Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMPSIA

DI RUANG ICU RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun Oleh:
Retno Dwi Jayanti ( 108114022 )

STIKES AL- IRSYAD AL- ISLAMIYYAH CILACAP


2018
A. DEFINISI
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau
koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi
ke-3).
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang
ditandai dengan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria (Cunningham, et al, 2007). Hipertensi ialah tekanan darah
≥140/90 mmHg. Dengan catatan, pengukuran darah sekurang-kurangnya
dilakukan 2 kali selang 4 jam. Sedangkan proteinuria adalah adanya 300 mg
protein dalam urin 24 jam atau sama dengan ≥1+ dipstick (Angsar, 2008).
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥ 5
g/ 24 jam atau kualitatif 4+. Sedangkan pasien yang sebelumnya mengalami
preeclampsia kemudian disertai kejang dinamakan eklampsia (Angsar, 2008).
Penggolongan preeclampsia menjadi preeclampsia ringan dan preeclampsia
berat dapat menyesatkan karena preeclampsia ringan dalam waktu yang
relative singkat dapat berkembang menjadi preeclampsia berat (Cunningham,
et al, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
preeklamsi adalah suatu keadaan pada masa kehamilan yang ditandai
denganadanya peningkatan tekanan darah, protein uria dan adanya edema.

B. KLASIFIKASI
Menurut Wiknjosastro (2008) preeklamsia dibagi menjadi :
1) Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang, atau dengan kenaikkan diastolic 15mmHg atau
lebih,atau kenaikan sistolik 30mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa
1jam, sebaiknya 6jam
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikkan berat badan
1kg atau lebih setiap minggunya
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2+
pada urin kateter atau midstream
2) Preeklamsia berat
a. Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih per liter
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium
e. Terdapat edema paru atau sianosis
f. Keluhan subjektif : nyeri
g. epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, odema paru, dan
sianosis gangguan kesadaran.
h. Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai
i. ikterus, perdarahan pada retina, tromosit kurang dari 100.000 /mm.

C. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Teori yang dapat diterima:
1. Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa
2. Makin tuanya kehamilan
3. Kematian janin dalam rahim
4. Edema, proteinuria, kejang dan koma (Prawirohardjo, 2006).
Menurut Bobak (2005) preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan
pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th, namun
ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia,
faktor tersebut adalah :
1. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
2. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
3. Kegemukan
4. Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
5. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
6. Gizi buruk
7. Gangguan aliran darah ke Rahim
8. Kehamilan kembar

D. MANIFESTASI KLINIK
Genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Sibai menemukan
adanya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu wanita yang
memiliki riwayat eklampsi, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom
yang mengatur respons imun maternal. Faktor parental juga sedang diteliti.
1. Pre eklampsi ringan
a. Bila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg diatas tekanan biasa,
tekanan diastolik 90 mmHg kenaikan 15 mmHg diatas tekanan biasa,
tekanan yang meninggi ini sekurangnya diukur dua kali dengan jarak 6
jam.
b. Protein urin sebesar 300 mm/dl dalam 24 jam atau > 1 gr/1 secara
rantom dengan memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan
pada 2 waktu dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah
bervariasi.
c. Edema dependent, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar. Edema timbul dengan diketahui penambahan berat badan
yang sebanyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian
baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat.
2. Pre eklampsi berat
a. Tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari
110 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam
dengan ibu posisi tirah baring.
b. Proteinuria lebih dari 5 gr dalam urine 24 jam atau kurang lebih 3 pada
pemeriksaan dipstik setidaknya pada 2 kali pemeriksaan acak 11
menggunakan contoh urine yang diperoleh cara bersih dan berjarak
setidaknya 4 jam.
c. Oliguria ≤ 400 ml dalam 24 jam.
d. Gangguan otak atau gangguan penglihatan.
e. Nyeri ulu hati
f. Edema paru/ sianosis.
3. Eklampsia
a. Kehamilan lebih dari 20 minggu atau persalinan atau nifas.
b. Tanda- tanda pre eklampsia (hipertensi, edema, protein uria)
c. Kejang dan koma
d. Terkadang disertai gangguan fungsi organ. (Bobak, 2004)

E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
1. Perubahan pada plasenta dan uterus.
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan
fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin
terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin
sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
2. Perubahan pada ginjal.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glumerulus berkurang. Pada
penyelidikan biopsi menunjukkan kelainan pre eklampsi berupa: kelainan
glomerulus, hiperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainanpada tubulus-
tubulus Henle, dan spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
3. Hati.
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan
nekrosis pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil,
terutama disekitar vena porta.
4. Otak.
Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan
perdarahan.
5. Retina.
Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus pada
arteriola-arteriola, terutama pada siklus optikus dan retina.
6. Paru.
Yaitu menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.
7. Jantung.
Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium.
Sering ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis dan perdarahan.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan pre
eklamsia yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm3)
b. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi Hati
1) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
2) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
4) Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-
45 u/ml)
5) Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N=
< 31 u/ml)
6) Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL)
d. Tes Kimia Darah
Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnya yaitu 2,4 –
2,7 mg/dL
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi (USG). Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan
retardasi perteumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografi
menunjukan bahwa denyut jantung janin lemah

H. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti
mengenai tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsia ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih
berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-
eklampsia. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta
karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang
berlebihan.
2. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
a. Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
b. Hendaknya janin lahir hidup.
c. Trauma pada janin seminimal mungkin.
Menurut Mansjoer (2001), penanganan preeklampsia ringan
adalah:
a. Pada pasien rawat jalan, anjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang
hari dan tidur >8 jam malam hari. Bila susah tidur, berikan
fenobarbital 1-2 x 30 mg kunjungan ulang diakukan 1 minggu
kemudian.
b. Rawat pasien jika tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan
rawat jalan, BB meningkat >1kg/minggu, selama 2 kali berturut-turut
atau tampak adanya tanda preeklampsia berat. Berikan obat
antihipertensi Metildopa 3 x 125 mg, nifedipin 3-8 x 5-10 mg atau
pindolol 1-3 x 5 mg. Jangan berikan antidiuretik dan tidak perlu diet
rendah garam.
c. Jika keadaaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan
140-150/90-100mmHg, pertahanakan sampai aterm sehingga ibu dapat
berobat jalan dan anjurkan periksa tiap minggu. Kurangi dosis hingga
mencapai dosis optimal, tekanan darah tidak boleh < 120mmHg.

 Penanganan preeklampsia berat:


Ibu yang didiagnosa preeklamsia berat/ (preeklamsia berat disertai
keluhan-keluhan lainnya) menderita penyakit kritis dan memerlukan
penanganan yang tepat. Protokol pelaksanannya masih kontroversi antar
rumah sakit saat ini. Pengenalan temuan klinis dan laboratorium sangatlah
penting jika terapi yang agresif dan dini perlu dilakukan untuk mencegah
mortalitas maternal dan perinatal. Serviks yang belum siap (belum
berdilatasi atau melunak) karena usia kehamilan dan sifat agresif penyakit
ini mendukung dilakukannya operasi sesaria. Induksi persalinan yang lama
dapat meningkatkan morbiditas maternal.
a. Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 dalam infuse
Dekstrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes permenit. Dosisi awal
MgSO4 2 g IV dalam 10 menit selanjutnya 2 g perjam ddalam drip
infuse sampai tekanan darah antara 140-150/90-100 mmHg. Syarat
pemberian MgSO4 adalah reflek patella kuat, RR>16 kali permenit,
dan dieresis dalam 4 jam sebelumnya (0.5ml/kg BB/jam) adalah >
100cc. Selama pemberian MgSO4, perhatikan tekanan darah, suhu,
perasaan panas, serta wajah merah.
b. Berikan nifedipin 9-3-4 x 10 mg per oral. Jika pada jam ke 4 diastolik
belum turun sampai 20%, tambahkan 10 mg oral. Jika tekanan
diastolic meningkat ≥110mmHG, berikan tambahan suglingual.
Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam,
kemudian diharapkan stabil antara 140-150/90-100mmHg.
c. Periksa tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter
urin dan kantong urin. Ukur urin tiap 6 jam. Jika < 100ml/4 jam,
kurangi dosis MgSO4 menjadi 1g/jam

I. MASALAH KEPERAWATAN
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-haniwidian-5437-2-
babii.pdf. Diakses pada 9 Januari 2018, pukul 15.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai