PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Referat ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik di RSUD
Solok, dan juga sebagai bahan pengayaan materi agar mahasiswa mengetahui dan
memahami lebih jauh tentang Episkleritis.
1.3. Manfaat
Agar referat ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran,
menambah ilmu pengetahuan dan agar pembaca lebih memahami tentang
Episkleritis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Episkleritis
2.1 Definisi
Episkleritis merupakan reaksi radang pada episklera, yaitu jaringan ikat
vaskular yang terletak di antara konjungtiva dan permukaan sklera. Penyakit ini
termasuk dalam kelompok “mata merah dengan penglihatan normal”.
Gambar 1. Episkleritis
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian pasti tidak diketahui karena banyaknya pasien yang
tidakberobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 74 %
kasusterjadi pada perempuan dan sering terjadi pada usia dekade 4-5. 1 Pada
anak-anakepiskleritis biasanya menghilang dalam 7-10 hari dan jarang rekuren.
Pada dewasa,30 % kasus berhubungan dengan penyakit jaringan ikat
penyertanya, penyakitinflamasi saluran cerna, infeksi herpes, gout, dan
vaskulitis. Penyakit sistemikbiasanya jarang pada anak-anak.
2.3 Etiologi
Hingga sekarang para dokter masih belum dapat mengetahui penyebab pasti
dari episkleritis. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu
berhubungan dengan terjadinya epikleritis. Kondisi – kondisi tersebut dalah
2
penyakit yang mempengaruhi tulang, tulang rawan, tendon atau jaringan ikat lain
dari tubuh, seperti:
Rheumatoid arthritis
Ankylosing apondylitis
Lupus ( Systemic Lupus Erythematosus)
Inflamatory bowel diseases
Gout
Bacterial atau viral infection
2.4 Patofisiologi
Episkleritis merupakan peradangan yang mengenai episklera, yakni
lapisan tipis jaringan ikat vaskuler yang menutupi sklera. Kelainan ini cenderung
terjadi pada orang muda, khasnya pada dekade ketiga atau keempat kehidupan,
mengenai wanita tiga kali lebih seringdibanding pria. Bersifat unilateral pada dua-
pertiga kasus. Kekambuhan sering terjadi dan penyebabnya tidak diketahui.
Kelainan lokal atau sitemik terkait misalnya rosasea okular, atopi, gout, infeksi
atau penyakit kolagen vaskuler dijumpai pada sepertiga populasi pasien.
3
Paraproteinemia,Paraneoplastic syndromes-Sweet syndrome, dermatomyositis,
Wiskott-Aldrich syndrome,Adrenal cortical insufficiency, Necrobiotic
xanthogranuloma, Progressive hemifacial atrophy,Insect bite granuloma,
malpositioned jones tube, following transscleral fixation of posterior chamber
intraocular lens.
2.5 Klasifikasi
Terdapat dua tipe klinik yaitu simple dan nodular.
Tipe yang paling sering dijumpai adalah simple episcleritis (80%), merupakan
penyakit inflamasi moderatehingga severe yang sering berulang dengan
interval 1-3 bulan, terdapat kemerahanyang bersifat sektoral atau dapat
bersifat diffuse (jarang), dan edema episklera. Tiapserangan berlangsung 7-10
hari dan paling banyak sembuh spontan dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat
lebih lama terjadi pada pasien dengan penyakit sistemik. Pada anakkecil
jarang kambuh dan jarang berhubungan dengan penyakit sistemik.
Beberapapasien melaporkan serangan lebih sering terjadi saat musim hujan
atau semi. Faktorpresipitasi jarang ditemukan namun serangan dapat
dihubungkan dengan stress danperubahan hormonal.
Pasien dengan nodular episcleritis mengalami serangan yanglebih lama,
berhubungan dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5% berhubungandengan
artritis rematoid, 7% berhubungan dengan herpes zoster ophthalmicus
atauherpes simplex dan 3% dengan gout atau atopy) dan lebih nyeri
dibandingkan tipe simple. Nodular episcleritis (20%) terlokalisasi pada satu
area, membentuk nodul dengan infeksi sekelilingnya.
4
2.6 Gejala Klinis
Mata merah merupakan gejala utama atau satu-satunya
Tidak ada gangguan dalam ketajaman penglihatan
Keluhan penyerta lain, misalnya: rasa kering, nyeri, mengganjal, atau berair.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat ringan dan tidak mengganggu aktifitas
sehari-hari. Bila keluhan dirasakan amat parah, maka perlu dipikirkan
diagnosis lain
1. Keluhan biasanya mengenai satu mata dan dapat berulang pada mata yang
sama atau bergantian
2. Keluhan biasanya bersifat akut, namun dapat pula berlangsung beberapa
minggu hingga beberapa bulan
3. Dapat ditemukan gejala-gejala terkait penyakit dasar, di antaranya:
tuberkulosis, reumatoid artritis, SLE, alergi (misal: eritema nodosum), atau
dermatitis kontak.
5
Pemeriksaan mata memperlihatkan injeksi episklera, yang bersifat
nodural, sektoral,atau difus. Tidak tampak peradangan atau edema pada sklera
dibawahnya, keratitis danuveitis jarang menyertai. Diagnosa konjungtivitis
disingkirkan dengan tidak adanya injeksikonjungtiva palpebralis ataupun
sekret. Tanda objektif dapat ditemukan kelopak matabengkak,
konjungtiva bulbi kemosis disertai pelebaran pembuluh darah episklera
dan konjungtiva. Apabila pasien mengalami episkleritis nodular, pasien
mungkinmemiliki satu atau lebih benjolan kecil atau benjolan pada bawahnya
putih mata. Pasienmungkin merasakan bahwa benjolan tersebut dapat bergerak di
permukaan bola mata.
6
Kelainan sistemik umumnya lebih sering menimbulkan episkleritis nodular
daripada simpel.
Cara membedakan episkleritis dengan skleritis adalah dengan melakukan tes Fenil
Efrin 2,5% (tetes mata), yang merupakan vasokonstriktor. Pada episkleritis,
penetesan Fenil Efrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan mengurangi
kemerahan (blanching / memucat); sedangkan pada skleritis kemerahan menetap.
a. Episklerisis sederhana
b. Episkleritis Noduler
7
Dalam hal ini misalnya noduler episklerits dengan sklerits noduler
.untukmendeteksi keterlibatan sklera dalam dan membedakannya
denganepiskleritis, konjungtivitis, dan injeksi siliar, pemeriksaan dilakukan di
bawahsinar matahari (jangan pencahayaan artifisial) disertai penetesan
epinefrin1:1000 atau fenilefrin 10% yang menimbulkan konstriksi pleksus
vaskularepisklera superfisial dan konjungtiva.
Iritis Pada iritis ditemukan adanya sel dan ”flare” pada kamera okuli anterior.
Keratokonjungtivitis limbic superior.
2.9 Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
1. Bila terdapat riwayat yang jelas mengenai paparan zat eksogen, misalnya
alergen atau iritan, maka perlu dilakukan avoidance untuk mengurangi
progresifitas gejala dan mencegah rekurensi.
2. Bila terdapat gejala sensitifitas terhadap cahaya, penggunaan kacamata
hitam dapat membantu.
2. Medikamentosa
1. Episkleritis simpel biasanya tidak membutuhkan pengobatan khusus.
2. Gejala ringan hingga sedang dapat diatasi dengan tetes air mata buatan.
3. Gejala berat atau yang memanjang dan episkleritis nodular dapat diatasi
dengan tetes mata kortikosteroid, misalnya: Prednisolon 0,5%, Deksametason
0,1%, atau Betametason 0,1%.
4. Episkleritis nodular yang tidak membaik dengan obat topikal, dapat
diberikan anti-inflamasi nonsteroid(NSAID), misalnya Ibuprofen.
8
2.10 Komplikasi
Iritis
Skleritis
2.11 Prognosis
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya
dalam 1 – 2 minggu, dan tidak akan mempengaruhi visus.
9
BAB III
KESIMPULAN
Episklera adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-
serat jaringan ikat yang membentuk dinding putih mata yang kuat. Sklera
dibungkus oleh episklera yang merupakan jaringan tipis yang banyak
mengandung pembuluh darah untuk memberi makan sklera. Di bagian depan
mata, episklera terbungkus oleh konjungtiva.
Kelainan ini idiopatik pada sebagian besar kasus, namun dalam kasus
tertentu mungkin ada hubungan dengan beberapa penyakit sistemik yang
mendasari seperti rheumatoid arthritis, poliarteritis nodusa, lupus eritematosus
sistemik, penyakit radang usus, sarkoidosis, granulomatosis wegener, asam urat,
herpes zoster atau sifilis.
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya
dalam 1-2 minggu, dan tidak akan mempengaruhi.
10
Daftar Pustaka
11