan.

c. Korteks prefrontalis

Ada bukti yang cukup dari studi otopsi otak yang mendukung kelainan

anatomi di korteks prefrontal dalam skizofrenia. Defisit Fungsional di

wilayah pencitraan otak prefrontal juga telah ditunjukkan. Telah lama

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 9


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

mencatat bahwa beberapa gejala skizofrenia meniru yang ditemukan pada

orang dengan lobotomies prefrontal atau sindrom lobus frontal.

d. Thalamus

Beberapa studi menunjukkan bukti penyusutan volume thalamus

thalamus atau kehilangan neuron, di subnuclei tertentu. Inti dorsal medial

thalamus, yang memiliki hubungan timbal balik dengan korteksprefrontal,

telah dilaporkan jumlah neuron. Jumlah neuron, oligodendrocytes, dan

astrosit dikurangi dengan 30 sampai 45 persen pada pasien skizofrenia.

e. Ganglia Basalis dan Cerebellum

Banyak pasien dengan skizofrenia menunjukkan gerakan-gerakan

aneh. Gerakan aneh dapat mencakup gaya canggung, wajah meringis, dan

stereotypies. Karena ganglia basal dan cerebellum terlibat dalam

pengendalian gerakan, penyakit di daerah tersebut terlibat dalam

patofisiologi skizofrenia. Studi Neuropathological dari ganglia basalis

telah menghasilkan laporan tentang hilangnya sel atau pengurangan

volume.

Beberapa pasien skizofrenia memang berasal dari keluarga yang


disfungsional. Tetapi,adalah kepentingan klinis untuk mengenali perilaku
keluarga patologis, karena perilaku tersebut secara bermakna meningkatkan stress
emosional yang harus dihadapi oleh skizofrenia yang rentan. Konsep ikatan ganda
(double blind) oleh Gregory Bateson untuk menggambarkan suatu keluarga
hipotetik dimana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari orang
tuanya tentang perilaku, sikap, dan perasaan anak.4

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 10


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

Theodore Lidz menggambarkan dua pola perilaku keluarga yang abnormal.


Dalam satu tipe keluarga, terdapat keretakan yang menonjol antara orang tua
sangat terlalu dekat dengan anak dari jenis kelamin yang berbeda. Pada jenis
keluarga lain, Hubungan condong antara satu orang tua sangat terlalu dekat dengan
anak dari jenis kelamin yang berbeda. Pada jenis keluarga lain, hubungan condong
antara satu orang tua melibatkan satu perjuangan tenaga antara orang tua dan
menyebabkan dominasi salah satu orang tua4

II.2. Keluarga
Pengertian keluarga berkembang sesuai dengan kondisi yang ada. Pada
mulanya keluarga diartikan sebagai kumpulan individu yang diikat oleh
perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang tinggal bersama dalam satu
keluarga. Setiap individu pasti mempunyai keluarga baik secara legal melalui
perkawinan antara suami dan istri, hubungan darah yaitu hubungan anak dan
orangtua serta saudara, atau melalui adopsi yang disahkan secara hukum menjadi
hubungan anak dan orangtua. Pada tahap selanjutnya pengertian keluarga
berkembang menjadi dua atau lebih individu yang bersama-sama diikat olah
kedekatan emosi dan kepedulian sesama dan tidak terbatas pada anggota keluarga
yang ada hubungan perkawinan, hubungan darah atau adopsi. Keluarga
merupakan sistem yang paling dekat dengan individu dan merupakan tempat
individu belajar, mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Agar
keluarga memberikan dampak terhadap individu yang menjadi anggota keluarga
tersebut, maka diharapkan anggota keluarga dapat berfungsi dan berperan secara
kondusif. Friedman (1998) mengidentifikasi 5 (lima) fungsi keluarga.
1. Fungsi afektif, berhubungan erat dengan pemenuhan aspek psikososial yang
ditandai dengan keluarga yang gembira , bahagia, akrab, merasa dimiliki,
gambaran diri yang positif, yang semua didapatkan melalui interaksi didalam
keluarga. Setiap anggota keluarga saling mengasihi, menghargai, dan
mendukung. Kepedulian dan pengertian antar anggota keluarga merupakan
pemenuhan kebutuhan psikologis dalam keluarga. Perceraian, kenakalan anak,
masalah psikososial dan gangguan jiwa sering dijumpai pada keluarga yang

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 11


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

fungsi afektifnya tidak terpenuhi. Pasien perilaku kekerasan mungkin berasal


dari keluarga yang kurang saling menghargai, adanya permusuhan, kegagalan
yang dipandang negatif. Kondisi afektif keluarga yang dapat menimbulkan
kekambuhan adalah ekspresi emosi yang tinggi seperti kritik negatif, usil,
permusuhan, atau terlalu mengatur (Pharoah, 2000). Penelitian yang dilakukan
di rumah sakit jiwa Bogor (Maryatini, 1998) menunjukkan bahwa sikap
menerima, toleransi dan mengkritik dari keluarga berhubungan dengan
periode kekambuhan pasien.
2. Fungsi sosialisasi adalah proses interaksi dengan lingkungan sosial yang
dimulai sejak lahir dan berakhir setelah meninggal. Anggota keluarga belajar
disiplin, budaya, norma melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu
mampu berperan di masyarakat. Kegagalan bersosialisasi dalam keluarga,
terutama jika norma dan perilaku yang dipelajari berbeda dengan yang ada di
masyarakat dapat menimbulkan kegagalan bersosialisasi di masyarakat. Pasien
dengan perilaku kekerasan, mungkin mendapat penguatan yang didapat dari
anggota keluarga. Peristiwa kekerasan dalam keluarga juga merupakan faktor
risiko lain bagi perilaku kekerasan pasien.
3. Fungsi perawatan kesehatan adalah praktek merawat anggota keluarga,
termasuk kemampuan keluarga meningkatkan dan memelihara kesehatan.
Keluarga menentukan apa yang harus dilakukan jika sakit, kapan meminta
pertolongan dan kepada siapa minta pertolongan. Penelitian yang dilakukan
dirumah sakit jiwa Lawang dan Menur (Widodo, 2000) menunjukkan bahwa
119 orang (68 %) pasien pernah berobat ke dukun, orang pintar, kiai, atau
peramal sebelum dirawat di rumah sakit. Hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan keluarga tentang cara merawat pasien. Keluarga umumnya
membawa pasien kerumah sakit jiwa karena perilaku kekerasan. Oleh karena
itu selama dirawat di rumah sakit, keluarga perlu diberikan pendididkan
kesehatan agar dapat merawat pasien setelah pulang dari rumah sakit.
Tomczyk (1999) mengatakan ada dua terapi yang perlu dilakukan pada
keluarga yaitu psikoedukasi dan terapi sistemik keluarga agar keluarga mampu

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 12


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

merawat pasien. Keduanya bertujuan memberdayakan keluarga agar mampu


merawat pasien.
4. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan
keturunan. Belum ada penelitian tentang faktor perilaku kekerasan yang
terkait dengan jumlah saudara kandung dalam keluarga.
5. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Asumsi krisis ekonomi meningkatkan perilaku kekerasan secara kasat mata
dapat dibuktikan. Demikian pula jika keluarga mempunyai kemampuan
merawat pasien di rumah akan mengurangi biaya perawatan dirumah sakit.
Penghasilan keluarga akan berkurang dengan adanya anggota keluarga yang
sakit (tidak produktif) ditambah anggota keluarga yang harus menemani atau
merawat pasien (tidak produktif).5

Seluruh fungsi keluarga ini akan difasilitasi dalam mendukung perawatan


pasien di rumah sakit dan setelah pulang ke rumah. Perlu dikaji siapa yang utama
akan memberikan perawatan kepada pasien setelah pasien pulang dari rumah
sakit. Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk dari intervensi keluarga
yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Pada psikoedukasi keluarga
terdapat kolaborasi dari klinisi dengan anggota keluarga pasien yang menderita
gangguan jiwa berat.5
Tujuan dari program psikoedukasi adalah menambah pengetahuan
tentang gangguan jiwa anggota keluarga sehingga diharapkan dapat menurunkan
angka kambuh, dan meningkatkan fungsi keluarga. Tujuan ini akan dicapai
melalui serangkaian kegiatan edukasi tentang penyakit, cara mengatasi gejala, dan
kemampuan yang dimiliki keluarga.5
Pekkala dan Merinder (2001) menemukan bahwa program psikoedukasi
menurunkan kambuh atau rawat ulang dari 9 bulan menjadi 18 bulan. Sedangkan
Dyck, et al (2000) menemukan bahwa kelompok keluarga yang mendapat
program psikoedukasi lebih efektif merawat gejala negatif daripada kelompok
standar. Selain itu program psikoedukasi berhasil mengurangi reaksi negatif dan
kejenuhan keluarga yang merawat.

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 13


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

Secara umum, program komprehensif dari psikoedukasi adalah sebagai berikut:


a. Komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan
informasi tentang penyakit dan sistem kesehatan jiwa
b. Komponen ketrampilan, yang menyediakan pelatihan tentang komunikasi,
penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan
manajemen stress
c. Komponen emosional, memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan
disertai dukungan emosional. Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan,
khusus pada keadaan krisis
d. Komponen sosial, peningkatan penggunaan jejaring formal dan non formal.
Peningkatan kontak dengan jejaring sumber daya dan sistem pendukung yang
ada di masyarakat akan menguntungkan keluarga dan klien 6

Hal – hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain6:
 Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan
pasien yang menderita gangguan jiwa.
 Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh
pasien.
 Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi
pada pasien.
 Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat
diterapkan.
 Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi penyakit jiwa,
diagnosis dan pengobatannya, reaksi keluarga, trauma keluarga,
pencegahan kambuh, guideline keluarga.
 Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronik yang memiliki karakteristik


gejala positif seperti waham dan halusinasi, juga gejala negatif seperti afek tumpul
dan apatis. Penyakit ini juga sering berhubungan dengan ganggguan kognitif dan
depresi. Penyakit ini biasanya mulai muncul pada usia dewasa muda dan ditandai

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 14


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

dengan terjadinya relaps dengan periode remisi sempurna atau parsial. Pada
kebanyakan kasus, penyakit ini menyebabkan disabilitas, mengenai seluruh aspek
dalam kehidupan dan membutuhkan terapi anti psikotik jangka panjang.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menghancurkan dan dapat
menimbulkan disabilitas. Prevalensi terjadinya skizofrenia adalah 0,4 – 1,4 % dan
biasanya dimulai pada usia dewasa atau dewasa muda. Kurang dari 20 % pasien
yang dapat mengalami recovery sempurna setelah episode pertama.6
Terapi yang diberikan bertujuan untuk mencapai keadaan remisi pada
semua gejala dengan memaksimalkan kapasitas fungsi dan optimalisasi kualitas
hidup. Antipsikotik konvensional seperti klorpromazine dan haloperidol yang
diperkenalkan pada tahun 1950 cukup efektif dalam mengobati psikosis akut dan
mencegah terjadinya relaps. Terapi untuk mencegah relaps memerlukan waktu
yang lama bahkan bisa seumur hidup sehingga diperlukan obat yang efektif,
aman, dan sedikit efek samping. Untuk tujuan ini maka dengan mulai munculnya
obat antipsikotik golongan atipikal maka pengobatan skizofrenia mulai berubah
dengan menggunakan obat antipsikotik atipikal yang memiliki efek samping lebih
sedikit.
Meskipun pengobatan dengan antipsikotik efektif mengurangi angka terjadinya
relaps tetapi 30% - 40% pasien mengalami relaps pada satu tahun setelah keluar
dari rumah sakit meski mereka tetap meminum obat.
Mengkombinasikan antara pengobatan antipsikotik dengan pendekatan
psikososial merupakan suatu cara yang efektif dibandingkan hanya dengan obat
saja dalam mencegah terjadinya relaps pada pasien skizofrenia. Komponen dari
terapi psikososial antara lain adalah :5
1. Psikoedukasi keluarga dan pasien : pasien, keluarga dan orang kunci di
sekitar pasien perlu belajar sebanyak mungkin tentang apa itu skizofrenia,
bagaimana pengobatannya sehingga terbentuk pengetahuan dan
ketrampilan yang berguna untuk mencegah timbulnya relaps.
2. Kolaborasi membuat keputusan : penting bagi pasien, keluarga, dan
klinisi untuk memutuskan bersama tentang terapi dan tujuannya. Apabila

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 15


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

pasien sudah mulai membaik, dia dapat menjadi bagian dalam pembuatan
keputusan ini.
3. Monitoring gejala dan pengobatan : monitoring yang hati-hati dapat
meyakinkan pasien untuk minum dan mengidentifikasi secara dini tanda-
tanda timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat dilakukan.
4. Asistensi dalam mencari pelayanan kesehatan, asuransi, dll : Pasien
kadangkala membutuhkan bantuan dalam mencari pelayanan kesehatan
yang lain seperti medis, gigi, atau mencari asuransi kesehatan. Tim terapi,
pasien dan keluarga harus berusaha mengeksplorasi sumber-sumber apa
saja yang dapat diperoleh atau disediakan. Termasuk di dalamnya apabila
pasien sudah mulai ingin bekerja, dicarikan tempat pekerjaan yang cocok.
5. Terapi suportif : termasuk dukungan emosi dan meyakinkan serta
mendorong prilaku sehat pasien dan membantu pasien menerima
keadaannya.
6. “Peer support/self help group” : adanya sebuah kelompok yang memiliki
jadwal bertemu yang reguler tergantung pada kebutuhan dan perhatian
dari kelompok tersebut. Pembicara dapat diundang untuk memberikan
pengetahuan, terjadi juga diskusi dan sharing yang dapat saling
menguatkan.
Pelayanan yang lain yang juga dapat diberikan pada pasien antara lain
adalah:
 Mengatur jadwal pertemuan kembali dengan dokter
 Assertive community treatment
 Rehabilitasi :
♪ Rehabilitasi psikososial : membantu pasien melatih
ketrampilan dengan tujuan mendapatkan atau
mempertahankan pekerjaan
♪ rehabilitasi psikiatri : mengajarkan pasien ketrampilan
yang membuatnya dapat meraih tujuan dalam pekerjaan,
pendidikan, sosialisasi dan tempat tinggal

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 16


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

♪ rehabilitasi pekerjaan : latihan bekerja dan program


training
yang dapat membantu pasien untuk menjadi pekerja penuh
waktu
 Intensive partial hospitalization
 Aftercare day treatment
Penelitian yang dilakukan oleh Marvin dkk pada tahun 2000 menunjukkan bahwa
suatu program untuk mencegah relaps yang mengkombinasikan psikoedukasi
keluarga dengan intervensi klinik termasuk obat – obatan, dapat secara efektif
mengurangi terjadinya relaps pada pasien skizofrenia.5

II.3. Peran Keluarga dalam Penanganan Pasien Skizofrenia.


Kepedulian masyarakat akan kesehatan khususnya kesehatan jiwa akan
meningkatkan peran serta mereka untuk bertanggung jawab terhadap program
pelayanan kesehatan jiwa masyarakat. Penggunaan sumber daya yang tersedia di
masyarakat dapat memberdayakan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sehingga kesehatan jiwa menjadi tanggung jawab masyarakat bukan hanya
tanggung jawab para profesional (Leff, 2001).5
Peran serta masyarakat sangat penting karena perawatan di rumah sakit
jauh lebih mahal, misalnya biaya perawatan pasien skizofrenia di USA sebesar
65.2 juta dolar per tahun. Biaya perawatan pasien skizofrenia di rumah oleh
keluarga akan menghemat sebesar 25 juta pounds per tahun. Keberhasilan
pelayanan pada pasien skizofrenia tergantung dari kerjasama tim kesehatan jiwa
di masyarakat (dokter, perawat, pekerja sosial) dengan pasien dan keluarganya.
Anggota keluarga diperlukan memberikan perawatan di rumah khususnya
pencegahan tersier pada skizofrenia, serta melakukan fungsinya.5

Perawatan skizofrenia oleh keluarga:7


1. Menurut (Setiadi 2006) beberapa hal yang harus dilakukan keluarga dalam
upaya penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia dalam sistem mereka
dan cara mengatasinya adalah:

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 17


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

a. Aktif mencari informasi/psikoedukasi


Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya,
kemungkinan perjalannan penyakitnya, berbagai bantuan medis dan
psikologis yang dapa meringankan gejala skizofrenia merupakan
sebagian informasi vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Informasi
yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain,
memberikan pegangan untuk dapat berharap secara realistis dan
membantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka miliki
pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian informasi yang tepat
dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga.
b. Sikap yang tepat adalah SAFE (Sense of humor, Accepting the illness,
Family balance, Expectations which are realistic).
c. Menurut Torney(1988) dalam Iman Setiasi, keluarga perlu
memilikisikap yang tepat tentang skizofrenia, sisingkatnya sikap-sikap
yang tepat itu dengan SAFE.
d. Support group
Bilamana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka
seorang diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila keluarga-
keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofrenia
bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan.
Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang mutahir,
bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang
mampu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga
akan lebih efektif dan lebih murah.
e. Family therapy (object relations family therapy)
Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu
keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan lebih
mampu melakukan penyesuaina diri
f. Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si
penderita seperti melibatkan dalam kegiata sehari-hari dan mereka
harus sabar dan menerima kenyatan.

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 18


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh


yang sangat berita bagi penderita skizofrenia. Menerima kenyataan,
menurut Suryantha adalah kunci pertama proses penyembuhan atau
pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap bersikap menerima, tetap
berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar,
bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin
depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi terlalu memanjakan
juga tidak baik.7
Pasca perawatan biasanya penderita akan dikembalikan pada
lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar
artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing
kembali emosi penderita. Yang penting usaha-usaha preventif berupa
hindari frustasi dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-kontak
social yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup
positif dan mau melihat hari depan dengan keberanian.7
Pada skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh problem
yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak
membebani penderita dan dapat mengurangi stress jangka pendek.
Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal, agar
lebih paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak
melakukan aktivitas bersama-sama seperti mendengarkan music, melukis,
nonton tv, atau menunjukkan perhatian tanpa bercakap-cakap.
Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat anggota
keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau atau tanpa
informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini
perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga terhadap timbulnya
kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita dapat ditentukan dengan
apa yang disebut EE (Emotional Expresion) yang ter diri atas kritikan atau
komentar negative, emotional over involvement, permusuhan terhadap
penderita, ketidakpuasan dan kehangatan. Bila keluarga EE nya tinggi

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 19


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya tidak maka
kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka
kekambuhan pun akan rendah.
2. Menurut Nurhaeni dkk (2002) adalah focus pada pencegahan kekambuhan
klien gangguan jiwa antara lain:7
a. Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin
b. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan
kesehatan sedini mungkin
c. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, cacar atau
memerlukan bantuan dan menaggulangi keadaan darurat kesehatan.
d. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
e. Memanfatkan sumber yang ada di masyarakat
f. Melaksanakan program rekreasi misalnya: mengajak klien nonton
bersama, jalan santai, pergi ketempat rekreasi.
g. Melakukan kegiatan social dan keagamaan misalnya: mengajak klien
arisan bersama, mengajak pergi ke pura, pengajian dll.
h. Mencegah stigma di masyarakat tentang gangguan jiwa seperti:
pendekatan pada took masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam
rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
i. Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi
j. Saling menghargai dan mempercayai
k. Menghadapi ketegangan dangan tenang dan menyelesaikan masalah
kritis/darurat secara tuntas dan wajar.

II.4. Hubungan Psikoedukasi Keluarga Dengan Kejadian Relaps Pada


Pasien Skizofrenia6
Memberikan obat antipsikotik pada pasien skizofrenia merupakan langkah
pertama untuk mengobati pasien tetapi sekarang ini semakin disadari bahwa
perawatan yang komprehensif membutuhkan integrasi antara obat-obatan,
pencegahan relaps dan rehabilitasi psikososial. Psikoedukasi keluarga

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 20


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

merupakan terapi psikososial yang paling efektif. Psikoedukasi dapat


mengurangi angka rawat dan mengurangi biaya pengobatan pada pasien
skizofrenia.
Beberapa studi tentang psikoedukasi keluarga yang telah dilakukan
ditunjukkan di bawah ini :
 Goldstein dkk. (1978) melakukan penelitian pada 104 pasien skizofrenia
(terutama kunjungan pertama) membandingkan antara psikoedukasi
keluarga (orientasi enam krisis, sesi mingguan cepat; pendidikan,
membangun penerimaan, merencanakan masa depan) dengan pengobatan
dengan dosis rendah dan sedang dan hasilnya secara bermakna
menurunkan relaps pada grup psikoedukasi keluarga selama 6 bulan .
 Falloon dkk. (1982) melakukan penelitian pada 36 pasien skizofrenia yang
tinggal dengan keluarga yang HEE atau dinyatakan sebagai resiko tinggi
untuk terjadinya relaps membandingkan psikoedukasi keluarga
(pemecahan masalah dan latihan kemampuan komunikasi pada keluarga di
rumah. Terapi intensif selama 3 bulan yang diteruskan dengan 6 bulan sesi
follow up ) dengan psikoterapi suportif individual dengan konseling
keluarga yang cepat dan hasilnya Secara bermakna menurunkan relaps
pada grup terapi keluarga selama 9 bulan.
 Leff dkk. (1982, 1985) melakukan penelitian pada 24 pasien skizofrenia
yang tinggal dengan keluarga yang HEE membandingkan pendidikan pada
keluarga, anggota keluarga, terapi keluarga di rumah dengan kontrol
teratur ke rumah sakit dengan kontak yang sedikit pada keluarga dan
hasilnya secara bermakna menurunkan relaps pada grup terapi keluarga
selama 9 bulan ; tidak bermakna pada terapi 2 tahun.
 Glick dkk. (1985) Haas dkk. (1988) melakukan penelitian pada 80 pasien
dengan skizofrenia atau gangguan skizofreniform dan 60 pasien dengan
gangguan afektif mayor disorder membandingkan intervensi pada keluarga
yang dirawat selama 6 sesi: pendidikan, identifikasi stresor kini dan akan
datang dengan Perawatan intensif pasien rawat yang standar dan hasilnya

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 21


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

terapi memiliki efek positif yang bermakna pada gejala yang terdapat pada
pasien perempuan dan kelurga pasien pada subgrup tsb.
 Hogarty dkk. (1986, 1991) melakukan penelitian pada 103 pasien
skizofrenia yang tinggal dengan keluarga yang HEE membandingkan
pendidikan, diskusi, komunikasi dan latihan pemecahan masalah selama 2
tahun dengan Perawatan harian saja , latihan ketrampilan sosial dan
hasilnya Secara bermakna menurunkan relaps pada grup terapi keluarga
pada follow up tahun 1 dan 2.
 McFarlane dkk. (1995) melakukan penelitian pada 172 pasien skizofrenia
dengan kontak keluarga 10 jam per minggu dan menghadiri 3 sesi program
pendidikan/terapi membandingkan psikoedukasi pada grup keluarga secara
bersama dengan Psikoedukasi pada grup keluarga sendiri sendiri dan
hasilnya Secara bermakna terdapat penurunan relaps pada multifamily
Dari penelitian-penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa psikoedukasi
keluarga dapat secara efektif dan efisien mengurangi kejadian relaps pada
pasien skizofrenia dan memperbaiki fungsional dari pasien.

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 22


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

BAB III
PENUTUP

Penanganan pasien dengan skizofrenia perlu dilakukan dengan


komprehensif, mulai dari perawatan di rumah sakit sampai dengan perawatan di
rumah. Peran keluarga sangat penting dalam penyembuhan pasien skizofrenia
terutama dalam mencegah terjadinya relaps. Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk mencegah terjadinya relaps pada pasien skizofenia salah satunya adalah
dengan melakukan psikoedukasi keluarga. Perlu diketahui lebih mendalam
tentang hubungan antara psikoedukasi keluarga dengan kejadian relaps pada
pasien skizofrenia. Ditemukan bahwa anggota keluarga yang paling banyak
merawat pasien adalah saudara kandung 62 orang (44,9 %) dan orang tua 28
orang (20,2 %).
Psikoedukasi keluarga merupakan salah satu bentuk dari intervensi
keluarga yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Pada psikoedukasi
keluarga terdapat kolaborasi dari klinisi dengan anggota keluarga pasien yang
menderita gangguan jiwa berat. Tujuan dari program psikoedukasi adalah
menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa anggota keluarga sehingga
diharapkan dapat menurunkan angka kambuh, dan meningkatkan fungsi keluarga
(Stuart & Laraia, 1998). Tujuan ini akan dicapai melalui serangkaian kegiatan
edukasi tentang penyakit, cara mengatasi gejala, dan kemampuan yang dimiliki
keluarga. Pekkala dan Merinder (2001) menemukan bahwa program psikoedukasi
menurunkan kambuh atau rawat ulang dari 9 bulan menjadi 18 bulan. Sedangkan
Dyck, et al (2000) menemukan bahwa kelompok keluarga yang mendapat

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 23


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

program psikoedukasi lebih efektif merawat gejala negatif daripada kelompok


standar. Selain itu program psikoedukasi berhasil mengurangi reaksi negatif dan
kejenuhan keluarga yang merawat.

Secara umum, program komprehensif dari psikoedukasi adalah sebagai


berikut:
1. Komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan
informasi tentang penyakit dan sistem kesehatan jiwa
2. Komponen ketrampilan, yang menyediakan pelatihan tentang komunikasi,
penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan
manajemen stress
3. Komponen emosional, memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan
disertai dukungan emosional. Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan,
khusus pada keadaan krisis
4. Komponen sosial, peningkatan penggunaan jejaring formal dan non formal.
Peningkatan kontak dengan jejaring sumber daya dan sistem pendukung yang
ada di masyarakat akan menguntungkan keluarga dan klien.
Hal – hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain:
 Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan
pasien yang menderita gangguan jiwa.
 Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh
pasien.
 Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi
pada pasien.
 Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat
diterapkan.
 Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi penyakit jiwa,
diagnosis dan pengobatannya, reaksi keluarga, trauma keluarga,
pencegahan kambuh, guideline keluarga.
 Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 24


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

DAFTAR PUSTAKA
1. Peran Dukungan Keluarga Pada Penanganan Penderita Skizofrenia.
Available from : http://etd.eprints.ums.ac.id/4929/1/F100050253.PDF.
Diunduh tanggal 1 Mei 2012.
2. M a r a m i s , W . E . C a t a t a n I l m u K e d o k t e r a n
j i w a . E r l a n g g a U n i v e r s i t y P r e s s . Surabaya 2005.
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia. Sinopsis Psikiatri Jilid
Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010. p 699-742
4. Peran keluarga penderita skizofrenia. Available from:
http://www.scribd.com/doc/78191912/peran-keluarga-penderita-
skizofrenia. Diunduh tanggal 2 Mei 2012.
5. Peran keluarga. Available from: http://digilib.unimus.ac.id/
files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nanangfatk-5429-2-babii.pdf. Diunduh
tanggal 4 Mei 2012
6. Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia. Available from:
http://www.lahargokembaren.com/2009/11/psikoedukasi-keluarga-
pada-pasien.html. Diunduh Tanggal 1 mei 2012.
7. Skizofrenia. Available from:
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/205312031. Diunduh tanggal 9 Mei
2012

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 25


REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO

Peran Keluarga dalam Penanganan Skizofrenia Page 26

Anda mungkin juga menyukai