Anda di halaman 1dari 83

Tiga Pendekatan

Utama dalam
Konseling
Kursus Konseling Pribadi
BPK PPK KAS
14 – 15 Juni 2014
P. Fransiskus I. Yamrewav MSF
Pendekatan atau Teori
Konseling
Psikoanalisis

Behavioral/Perilaku

Humanistik
Kognitif-Emotif
Behavioral

Dll
Mengapa Teori Penting?
 Kerangka membantu orang lain lewat proses
konseling.
 Memberi tuntunan operasional yang ter-
struktur dan terorganisir untuk bekerja dan
membantu mengevaluasi perkembangan diri
sebagai konselor.
 Menghindari cara membantu orang lain dengan
cara trial and error.
1. Pendekatan Psikoanalisis
Peletak dasar pendekatan Psikonalisis

Sigmund Freud
(1856 – 1939)
 Dasar: “Kekuatan terbesar manusia berada di
alam bawah sadar atau alam
ketidaksadarannya”
 Alam bawah sadar diprediksi menyimpan
energi yang sangat kuat dalam mempengaruhi
perilaku manusia.
 Menekankan pentingnya riwayat perkembang-
an psikoseksual.
 Pengaruh dorongan-dorongan genetik (insting)

 Energi hidup – daya survival (libido)


Anthropologi Psikoanalisis
 Bersifat deterministik: perilaku pada masa
dewasa berakar pada pengalaman masa kecil.
 Perilaku itu dikendalikan oleh kekuatan
irasional, motivasi tidak sadar, dan dorongan
biologis dan instingtif yang terintegrasi melalui
proses mental yang tidak disadari yang
bersumber dalam alam bawah sadar dan tidak
sadar.
 Manusia digerakkan oleh 2 insting
utama:
 Libido: insting kehidupan yang
berorientasi pada pertumbuhan,
perkembangan, dan kreativitas.
 Agresi: insting kematian yang
mendorong individu untuk mati atau
menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Dua insting ini menentukan mengapa
seseorang melakukan perilaku tertentu.
Sumbangan Freud dan
Pendekatan Psikoanalisis
a. Teori Topografi
b. Teori Struktural
c. Teori Genetika
d. Teori Dinamika
a. Teori Topografi
Konsep taraf kesadaran individu:
Sadar (conscious)

Bawah Sadar (preconscious)

Tidak Sadar (unconscious)


b. Teori Struktural
Fenomena gunung es

Ego

Super Ego

Id
c. Teori Genetika
d. Teori Dinamika
 Perkembangan perilaku didasari oleh insting
untuk mempertahankan hidup.
 Dikendalikan oleh beberapa faktor: moral, kode
etik, dan aturan sosial.
 Setiap manusia mempunyai keinginan dan
kebutuhan serta ingin mewujudkannya (bila
tidak terwujud menimbulkan kecemasan).
 Kecemasan realitas ketakutan menghadapi
realitas disekitarnya.
 Kecemasan neurotik khawatir karena tidak
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar.
 Kecemasan moral timbul dari rasa bersalah
dan sanksi moral atau nilai-nilai universal
dalam hati nurani
Mekanisme Pertahanan Ego
 Represi: menekan atau menyingkirkan dari
pikiran atau kesadaran sesuatu yang membuat
gelisah.
 Denial: menyangkal masalah atau sesuatu yang
menggelisahkan.
 Reaksi formasi: melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan sesuatu yang membuat
gelisah.
 Proyeksi: mengarahkan pikiran, perasaan,
atau motif kepada orang lain.
 Displacement: salah sasaran, memindahkan
sasaran perasaan negatif dari obyek yang
mengancam kepada obyek yang lebih aman.
 Rasionalisasi: mencari alasan untuk
membenarkan perilaku tertentu.
 Sublimasi: mengarahkan dorongan yang
negatif menjadi sesuatu yang bisa diterima
secara sosial.
 Regresi: berperilaku kembali seperti anak
kecil yang tidak dewasa dan tidak pantas.
 Introyeksi: mengambil atau menelan nilai-
nilai dan standar orang lain.
 Kompensasi: menutupi kelemahan dengan
menunjukkan kelebihan di bidang lain secara
berlebihan.
Perilaku Bermasalah
Freud memandang perilaku bermasalah pada
manusia terdiri dari dua macam:
a) Dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan
superego, ditandai oleh ketidakberdayaan ego
dalam mengendalikan keinginan dan moral
karena ego selalu mengikuti keinginan dengan
mengabaikan moral atau memperhatikan
moral tanpa memperhatikan keinginan.
b) Diperoleh melalui proses belajar sejak kecil.
Pengalaman individu pada masa kecil
mempengaruhi perilaku pada masa
dewasa. Contoh, anak yang dididik dengan
keras dan kasar, maka anak akan menjadi
sangat kasar, keras, kaku, dan otoriter.
Tujuan Konseling
 Membuat yang bawah sadar dan tidak sadar
menjadi sadar.
 Menguatkan peran ego, sehingga perilaku
lebih berdasarkan realitas dibanding insting.
 Pengalaman masa kecil direkonstruksi,
ditafsirkan, dan dianalisa.
 Proses tidak terbatas pada memecahkan
masalah dan belajar perilaku baru.
Konseling dengan pendekatan
psikoanalitis berorientasi untuk
mencapai pengertian yang dalam,
namun bukan sekedar
pemahaman intelektual.
Peran Konselor
 Relasi Transferensi: tidak banyak berkata-kata dan
tetap netral supaya klien dapat membuat
proyeksi kepada konselor.
 Membantu klien untuk dapat lebih mencintai,
bekerja, dan bersenang-senang.
 Membantu klien mencapai kesadaran diri,
kejujuran, dan relasi personal yang efektif.
 Membantu klien supaya dapat menyikapi
kecemasan dengan lebih realistis.
 Membantu klien mengendalikan dorongan dan
perilaku irasional.
Langkah-langkah Konseling
a. Pembukaan
adalah awalan wawancara antara klien dan
konselor sampai keduanya menemukan
masalah yang dihadapi.
Klien akan banyak mengeksplorasi konflik-
konflik psikis yang dirasakan, konselor
merekam dan mempelajari konflik dalam alam
bawah sadar klien.
Pada akhirnya klien menyimpulkan posisinya
dan konselor menetapkan tahap berikutnya.
b. Pengembangan Transferensi
Inilah inti konseling psikoanalisis. Pada tahap
ini, klien telah dibantu untuk mampu
menunjukkan permasalahan yang disebabkan
oleh pengalaman masa lalunya.

c. Bekerja melalui Transferensi


Konselor akan terus mendalami permasalah
yang dihadapi dan mengkaji alternatif-
alternatif pemecahannya.
d. Pemecahan Transferensi terfokus pada
berlangsungnya transfersi dan dinamika
kepribadian (puncak konseling)
Tujuan konseling akan ditemukan (pemecahan
perilaku neuritik klien yang ditunjukkan pada
konselor)

Perlahan konselor mulai menjalin hubungan


yang hangat untuk membangkitkan rasa
percaya diri klien sekaligus mengurangi
ketergantungan terhadap konselor
Tekhnik Psikoanalisis:
1. Asosiasi bebas: adalah teknik yang
memberikan kebebasan kepada klien untuk
mengungkapkan semua perasaan dan
pikirannya yang pernah terlintas dalam diri
klien. Mempermudah konselor dalam
memahami dinamika psikologis klien.
Tekhnik Psikoanalisis:
2. Interpretasi mimpi: klien bebas
mengemukakan semua mimpinya selama
mengalami permasalahan dan konselor
menafsirkannya. Konselor meyakini bahwa
mimpi adalah ekspresi seluruh kebutuhan,
dorongan, dan keinginan yang tidak disadari.
Tekhnik Psikoanalisis:
3. Analisis transferensi: bentuk pengalihan
semua pengalaman klien kepada konselor saat
proses konseling berlangsung. Sedangkan
analisis transferensi merupakan pencarian
konselor terhadap pengalaman masa lalu klien
yang menyebabkan timbulnya masalah.
Tekhnik Psikoanalisis:
4. Analisis resistensi: resistensi adalah tindakan
dan sikap untuk menolak berlangsungnya
terapi. Hal itu merupakan bentuk
mempertahankan diri dari klien, sedangkan
untuk konselor merupakan umpan dalam
mengetahui alasan kliennya melakukan
demikian.
2. Pendekatan Behavioral
Peletak dasar pendekatan Behavioral

Ivan Pavlov B. F. Skinner A. Bandura


(1849-1936) (1904-1990) (1925)
Anthropologi Behavioral
• Pandangan klasik mengatakan bahwa
individu adalah produk pengkondisian
sosial budaya.
• Pandangan sekarang mengatakan bahwa
individu adalah pembuat dan sekaligus
hasil lingkungannya.
• Maka, tujuan konseling adalah meningkat-
kan keterampilan individu sehingga ia
mampu menanggapi lingkungannya.
Prinsip-Prinsip Behavioral
• Fokus pada perilaku kelihatan.
• Perilaku kelihatan itu adalah yang kini dan
sekarang, bukan yang kemarin atau besok.
• Semua perilaku dapat dipelajari, baik yang
adaptif maupun maladaptif.
• Proses belajar merupakan cara efektif
untuk mengubah tingkah laku maladaptif.
• Fokus pada tujuan konseling yang jelas.
• Kepribadian manusia adalah perilaku
manusia itu sendiri, sebab perilaku
merupakan pancaran dari sifat asli
manusia yang bersangkutan dan dibentuk
oleh interaksi antara dirinya dengan
lingkungan.
• Dalam konseling behavior terdapat teori
yang digunakan untuk memahami
mekanisme pembentukan perilaku, yaitu
teori belajar klasik, teori belajar operan,
teori belajar tiruan
Teori pendekatan Behavioral
1. Teori belajar klasik (classical
conditioning), yang dicetuskan oleh Ivan
Pavlov, bahwa belajar terjadi karena
asosiasi bebas antara perilaku dengan
lingkungannya. Pavlov memandang
bahwa lingkungan merupakan stimulus
bagi terbentuknya perilaku individu. Teori
ini dapat menjelaskan gangguan pada
perilaku manusia seperti kecemasan dan
phobia.
Teori pendekatan Behavioral
2. Teori belajar operan (operant con-
ditioning), dicetuskan oleh Skinner.
Menurutnya, perilaku individu terbentuk
oleh konsekuensi yang menyertainya
(reward and punishment).
3. Teori belajar tiruan (social learning),
dicetuskan oleh Bandura. Menurutnya,
perilaku dapat terbentuk melalui
observasi model secara langsung
ataupun tidak langsung.
Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah perilaku yang
tidak pernah mendapatkan pengahargaan
positif atau perilaku yang tertolak oleh
lingkungan sekitarnya atau bisa juga perilaku
negatif hasil penyesuaian yang salah
Tujuan Konseling Behavioral

Tujuan konseling behavioral adalah


mengantarkan klien untuk mencapai
kondisi kehidupan tanpa mengalami konflik
atau kesulitan dan hambatan perilaku
yang menyebabkan ketidakpuasan jangka
panjang.
Prosedur dan Tahapan
Menurut Krumboltz ada 4 tahap:
1. Belajar operan
Klien diberi pemahaman tentang
perlunya reward sebagai stimulasi.
Reward diwujudkan dalam bentuk
dorongan dan penerimaan sebagi tanda
persetujuan dan pembenaran atas
perubahan tingkah laku klien.
2. Belajar meniru
Konselor menunjukkan perilaku positif
untuk ditiru dan dibiasakan dalam
perilaku sehari-hari.

3. Belajar kognitif
Konselor memberi kebebasan pada klien
untuk merespon stimulasi dari lingkungan
sosial untuk dipelihara menjadi
kebiasaan.
4. Belajar emosi
Konselor akan menunjukkan respon-
respon negatif secar emosional dan
kemudian menggantinya dengan respon
positif yang dapat diterima secara
emosional.
Teknik Konseling Behavioral

1. Teknik relaksasi. Konselor mengajak


klien untuk menenangkan diri dan
mengurangi ketegangan di badan dan
pikiran. Caranya bisa dengan
perenggangan dari kepala sampai ke
kaki. Bisa juga dengan bantuan musik
relaksasi.
Teknik Konseling Behavioral
2. Teknik jadwal penguatan. Bila suatu
perilaku baru saja dipelajari, maka
perilaku itu harus diperkuat setiap kali
muncul. Dengan kata lain, penguatan
berlangsung terus-menerus. Penguatan
bisa dilakukan dengan reward atau
punishment. Setelah terbentuk,
penguatan dapat dikurangi bertahap.
Teknik Konseling Behavioral
3. Shaping. Perilaku yang dipelajari secara
bertahap dengan pendekatan suksesif.
Perilaku baru yang diinginkan dapat
dipecah-pecah ke dalam unit-unit dan
mempelajarinya secara bertahap.

3. Time-out. Klien dipisahkan dari


kemungkinan mendapatkan penguat
positif.
Teknik Konseling Behavioral
5. Desensitisasi sistematis. Membantu
klien mengatasi kecemasan dalam situasi
tertentu. Klien diminta menggambarkan
situasi yang menimbulkan kecemasan
dan membuat urutan situasi yang paling
menimbulkan kecemasan sampai yang
tidak menimbulkan kecemasan. Efektif
digunakan untuk mengatasi phobia.
Modifikasi Pendekatan Behavioral

R ational
E motive
B ehavior
T herapy
Albert Ellis
(1913-2007)
3. Pendekatan Humanistik
Peletak dasar Pendekatan Humanistik

Abraham Carl Rogers


Maslow (1902 –
(1908 – 1970) 1987)
Individu memiliki potensi untuk secara
aktif memilih dan membuat keputusan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan
dirinya sendiri dan lingkungannya.
Individu dibantu untuk meningkatkan
pemahaman diri melalui mengalami
perasaan-perasaan mereka.
Individu adalah pembuat keputusan dan
pencetus pertumbuhan dan
perkembangan diri mereka sendiri.
Pandangan tentang
manusia
Manusia pada dasarnya adalah baik.
Karakteristik manusia adalah positive,
forward moving, constructive, realistic, and
trustworthy.
Setiap individu adalah pribadi yang sadar,
terarah, dan bergerak ke arah aktualisasi
diri sejak dari lahir.
Aktualisasi diri adalah dorongan paling
menonjol dan memotivasi eksistensi dan
mencakup tindakan yang mempengaruhi
keseluruhan kepribadian.
Kepribadian
Ada 3 unsur utama pembentuk kepribadian:
1. Self. Persepsi dan nilai-nilai individu
tentang hal-hal yang berhubungan
dengan diri sendiri.
2. Medan fenomenal. Keseluruhan
pengalaman seseorang yang diterima,
baik disadari maupun tidak disadari.
3. Organisme. Keseluruhan totalitas
individu yang meliputi pemikiran,
perilaku, dan kondisi fisik.
Untuk mencapai self yang sehat, individu
butuh:

1. Positive regard – love


2. Warmth
3. Care
4. Acceptance
Perilaku bermasalah
Bila keempat kebutuahan tadi terpenuhi,
maka akan tercapai keserasian
(congruence) antara ideal self dan real self.
Bila tidak terpenuhi, maka akan muncul
perilaku bermasalah, karena timbul
ketidaksera-sian (incongruence) antara
ideal self dan real self. Individu akan
menjadi cemas dan bisa melakukan
pertahanan diri dengan tensi tinggi.
Self-image
Self-image
Incongruent Congruent

Real- Ideal- Real Idea


self self -self l-self

Real-self berbeda dari Ideal- Real-self mirip dgn


self Ideal-self
Hanya ada sedikit Perpotongan lebih besar
Self-image
Tujuan konseling
Tercapainya individu yang seimbang karena
dapat memfungsikan seluruh potensi diri
untuk beraktualisasi diri:
• Klien terbuka terhadap pengalaman dan
keluar dari pertahanan diri. Seluruh
pengalaman diterima secara sadar
sebagai kenyataan yang tidak dapat
dihindari.
• Self klien akan mencapai keserasian.
Teknik Konseling
Humanistik
Membangun hubungan terapeutik,
menciptakan kondisi fasilitatif, dan hubungan
substantif dengan membangun: empathy,
unconditional positive regard, dan
congruence.
Kualitas hubungan konseling jauh lebih
penting dari teknik. Klien bereksplorasi diri
dengan lebih terbuka, kemudian klien akan
menunjukkan perubahan perilaku yang lebih
positif, seperti menghilangkan sikap kaku
dan lebih membuka diri terhadap
pengalamannya serta belajar beraktualisasi
Empati
Merasakan dan berpikir
bersama, bukan untuk
berpikir tentang dan
untuk klien. Empati,
menurut penelitian,
adalah salah satu faktor
paling berpengaruh
membawa perubahan
dan pembelajaran.
Positive Regard
Disebut juga penerimaan
tanpa syarat,
menghargai klien karena
keberadaannya dan
penerimaan mendalam
atas diri klien.
Kongruensi
Kondisi transparan
dalam hubungan
Terapeutis tanpa
Menggunakan topeng
atau pulasan-pulasan.
Perbandingan Ketiga Pendekatan
Filosofi Dasar:
Psikoanalisis: manusia dikendalikan oleh
insting dan pengalaman masa kecil yang
tersimpan dalam alam prasadar dan tidak
sadar.
Behavioral: perilaku adalah hasil belajar.
Individu adalah pencipta dan produk
lingkungan.
Humanistik: manusia pada dasarnya adalah
baik dan mampu mengaktualisasikan seluruh
Konsep Kunci:
Psikoanalisis: kepribadian terbentuk selama
tahap perkembangan psikoseksual. Ego, Id,
dan Super-ego adalah dasar struktur
kepribadian.
Behavioral: fokus pada perilaku yang kelihatan
penentuan tujuan konseling, dan evaluasi
hasil. Perilaku dipelajari dengan penguatan.
Humanistik: kepribadian terbentuk oleh
dinamika self, medan fenomenal, dan
organisme. Kesehatan mental adalah
Tujuan Konseling:
Psikoanalisis: membuat yang tidak sadar
menjadi sadar, menguatkan Ego, dan
mengtasi konflik internal.
Behavioral: mempelajari perilaku baru yang
lebih adaptif dan produktif, mengubah
keyakinan yang keliru, dan meningkatkan
keterampilan individu.
Humanistik: memberikan iklim kondusif untuk
eksplorasi diri, keterbukaan, membangun rasa
percaya diri, dan mencapai aktualisasi diri.
Langkah-langkah Konseling
1. Membangun relasi terapeutik
dan rapport

2. Identifikasi dan penilaian


masalah

3. Intervensi (memfasilitasi
perubahan terapeutik)

4. Evaluasi dan terminasi


Keterampilan Mendengarkan
Efektif
1. Komunikasi verbal dan non-verbal
2. Paraphrasing
3. Merefleksikan perasaan
4. Merefleksikan makna
5. Klarifikasi dan Refleksi Ringkasan
6. Feedback
Atensi
 Kesadaran tentang bahasa tubuh klien: apa
yang dapat dilihat dari tingkah lakunya.
 Kesadaran tentang bahasa tubuh diri sendiri:
apa yang dapat dilihat orang dari tingkah
lakunya sendiri.
 Mendengarkan apa yang dikatakan klien dan
bagaimana caranya menyampaikan.
Bahasa non-verbal
 Nada suara: lembut,
menenteramkan
 Ekspresi wajah: tersenyum,
menunjukkan minat
 Postur: relaks, condong ke arah
klien
 Kontak mata: melihat langsung
 Gestur: terbuka, menyambut
 Sentuhan: lembut dan
proporsional
Paraphrasing
Adalah jawaban yang menyebutkan esensi isi pesan
yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata
konselor sendiri.
Ada 4 syarat:
1. Ringkas
2. Merefleksikan pesan yang disampaikan
3. Fokus pada isi
4. Menggunakan kata-kata konselor
Tina: saya tidak tahu apakah mau bekerja lagi atau
tidak setelah punya anak nanti. Tanto juga tidak
memberikan jawaban yang pasti. Saya suka
pekerjaan saya, sangat menantang dan honornya
bagus. Tapi saya pikir menjadi ibu yang baik dan
menjadi karyawati yang baik tidak dapat berjalan
seiring.
Konselor: kamu begitu menikmati pekerjaanmu,
tapi kamu tidak yakin bisa jadi ibu sekaligus
karyawati yang baik.
Dono: isteriku kemarin telpon kalau puteri kami
sakit. Saya khawatir ada apa-apa dengan dia.
Sekarang saya sedang tugas di luar pulau. Rasanya
saya harus segera pulang, tapi saya nggak punya
cukup uang.
Konselor: kamu menerima kabar puterimu sakit
dan merasa harus pulang, tapi nggak punya cukup
uang.
Merefleksikan perasaan
Mencakup mencerminkan kembali perasaan yang
disampaikan oleh klien. Harus dicari dengan akurat
apa yang ingin disampaikan klien.
Seringkali pesan perasaan tidak ditangkap karena
konselor sibuk fokus dan mengartikan isi pesan.
Jagger: saya begitu yakin akan menikah pada usia
sekarang. Tapi, hubungan saya gagal terus.
Konselor: membuat sangat mengecilkan hati ya,
Jagger: ya memang. Akankah saya menemukan
orang yang cocok?
Swift: saya harap Anda bisa membantu saya
menentukan pilihan. Seandainya saya bisa….saya
memang nggak mampu.
Konselor: Anda putus asa dan mengira tidak ada
seorangpun yang bisa membantu.
Merefleksikan makna
Konselor tidak memberi pesan aktual, tapi hanya
merefleksikan kembali apa yang ditangkap dari
pesan yang disampaikan.
Konselor berusaha memberi tanggapan terhadap
pernyataan yang mencampurkan perasaan dan fakta.
Cloney: Supervisor saya terus menerus bertanya
tentang kehidupan pribadi saya. Saya ingin dia tidak
lagi melakukan itu.
Konselor: Anda merasa jengkel karena dia tidak
menghormati privasi Anda.
Cloney: Ya. Saya akan senang jika ia bertanya
tentang pekerjaan saya dan tugas-tugas yang
diberikan kepada saya.
Konselor: Anda ingin agar dia lebih memperhatikan
kinerja Anda dibanding privasi Anda.
Anak: aku nggak mau pergi ke pesta ulang tahun
Bobi besok!
Orangtua: sepertinya kamu sama Bobi sedang ada
masalah ya?
Anak: aku nggak suka dia. Dia nggak adil!
Orangtua: yah....kamu nggak suka dia karena dia
pernah nggak adil sama kamu?
Anak: iya….dia nggak mau main seperti yang aku
mau.
Refleksi Ringkasan
Tema utama dan perasaan utama yang disampaikan
oleh klien diungkapkan kembali setelah durasi
percakapan yang cukup panjang, tidak seperti
bentuk refleksi lain yang menyusul setelah satu atau
dua kalimat.
“Tema yang selalu Anda ulangi sepertinya……..”
“Saya melihat ada suatu pola dan saya ingin
mengeceknya. Anda……”
Feedback
 Konselor menyatakan pikirannya setelah
melakukan paraphrasing dan mendengarkan
aktif.
 Konselor menyatakan kesimpulan sendiri
berdasarkan pengamatan.
 Juga merupakan upaya mengoreksi kesalahan
bila apa yang dipikirkan salah.
“Saya merasa sepertinya ada yang belum Anda
ceritakan kepada saya…”
“Saya pikir kemungkinan besar Anda telah
membuat kesalahan.”
“Saya mengira-ngira apakah ini…….yang
sebenarnya terjadi.”
Referensi
Corey, G. (2009). Theory and practice of counseling and psychotherapy 8th Ed.
Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.

Laungani, P. (2004). Asian perspective on counselling and psychotherapy. New York:


Brunner-Routledge.

Lesmana, J. M. (2005). Dasar-dasar konseling. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia.

Moursund, J. P., & Erskine, R. G. (2004). Integrative psychotherapy. The art and
science of relationship. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.

Nelson-Jones, R. (2005). Practical counselling and helping skills. London: Sage


Publications Ltd.
Referensi
O’Brien, M., & Houston, G. (2007). Integrative therapy. A practitioner’s guide 2nd
Ed. London: Sage Publications Ltd.

Yogi, A. (2012). Teori-teori konseling. Retrieved June 10, 2014, from


http://www.slideshare.com

Sharf, R. S. (2008). Theories of psychotherapy and counseling. Concepts and cases 4th
Ed. Belomont, CA: Thomson Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai