Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Episkleritis merupakan kondisi inflamasi yang dapat sembuh sendiri yang
terjadi dibagian episklera dan bersifat jinak. Episkleritis dapat terjadi pada jenis
kelamin laki-lakimaupun perempuan. Puncak insiden episkleritis pada wanita
terutama pada dekade keempatdan kelima sedikit lebih tipis dibandingkan pada
pria. Penyakit ini jarang dialami oleh anak-anak maupun dewasa muda.

Episkleritis biasanya ringan, dapat sembuh sendiri, dan penyakit yang


sering kambuh.Kebanyakan kasus episkleritis merupakan idiopatik, meskipun
hampir sepertiga kejadiankasus ini disebabkan oleh penyakit sistemik yang
mendasari. Beberapa kasus dapatdiakibatkan oleh reksi inflamasi eksogen.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat


judul referatepiskleritis sebagai bahan pembelajaran dalam upaya penanganan
penyakit episkleritis.

1.2. Tujuan
Referat ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik di RSUD
Solok, dan juga sebagai bahan pengayaan materi agar mahasiswa mengetahui dan
memahami lebih jauh tentang Episkleritis.

1.3. Manfaat
Agar referat ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran,
menambah ilmu pengetahuan dan agar pembaca lebih memahami tentang
Episkleritis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. Episkleritis
2.1 Definisi
Episkleritis merupakan reaksi radang pada episklera, yaitu jaringan ikat
vaskular yang terletak di antara konjungtiva dan permukaan sklera. Penyakit ini
termasuk dalam kelompok “mata merah dengan penglihatan normal”.

Gambar 1. Episkleritis

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian pasti tidak diketahui karena banyaknya pasien yang
tidakberobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 74 %
kasusterjadi pada perempuan dan sering terjadi pada usia dekade 4-5. 1 Pada
anak-anakepiskleritis biasanya menghilang dalam 7-10 hari dan jarang rekuren.
Pada dewasa,30 % kasus berhubungan dengan penyakit jaringan ikat
penyertanya, penyakitinflamasi saluran cerna, infeksi herpes, gout, dan
vaskulitis. Penyakit sistemikbiasanya jarang pada anak-anak.

2.3 Etiologi
Hingga sekarang para dokter masih belum dapat mengetahui penyebab pasti
dari episkleritis. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu
berhubungan dengan terjadinya epikleritis. Kondisi – kondisi tersebut dalah

2
penyakit yang mempengaruhi tulang, tulang rawan, tendon atau jaringan ikat lain
dari tubuh, seperti:
 Rheumatoid arthritis
 Ankylosing apondylitis
 Lupus ( Systemic Lupus Erythematosus)
 Inflamatory bowel diseases
 Gout
 Bacterial atau viral infection

2.4 Patofisiologi
Episkleritis merupakan peradangan yang mengenai episklera, yakni
lapisan tipis jaringan ikat vaskuler yang menutupi sklera. Kelainan ini cenderung
terjadi pada orang muda, khasnya pada dekade ketiga atau keempat kehidupan,
mengenai wanita tiga kali lebih seringdibanding pria. Bersifat unilateral pada dua-
pertiga kasus. Kekambuhan sering terjadi dan penyebabnya tidak diketahui.
Kelainan lokal atau sitemik terkait misalnya rosasea okular, atopi, gout, infeksi
atau penyakit kolagen vaskuler dijumpai pada sepertiga populasi pasien.

Episkleritis menunjukkan respon inflamasi yang terlokalisir pada


superficial episcleral vascular network, patologinya menunjukkan inflamasi
nongranulomatous dengan dilatasi vascular dan infiltrasi perivascular. Penyebab
tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik namun sepertiga kasus
berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi hipersensitivitas mungkin
berperan.

Penyakit-penyakit sistemik tertentu misalnya collagen vaskular disease,


penyakitinfeksi, penyebab tidak diketahui, dan beberapa penyebab yang jarang.
Collagen vasculardisease: Polyarteritis nodosa, seronegative
spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis, inflamatory bowel disease, Reiter
syndrome, psoriatic arthritis, artritis rematoid. Penyakitinfeksi misalnya Bacteria
including tuberculosis, Lyme disease dan syphilis, viruses termasukherpes,
fungi, parasites. Penyakit yang tidak diketahui : Gout, Atopy, Foreign
bodies,Chemicals. Penyebab lain/yang berhubungan (jarang) : T-cell leukemia,

3
Paraproteinemia,Paraneoplastic syndromes-Sweet syndrome, dermatomyositis,
Wiskott-Aldrich syndrome,Adrenal cortical insufficiency, Necrobiotic
xanthogranuloma, Progressive hemifacial atrophy,Insect bite granuloma,
malpositioned jones tube, following transscleral fixation of posterior chamber
intraocular lens.

2.5 Klasifikasi
Terdapat dua tipe klinik yaitu simple dan nodular.
 Tipe yang paling sering dijumpai adalah simple episcleritis (80%), merupakan
penyakit inflamasi moderatehingga severe yang sering berulang dengan
interval 1-3 bulan, terdapat kemerahanyang bersifat sektoral atau dapat
bersifat diffuse (jarang), dan edema episklera. Tiapserangan berlangsung 7-10
hari dan paling banyak sembuh spontan dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat
lebih lama terjadi pada pasien dengan penyakit sistemik. Pada anakkecil
jarang kambuh dan jarang berhubungan dengan penyakit sistemik.
Beberapapasien melaporkan serangan lebih sering terjadi saat musim hujan
atau semi. Faktorpresipitasi jarang ditemukan namun serangan dapat
dihubungkan dengan stress danperubahan hormonal.
 Pasien dengan nodular episcleritis mengalami serangan yanglebih lama,
berhubungan dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5% berhubungandengan
artritis rematoid, 7% berhubungan dengan herpes zoster ophthalmicus
atauherpes simplex dan 3% dengan gout atau atopy) dan lebih nyeri
dibandingkan tipe simple. Nodular episcleritis (20%) terlokalisasi pada satu
area, membentuk nodul dengan infeksi sekelilingnya.

4
2.6 Gejala Klinis
 Mata merah merupakan gejala utama atau satu-satunya
 Tidak ada gangguan dalam ketajaman penglihatan
 Keluhan penyerta lain, misalnya: rasa kering, nyeri, mengganjal, atau berair.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat ringan dan tidak mengganggu aktifitas
sehari-hari. Bila keluhan dirasakan amat parah, maka perlu dipikirkan
diagnosis lain
1. Keluhan biasanya mengenai satu mata dan dapat berulang pada mata yang
sama atau bergantian
2. Keluhan biasanya bersifat akut, namun dapat pula berlangsung beberapa
minggu hingga beberapa bulan
3. Dapat ditemukan gejala-gejala terkait penyakit dasar, di antaranya:
tuberkulosis, reumatoid artritis, SLE, alergi (misal: eritema nodosum), atau
dermatitis kontak.

2.7 Cara Penegakan Diagnosis


Gejala episkleritis meliputi kemerahan dan iritasi ringan atau rasa tidak
nyaman.Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman (mild to moderate) yang
berlangsung akut, seringkalibersifat unilateral, walaupun ada yang melaporkan
tidak nyeri, kemerahan, nyeri sepertiditusuk-tusuk, nyeri saat ditekan, dan
lakrimasi. Pada tipe noduler gejala lebih hebat dandisertai perasaan ada yang
mengganjal.

5
Pemeriksaan mata memperlihatkan injeksi episklera, yang bersifat
nodural, sektoral,atau difus. Tidak tampak peradangan atau edema pada sklera
dibawahnya, keratitis danuveitis jarang menyertai. Diagnosa konjungtivitis
disingkirkan dengan tidak adanya injeksikonjungtiva palpebralis ataupun
sekret. Tanda objektif dapat ditemukan kelopak matabengkak,
konjungtiva bulbi kemosis disertai pelebaran pembuluh darah episklera
dan konjungtiva. Apabila pasien mengalami episkleritis nodular, pasien
mungkinmemiliki satu atau lebih benjolan kecil atau benjolan pada bawahnya
putih mata. Pasienmungkin merasakan bahwa benjolan tersebut dapat bergerak di
permukaan bola mata.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Episkleritis terbagi menjadi dua tipe, yaitu nodular dan simpel. Secara umum,
tanda dari episkleritis adalah:
1. Kemerahan hanya melibatkan satu bagian dari area episklera. Pada
penyinaran dengan senter, tampak warna pink seperti daging salmon,
sedangkan pada skleritis warnanya lebih gelap dan keunguan.
2. Kemerahan pada episkleritis disebabkan oleh kongesti pleksus episklera
superfisial dan konjungtival, yang letaknya di atas dan terpisah dari lapisan
sklera dan pleksus episklera profunda di dalamnya. Dengan demikian, pada
episkleritis, penetesan Fenil Efedrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan
mengurangi kemerahan; sesuatu yang tidak terjadi pada skleritis.
3. Pada episkleritis nodular, ditemukan nodul kemerahan berbatas tegas
dibawah konjungtiva. Nodul dapat digerakkan. Bila nodul ditekan dengan
kapas atau melalui kelopak mata yang dipejamkan di atasnya, akan timbul
rasa sakit yang menjalar ke sekitar mata.
4. Hasil pemeriksaan visus dalam batas normal.
5. Dapat ditemukan mata yang berair, dengan sekret yang jernih dan encer.
Bila sekret tebal, kental, dan berair, perlu dipikirkan diagnosis lain.
6. Pemeriksaan status generalis harus dilakukan untuk memastikan tanda-tanda
penyakit sistemik yang mungkin mendasari timbulnya episkleritis, seperti
tuberkulosis, reumatoid artritis, SLE, eritema nodosum, dermatitis kontak.

6
Kelainan sistemik umumnya lebih sering menimbulkan episkleritis nodular
daripada simpel.

Cara membedakan episkleritis dengan skleritis adalah dengan melakukan tes Fenil
Efrin 2,5% (tetes mata), yang merupakan vasokonstriktor. Pada episkleritis,
penetesan Fenil Efrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan mengurangi
kemerahan (blanching / memucat); sedangkan pada skleritis kemerahan menetap.

Ditandai dengan adanya hiperemia lokal sehingga bola mata tampak


berwarna merahmuda atau keunguan. Juga terdapat infiltrasi, kongesti, dan edem
episklera, konjungtivadiatasnya dan kapsula tenon di bawahnya

a. Episklerisis sederhana

Gambaran yang paling sering ditandai dengan kemerahan sektoral dan


gambaranyang lebih jarang adalah kemerahan difus. Jenis ini biasanya sembuh
spontan dalam1-2 minggu.

b. Episkleritis Noduler

Ditandai dengan adanya kemerahan yang terlokalisir, dengan nodul kongestif


danbiasanya sembuh dalam waktu yang lebih lama. Pemeriksaan dengan Slit
Lamp yangtidak menunjukkan peningkatan permukaan sklera anterior
mengindikasikan bahwasklera tidak membengkak. Pada kasus rekuren,
lamela sklera superfisial dapatmembentuk garis yang paralel
sehinggga menyebabkan sklera tampak lebihtranslusen. Gambaran
seperti ini jangan disalah diagnosa dengan penipisan sclera.

2.8 Diagnosis Banding


 Konjungtivitis
Disingkirkan dengan sifat episkleritis yang lokal dan tidak
adanyaketerlibatan konjungtiva palpebra. Pada konjungtivitis ditandai
denganadanya sekret dan tampak adanya folikel atau papil pada konjungtiva
tarsalinferior.
 Skleritis

7
Dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler
.untukmendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya
denganepiskleritis, konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di
bawahsinar matahari (jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan
epinefrin1:1000 atau fenilefrin 10% yang menimbulkan konstriksi pleksus
vaskularepisklera superfisial dan konjungtiva.
 Iritis Pada iritis ditemukan adanya sel dan ”flare” pada kamera okuli anterior.
 Keratokonjungtivitis limbic superior.

2.9 Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
1. Bila terdapat riwayat yang jelas mengenai paparan zat eksogen, misalnya
alergen atau iritan, maka perlu dilakukan avoidance untuk mengurangi
progresifitas gejala dan mencegah rekurensi.
2. Bila terdapat gejala sensitifitas terhadap cahaya, penggunaan kacamata
hitam dapat membantu.

2. Medikamentosa
1. Episkleritis simpel biasanya tidak membutuhkan pengobatan khusus.
2. Gejala ringan hingga sedang dapat diatasi dengan tetes air mata buatan.
3. Gejala berat atau yang memanjang dan episkleritis nodular dapat diatasi
dengan tetes mata kortikosteroid, misalnya: Prednisolon 0,5%, Deksametason
0,1%, atau Betametason 0,1%.
4. Episkleritis nodular yang tidak membaik dengan obat topikal, dapat
diberikan anti-inflamasi nonsteroid(NSAID), misalnya Ibuprofen.

3. Konseling dan Edukasi


Dokter perlu memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya, serta memberikan reassurance dan informasi yang relevan, di
antaranya tentang natur penyakit yang ringan, umumnya selflimited, dan hal-
hal yang pasien dapat lakukan untuk menyembuhkan penyakitnya.

8
2.10 Komplikasi
 Iritis
 Skleritis

2.11 Prognosis
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya
dalam 1 – 2 minggu, dan tidak akan mempengaruhi visus.

9
BAB III
KESIMPULAN

Episklera adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-
serat jaringan ikat yang membentuk dinding putih mata yang kuat. Sklera
dibungkus oleh episklera yang merupakan jaringan tipis yang banyak
mengandung pembuluh darah untuk memberi makan sklera. Di bagian depan
mata, episklera terbungkus oleh konjungtiva.
Kelainan ini idiopatik pada sebagian besar kasus, namun dalam kasus
tertentu mungkin ada hubungan dengan beberapa penyakit sistemik yang
mendasari seperti rheumatoid arthritis, poliarteritis nodusa, lupus eritematosus
sistemik, penyakit radang usus, sarkoidosis, granulomatosis wegener, asam urat,
herpes zoster atau sifilis.
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya
dalam 1-2 minggu, dan tidak akan mempengaruhi.

10
Daftar Pustaka

1. Riordan Paul- Eva. 2000. Episkleritis dan Oftalmologi Umum edisi 14


hal.170-171. Widia medica: Jakarta
2. Ilyas, S., 2012. Ilmu Penyakit Mata 4rd ed., Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Ilyas, S., 2015. Ilmu Penyakit Mata 5rd ed., Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1. FKUI: Jakarta
5. Galor, A. & Jeng, B.H., 2008. Red Eye for the Internist: When to Treat,When
to Refer. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 75(2), pp.137–44. Available
at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18290357. (Galor & Jeng, 2008)
6. Ilyas, S., 2007. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed., Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7. Sims, J., 2012. Scleritis: Presentations, Disease Associations and
Management. Postgraduate Medical Journal, 88(1046), pp.713–8.
8. perdami. 2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran, PERDAMI.
9. Kanski J. Jack, Disorder of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology
5th Edition pp. 152-2. Great Britain. 2003. Butterworth-Heinemann
10. Gayta. TJ. Episkleritis. http: //emedicine.medscape.com/ article/809166/
treatment#d11 ( diakses tanggal 5 mei 2017)
11. Ilvas . S. 2008. Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. FKUI: Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai