Anda di halaman 1dari 12

1

http://himapid.blogspot.com/2008/10/penyakit-kardiovaskuler-pkv-terutama.html

Penyakit kardiovaskuler (PKV) terutama penyakit jantung koroner merupakan penyakit revalen
dan menjadi pembunuh utama di negara-negara industri. Penyakit jantung koroner merupakan
permasalahan kesehatan yang dihadapi sebagian besar negara di dunia. Oleh karena itu,
diagnosis dan terapi penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu di banyak negara tersebut
terus berkembang. Selama bertahun-tahun epidemiologi kesehatan umumnya berkecimpung
dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini tidak dapat disangkal dari sejarah ilmu
epidemiologi itu sendiri, yang berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular. Namun,
perkembangan kesehatan melaju begitu cepat seiring dengan perkembangan dunia industri dan
teknologi di era modernisasi dan globalisasi.
Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik, sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah
menimbulkan pergeseran-pergeseran, termasuk dalam bidang kesehatan. Angka kematian
menurun dan usia harapan hidup secara umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab
kematian telah berubah. Penyakit-penyakit yang mematikan bukan lagi penyakit menular, namun
telah bergeser kearah Penyakit-penyakit tak menular, misalnya stroke, penyakit jantung koroner
dan lainnya. Beberapa publikasi menyebutkan Penyakit-penyakit infeksi (akut) telah makin
sedikit prevalensinya, sedangkan penyakit kronik justru meningkat.

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih
menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Di belahan negara dunia, penyakit
jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap
tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta
orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang
menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk
menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang
mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori
penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring
dengan berubahnya pola hidup.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart
Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-
negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung
terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan
ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan
penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka
kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada
wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan
29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab
2

kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab
kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja mulai
dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang menjadikan
Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja penyebab
angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner – "the silence killer". Tingginya
angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Berdasarkan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka
tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah
16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat
PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita.
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi Penyakit
Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus (26,00%) dibanding dengan
jumlah keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah.
Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah
3,82%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus
(10,89%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Banyumas
adalah sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus
(0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap belum melaporkan. Rata-rata
kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus.
Beberapa hasil penelitian telah dilakukan terkait dengan penyakit jantung koroner dan factor-
faktor yang berpengaruh. Salah satunya yaitu, penelitian tentang Pengembangan Model
Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Kelompok Pengambil
Keputusan (Lanjutan ). Para pejabat pengambil keputusan di Indonesia adalah kelompok
masyarakat penting karena kelompok inilah otak dari baik tidaknya situasi dan kondisi
pembangunan. Namun, kelompok ini sering terpapar pada faktor risiko penyakit jantung koroner.
Untuk mendapatkan suatu model dalam menurunkan faktor risiko tersebut di atas telah dilakukan
suatu survei sehingga diperoleh data dasar mengenai keadaan (a). fisik(elektrokardiografik =
EKG dan tekanan darah); (b). antropometrik (tinggi dan berat badan); (c). pemeriksaan darah
terhadap kadar kolesterol, gula darah, asam urat; dan (d). paparan asap rokok. Dari hasil
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit jantung
koroner yang paling mencolok ditunjukan oleh kadar kolesterol tinggi (70,4%) disusul oleh
kegemukan (28,6%); kadar asam urat tinggi (27,7%) dan EKG tidak normal (21,4%). Data
tentang kadar kolesterol darah tinggi, kegemukan, kadar asam urat darah tinggi dan EKG tidak
normal digunakan sebagai data dasar untuk membuat model menurunkan faktor risiko terhadap
terjadinya. (Ganda Siburian, 2001).
http://himapid.blogspot.com/2008/10/penyakit-kardiovaskuler-pkv-terutama.html
3

Pendahuluan

Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah nama untuk sekelompok gangguan jantung dan
pembuluh darah, dan mencakup penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit kardiovaskular adalah
penyebab kematian nomor satu secara global: lebih banyak orang meninggal setiap tahun karena
penyakit kardiovaskular daripada penyebab lainnya. [1]
PJK merupakan salah satu bentuk utama penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan
pembuluh darah). Menurut WHO (1990) kematian karena PJPD adalah 12 juta/ tahun, menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia. [2]
Di Amerika Serikat, jenis yang paling umum dari penyakit jantung adalah penyakit arteri
koroner (CAD), yang dapat menyebabkan serangan jantung. Kita dapat mengurangi resiko untuk
CAD melalui perubahan gaya hidup dan dalam beberapa kasus, dengan obat-obatan.[3]
Sekitar 600.000 orang meninggal karena penyakit jantung di Amerika Serikat. Penyakit
jantung adalah penyebab utama kematian bagi pria dan wanita. Lebih dari setengah dari
kematian akibat penyakit jantung pada tahun 2009 berada pada pria. Penyakit jantung koroner
adalah jenis yang paling umum dari penyakit jantung, menewaskan lebih dari 385.000 orang
setiap tahunnya.[4]
Di Indonesia, penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner.
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir
angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebanyak 12.338 kasus. Kasus tertinggi Penyakit Jantung
Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 1.487 (19,54%), dibanding dengan jumlah
keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah.[5]

Definisi Kasus

Menurut CDC, penyakit arteri koroner terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di arteri
yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri dari endapan kolesterol,
yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini terjadi, arteri dapat menyempit dari waktu ke
waktu. Proses ini disebut aterosklerosis.[6]
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi sebagai manifestasi dari
penurunan suplai oksigen ke otot jantung sebagai akibat penyempitan atau penyumbatan aliran
darah arteri koronaria yang manifestasi kliniknya, tergantung pada berat ringannya penyumbatan
arteri koronaria.[7]
4

Sumber gambar: http://aliefherbal.com/penyakit/ciri-ciri-penyakit-jantung-koroner.html

Menurut U.S. National Library of Medicine, Penyakit jantung koroner (PJK) adalah
penyempitan pembuluh darah kecil yang memasok darah dan oksigen ke jantung. PJK juga
disebut penyakit arteri koroner.[8]
Menurut WHO, PJK adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan jantung dan pembuluh
darah, dan termasuk penyakit jantung koroner (serangan jantung), penyakit serebrovaskular
(stroke), peningkatan tekanan darah (hipertensi), penyakit arteri perifer, penyakit jantung
rematik, penyakit jantung bawaan dan gagal jantung. Penyebab utama penyakit kardiovaskular
adalah penggunaan tembakau, aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan penggunaan berbahaya
alkohol.[9]

Gambar Ilustrasi Anatomi Jantung


Sumber: http://vector-art.blogspot.com/2008/11/anatomic-heart-vector-illsutration-in.html
5

Faktor Risiko
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung menebal/kaku dan
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
2. Kolesterol
Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang
terdiri darikolesterol dan zat buangan lainnya. Kadar kolesterol tinggi bisa menyebabkan
penyumbatan arteri dan jantung.
3. Rokok
Kandungan nikotin di dalam rokok merupakan racun mematikan yang dapat menjadi faktor
resiko PJK.
4. Kencing Manis
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila kadar gula darah tidak
dikontrol dengan baik.
5. Stres
Stres menimbulkan perangsangan saraf simpatis. Irama detak jantung tak teratur hingga
menimbulkan gangguan pada jantung.
6. Obesitas
Obesitas meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang yang kegemukan juga
cenderung memiliki kadar HDL rendah/ LDL tinggi.
7. Gaya hidup
Gaya hidup yang buruk dapat berpengaruh terhadap penyakit jantung. Gaya hidup yang buruk ini
seperti pola makan yang tidak teratur, sering mengkonsumsi fast food/junk food, dan kurangnya
aktivitas fisik yang menyebabkan kerja jantung bertambah.
8. Kurang olahraga
Apabila kita kurang berolahraga jantung tidak akan sanggup menanggung kelebihan serta
ketegangan yang diakibatkan oleh aktivitas diluar aktivitas normal kita.[2]

Pencegahan PJK

Yayasan Jantung Indonesia memperkenalkan apa yang disebut Panca Usaha Kesehatan
jantung yang menganjurkan pola hidup “sehat” berupa:
‘S’eimbang gizi
‘E’nyahkan rokok
‘H’indari stres
‘A’wasi tekanan darah secara teratur
‘T’eratur berolahraga[2]
Upaya pencegahan primer, yaitu mencegah mereka yang sehat agar tidak mendapatkan
penyakit jantung koroner atau serangan jantung, seperti pola makan sehat dan gizi seimbang,
6

perbanyak olahraga, berfikiran positif dan hindari stress, dan hindari kebiasaan minum minuman
beralkohol.[10]
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan bagi penderita PJK agar tidak
mendapatkan komplikasi akibat PJK, termasuk serangan jantung baik yang pertama maupun
serangan jantung ulangan. Misalnya¸ diagnosis dini dan pengobatan segera, perawatan
medis, dan pemabatasan ketidakmampuan.[11]
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan bagi penderita PJK agar tidak mengalami
komplikasi lanjut atau kecacatan akibat PJK. Misalnya¸ pemeriksaan secara berkala, rehabilitasi,
menjaga pola makan,

http://eptmfkmunsri.blogspot.com/2013/03/penyakit-jantung-koroner_21.html

[tutup]

Gagal jantung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gagal jantung

Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal

ICD-10 I46

ICD-9 427.5

Gagal jantung (istilah medis Heart Failure) merupakan suatu keadaan yang terjadi saat jantung
gagal memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk mencukupi kebutuhan
metabolisme (supply unequal with demand), atau jantung dapat bekerja dengan baik hanya bila
tekanan pengisian (ventricular filling)dinaikan. gagal jantung juga merupakan suatu keadaan
akhir (end stage) dari setiap penyakit jantung, termasukaterosklerosis pada arteri koroner, infark
miokardium, kelainan katup jantung, maupun kelainan kongenital.[1]
Simtoma paraklinis yang ditemukan pada gagal jantung terutama adalah disfungsi sel jantung,
antara lain mekanisme pembersihan kalsium darisitoplasma, defisiensi retikulum
sarkoplasma beserta protein transpor Ca-ATPase dan regulator fosfolamban.[2]
Gagal jantung adalah gawat medis yang bila dibiarkan tak terawat akan menyebabkan kematian
dalam beberapa menit. Perawatan pertama utama untuk gagal jantung adalah cardiopulmonary
resuscitation.
Daftar isi
7

[sembunyikan]

 1 Epidemiologi
 2 Klasifikasi
 3 Manifestasi Klinis
 4 Pemeriksaan
 5 Kriteria Diagnosis
 6 Terapi Medikamentosa secara umum
 7 Rujukan
Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

gagal jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia, meningkat seiring pertambahan
usia, dan mengenai pasien usia lebih dari 65 tahun sekitar 6-10%, lebih banyak mengenai laki-
laki dibandingkan dengan wanita. [3]
Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Gagal jantung dapat diklasifikasikan kedalam :


a. Lokasi :
Gagal jantung kiri (''left-sided heart failure'') dan gagal jantung kanan (''right-sided heart
failure''), dapat terjadi salah satu, maupun keduanya secara bersamaan (biventricular).
Gagal jantung kiri terjadi akibat iskemi atau infark pada dinding jantung (miokard) yang
timbul akibat adanya aterosklerosis pada pembuluh darah koroner yang memperdarahi
jantung. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. [1] Gagal jantung kiri ini banyak terjadi karena ada 3 pembuluh
darah koroner yang paling sering mengalami sumbatan, yaitu pembuluh
darah sirkumfleks, cabang dari arteri marginal kiri, dan cabang dari arteri koroner
kanan.[4] Gagal jantung kiri dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung di kedua bagian,
jantung kiri dan jantung kanan.
b. Fungsi :
Gangguan fungsi sistolik (kontraksi) dan fungsi diastolik (relaksasi atau pengisian).
Gangguan fungsi sistolik dapat terjadi karena infark pada miokard, dan kardiomiopati,
karena kelainan ini jantung tidak dapat memompa secara maksimal darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. gangguan fungsi diastolik dapat terjadi karena
kelainan katup, contohnya adalah mitral stenosis.[1]
c. volume darah yang di pompa : ''low output'' dan ''high output''.
Gagal jantung low output, timbul karena darah yang dipompa keluar dari jantung (cardiac
output) tidak memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, contoh kelainannya yaitu infark
miokard, mitral regurgitasi, aortik stenosis. contoh kelainan yang timbul pada gagal
8

jantung high output yaitu keadaan anemia, walaupun volume darah yang dipompa
jantung ada dalam jumlah yang memadai, namun karena tingginya kebutuhan
metabolisme, zat yang dibawa oleh darah masih tidak mencukupi. [5]
Manifestasi Klinis[sunting | sunting sumber]

Pasien dengan gagal jantung biasanya muncul dengan keluhan sesak, mudah
lelah, berkeringat banyak walaupun tidak beraktivitas berat (''diaphoresis''),
terbangun di malam hari karena sesak (''Paroxysmal nocturnal dyspnea''),
nyeri dada sebagai keluhan awal, bengkak di daerah kaki, ketidaknyamanan
di perut atas bagian kanan. [1]
Pemeriksaan[sunting | sunting sumber]

Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan diatas,


terutama bila pasien berumur lebih dari 40 tahun, dengan adanya riwayat
keluarga dengan penyakit jantung, gangguan kolesterol (dislipidemia),
atau diabetes melitus, pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu :#pemeriksaan
fisik untuk menentukan ''jugular venous pressure'' (JVP), batas-batas jantung,
dan bunyi jantung (''heart sound'')#pemeriksaan penunjang meliputi :
1.
 pemeriksaan laboratorium, meliputi kolesterol, gula darah,
kadar kreatinin, enzim hepar yaitu ALT dan AST. tergantung
pada penemuan anamnesa pasien dan pemeriksaan fisik.
 EKG
 x-ray (rontgen)
 ''echocardiography'' (bila diperlukan)[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Gag00al_jantung

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini Penyakit Jantung Koroner / Coronnary Artery Disease (PJK / CAD)
merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit ini diderita oleh
jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa negara termasuk Indonesia.
Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik, sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah
menimbulkan pergeseran-pergeseran, termasuk dalam bidang kesehatan. Angka kematian
9

menurun dan usia harapan hidup secara umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab
kematian telah berubah. Penyakit-penyakit yang mematikan bukan lagi penyakit menular, namun
telah bergeser kearah penyakit-penyakit tak menular, misalnya stroke, penyakit jantung koroner
dan lainnya. PJK juga merupakan penyebab disabilitas dan kerugian ekonomis yang tertinggi
dibanding penyakit lain. Di Indonesia, dilaporkan bahwa PJK merupakan penyebab kematian
nomor satu. Oleh karena itu, diagnosis dan terapi penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu
di banyak negara tersebut terus berkembang.(Jurnal Kedokteran,2003)

Sampai saat ini penyebab yang pasti dari PJK tidak jelas, faktor risiko diduga sangat
berpengaruh terhadap timbulnya PJK.Timbulnya PJK didasari oleh proses aterosklerosis yang
bersifat progresif yang mana proses tersebut telah dimulai sejak masa kanak-kanak dan menjadi
nyata pada dekade 3 - 4.

Penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada
tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada
kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi
terburuk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit
kardiovaskuler pada 2010. Di negara

Universitas Sumatera Utara


10

berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung
koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju
peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020
diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya.
Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.

Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai
26%. Dalam sepuluh tahun terakhir, angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada
tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %. Kemudian pada tahun 2001 angka tersebut
melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000
penduduk di negara kita. Himpunan Mahasiswa Epidemiologi FKM Unhas ,2008) Di Provinsi
Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit, kasus tertinggi penyakit tantung koroner
adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah
keseluruhan kasus penyakit jantung koroner di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Apabila
dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah 3,82%.
Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus
(10,89%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Banyumas
adalah sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus
(0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap belum melaporkan. Rata-rata
kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus. (

Tiga faktor resiko utama yang saling terkait sebagai penyebab PJK yaitu kebiasaan merokok,
kurang aktivitas fisik, makan tidak seimbang, kegemukan, diet rendah serat atau kurang buah dan
sayur & tinggi kalori/lemak hewani dan lain-lain terus meningkat. (Yayasan Jantung
Indonesia,2006) Universitas Sumatera Utara
11

Dislipidemia merupakan salah satu dari 5 faktor risiko primer penyakit jantung koroner
(disamping hipertensi, diabetes mellitus, merokok, dan penurunan aktivitas fisik). Dislipidemia
dapat bermanifestasi baik dalam peningkatan total kolesterol serum, peningkatan trigliserida,
peningkatan LDL darah maupun penurunan HDL. (Anwar T.B,2004)
Meningkatnya angka penderita PJK yang dilaporkan dari tahun ke tahun disebabkan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dan
kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin
dengan cara pengendalian faktor faktor resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam
usaha pencegahan PJK, baik primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada
mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upaya
memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita.

Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengkajian tentang gambaran
tingkat kesadaran masyarakat tentang PJK di Kelurahan Madras Hulu serta memberi informasi
tentang PJK. Kelurahan Madras Hulu dipilih menjadi lokasi penelitian karena di sini masyarakat
umumnya terdiri dari pelbagai status tingkat pendidikan serta terdiri daripada pelbagai golongan
usia.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat kesadaran masyarakat di Kelurahan Madras Hulu tentang penyakit
jantung koroner?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat kesadaran masyarakat di Kelurahan


Madras Hulu tentang Penyakit Jantung Koroner

Universitas Sumatera Utara


12

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui tentang faktor risiko yang bisa mencetuskan penyakit jantung


koroner.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1.Dijadikan bahan bacaan dan sumber rujukan umum

2.Memberi informasi dan pendedahan kepada masyarakat di Kelurahan Madras Hulu


pentingnya gaya hidup dan pola makan yang sehat untuk menghindari terjadinya PJK

3Meningkatkan kegiatan penyuluhan pada masyarakat terutama bagi yang mempunyai


faktor resiko agar dapat melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin dan
menurunkan angka penderita PJK

4.Menambahkan ilmu pengetahuan,pengalaman dan kompetensi penulis dalam


melakukan penelitian

Universitas Sumatera Utara


www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25429/5/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai