PENDAHULUAN
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi dan diharapkan
agar dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para
pembaca.
1
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan penulisan dari referat ini adalah untuk mengetahui defenisi, etiologi,
patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan diskusi mengenai
peranan interleukin (IL) dan sitokin terhadap ketombe
Referat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literatur
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rambut tumbuh pada bagian epidermis kulit, terdistribusi merata pada tubuh.
Komponen rambut terdiri dari keratin, asam nukleat, karbohidrat, sistin dan sistein,
lemak, arginin dan sistrulin, dan enzim.Rambut terdiri dari dua bagian yaitu akar
rambut dan batang rambut Batang rambut terdiri dari 3 bagian utama. Bagian yang
terdalam disebut medula, bagian tengah disebut korteks, dan bagian luar disebut
kutikula. Pada bagian medula tersusun dari sel polihedral berjajar yang berisi
keratotialin, butiran lemak dan udara. Bagian korteks membentuk bagian utama
pada batang rambut, terdiri dari sel yang terelongasi yang berisi granul pigmen
khususnya pada rambut warna gelap, tetapi pada rambut warna terang sebagian
besar berisi udara. Bagian kutikula berisi lapisan tunggal sel tipis datar yang
sebagian besar terkeratinisasi. Kutikula berfungsi sebagai pelindung terhadap
kekeringan dan penetrasi benda asing
Akar rambut merupakan bagian yang berada di bawah permukaan kulit hingga ke
lapisan subkutan. Akar rambut tersusun dari 3 lapisan yaitu medula, korteks dan
kutikula. Akar rambut dibungkus oleh kantung yang disebut folikel rambut.
Dasar folikel rambutberbentuk seperti bawang dan disebut bulb. Bagian dasar
bulb yang berupa lekukan ke dalam bulb disebut papila dermal yang kaya akan
pembuluh darah yang membawa makanan untuk pertumbuhan rambut dan serabut
syaraf. Bagian atas papila dermal dikelilingi oleh sel matriks yang pembelahannya
sangat cepat. Selain itu rambut berasosiasi dengan otot polos yang disebut arektor
pili dan kelenjar sebaseus yang mensekresikan sebum. Arektor pili dipersyarafi oleh
saraf simpatikus dan akan berkontraksi bila ada rangsang berupa emosi atau dingin
menyebabkan rambut menjadi tegak. Kontraksi arektor pili dapat menekan kelenjar
sebasea dan mendorong sekresi sebum ke folikel rambut dan ke permukaan kulit.
3
KulitKepala
Seperti halnya kulit pada umumnya, kulit kepala memiliki berbagai fungsi
antara lain, mengatur kelembaban kulit, mengatur suhu tubuh, membentuk mantel
asam dan pernapasan kulit. Pada kulit kepala terdapat sangat banyak kelenjar
minyak yang tersebar di seluruh permukaan kulit kepala. Jika rambut disisir,
minyak akan terekskresikan dan menyebar ke seluruh tangkai rambut, menyebabkan
rambut tampak kemilau. Keratin kulit dapat memiliki daya tahan terhadap benturan
mekanik dan zat kimia. Permukaan kulit diselubungi oleh mantel asam yang berupa
cairan pH 4 – 6. Fungsi mantel asam ini terutama untuk menghambat pertumbuhan
bakteri atau jamur .
Kulit memiliki permeabilitas air yang sangat terbatas. Kandungan air dari
dan yang masuk ke tubuh menyebabkan perubahan kelembapan yang tidak segera
nampak pada permukaan kulit, tetapi terjadi dibawah lapisan korneum yang disebut
barier rein. Jaringan dibawah selaput ini dihubungkan dengan kapiler darah kulit,
dengan aliran darah normal dan kelembapan antara 70–80%.
4
yang parah seperti hepatitis, benturan mekanik, iritasi zat kimia, iritasi fisika dan
keabnormalan sistem imun. Kerusakan karena benturan mekanik meliputi luka
gores atau terparut oleh partikulat tajam, luka potong karena benda tajam, tertusuk,
atau tergencet benda keras. Kerusakan karena iritasi zat kimia terutama disebabkan
oleh keaktifan sifat fisikokimia zat kimia tertentu, seperti sifat kaustik, oksidasi, dan
sitolitik. Faktor iritasi fisika dapat meliputi kondisi iklim ekstrim, terbakar, emisi
sinar X, sinar UV, sinar inframerah, atau radioaktif termasuk juga sengatan listrik.
Keabnormalan sistem imun dapat menyebabkan kulit individu menjadi peka
terhadap sentuhan zat kimia tertentu yang biasa disebut alergi
Pitiriasis Kapitis atau dandruff atau Ketombe merupakan suatu kelainan yang
ditandai oleh skuama yang berlebihan pada kulit kepala (scalp) berwarna putih atau
abu-abu yang tersebar pada rambut, terkadang dapat disertai rasa gatal, dengan atau
sedikit disertai tanda-tanda inflamasi ringan serta menimbulkan gangguan estetika.
Tanda-tanda tersebut terjadi akibat adanya perubahan pada stratum korneum yang
menunjukkan terganggunya kohesi corneocyte dan hiperproliferasi sel.
Sitokin adalah suatu molekul protein yang dikeluarkan oleh sel ketika
diaktifkan oleh antigen. Sitokin terlibat dalam komunikasi sel-sel, bertindak sebagai
mediator untuk meningkatkan respon imun (lihat sistem kekebalan tubuh) melalui
interaksi dengan reseptor permukaan sel tertentu pada leukosit. Jenis sitokin
termasuk interleukin (diproduksi oleh leukosit), limfokin (diproduksi oleh limfosit),
interferon, dan faktor nekrosis tumor. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh
berkomunikasi satu sama lain dengan melepaskan dan menanggapi messenger kimia
yang disebut sitokin. Protein ini disekresikan oleh sel-sel kekebalan tubuh dan
bertindak pada sel lain untuk mengkoordinasikan respon imun yang tepat. Sitokin
mencakup beragam macam interleukin, interferon, dan faktor pertumbuhan.Hampir
seluruh sitokin akan disekresi dan sebagian dapat ditemukan pada membran sel,
sisanya disimpan dalam matriks ekstraseluler. Sitokin dibagi menjadi beberapa famili
5
menurut reseptornya, yaitu famili IL-2/IL-4,- IL-6/IL-12, Interferon, TNF, IL-l,
Transformatisasi factor pertumbuhan (TGF) dan Kemokin.Interleukin adalah salah
satu dari beberapa limfokin yang mempromosikan makrofag dan sel T pembunuh
dan sel B dan komponen lain dari sistem kekebalan tubuh. Interleukin merupakan
kelompok sitokin ( disekresi hormon ) yang pertama kali diekspresikan oleh sel
darah putih (leukosit)
2.2.2. Epidemiologi
2.2.3. Etiologi
Kulit kepala manusia merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan
beberapa mikroorganisme. Mikroorganisme dengan sifat lipofilik, keratinolitik, dan
sakarolitik menjadikan kulit kepala sebagai media perkembangbiakan yang
subur.Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketombe muncul pada kulit kepala
seseorang. Tiga faktor tersebut adalah kolonisasi Malassezia dan metabolisme
sebum nya terkait produksi asam lemak bebas unsaturasi yang mengiritasi kulit,
produksi sebum oleh glandula sebaceous, dan faktor intrinsik individu sendiri
6
(predisposisi atau suseptibilitas) terhadap asam lemak bebas tersebut dan
inflamasi.Sedangkan pada penelitian tahun 2013 disebutkan bahwa ada empat fase
patofisiologi terjadinya ketombe yaitu (1) lingkungan Malassezia dan interaksi
denganepidermis,(2) inisiasi dan propagasi inflamasi, (3) gangguan proses
proliferasi dan differensiasi epidermis, serta (4) gangguan pertahanan kulit secara
fisik dan fungsional.
Dalam penelitian lain disebutkan ada beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik
penyebab ketombe. Faktor instrinsik ketombe yaitu ketidakseimbangan hormon,
higienitas rendah, hipersensitif, stress emosional, kelebihan konsumsi gula, lemak,
pati, ketidakseimbangan nutrisi, dan faktor genetik. Sedangkan faktor extrinsik nya
yaitu penggunaan gel, pewarna rambut yang berlebih, udara dingin dan lingkungan
panas dan kering,frekuensi mencuci rambut, serta penggunaan topi dan penutup
kepala (jilbab, syal) yang terlalu ketat.
2.2.4. Patofisiologi
a. Hiperproliferasi epidermis
Stratum korneum terdiri dari korneosit yang dikelilingi oleh berbagai lapisan lipid
(seramid, kolesterol, dan asam lemak). Integritas dari stratum korneum dicapai
melalui korneodesmosom yang mengunci korneosit sekitarnya bersama-sama di
stratum korneum dan antara lapisan stratum yangberdekatan. Korneodesmosom
merupakan kekuatan kohesif primer yang harus didegradasi untuk mempermudah
deskuamasi, proses pergantian kulit, yang mengalami kekacauan pada dandruff.
Stratum korneum bertindak sebagai barier protektif untuk mencegah hilangnya air
dan mempertahankan hidrasi kulit kepala, juga sebagai barier terhadap invasi
patogenik oleh mikroorganisme termasuk Malassezia, agen toksik, oksidan, dan
radiasi UV. Hilangnya fungsi barier ini berdampak pada banyak aspek integritas dan
fungsionalitas stratum korneum. Dinyatakan bahwa, lipid struktural dari stratum
korneum penderita dandruff mengalami deplesi dan tidak beraturan yang sesuai
dengan melemahnya barier yang diindikasikan dengan meningkatnya
7
transepidermal water loss (TEWL).
Gangguan fungsi barier yang terjadi secara kronis dapat mengganggu hidrasi
yang tepat, sehingga menyebabkan proliferasi epidermal yang tidak sesuai
(hiperproliferasi), diferensiasi keratinosit dan maturasi stratum korneum yang tidak
normal, yang mendasari timbulnya gejala dandruff. Menurunnya waktu transit, atau
pergantian, keratinosit melalui epidermis yang disebabkan oleh hiperproliferasi ini
berkaitan dengan terjadinya keratinisasi yang abnormal. Gangguan barrier
menyebabkan penderita dandruff lebih rentan terhadap efek samping toksin mikroba
dan jamur, dan polutan lingkungan, dengan demikian mengekalkan gangguan barier
yang ada.
b.Peran sebum
Kulit kepala manusia sangat sensitif terhadap androgen dan kaya dengan sebum.
Peran sebum pada dandruff terkait dengan korelasi kuat dengan aktivitas kelenjar
sebasea. Dandruff sendiri terjadi di daerah kulit dengan level sebum yang
tinggi.Sebum memiliki banyak kegunaan. Sebum terlibat dalam perkembangan
epidermis dan pemeliharaan barier, mentranspor antioksidan, proteksi, bau badan,
dan munculnya feromon. Sebum secara langsung terlibat dalam sinyal hormonal,
diferensiasi epidermis, dan proteksi dari radiasi ultraviolet (UV).Sebum juga
melindungi kulit dari infeksi bakteri dan jamur dermatofita melalui efek asam
lemaknya yang bersifat fungistatik. Namun pada jamur Malassezia, lipid diperlukan
untuk pertumbuhannya.Malassezia memerlukan lemak untuk tumbuh, jadi lebih
banyak sebum kaya lipid di kulit kepala sangat penting untuk makanan jamur
8
tersebut.
c.Peran mikroba
9
Malassezia terdapat pada kulit kepala normal atau dengan dandruff, dan
merupakan mikroorganisme terbanyak pada keduanya. Mikroorganisme umum lain
yang dapat ditemukan dari kulit kepala adalah kokus aerob dan Propionibacterium
acnes. Peran bakteri dalam pembentukan dandruff diperkirakan kecil karena obat
antijamur selektif merupakan terapi yang paling efektif. Namun, pada beberapa
pasien yang tidak berespon terhadap sampo antijamur sering dijumpai kolonisasi
bakteri yang berlebihan. Dalam hal ini, mungkin terjadi peradangan yang dipicu oleh
kolonisasibakteri.
10
yang diperlukan untuk proliferasinya dan meninggalkan sejumlah asam lemak bebas
tidak tersaturasi yang bersifat iritan. Asam lemak bebas yang tidak tersaturasi ini
berpenetrasi ke epidermis, dan pada individu yang rentan akan menginduksi
penerobosan fungsi barier kulit, menginduksi iritasi dan selanjutnya hiperproliferasi
dan pengelupasan kulit. Hal ini seperti diuraikan pada gambar berikut yang
menjelaskan mengenai jalur metabolik atau peran metabolisme lipid oleh Malassezia
pada kejadiandandruff.
d. Peradangan
Malassezia dapat memicu reaksi peradangan melalui pengaktivan toll- like receptor
(TLR) yang menyebabkan pembentukan sitokin melalui sistem imun bawaan. TLR2
diperkirakan berperan dalam reaksi terhadap Malassezia furfur, di mana ekstrak ragi
tanpa lemak menginduksi pembentukan TNF-α, IL-6, dan IL-1β, sementara ekstrak
ragi total tidak menyebabkan pembentukan sitokin-sitokin pro-inflamasi dalam
jumlah signifikan. Keratinosit manusia yang terinfeksi M. furfur memperlihatkan
peningkatan ekspresi TLR2, myeloid differentiation factor 88 (MyD88), peptida
antimikroba β-defensin 2 dan 3, serta mRNA interleukin-8 (IL-8). Efek ini dapat
dihambat oleh antibodi anti-TLR2. Jenis-jenis sitokin yang terinduksi berbeda sesuai
spesies Malassezia yang diteliti, M. globosa menginduksi IL-5, IL-10, dan IL-13
sementara M. restricta menginduksiIL-4.
11
Aktivitas lipase merupakan mekanisme yang dapat mengaitkan ragi
Malassezia dengan pembentukan skuama dan peradangan pada dandruff dan
dermatitis seboroik. Sebum dari pasien dengan dandruff memperlihatkan kadar asam
lemak tak-jenuh yang tinggi; kadarnya pulih ke normal setelah terapi
sampoantimikroba.
12
berskuama.37Berikut ini merupakan gambar mengenai patofisiologi
terjadinyadandruff seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
2.2.5. Gambaranklinis
Gejala klinis dari deskuamasi yang ditemukan pada pasien yeng mengalami ketombe
dan dermatitis seboroik pada umumnya didapati rasa gatal ( 66%), iritasi (25%),
dan rasa kering pada kulit kepala (59%). Gejala klasik pada ketombe adalah skuama
kecil berwarna putih atau abu-abu yang tidak melekat erat pada kulit kepala ,
sementara skuama yang didapati pada dermatitis seboroik berwarna kuning dan
berminyak.Skuama pada ketombe dan dermatitis seboroik dapat terlokalisir
membentuk bercak pada permukaan dari kulit kepala atau dapat terssebar secara
difus.
13
A
B C
2.2.6.Diagnosis
14
Berupa sisik-sisik halus atau serbuk kering yang berwarna putih abu- abu dan
mengumpul pada beberapa lokasi permukaan kulit kepala atau menyeluruh.
Penderita biasanya mengeluh rasa gatal pada kulit kepala terutama bila udara panas
dan berkeringat dan disertai kerontokan rambut.
2) Pemeriksaan lampuwood
Pemeriksaan ini dilakukan di kamar atau ruangan yang gelap sehingga metode ini
klinisi harus mempersiapkan ruangan yang sesuai
besertalampuwoodyangakandigunakanuntukmendiagnosispasien.Hasildari
pemeriksaan lampu wood ini akan tampak fluoresensi biru keputihan pada area
kulit kepala yang berketombe.
3) Pemeriksaan laboratoriumsemikuantitatif
2.2.7.Diagnosisdiferensial
Diagnosis ketombe melalui keadaan klinis tidak begitu sulit namun ada beberapa
peyakit pada kulit kepala dalam berbagai derajat yang hampir menyerupai ketombe .
Seperti yang tertera pada tabelberikut.
Tabel 2.1.Perbandingan Karakteristik Kelainan pada kulit kepala [Sumber : Elewski
2005]
Mycotic Parasiti c Inflamatory
15
Dandruff Seboroich Tinea Capitis pedicul psoriasis
dermatitis osis capitis
M. ferrugineum
all fluoresce)
Pruritus Varies Mild Occasionally Severe Mild
16
Scalling Fine white Large, greasy Variable (Mild No (Nits Well
or gray yellow to dense) may demarcated
resemnl silver-gray
scales)
Inflamatio No Yes May occur Only Yes
N with
super
infectio n
ection,u
sually
occypit
al
History Hair washimh Reccurenc e Exposure to Exposur e Family History
habbit infected
individualsand
animals
Other Respons well Post- Affects all More Nail pitting,
to Auricular races, more commo onycholysis,
over-the region, common in n in Non scalp
17
2.2.8. Prinsip Terapi
Untuk penatalaksanaan terapi dandruff atau ketombe, dapat digunakan bahan aktif
obat sebagai berikut :
a. Zinc Pyrithione
- Farmakologis :Zinc Pyrithione merupakan agen anti bakteri dan anti jamur
serta agen yang dapat menekan pertumbuhan lapisan epidermis ZPT
menghambat pembelahan sel epidermis dan mengurangi kecepatan
kematiannya. ZPT berikatan kuat dengan rambut dan epidermis tetapi tidak
terpenetrasi ke dermis sehingga tidak toksik
- Efek samping Terjadi iritasi ringan pada kulit kepala jika terjadi reaksi
hipersensitifitas (sangat jarang).
18
normal satu hingga tiga kali seminggu dan pada waktu pemakaiannya
didiamkan 1-5 menit sebelum dibilas.
b. Selenium sulfide
- Efek samping Selenium sulfide aman jika digunakan secara topikal tetapi
dapat meninggalkan sisa yang berbau seperti hidrogen sulfida dan membuat
kepala berminyak. Toksik jika digunakan oral
c. Coal tar
- Farmakologis Tar berfungsi sebagai anti jamur ringan . Mekanisme kerja dari
19
Tar adalah memperlambat kematian sel kulit dan pengelupasan kulit kepala.
Tar dapat mencegah dan menghalangi serpihan ketombe dengan mengganggu
formasi dari cairan intraselular, serta dapat mengganggu pengeluaran sebum.
Tar juga dapat berfungsi sebagai anti gatal.
d. Ketoconazole
20
wanita hamil sedangkan dikontraindikasikan jika penggunaan secara oral
- Konseling, Informasi dan Edukasi pada Pasien Jika terjadi reaksi alergi,
hentikan pemakaian. Zat-zat tersebut merupakan agen anti ketombe yang
paling sering digunakan pada produk-produk perawatan anti ketombe. Selain
zat-zat diatas terdapat beberapa agen anti dandruff yang digunakan dalam
sebagian kecil produk perawatan anti ketombe yang beredar di pasaran. Zat-
zat tersebut antara lain sebagai berikut :
21
biasanya dipakai dua kali dalam seminggu, dan untuk perawatan
cukup satu kali per minggu.
2.1.10. Pencegahan
- Mulailah dengan sampo yang standar terlebih dahulu, karena sampo yang
lebih keras akan menambah kulit kepala menjadi lebih kering dan
akhirnya ketombe akan bertambah parah.
- Pilih beberapa waktu untuk memilih sampo yang tepat untuk jenis kepala.
Jadi cobalah beberapa shampo secara bergantian dan rasakan mana yang
dapat memberikan pengaruh yang lebih baik.
- Bila anda telah menemukan shampo yang tepat untuk rambut, pakailah
shampo tersebut secara teratur.
- Cuci dan bilas rambut dan kulit kepala dengan shampo anti ketombe dua
kali.
22
menyebabkan infeksi. Sebaiknya gunakan bantalan jari saat menggaruk
4. Gunakan topi saat pergi ke luar rumah saat udara dingin sekali, berangin dan
panas dalam jangka waktu tertentu.
10. Sempatkan berjemur sinar matahari sejenak di waktu pagi dan sore hari, agar
kesehatan rambut dan kulit tetap terjaga karena sedikit paparan sinar matahari
dapat membantu mengatasi ketombe.
11. Konsultasikan ke dokter ahli kulit jika shampo anti ketombe menimbulkan
efek samping misalnya kulit mengelupas atau efek samping lainnya.
2.1.11. Komplikasi
Ada kecenderungan ketombe menyebar dari kulit kepala ke telinga dan di leher.
Komplikasi umum adalah furunkulosis, impetigo dan adanya fissure post aurikularis,
sudut bibir dan lubang hidung. Pasien dengan ketombe cenderung kehilangan
23
rambutnya. Jerawat yang sudah ada sebelumnya sering diperburuk oleh pityriasis
kapitis dan ditemukan adanya konjungtivitis (jarang) sebagai akibat pelepasan kulit
kepala yang jatuh ke mata. Terjadinya dermatitis seborrhoric atau seborrhceic
eczema-lembar merah, meradang, kulit yang meratap pada kulit kepala, leher, dan
fiksasi-mungkin merupakan dermatitis sensitisasi karena kulit yang telah bilingual
peka terhadap organisasinya
2.1.12. Prognosis
Ketombe adalah penyakit kulit kepala yang dapat disembuhkan dengan menjaga kulit
kepala tetap bersih. Dengan menjaga kesehatan rambut, jumlah flora normal pada
kulit kepala akan tetap dalam batas normal sehingga aktivitas berlebihan flora normal
kulit kepala dapat dihindari. Namun, faktor lain seperti konsumsi makanan, psikologi,
cuaca, juga harus diperhatikan. Pada sebagian kasus yang mempunyai factor
konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan (Djuanda,1999)
24
BAB III
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27
28
[Type here]