Utama dalam
Konseling
Kursus Konseling Pribadi
BPK PPK KAS
14 – 15 Juni 2014
P. Fransiskus I. Yamrewav MSF
Pendekatan atau Teori
Konseling
Psikoanalisis
Behavioral/Perilaku
Humanistik
Kognitif-Emotif
Behavioral
Dll
Mengapa Teori Penting?
Kerangka membantu orang lain lewat proses
konseling.
Memberi tuntunan operasional yang ter-
struktur dan terorganisir untuk bekerja dan
membantu mengevaluasi perkembangan diri
sebagai konselor.
Menghindari cara membantu orang lain dengan
cara trial and error.
1. Pendekatan Psikoanalisis
Peletak dasar pendekatan Psikonalisis
Sigmund Freud
(1856 – 1939)
Dasar: “Kekuatan terbesar manusia berada di
alam bawah sadar atau alam
ketidaksadarannya”
Alam bawah sadar diprediksi menyimpan
energi yang sangat kuat dalam mempengaruhi
perilaku manusia.
Menekankan pentingnya riwayat perkembang-
an psikoseksual.
Pengaruh dorongan-dorongan genetik (insting)
Ego
Super Ego
Id
c. Teori Genetika
d. Teori Dinamika
Perkembangan perilaku didasari oleh insting
untuk mempertahankan hidup.
Dikendalikan oleh beberapa faktor: moral, kode
etik, dan aturan sosial.
Setiap manusia mempunyai keinginan dan
kebutuhan serta ingin mewujudkannya (bila
tidak terwujud menimbulkan kecemasan).
Kecemasan realitas ketakutan menghadapi
realitas disekitarnya.
Kecemasan neurotik khawatir karena tidak
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar.
Kecemasan moral timbul dari rasa bersalah
dan sanksi moral atau nilai-nilai universal
dalam hati nurani
Mekanisme Pertahanan Ego
Represi: menekan atau menyingkirkan dari
pikiran atau kesadaran sesuatu yang membuat
gelisah.
Denial: menyangkal masalah atau sesuatu yang
menggelisahkan.
Reaksi formasi: melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan sesuatu yang membuat
gelisah.
Proyeksi: mengarahkan pikiran, perasaan,
atau motif kepada orang lain.
Displacement: salah sasaran, memindahkan
sasaran perasaan negatif dari obyek yang
mengancam kepada obyek yang lebih aman.
Rasionalisasi: mencari alasan untuk
membenarkan perilaku tertentu.
Sublimasi: mengarahkan dorongan yang
negatif menjadi sesuatu yang bisa diterima
secara sosial.
Regresi: berperilaku kembali seperti anak
kecil yang tidak dewasa dan tidak pantas.
Introyeksi: mengambil atau menelan nilai-
nilai dan standar orang lain.
Kompensasi: menutupi kelemahan dengan
menunjukkan kelebihan di bidang lain secara
berlebihan.
Perilaku Bermasalah
Freud memandang perilaku bermasalah pada
manusia terdiri dari dua macam:
a) Dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan
superego, ditandai oleh ketidakberdayaan ego
dalam mengendalikan keinginan dan moral
karena ego selalu mengikuti keinginan dengan
mengabaikan moral atau memperhatikan
moral tanpa memperhatikan keinginan.
b) Diperoleh melalui proses belajar sejak kecil.
Pengalaman individu pada masa kecil
mempengaruhi perilaku pada masa
dewasa. Contoh, anak yang dididik dengan
keras dan kasar, maka anak akan menjadi
sangat kasar, keras, kaku, dan otoriter.
Tujuan Konseling
Membuat yang bawah sadar dan tidak sadar
menjadi sadar.
Menguatkan peran ego, sehingga perilaku
lebih berdasarkan realitas dibanding insting.
Pengalaman masa kecil direkonstruksi,
ditafsirkan, dan dianalisa.
Proses tidak terbatas pada memecahkan
masalah dan belajar perilaku baru.
Konseling dengan pendekatan
psikoanalitis berorientasi untuk
mencapai pengertian yang dalam,
namun bukan sekedar
pemahaman intelektual.
Peran Konselor
Relasi Transferensi: tidak banyak berkata-kata dan
tetap netral supaya klien dapat membuat
proyeksi kepada konselor.
Membantu klien untuk dapat lebih mencintai,
bekerja, dan bersenang-senang.
Membantu klien mencapai kesadaran diri,
kejujuran, dan relasi personal yang efektif.
Membantu klien supaya dapat menyikapi
kecemasan dengan lebih realistis.
Membantu klien mengendalikan dorongan dan
perilaku irasional.
Langkah-langkah Konseling
a. Pembukaan
adalah awalan wawancara antara klien dan
konselor sampai keduanya menemukan
masalah yang dihadapi.
Klien akan banyak mengeksplorasi konflik-
konflik psikis yang dirasakan, konselor
merekam dan mempelajari konflik dalam alam
bawah sadar klien.
Pada akhirnya klien menyimpulkan posisinya
dan konselor menetapkan tahap berikutnya.
b. Pengembangan Transferensi
Inilah inti konseling psikoanalisis. Pada tahap
ini, klien telah dibantu untuk mampu
menunjukkan permasalahan yang disebabkan
oleh pengalaman masa lalunya.
3. Belajar kognitif
Konselor memberi kebebasan pada klien
untuk merespon stimulasi dari lingkungan
sosial untuk dipelihara menjadi
kebiasaan.
4. Belajar emosi
Konselor akan menunjukkan respon-
respon negatif secar emosional dan
kemudian menggantinya dengan respon
positif yang dapat diterima secara
emosional.
Teknik Konseling Behavioral
R ational
E motive
B ehavior
T herapy
Albert Ellis
(1913-2007)
3. Pendekatan Humanistik
Peletak dasar Pendekatan Humanistik
3. Intervensi (memfasilitasi
perubahan terapeutik)
Moursund, J. P., & Erskine, R. G. (2004). Integrative psychotherapy. The art and
science of relationship. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.
Sharf, R. S. (2008). Theories of psychotherapy and counseling. Concepts and cases 4th
Ed. Belomont, CA: Thomson Brooks/Cole.