DISUSUN OLEH :
P27229017017
2017
KATA PENGANTAR
Semarang, 20 November
Penyusun
A. Kasus #1 Bahasa Reseptif
Klien berinisial An. WL berjenis kelamin laki-laki, klien lahir pada
tanggal 28 Mei 2014. Saat ini klien berusia 3 tahun 6 bulan dan klien
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa utama yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Ibu klien berinisial Ny. E berusia 32 tahun dan
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ayah klien berinisial Tn. JR berusia 36
tahun bekerja sebagai karyawan swasta. Klien tinggal bersama orangtua
yang beralamat di jalan Melati Raya, Semarang. Klien mengalami Down
Syndrome yang menyebabkan komunikasi klien terganggu.
Dari hasil assessment yang telah dilakukan di ketahui bahwa
kemampuan bahasa reseptif klien belum sesuai dengan usia
perkembangannya, berdasarkan tes ACLC (Assessment of Children’s
Language Comprehension) dapat diketahui untuk elemen A tingkat
Vocabulary klien mampu merespon sebanyak 10 dari 50 materi yang
diberikan dengan benar. Pada elemen B untuk tingkat two criticalelements
klien mampu merespon 2 dari 10 materi yang diberikan dengan benar.
Untuk elemen C pada three critical elements klien belum mampu merespon
dengan benar materi yang diberikan dan untuk elemen D tingkat four
critical elements klien belum mampu merespon dengan benar 9 dari 10
materi yang diberikan. Kemampuan bahasa ekspresif kurang baik, klien
belum mampu bicara dengan jelas dan bicara klien masih dalam tahap
babling. Klien suka berteriak. Klien akan menunjuk jika menginginkan
sesuatu.
Treatmen Plan
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif
selama 1 tahun
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu menunjuk 5 kata benda kategori anggota tubuh
dengan keakuratan 80% selama 3 kali berturut-turut.
b. Agar klien mampu membedakan 5 kata benda kategori anggota
tubuh dengan keakuratan 80% selama 3 kali berturut-turut.
C. Kasus #3 Artikulasi
Klien berinisial An. DW berjenis kelamin perempuan. Saat ini klien
berusia 7 tahun. Klien lahir pada tanggal 14 Januari 2010. Bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa. Klien tinggal dengan orang
tuanya. Ibu klien berinisial Ny AM berusia 37 tahun dan ayah klien
berinisial Tn TN berusia 43 tahun. Klien mengalami celah langit-langit.
Klien telah melakukan oprasi penutupan celah langit-langit.
Berdasarkan hasil assesment, suara klien masih terkesan hipernasal.
Klien mengalami masalah artikulasi. Seperti subtitusi pada /k/tengah dan
akhir menjadi /ng/
Treatmen Plan
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan artikulasi selama
1 tahun
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien menyebutkan /k/ tengah pada kata kakak, aku, paku,
duku, dan buku dengan tingkat keakuratan 80% selama 3kali
berturut-turut.
b. Agar klien menyebutkan /k/ akhir pada kata kakak, kokok,
bidak, duduk, dan golok dengan tingkat keakuratan 80% selama
3kali berturut-turut.
D. Kasus #4 Drooling
Klien berinisial An RN berusia 4 tahun. Klien mengalami Cerebal
Palsy. Klien tinggal bersama orang tuanya yang berinisial Ny. L berusia
32 tahun dan TN. TM berusia 30 tahun. Klien tinggal bersama orang
tuanya.
Berdasarkan hasil asesment, klien mengalami spastik pada
anggota geraknya. Klien juga mengalami drooling. Klien hanya bisa
mengoceh. Klien juga tidak bisa makan makanan yang padat. Untuk
kemampuan minum klien normal.
Treatmen Plan
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu mengurangi drooling selama 1 tahun
b. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan pergerakan
rahang selama 1 tahun
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu menutup mulut dalam 10 detik selama 3
kali berturut-turut
b. Agar klien mampu membuka dan menutup rahang sebanyak
10 kali selama 3 kali berturut-turut
E. Kasus #5 Voice
Klien berinisial FN berusia 35 tahun mengalami vocal nodule.
Adanya benjolan pada salah satu sisi pita suara menyebabkan suara klien
parau dan serak. Klien sulit berbicara karena suara perlahan hilang.
Fonasi klien menjadi pendek.
Treatmen Plan
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu meningkatkan kualitas suara selama 1
tahun
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan berfonasi
selama 10 detik dalam 3 kali berturut-turut
F. Kasus #6 Stuttering
Seorang anak berinisial BI berusia 6 tahun diketahui berdasarkan
assesmen, klien mengalami kegagapan saat berbicara. Klien sering
mengulang suku kata saat berbicara. Sehari-hari klien menggunakan
bahasa Indonesia, klien tinggal bersama orang tuanya.
Treatmen Plan
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu berbicara lancar selama 1 tahun.
2. Tujuan Jangka Pendek
b. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan membaca 10
kalimat dengan lancar dengan keakuratan 80% selama 3 kali
berturut-turut
c. Agar klien mampu menghitung dari 10 ke 1 dengan lancar
dengan keakuratan 80% selama 3 kali berturut-turut
G. Kasus #7 non-verbal
Seorang anak berinisial An. MR berusia 5 tahun, klien ini hanya bisa
mengoceh. Untuk meminta sesuatu klien menunjuk. Jika klien suka klien
akan terseyum. Saat klien tidak suka klien akan marah atau menangis.
Treatmen Plan
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan verbal selama
1 tahun
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu menirukan tingkat suku kata dengan
keakuratan 80% sebanyak 3 kali berturut-turut.
b. Agar klien mampu menamai 5 kata benda kategori anggota
tubuh dengan keakuratan 80% selama 3 kali berturut-turut
H. Kasus #8 Disfagia Fase Oral
Klien berinisial Tn. KL berusia 56 tahun mengalami disfagia fase
oral karena stroke. Klien kesulitan mengunyah dan inisiasi reflek
menelan klien lambat. Adanya pokceting di lateral sulci.
Treatmen Plan
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan menelan
selama 1 tahun
b. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan mengunyah
selama 1 tahun
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan buka tutup
rahang sebanyak 10 kali selama 3 kali berturut-turut.
b. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan pergerakan
lidah atas sebanyak 10 kali selama 3 kali berturut-turut.
c. Kesimpulan
Dalam menjalankan intervensi yang tepat, sebelum melakukan
terapi sebaiknya terapis membuat treatmen plan atau rencana terapi.
treatment plan mencakup tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek
dan tujuan harian. Tratment plan membantu terapis untuk mengetahui
apakah klien dapat mencapai atau untuk mengetahui progres klien
meningkat atau menurun. Jadi penting untuk terapis membuat treatment
plan sebelum menjalankan tindakan terapi.