BAB I
PENDAHULUAN
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subjek di lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang
dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku
penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.1
Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (Kuntjoro, 2005) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan
yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan sosial
sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan
sikap menerima kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu maupun
kelompok. Menurut Eli, dkk (2008) dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber
daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat penderita
skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya
karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal. Dengan
dukungan keluarga yang seimbang bagi penderita skizofrenia diharapkan baginya
agar dapat meningkatkan keinginan untuk sembuh dan memperkecil
kekambuhannya.1
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan referat ini ialah
Untuk mengetahui peran keluarga dalam penanganan pasien
skizofrenia
Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa RSPAD Gatot Soebroto
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus diantaranya ialah:
a. Bagi orangtua penderita skizofrenia, referat ini diharapkan dapat
menambah pegetahuan dan informasi dalam rangka untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Skizofrenia
1. Genetik
studi pasien skizofrenia yang tidak memiliki riwayat penyakit baik dalam garis
ibu atau ayah, ditemukan bahwa mereka yang lahir dari ayah lebih tua dari
yang lebih tua dikenakan untuk kerusakan epigenetik lebih besar dari pada
skizofrenia. Linkage dan studi hubungan genetik telah memberikan bukti kuat
untuk sembilan situs linkage: 1Q, 5Q, 6p, 6Q, 8P, 10P, 13q, 15q, dan 22q.
Analisis lebih lanjut dari situs ini kromosom telah menyebabkan identifikasi
gen kandidat tertentu, dan para kandidat terbaik saat ini adalah alpha-7
nicotinic reseptor, DISC 1, GRM 3, COMT, NRG 1, RGS 4, dan G 72. Baru-
baru ini, mutasi dari gen dystrobrevin (DTNBP1) dan neureglin 1 telah
2. Faktor Biokimia
a. Hipotesis Dopamin
atau kombinasi dari mekanisme ini. Tracts dopamin di otak yang dilibatkan
tersebut berjalan dari badan sel mereka di otak tengah untuk neuron
entorhinal.
b. Serotonin
c. Norepinefrin
d. GABA
e. Neuropeptide
f. Glutamat
3. Neuroanatomi
korteks serebral, thalamus dan batang otak. Hilangnya volume otak dilaporkan
berkurang dari akson, dendrit, dan sinapsis yang memediasi fungsi asosiatif
dari otak.
dewasa pada masa remaja awal. Satu teori, sebagian didasarkan pada
a. Ventrikel Serebri
lesi diamati pada CT scan hadir pada awal penyakit dan tidak kemajuan.
pasti.
b. Sistim Limbik
c. Korteks prefrontalis
Ada bukti yang cukup dari studi otopsi otak yang mendukung kelainan
d. Thalamus
aneh. Gerakan aneh dapat mencakup gaya canggung, wajah meringis, dan
volume.
II.2. Keluarga
Pengertian keluarga berkembang sesuai dengan kondisi yang ada. Pada
mulanya keluarga diartikan sebagai kumpulan individu yang diikat oleh
perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang tinggal bersama dalam satu
keluarga. Setiap individu pasti mempunyai keluarga baik secara legal melalui
perkawinan antara suami dan istri, hubungan darah yaitu hubungan anak dan
orangtua serta saudara, atau melalui adopsi yang disahkan secara hukum menjadi
hubungan anak dan orangtua. Pada tahap selanjutnya pengertian keluarga
berkembang menjadi dua atau lebih individu yang bersama-sama diikat olah
kedekatan emosi dan kepedulian sesama dan tidak terbatas pada anggota keluarga
yang ada hubungan perkawinan, hubungan darah atau adopsi. Keluarga
merupakan sistem yang paling dekat dengan individu dan merupakan tempat
individu belajar, mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Agar
keluarga memberikan dampak terhadap individu yang menjadi anggota keluarga
tersebut, maka diharapkan anggota keluarga dapat berfungsi dan berperan secara
kondusif. Friedman (1998) mengidentifikasi 5 (lima) fungsi keluarga.
1. Fungsi afektif, berhubungan erat dengan pemenuhan aspek psikososial yang
ditandai dengan keluarga yang gembira , bahagia, akrab, merasa dimiliki,
gambaran diri yang positif, yang semua didapatkan melalui interaksi didalam
keluarga. Setiap anggota keluarga saling mengasihi, menghargai, dan
mendukung. Kepedulian dan pengertian antar anggota keluarga merupakan
pemenuhan kebutuhan psikologis dalam keluarga. Perceraian, kenakalan anak,
masalah psikososial dan gangguan jiwa sering dijumpai pada keluarga yang
Hal – hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain6:
Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan
pasien yang menderita gangguan jiwa.
Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh
pasien.
Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi
pada pasien.
Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat
diterapkan.
Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi penyakit jiwa,
diagnosis dan pengobatannya, reaksi keluarga, trauma keluarga,
pencegahan kambuh, guideline keluarga.
Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur
dengan terjadinya relaps dengan periode remisi sempurna atau parsial. Pada
kebanyakan kasus, penyakit ini menyebabkan disabilitas, mengenai seluruh aspek
dalam kehidupan dan membutuhkan terapi anti psikotik jangka panjang.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menghancurkan dan dapat
menimbulkan disabilitas. Prevalensi terjadinya skizofrenia adalah 0,4 – 1,4 % dan
biasanya dimulai pada usia dewasa atau dewasa muda. Kurang dari 20 % pasien
yang dapat mengalami recovery sempurna setelah episode pertama.6
Terapi yang diberikan bertujuan untuk mencapai keadaan remisi pada
semua gejala dengan memaksimalkan kapasitas fungsi dan optimalisasi kualitas
hidup. Antipsikotik konvensional seperti klorpromazine dan haloperidol yang
diperkenalkan pada tahun 1950 cukup efektif dalam mengobati psikosis akut dan
mencegah terjadinya relaps. Terapi untuk mencegah relaps memerlukan waktu
yang lama bahkan bisa seumur hidup sehingga diperlukan obat yang efektif,
aman, dan sedikit efek samping. Untuk tujuan ini maka dengan mulai munculnya
obat antipsikotik golongan atipikal maka pengobatan skizofrenia mulai berubah
dengan menggunakan obat antipsikotik atipikal yang memiliki efek samping lebih
sedikit.
Meskipun pengobatan dengan antipsikotik efektif mengurangi angka terjadinya
relaps tetapi 30% - 40% pasien mengalami relaps pada satu tahun setelah keluar
dari rumah sakit meski mereka tetap meminum obat.
Mengkombinasikan antara pengobatan antipsikotik dengan pendekatan
psikososial merupakan suatu cara yang efektif dibandingkan hanya dengan obat
saja dalam mencegah terjadinya relaps pada pasien skizofrenia. Komponen dari
terapi psikososial antara lain adalah :5
1. Psikoedukasi keluarga dan pasien : pasien, keluarga dan orang kunci di
sekitar pasien perlu belajar sebanyak mungkin tentang apa itu skizofrenia,
bagaimana pengobatannya sehingga terbentuk pengetahuan dan
ketrampilan yang berguna untuk mencegah timbulnya relaps.
2. Kolaborasi membuat keputusan : penting bagi pasien, keluarga, dan
klinisi untuk memutuskan bersama tentang terapi dan tujuannya. Apabila
pasien sudah mulai membaik, dia dapat menjadi bagian dalam pembuatan
keputusan ini.
3. Monitoring gejala dan pengobatan : monitoring yang hati-hati dapat
meyakinkan pasien untuk minum dan mengidentifikasi secara dini tanda-
tanda timbulnya relaps sehingga pencegahan dapat dilakukan.
4. Asistensi dalam mencari pelayanan kesehatan, asuransi, dll : Pasien
kadangkala membutuhkan bantuan dalam mencari pelayanan kesehatan
yang lain seperti medis, gigi, atau mencari asuransi kesehatan. Tim terapi,
pasien dan keluarga harus berusaha mengeksplorasi sumber-sumber apa
saja yang dapat diperoleh atau disediakan. Termasuk di dalamnya apabila
pasien sudah mulai ingin bekerja, dicarikan tempat pekerjaan yang cocok.
5. Terapi suportif : termasuk dukungan emosi dan meyakinkan serta
mendorong prilaku sehat pasien dan membantu pasien menerima
keadaannya.
6. “Peer support/self help group” : adanya sebuah kelompok yang memiliki
jadwal bertemu yang reguler tergantung pada kebutuhan dan perhatian
dari kelompok tersebut. Pembicara dapat diundang untuk memberikan
pengetahuan, terjadi juga diskusi dan sharing yang dapat saling
menguatkan.
Pelayanan yang lain yang juga dapat diberikan pada pasien antara lain
adalah:
Mengatur jadwal pertemuan kembali dengan dokter
Assertive community treatment
Rehabilitasi :
♪ Rehabilitasi psikososial : membantu pasien melatih
ketrampilan dengan tujuan mendapatkan atau
mempertahankan pekerjaan
♪ rehabilitasi psikiatri : mengajarkan pasien ketrampilan
yang membuatnya dapat meraih tujuan dalam pekerjaan,
pendidikan, sosialisasi dan tempat tinggal
maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya tidak maka
kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka
kekambuhan pun akan rendah.
2. Menurut Nurhaeni dkk (2002) adalah focus pada pencegahan kekambuhan
klien gangguan jiwa antara lain:7
a. Mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin
b. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan
kesehatan sedini mungkin
c. Memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, cacar atau
memerlukan bantuan dan menaggulangi keadaan darurat kesehatan.
d. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
e. Memanfatkan sumber yang ada di masyarakat
f. Melaksanakan program rekreasi misalnya: mengajak klien nonton
bersama, jalan santai, pergi ketempat rekreasi.
g. Melakukan kegiatan social dan keagamaan misalnya: mengajak klien
arisan bersama, mengajak pergi ke pura, pengajian dll.
h. Mencegah stigma di masyarakat tentang gangguan jiwa seperti:
pendekatan pada took masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam
rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
i. Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi
j. Saling menghargai dan mempercayai
k. Menghadapi ketegangan dangan tenang dan menyelesaikan masalah
kritis/darurat secara tuntas dan wajar.
terapi memiliki efek positif yang bermakna pada gejala yang terdapat pada
pasien perempuan dan kelurga pasien pada subgrup tsb.
Hogarty dkk. (1986, 1991) melakukan penelitian pada 103 pasien
skizofrenia yang tinggal dengan keluarga yang HEE membandingkan
pendidikan, diskusi, komunikasi dan latihan pemecahan masalah selama 2
tahun dengan Perawatan harian saja , latihan ketrampilan sosial dan
hasilnya Secara bermakna menurunkan relaps pada grup terapi keluarga
pada follow up tahun 1 dan 2.
McFarlane dkk. (1995) melakukan penelitian pada 172 pasien skizofrenia
dengan kontak keluarga 10 jam per minggu dan menghadiri 3 sesi program
pendidikan/terapi membandingkan psikoedukasi pada grup keluarga secara
bersama dengan Psikoedukasi pada grup keluarga sendiri sendiri dan
hasilnya Secara bermakna terdapat penurunan relaps pada multifamily
Dari penelitian-penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa psikoedukasi
keluarga dapat secara efektif dan efisien mengurangi kejadian relaps pada
pasien skizofrenia dan memperbaiki fungsional dari pasien.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Peran Dukungan Keluarga Pada Penanganan Penderita Skizofrenia.
Available from : http://etd.eprints.ums.ac.id/4929/1/F100050253.PDF.
Diunduh tanggal 1 Mei 2012.
2. M a r a m i s , W . E . C a t a t a n I l m u K e d o k t e r a n
j i w a . E r l a n g g a U n i v e r s i t y P r e s s . Surabaya 2005.
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia. Sinopsis Psikiatri Jilid
Satu. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010. p 699-742
4. Peran keluarga penderita skizofrenia. Available from:
http://www.scribd.com/doc/78191912/peran-keluarga-penderita-
skizofrenia. Diunduh tanggal 2 Mei 2012.
5. Peran keluarga. Available from: http://digilib.unimus.ac.id/
files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nanangfatk-5429-2-babii.pdf. Diunduh
tanggal 4 Mei 2012
6. Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia. Available from:
http://www.lahargokembaren.com/2009/11/psikoedukasi-keluarga-
pada-pasien.html. Diunduh Tanggal 1 mei 2012.
7. Skizofrenia. Available from:
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/205312031. Diunduh tanggal 9 Mei
2012