Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

OLEH

SUCI KHASANAH, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

1. Fungsi Kulit
Fungsi kuliat adalah sebagai berikut:
a. Sebagai protector
Pelindung jaringan tubuh dibawahnya, dari berbagai hal yang dapat membahayakan tubuh
seperti zat kimia, mikroorganisme, gigitan serangga agar lingkungan internal tetap dalam
keadaan homeostasis. Stratum corneum memberikan perlindungan yang efektif dengan cara
melepaskan sel-sel kulit yang telah mati secara terus-menerus yang mengandung
mikroorganisme yang berpotensi pathogen. Mikroba dan jamur yang merupakan bagian flora
tubuh normal, tidak dapat menembus kulit, kecuali ada kerusakan kulit. Dengan kulit tangan
yang menebal juga merupakan perlindungan bagi tubuh akibat efek trauma karena bagian ini
sering digunakan.
Keranosit dalam stratum corneum resisten terhadap perubahan pH kulit. pH kulit berkisar 5,5 s/d
5,9. Adanya pH yang rendah ini juga berfungsi mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme
lain ke dalam kulit, kecuali kulit terluka.
Persimpangan dermis epidermis adalah lapisan basal yang terdiri dari kolagen. Dan lapisan basal
ini memiliki 4 fungsi utama sebagai berikut:
1) Sebagai perancah untuk organisme jaringan dan template untuk regenerasi
2) Memberikan permeabilitas selektif untuk penyaringan serum
3) Penghalang fisik antar berbagai jebis sel
4) Mengingat epitel ke lapisan sel yang mendasarinya

b. Keseimbangan cairan
Lapisan corneum juga memiliki kapasitas untuk menyerap cairan, dengan demikian mencegah
hilangnya air dan elektrolit secara berlebihan dari tubuh bagian dalam, dan mempertahankan
kelembaban di jaringan sub cutan . ketika kulit rusak missal karena terbakar maka sejumlah besar
cairan dan elektrolit akan hilang dengan cepat dan bias menyebabkan sirkulasi kolaps, syok dan
kematian.
Melalui permukaan kulit cairan tubuh dapat menguap dalam bentuk keringat. Jumlah keringat
normal untuk orang dewasa sekitar 600 ml (Grossman & Porth, 2014). Kehilangan air dapat
bervariaasi. Pada orang yang demam, kehilangannya bisa meningkat. Selama berendam dalam
air, kulit dapat menumpuk air hingga tiga
atau empat kali berat normalnya, seperti maserasi dari kulit yang terjadi setelah lama mandi
(James et al., 2016).

c. Pengaturan suhu
Suhu tubuh dipertahankan oleh kulit yang berperan sebagai dinding komunikasi antara
lingkungan internal dan eksternal. Pembuluh darah yang melebar memungkinkan lebih banyak
aliran darah ke kulit dan hal tersebut mneingkatkan suhu kulit tersebut. Vasodilatasi pembuluh
darah tersebut dapat berfungsi untuk mengurangi panas tubuh. Pada saat pembuluh darah
vasokontriksi, maka aliran darah akan menurun, hal ini dapat berfungsi mencegah kehilangan
panas tubuh. Dengan demikian suhu akan dipertahankan pada rentang normal 36,2-37 derajat
celcius.
Suhu kulit biasanya lebih rendah dari suhu tubuh, dan dapat berfluktuasi secara substansial. Suhu
tubuh dan kulit diubah oleh 4 mekanisme pengaturan suhu sebagai berikut:
1) Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara atau air di atas
kulit, seperti mandi atau duduk di kamar ber-AC
2) Konduksi, adalah perpindahan panas melalui hantaran benada lain
3) Radiasi, adalah perpindahan panas melalui sinar infra merah, missal melalui sinar
matahari
4) Penguapan adalah perpindahan panas keluar melalui kehilangan air melalui
keringat
atau berkeringat
Berkeringat tidak terjadi sampai tubuh inti suhu melebihi 37 ° C, terlepas dari suhu kulit. Ketika
suhu lingkungan sangat tinggi, radiasi dan konveksi tidak efektif, dan penguapan menjadi satu-
satunya cara kehilangan panas. Di lingkungan yang sangat panas, tingkat produksi keringat
mungkin setinggi 1 Uh. Di bawah beberapa keadaan (mis., tekanan emosional), berkeringat dapat
terjadi sebagai refleks dan mungkin tidak terkait dengan kebutuhan untuk kehilangan panas
tubuh. Perpindahan panas melaui konduksi, radiasi dan konveksi (75%) dan sisanya melalui
penguapan (25%).

d. Sensasi
Ujung reseptor saraf di kulit memungkinkan tubuh terus memantau kondisi lingkungan terdekat.
Fungsi utama reseptor di kulit adalah untuk merasakan suhu, rasa sakit, sentuhan ringan dan
tekanan (atau berat sentuh). Ujung saraf yang berbeda masing-masing memiliki rangsangan yang
berbeda-beda.

e. Produksi vitamin
Kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah zat yang diperlukan untuk sintesis vitamin
D (cholecalciferol). Vitamin D sangat penting untuk mencegah osteoporosis dan rakhitis, kondisi
yang menyebabkan kelainan bentuk tulang dan hasil dari kekurangan vitamin D, kalsium dan
fosfor. Diperkirakan kebanyakan orang membutuhkan 5 hingga 30 menit paparan sinar matahari,
dua kali seminggu agar sintesis vitamin D dapat terjadi.
f. Kekebalan
Penelitian telah mengkonfirmasi aksi pasti sel Langerhans dalam memfasilitasi penyerapan
immunoglobulin E (Ig E). Imunoglobulin ini terkait dengan respon alergi. Dengan penyerapan
immunoglobulin E ini merupak peran yang sangat penting dalam pathogenesis dermatitis atopic
dan penyakit alergik lainnya seperti asma dan rhinitis alergi (Grossman & Porth, 2014).

2. Kesehatan kulit sepanjang rentang hidup


Kulit mengalami banyak perubahan fisiologis sepanjang rentang hidupnya. Keadaan yang dapat
berdampak pada kesehatan kulit dan cepatnya menimbulkan kelainan kulit diantaranya adalah
paparan sinar matahari yang berlebihan, penyakit sistemik, personal hygiene yang buruk dan gizi
yang buruk. Selain itu obat-obatan tertentu seperti antihistamin, antibiotic dan diuretic dan
mengalami fotosensitisasi dan meningkatkan kerusakan akibat paparan sinar matahari.

Kulit bayi yang baru lahir jauh lebih tipis daripada orang dewasa dan sel-sel lapisan luar kulit lebih
berstruktur longgar. Jika bayi lahir prematur, kulit mereka mungkin cukup transparan. Kulit bayi
bias memerah ketika bayi menangis dan bibir, kaki dan tangan bias menjadi kebiru-biruan jika
anak kedinginan. Tanda kulit lainnya yang mungin ada saat bayi lahir seperti yang sering disebut
dengan tanda kelahiran. Beberapa tanda kulit tersebut menghilang seiring waktu seperti bintik-
bintik Mongolia dan gigitan bangau; sedangkan tanda lainnya akan tetap atau bertambah dalam
ukuran seiring waktu; seperti tempat cafeuait,andeng-andeng, noda port wine dan hemangioma.

Bayi lahir kulitnya terlindungi oleh lapisan vernix yang tipis dari cairan ketuban di dalam Rahim
dan lapisan ini akan dibersihakn dengan dimandikan pada saat bayi dilahirkan. Mantel asam atau
aspek perlindungan kulit berkembang dalam beberapa hari pertama setelah dilahirkan dengan
pH menjadi lebih asam dari 6,5 hingga 5,5 . Perubahan kulit mencolok lainnya yang biasanya
hilang dalam beberapa hari pertama setelah dilahirkan, misalnya milia, jerawat ringan dan
eritema toxicum. Rambut halus dan lembut dapat menutupi kulit kepala, dahi, pipi, bahu dan
punggung saat bayi lahir, tapi sekali lagi ini biasanya menghilang dalam beberapa minggu
pertama.

Kulit anak memiliki karakteristik yang mirip dengan orang dewasa yang lebih tua sampai masa
pubertas, ketika kelenjar sebaceous mulai berproduksi sebum dan kulit memiliki kemampuan
untuk berkeringat. Karena itu anak-anak suhu tubuhnya tidak dapat diatur melalui proses
penguapan dengan cara yang sama seperti orang dewasa.
Perubahan besar pada kulit, rambut dan kuku pada orang yang lebih tua diantaranya kulit kering
dan bersisik karena penurunan jumlah keringat dan kelenjar sebaceous, dan selanjutnya
kehilangan produksi sebum dan penurunan keringat. Kerutan dan lipatan kulit yang tumpang
tindih akibat penipisan kulit (lihat Gambar 50-2) dan hilangnya jaringan subkutan dan penurunan
kolagen dan elastin yang selanjutnya menyebabkan penurunan turgor dan elastisitas kulit. Dan
ditambah lagi dengan penurunan laju reproduksi sel maka dapat menyebabkan peningkatan
kerentanan kulit terhadap trauma dan luka dengan penyembuhan yang tertunda . Vaskularitas
kulit berkurang dengan bertambahnya usia dan kerapuhan pembuluh darah dapat menyebabkan
peningkatanperubahan warna kulit (memar). Produksi melanin berkurang pada lansia sehingga
mereka terlihat lebih pucat. Selain itu akibat kekurangan melanin yang mungkin menyebabkan
proliferasi melanosit terkonsentrasi pada satu tempat menyebabkan munculnya bintik bintik
coklat.

Pertumbuhan rambut pada orang dewasa yang lebih tua secara bertahap berkurang, sehingga
rambut terlihat lebih tipis dikulit kepala, aksila dan area kemaluan karena penurunan folikel
rambut. Pada wanita tidak menutup kemungkinan akan didapati pertumbuhan rambut terminal
di wajah, hal tersebut karena perubahan hormone.

Penurunan sirkulasi ke ekstremitas dapat menyebabkan kuku menjadi berubah warna, menebal
dan rapuh.

Banyak kejadian lesi kulit pada lansia dan itu merupakan hal yang normal akibat proses penuaan.
Namun, kerusakan akibat paparan sinar matahari yang berlebihan memiliki efek merugikan pada
penuaan kulit yang normal dan dapat menyebabkan kerutan yang mendalam, area berbintik-
bintik, berpigmen, atrofi kulit dan lesi jinak atau ganas.
Kemampuan perawat mengenali lesi ini, memungkinkan perawat untuk menjelaskan kepada
pasien tentang perubahan di kulit. Beberapa lesi yang sering muncul seiring dengan
bertambahnya usia, dan hal tersebut normal, tidak memerlukan perhatian khusus kecuali kulit
menjadi terinfeksi.

3. Pengkajian
Saat merawat pasien dengan kelainan dermatologis, Perawat mendapatkan informasi melalui
riwayat kesehatan dan pengamatan langsung. Keterampilan perawat dalam penilaian fisik dan
pemahaman tentang anatomi dan fungsi kulit dapat memastikan bahwa penyimpangan dari
normal diakui, dilaporkan dan didokumentasikan.

Perubahan kulit pada lansia

1) Angioma ceri ('tahi lalat' merah cerah)


2) Jumlah rabut berkurang, terutama di kulit kepala dan daerah kemaluan
3) Dischromias (variasi warna)
a) Solar lentigo (bintik-bintik hati)
b) Melasma (perubahan warna gelap pada kulit)
c) Lentigines (bintik-bintik)
4) Neurodermatitis (bintik-bintik gatal)
5) Keratosis seboroik (bercak 'macet' berwarna coklat berkerak)
6) Spider angioma
7) Telangiectasias (tanda merah pada kulit yang disebabkan oleh peregangan pembuluh
darah superfisial)
8) Keriput
9) Xerosis (kekeringan)
10) Xanthelasma (deposit lilin kekuningan di bagian atas dan bawah kelopak mata)

a. Riwayat kesehatan
Selama wawancara riwayat kesehatan, perawat bertanya tentang :

1) riwayat alergi kulit pada keluarga dan pasien sendiri; seperti alergi reaksi terhadap
makanan, obat-obatan (termasuk non-resep atau sediaan herbal) dan bahan kimia;
2) kondisi kulit sebelumnya;
3) dan kanker kulit.
Pengkajian terhadap Riwayat kesehatan membahas onset, tanda dan gejala, lokasi dan durasi
rasa sakit, gatal, ruam atau ketidaknyamanan lainnya yang dialami.
Bagan 50-2 mencantumkan pertanyaan yang dipilih yang berguna untuk memperoleh informasi
yang sesuai mengenai timbulnya gangguan pada kulit dan Bagan 50-3 merinci faktor genetik
yang mungkin mempengaruhi kondisi kulit.

4. Penilaian/ Pengkajian fisik


Penilaian kulit melibatkan seluruh system integument termasuk kulit, selaput lendir, kulit kepala,
rambut dan kuku. Kulit adalah cerminan dari kesehatan keseluruhan seseorang, dan perubahan
biasanya berhubungan dengan penyakit pada sistem organ yang lainnyha. Inspeksi dan palpasi
adalah teknik yang biasa digunakan dalam memeriksa kulit.

Penampilan umum kulit dinilai dengan mengamati warna, suhu, kelembaban atau kekeringan,
tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularisasi, mobilitas dan kondisi rambut dan kuku. Turgor
kulit, kemungkinan edema dan elastisitas dinilai dengan palpasi. Pasien harus dinilai risiko
terhadap cedera tekanan karena mereka dapat membutuhkan perawatan dan pengaturan yang
signifikan. Strategi dan manajemen tindakan preventif harus dilaksanakan sesuai dengan Standar
Nasional.

Saat melakukan penilaian, pasien harus menanggalkan pakaian untuk memungkinkan


pemeriksaan semua area kulit. Ruangan harus menyala dengan baik dan hangat untuk
memastikan pasien merasa nyaman. Gunakan pendekatan sistematis untuk melakukan penilaian,
dari ujung kepala sampai ujung kaki sambil membandingkan bagian tubuh yang simetris. Alat
untuk membantu dalam pemeriksaan termasuk pena light untuk memeriksa lesi, sarung tangan
untuk meraba ruam atau lesi dan penggaris untuk mengukur ukuran lesi.

a. Pengkajian : Gangguan kulit


Riwayat pasien yang relevan dengan gangguan kulit dapat diperoleh dengan bertanya
pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Kapan Anda pertama kali melihat masalah kulit ini? (Juga selidiki/ kaji durasi dan
intensitas.)
2) Apakah ini pernah terjadi sebelumnya?
3) Adakah ada gejala - gejala lain?
4) Bagian apa yang pertama kali terpengaruh?
5) Seperti apa ruam atau lesi saat pertama kali muncul?
6) Di mana dan seberapa cepat menyebar?
7) Apakah Anda merasa gatal, terbakar, kesemutan atau atau ada sensasi kulit terasa
menebal?
8) Apakah terasa ada kehilangan sensasi?
9) Apakah masalahnya lebih buruk pada waktu atau musim tertentu?
10) Bagaimana menurut Anda itu dimulai?
11) Apakah Anda memiliki riwayat demam, asma, gatal-gatal, eksim atau alergi?
12) Apakah ada anggota keluarga Anda yang memiliki masalah kulit atau ruam?
13) Apakah erupsi muncul setelah makanan tertentu dimakan?
14) Apakah ada pencetus spesifik yang dialami seblum lesi atau kemerahan/ ruam muncul?
15) Obat - obatan apa yang sudah kamu gunakan?
16) Apakah ada obat topical (seperti salep, krim) yang telah diberikan kepada lesi? (termasuk
obat-obat bebas)
17) Apa produk kulit atau kecantikan yang anda gunakan?
18) Apa pekerjaanmu?
19) Apakah anda berada dalam lingkungan yang memungkinkan mencetuskan terjadinya
gangguan kulit tersebut? Misal lingkungan yang banyak tumbuhan, binatang, bahan
kimia, dan lingkungan yang memungkinkan terjadinya infeksi. Apakah ada hal-hal baru,
atau ada perubahan dalam lingkungan yang mengarah pada kondisi yang dapat
mencetuskan gangguan pada kulit?
20) Apakah yang mmebuat kulitmu mengalami rush?
21) Apakah ada hal-hal lain yang ingin kamu sampaiakn atau katakana terkait dengan
kemungkinan yang dapat menyebabkan gangguan pada kulit anda?
b. Kondisi Genetik Yang Perlu Diperhatikan Dalam Praktik Keperawatan
Kondisi kulit yang dipengaruhi oleh faktor genetik meliputi:

1) Albinisme
2) Eksim
3) isplasia ektodermal hipohidrotik
4) lncontinentia pigmenti
5) Neurofibromatosis tipe 1
6) Pseudoxanthoma elasticum
7) Psoriasis

c. Pengkajian keperawatan pada masalah genetik


Pengkajian Riwayat keluarga

1) Menilai anggota keluarga dalam tiga generasi terakhir dengan gangguan atau kelainan
integumen.
2) Tanyakan tentang sifat dan jenis lesi kulit dan usia saat onset/saat mengalami masalah
kulit tersebut (mis. keterlibatan kulit dengan inkontinensia pigmenti terjadi dalam
beberapa minggu pertama kehidupan dengan kulit melepuh, sedangkan lesi
neurofibromatosis tipe 1 dapat muncul di anak usia dini hingga dewasa).
3) Catat jenis kelamin individu yang dapat mempengaruhi (mis. Kebanyakan wanita dengan
inkontinensia pigmenti, sebagian besar laki-laki dengan hipohidrotik displasia
ektodermal).
4) Tanyakan tentang adanya gejala klinis lainnya, seperti seperti rambut, gigi, atau kuku
yang tidak biasa; trombositopenia; infeksi yang berulang
Pengkajian Kepada Pasien

1) Kaji gambaran klinis terkait, seperti alis mata yang jarang dan bulu mata, gigi berbentuk
tidak normal, alopesia, kelainan kuku (mis. displasia ektodermal hipohidrotik).
2) Menilai perubahan terkait dalam penglihatan, seperti nystagmus atau strabismus;
albinisme; kelainan retina (mis. Pseudoxanthoma elasticum); Nodul Lisch dan / atau
glioma optik (neurofibromatosis tipe 1 ).

Pengelolaan Spesifik Untuk Masalah Kelainan Kulit Karena Factor Genetika

1) Menanyakan apakah mutasi asam deoksiribonukleat (DNA) atau lainnya pengujian


genetik telah dilakukan pada anggota keluarga yang terkena dampak.
2) Jika diindikasikan, rujuk untuk konseling dan evaluasi genetik lebih lanjut sehingga
anggota keluarga dapat membahas penyakit/kondisi keturunan yang dapat diwariskan,
risiko untuk anggota keluarga yang lain, ketersediaan pengujian genetik dan berbasis
intervensi gen.
3) Menawarkan informasi dan sumber daya genetik yang sesuai.
4) Menilai pemahaman pasien tentang informasi genetik.
5) Memberikan dukungan kepada keluarga dengan penyakit genetika yang baru didiagnosis
terkait kondisi integumentary.
6) Berpartisipasi dalam manajemen dan koordinasi perawatan untuk pasien dengan kondisi
integumen terkait genetika, pasien dengan kondisi genetik dan untuk individu cenderung
mengembangkan atau mewariskan kondisi genetik.

Catatan fotografi juga merupakan sumber daya berharga untuk pemantauan lesi.

d. Mengkaji Warna Kulit


Warna kulit bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh genetika; dengan kulit bagian tubuh
yang terpapar, terutama di iklim cerah, hangat, umumnya lebih berpigmen daripada bagian
tubuh yang tidak terpapar. Proses cedera dan penyakit mungkin juga terjadi menyebabkan
perubahan warna kulit. Misalnya, hipopigmentasi dapat disebabkan oleh infeksi jamur, eksim
atau vitiligo; dan hiperpigmentasi dapat terjadi setelah paparan sinar matahari atau sebagai
akibatnya penuaan. Pigmen gelap sebagai perubahan warna kulit dapat terjadi setelah cedera
atau peradangan. Pasien dengan kulit gelap lebih sering mengalami hiperpigmentasi pasca
inflamasi dibandingkan dengan kulit yang lebih terang. Hiperpigmentasi akhirnya memudar
tetapi mungkin membutuhkan berbulan-bulan hingga setahun untuk proses tersebut.

Perubahan warna kulit pada orang dengan kulit gelap lebih banyak terlihat dan dapat
menyebabkan lebih banyak perhatian karena perubahan warna lebih mudah terlihat. Perubahan
pigmen bias menjadi sangat jelas karena peningkatan jumlah melanosit di kulit yang lebih gelap,
dan menyebabkan psikologis yang hebat dan membuat orang tersebut tidak nyaman. Beberapa
variasi dalam tingkat pigmen kulit dipertimbangkan sebagai berikut : Normal, Contohnya lipatan
berpigmen pada hidung, garis-garis berpigmen di kuku, dan bintik-bintik berpigmen pada sklera
mata. Wanita sering mengalami hiperpigmentasi selama kehamilan yang menjadi jelas di areola
dan wajah (chloasma) juga sebagai garis vertikal gelap antara pusar dan simpisis pubis yang
disebut linea nigra. Tidak terkait dengan ras, siapapun lazimnya mukosa bukal, lidah, bibir dan
kuku biasanya berwarna merah muda.

Sianosis. Sianosis adalah perubahan warna kebiruan yang dihasilkan dari kekurangan oksigen
dalam darah. Pada orang dengan kulit terang, sianosis bermanifestasi sebagai rona kebiruan pada
bibir, ujung jari dan bantalan kuku. Konjungtiva kelopak mata diperiksa pucat dan petekie. Pada
orang dengan kulit gelap, kulit keabu-abuan. Untuk mendeteksi sianosis, area di sekitar mulut
dan bibir dan di atas tulang pipi dan daun telinga harus diperhatikan.

Eritema. Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh kemacetan kapiler. Pada
orang berkulit terang, ini mudah diamati. Kulit dapat dipalpasi untuk menilai peningkatan
kehangatan dan konsistensi jaringan lunak (edema atau kekerasan). Mendeteksi eritema pada
orang dengan kulit gelap agak sulit. Pada orang dengan kulit gelap terlihat unggu keabu abuan
pada saat proses inflamasi.

Penyakit kuning. Penyakit kuning, kulit yang menguning, secara langsung terkait dengan tingginya
serum bilirubin dan sering diamati di sclera dan selaput lendir (lihat Gambar. 50-3B).

Tabel 50-1 memberikan gambaran umum tentang perubahan warna

Etiologi Gambaran pada org kulit terang Gambaran pada orang


kulit gelap
Kulit Pucat
a) Anemia (penurunan a dan b) Secara umum tampak a) Kulit tampak coklat,
hematocrit) pucat kuning-cokelat, kusam;
b) Syok, penurunan perfusi, kulit hitam tampak
vasokontriksi pucat kelabu, kusam.
(Amati area dengan
c) Insufisiensi arteri local c) Ditandai adanya Pucat pigmentasi paling
terlokalisasi , terutama ketika sedikit: konjungtiva,
ekstremitas bawah ditinggikan selaput lendir.)
d) Albino , tidak ada pigmen d) Merah muda keputihan b) Abu-abu kelabu,
melanin kusam; pada palpasi
teraba dingin
e) Vitiligo, kondisi yang e)Bercak, bintik-bintik putih c) Seperti terbakar karena
ditandai oleh susu, sering simetris secara terjemur matahari,
penghancuran melanosit bilateral krem, putih
di daerah terbatas pada d) Sama
kulit (bias local bias juga
luas)
Cyanosis
Peningkatan jumlah Hb yang
terdeoksigenasi, :
a. Cyanosis Central : pada Gelap tapi kusam, tak
penyakit jantung dan paru a) Biru kehitaman terlihat dengan jelas;
yg kronis, yang b) Pada Bantalan kuku terlihat hanya sianosis berat
menyebabkan desaturasi warna kusam terlihat jelas di kulit.
arteri (penting untuk
b. Cyanosis perifer : pajanan mengamati pada
perifer yang terlalu dingin, konjungtiva, mukosa
atau karena kecemassan mulut, alas kuku.)

Eritema
a) Hyperaemia, peningkatan a) Merah, pink yang cerah a) Semburat keunguan,
aliran darah pada b) Terlihat warna biru kemerah tetapi sulit dilihat.
pembuluh darah besar, merahan pada wajah, (Meraba untuk
seperti pada keadaan mukosa oral, konjungtiva, meningkatkan
deman, infeksi, konsumsi tangan dan kaki kehangatan dengan
alcohol, memerah karena c) Terlihat warna merah ceri peradangan, kulit
malu yang cerah pada wajah dan kencang dan
b) Polichitaemia, dada bagian atas pengerasan jaringan
meningkatnya sel darah d) Terlihat warna merah gelap dalam.)
merah , pembuluh darah pada saat kaki b) Tersembunyi dengan
kapiler yang statis, digantung/disilangkan (ini baik oleh pigmen kulit
c) Keracunan karbon dapat sebagai tanda awal yang hitam. (Amati
monoksida akan terjadinya nekrosis kemerahan di bibir.)
d) Vena statis, penurunan pada luka tekan) c) Bantalan kuku, bibir,
aliran darah pada vena dan mukosa mulut
terlihat berwarna
merah cerry
d) Mudah disamarkan.
(Gunakan palpasi
untuk
mengidentifikasi
kehangatan atau
Jaundice edema.)
a) Peningkatan konsentrasi
bilirubin serum (>2-3 a) Terlihat warna kuning
mg/100 ml) karena hati terutama pada sklera, a) Pemeriksaan warna
disfungsi atau hemolisis, langit-langit dan membran kuning pada sclera di
seperti setelah terjadinya mukosa; lalu di atas kulit limbus, pada penyakit
luka bakar parah atau b) Semburat kuning oranye di kuning akan terlihat
infeksi dahi, telapak tangan dan deposit lemak pada
b) Karotenaemia - kaki, dan lipatan nasolabial, daerah pinggiran di
peningkatan kadar serum tetapi tidak menguning pada bawah kelopak mata.
karoten karena konsumsi sclera dan membrane (Ikterus paling baik
makanan yang kaya mukosa dicatat di
karoten dalam jumlah c) Oranye pucat oranye-hijau persimpangan langit-
besar atau abu-abu, pucat pada langit keras dan lunak,
c) Uraemia- sebab gagal anemia; mungkin juga dan di telapak tangan.)
ginjal menyebabkan memiliki ekimosis dan b) Semburat kuning
dipertahankan pigmen purpura oranye di telapak
urokrom dalam darah tangan dan kaki.
c) Mudah disamarkan.
(Mengandalkan
laboratorium dan
temuan klinis.)
Kecoklat coklatan
a) Pada penyakit Addison,
terjadi penurunan kortisol a) Penampilan yang berwarna
yang memicu peningkatan perunggu pada kulit luar; Mudah disamarkan.
produksi melanin paling jelas di sekitar puting, (Mengandalkan
b) Café Au Lait Spots perineum, genitalia, dan laboratorium dan temuan
disebabkan oleh titik-titik tekanan (paha klinis.)
peningkatan pigmen bagian dalam, bokong, siku,
melanin pada lapisan sel aksila)
basal b) Kulit terlihat coklat muda,
berbentuk tidak teratur, oval
tebal dengan batas yang
jelas sering tidak terlihat
pada orang yang berkulit
sangat gelap
e. Penilaian Fungsi Integumen
Menilai ruam

Salah satu gejala ruam kulit yang paling umum adalah pruritus (mis. gatal). Pasien diminta untuk
menunjukkan area mana dari tubuh terlibat dan kulit kemudian diregangkan sehingga tanda
kemrahan tersebut semakin menghilang atau tetap ada.

Mengarahkan senter ke samping di kulit dapat menyorot ruam, membuatnya lebih mudah untuk
diamati. Perbedaan tekstur kulit kemudian dinilai dengan meraba/ mempalpasi ringan diatas
kulit tersebut dengan menggunakan ujung jari. Batas ruam mungkin bisa diraba.

Mulut dan telinga pasien dimasukkan dalam pemeriksaan (Campak (rubeola), menyebabkan gips
merah muncul di telinga, dan kanker kulit sangat umum muncul pada daun telinga. Suhu pasien
dinilai, dan kelenjar getah bening teraba terutama di aksila, lipatan inguinal dan belakang lutut
(area poplitea).

Menilai lesi kulit

Lesi kulit adalah karakteristik dermatologis yang paling menonjol. Mereka berbeda dalam ukuran,
bentuk dan penyebab dan diklasifikasikan menurut penampilan dan asal usulnya. Lesi kulit dapat
digambarkan sebagai primer atau sekunder. Lesi utama adalah lesi awal dan merupakan
karakteristik penyakit itu sendiri. Australia dan Selandia Baru menempati urutan tertinggi kanker
kulit di dunia, termasuk keganassan melanoma.

Setiap lesi kulit baru harus ditinjau dan setiap mol atau nevus dimonitor untuk perubahan dalam
ukuran, bentuk dan warna. Lesi sekunder dihasilkan dari perubahan lesi primer yang disebabkan
oleh penyebab eksternal, seperti garukan, trauma, infeksi atau perubahan yang disebabkan oleh
penyembuhan luka. Tergantung pada tahap perkembangannya, lesi kulit selanjutnya
dikategorikan berdasarkan jenis dan penampilan.

Penilaian awal erupsi atau lesi membantu mengidentifikasi jenis dermatosis dan indikasi apakah
lesi tersebut primer atau sekunder. Pada saat yang sama waktu, distribusi anatomi dari erupsi
atau lesi harus diperhatikan karena penyakit tertentu mempengaruhi tertentu situs tubuh dan
didistribusikan dalam pola karakteristik dan bentuk (lihat Gambar 50-4 dan 50-5). Untuk
menentukan tingkat distribusi regional, sisi kiri dan kanan. Tubuh harus dibandingkan saat warna
dan bentuk lesi dinilai.

Tingkat pigmentasi kulit pasien dapat mempengaruhi penampilan luka. Lesi bisa berwarna hitam,
ungu atau abu-abu pada kulit gelap, dan tan atau merah pada pasien dengan kulit terang. Setelah
observasi, lesi dipalpasi untuk menentukan tekstur, bentuk, dan tepiannya untuk melihat apakah
lunak, mudah bergerak dan penuh dengan cairan, atau keras dan melekat pada jaringan di
sekitarnya.

Lesi kulit dicatat pada catatan kesehatan pasien, menggunakan terminologi yang tepat:

a) Warna lesi
b) Kemerahan, panas, nyeri, atau bengkak
c) Ukuran dan lokasi area yang terlibat
d) Pola erupsinya (macula, popular, ukurannya )
e) Distribusi lesi (bilateral, simetrical, linear, sirkuler)
Jika luka terbuka akut atau lesi ditemukan pada inspeksi kulit, lakukan pengakajian secara
komprehensif dan dokumentasiakn hasil pengakajian tersebut, meliputi: penyebab luka, berapa
lama luka itu sudah ada dan nyeri pada luka. Pengkajian pada luka sendiri meliputi:

a) Wound bed (bantalan luka), kaji adanya nekrotik, lendir, granulasi atau jaringan epitel
b) Tepi dan margin luka: Amati adanya kerusakan (mis. perpanjangan luka di bawah
permukaan kulit), dan mengevaluasi warna tepi luka dan sensasi dan apakah mereka
tergulung, terangkat atau menyatu
c) Eksudat pada luka: Jelaskan jumlah, warna, dan bau eksudat.
d) Lokasi luka: Jelaskan keberadaan luka yang digunakan dengan 'penentuan posisi jam'
e) Ukuran luka: Menggunakan sistem jam (luka sebagai wajah jam, dengan jam 1 2,00
menunjuk ke kepala pasien dan 6,00 menunjuk ke arah kaki pasien) ukur panjangnya
12,00 sampai 6,00 (atas ke bawah) dan lebar jam 3,00 ke 9,00 (sisi ke sisi), dan melacak
keliling luka sesuai kebutuhan. Ukur kedalaman luka menggunakan aplikator ujung kapas.
f) Kulit di sekitarnya: Nilai warna (sekitar eritema), kelembutan dan kelembaban, iritasi dan
scaling.
f. Pengkajian Vaskularisasi dan Hidrasi
Setelah warna kulit telah dievaluasi dan lesi telah diperiksa, penilaian perubahan vaskular kulit
dilakukan. Deskripsi tentang perubahan vascular termasuk lokasi, distribusi, warna, ukuran dan
keberadaan pulsasi. Perubahan vaskular yang umum termasuk petechiae, ecchymoses,
telangiectasias (bintang vena) dan angioma. Perhatikan table 50.3 di bawah ini
Kelembaban kulit, suhu dan tekstur dinilai dengan palpasi. Turgor (yaitu elastisitas) kulit, pada
lansia menurun dan hal ini normal terjadi pada usia tersebut, turgor yang menurun juga bisa
terjadi pada pasien yang kekurangan cairan/ status hidrasi pasien.

Untuk menilai turgor kulit, dapat dilakukan dengan menjempit kulit dengan lembut
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau pad anak-anak dapat dengan mencubit lembut pada
daerah abdomen. Selanjutnya dari cubitan yang telah dilepas, amati berapa lama kulit hasil
cubitan tersebut akan kembali pada posisi sebelumnya. Orang yang mengalami dehidrasi atau
mereka yang memiliki kulit kering akan menunjukkan penurunan turgor kulit, di mana kulit tetap
ditekuk setelah dicubit. Sementara pada kondisi normal kulit akan segera kembali ke posisi
semula.
Udema adalah suatu kondisi penumpukan cairan dalam interstitial, ditunjukan dengan kulit
tampak tegang dan berkilau. Ketika dengan lembut jari ditekankan ke kulit, maka perhatikan dan
ukurlah tingkat kedalaman dari piting udema tersebut dan hitung lamanya waktu sampai lekukan
pada kulit tersebut kembali seperti semula. Kedalaman lekukan dan lamanya waktu untuk
kembali seperti semula menunjukan tingkat udema.

Pengkajian Kuku

Pemeriksaan singkat terhadap kuku meliputi pengamatan terhadap konfigurasi, warna dan
konsistensi. Banyak perubahan pada kuku atau bantalan kuku yang merefleksikan proses atau
suatu kejadian yang telah berlalu dimana kejadian itu bersifat abnormalitas baik pada tingkat
local ataupun sistemik.

Kuku yang mengalami penekanan secara tranversal kedalam atau sering disebut Beau’s Line yang
merefleksikan kemunduran pertumbuhan matrik kuku disebabkan karena penyakit yang berat
atau lebih umumnya karena trauma. Kemerah-merahan, hypertropi atau perubahan –perubahan
yang lain juga dapat disebabkan oleh trauma local. Paranychia adalah infeksi pada kulit disekitar
kuku yang ditandai dengan tenderness dan erythema. Permukaan kuku yang berlobang-lobang
dapat mengidikasikan adanya psoriasis. Kuku sendok dapat mengidikasikan adanya anemia
defisiensi besi berat. Sudut antara kuku normal dan alasnya 160 derajat. Saat diraba, dasar kuku
biasanya keras. Clubbing Fingger atau kuku tabuh, terjadi karena hypoxia. Clubbing finger
dimanifestasikan dengan sudut kuku membentuk sudut 180 derajat atau lebih dan adanya
pelunakan

Pengkajian Rambut

Penilaian rambut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi untuk menilai warna, tekstur dan
distribusi. Pada saat melakukan pemeriksaan rambut hendaknya menggunakan sarung tangan
dan gunakan center atau lampu yang menyala untuk supaya lebih terlihat. Rambut dibuka,
dipisahkan sedikit demi sedikit untuk menilai lesi kepala. Lesi yang abnormal, sebagai salah satu
bukti yang menunjukan adanya gatal, radang, penskalaan atau tanda-tanda kutu (mis. Kutu atau
tungau) , dan hal tersebut perlu didokumentasikan.

Warna dan tekstur rambut, Warna rambut alami berkisar dari putih ke hitam dan biasanya mulai
beruban seiring bertambahnya usia; namun, rambut orang yang lebih muda dapat berubah
menjadi abu-abu sebagai akibat dari sifat turun-temurun. Orang dengan albinisme (mis. tidak
adanya pigmentasi sebagian atau seluruhnya) memiliki kecenderungan genetik untuk rambut
putih sejak lahir. Tekstur rambut kulit kepala berkisar dari halus hingga kasar, halus hingga rapuh,
berminyak sampai kering, dan berkilau sampai kusam, dan rambut dapat bervariasi dari lurus ke
keriting. Keadaan alami rambut dapat diubah oleh menggunakan pewarna rambut, pemutih atau
bahan kimia lainnya, untuk menggulung atau luruskan. Rambut yang kering dan rapuh dapat
disebabkan oleh penggunaan pewarna rambut yang berlebihan dan pengering rambut dan
pengeriting rambut atau dari kelainan endokrin, seperti disfungsi tiroid. Rambut berminyak
biasanya disebabkan oleh peningkatan sekresi dari kelenjar sebaceous yang dekat dengan kulit
kepala. Perubahan tekstur rambut baru-baru ini dapat muncul hanya karena penggunaan produk
– produk rambut yang berlebihan atau perubahan komersial produk.

Distribusi, Distribusi rambut tubuh bervariasi sesuai lokasi. Rambut menutupi sebagian besar
tubuh dan bentuknya lembut, kecuali di daerah aksila dan kemaluan, di mana rambut lebih kasar.
Rambut kemaluan, yang berkembang saat pubertas, membentuk suatu bentuk berlian
memanjang hingga umbilikus pada anak laki-laki dan laki laki pada umumnya. Rambut kemaluan
wanita menyerupai segitiga terbalik. Jika distribusi rambut lebih merupakan karakteristik dari
lawan jenis, itu dapat mengindikasikan gangguan endokrin dan perlu penyelidikan lebih lanjut.
Perbedaan rasial pada rambut diharapkan, seperti rambut lurus orang Asia dan rambut keriting,
lebih kasar pada orang Keturunan Afrika. Pria cenderung memiliki lebih banyak rambut tubuh
dan wajah dari pada wanita.
Rambut rontok, Kerontokan rambut yang paling umum adalah kebotakan pola pria
mempengaruhi lebih dari setengah populasi pria dan diyakini terkait dengan faktor keturunan,
penuaan dan androgen kadar (hormon pria). Androgen diperlukan untuk pola rambut pria, yaitu
berkembanya kebotakan. Pola kerontokan rambut dimulai dengan surutnya garis rambut di
daerah frontal-temporal dan berlanjut ke penipisan bertahap dan kehilangan total rambut di atas
kulit kepala dan mahkota. Gambar 50-7 mengilustrasikan pola khas rambut rontok pria.
Meskipun alopesia androgenik dianggap sebagai kelainan pria, jutaan perempuan juga
mengalaminya. Wanita cenderung mempertahankan sebagian rambut di mahkota kulit kepala
dan tidak pernah benar-benar mengalami kebotakan.

Perubahan lainnya

Alopecia dapat terjadi pada seluruh tubuh atau terbatas pada area spesifik. Kerontokan rambut
di kulit kepala mungkin terlokalisir di daerah yang tidak rata atau dapat berkisar dari penipisan
umum hingga kebotakan total. Saat menilai kerontokan rambut kepala, penting untuk diselidiki
penyebab yang mendasari dengan pasien. Kerontokan rambut yang merata mungkin terjadi dari
kebiasaan menarik atau memutar rambut; dari traksi yang berlebihan pada rambut (mis.
mengepang terlalu erat); penggunaan pewarna yang berlebihan, pelurus dan minyak; agen
kemoterapi (mis. doxo rubicin and cyclophospha mide); b a k t e r i a t a u i n f e k s i j a m u r , m o l e s
( t a h i l a l a t ) d a n l e s i p a d a k u l i t k e p a l a bacterial or fungal infection; or moles or lesions on
the scalp. Pertumbuhan kembali yang tidak mennetu dan distribusinya mungkin tidak akan
pernah mencapai pada ketebalan seperti sebelumnya.
Pola rambut pada wanita yang telah menopause dimana produksi hormone estrogen oleh
ovarium mneurun, maka pada wanita menoupose ini dapat mengalami hirsutism (kelebihan
hormone androgen) sehingga dapat terlihat pertumbuhan rambut yang berlebih pada muka,
dada, bahu dan area pubic. Jika perubahan tersebut bukan disebabkan oleh factor menop ause
maka perubahan hormonal yang berhubungan dengan disfungsi kelenjar pituitary dan adrenal
perlu dikaji.
Pasien dengan kondisi kulit dapat dilihat secara negatif oleh orang lain; pasien-pasien ini mungkin
menjadi bingung dan menghindari interaksi dengan orang-orang yang pada akhirnya mengarah
ke isolasi, kehilangan pekerjaan dan kesulitan ekonomi serta harga diri yang buruk. Beberapa
kondisi dapat menyebabkan peningkatan depresi, frustrasi, kesadaran diri, citra diri yang buruk
dan penolakan. Gatal dan iritasi kulit (fitur dari banyak penyakit kulit) mungkin konstan dan tidak
masuk akal. Ketidaknyamanan ini dapat menyebabkan hilangnya tidur, kecemasan dan gejala
depresi, yang semuanya memperkuat tekanan umum dan kelelahan yang sering menyertai
gangguan kulit. Untuk pasien yang mengalami ketidaknyamanan fisik dan psikologis, perawat
perlu memberikan pemahaman, penjelasan masalah, instruksi yang tepat terkait dengan
pengobatan, dukungan keperawatan dan dorongan. Sangat penting untuk mengatasi
keengganan yang mungkin dirasakan saat merawat pasien dengan gangguan kulit yang tidak
menarik. Perawat seharusnya tidak menunjukkan tanda-tanda keraguan ketika mendekati pasien
dengan kelainan kulit. Keragu-raguan seperti itu hanya memperkuat trauma psikologis dari
gangguan itu.

Konsekuensi Yang Timbul Pada Kulit Akibat Penyakit Sistemik

Diabetes
Diabetes dapat memiliki dampak besar pada status kulit karena menyebabkan perubahan
sirkulasi dan nutrisi sel. Beberapa kondisi kulit yang lebih umum ditemui pada diabetes dibahas
dalam bab tersendiri.

Dermatopati diabetik
Lesi dermopati diabetik (bintik-bintik tulang kering) ditemukan pada tungkai bawah anterior,
lengan bawah dan paha, dan di atas tonjolan tulang lainnya. Mereka disebabkan oleh kerusakan
pembuluh kecil yang memasok kulit. Setiap titik dimulai sebagai benjolan merah kusam, lebih
kecil dari penghapus pensil dan mereka perlahan dapat menyebar hingga beberapa sentimeter.
Kulit menjadi semakin bersisik, dan akhirnya meninggalkan bekas luka kecoklatan di kulit. Lesi
biasanya dua lateral dan terjadi pada kelompok linier.

Dermatitis stasis
Dermatitis stasis tidak khas pada diabetes, tetapi karena kerusakan pembuluh darah akibat
diabetes, sangat umum pada pasien diabetes. Kerusakan pada pembuluh darah besar, sehingga
sirkulasi ke lengan dan kaki bagian bawah lebih rendah. Kulit akhirnya menderita kekurangan
nutrisi, menjadi sangat kering dan rapuh. Luka ringan sembuh perlahan, dan bisul terbentuk
dengan mudah. Kulitnya memiliki tekstur tebal dan kasar dan rona kekuningan.

Infeksi kulit
Kulit pasien diabetes rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur. Infeksi bakteri muncul sebagai
jerawat kecil di sekitar folikel rambut. Situs yang paling sering terkena termasuk kaki bagian
bawah, perut bagian bawah dan bokong. Kadang-kadang lesi ini membesar menjadi furunkel atau
karbunkel. Jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, infeksi ini mungkin sangat
lambat untuk sembuh.

Penyakit virus human immunodeficiency


Tanda-tanda kulit mungkin merupakan manifestasi pertama dari human immu nodeficiency virus
(HIV), muncul pada lebih dari 90% orang yang terinfeksi HIV ketika fungsi kekebalan memburuk.
Tanda-tanda kulit ini berkorelasi dengan jumlah CD4 yang rendah (suatu limfosit yang
menunjukkan fungsi kekebalan) dan dapat menjadi sangat atipikal pada orang yang
imokompromikan. Beberapa kelainan seperti sarkoma Kaposi, leucoplakia berbulu rambut,
molluscum contagiosum wajah dan kandidiasis oral, mungkin berkaitan dengan jumlah CD4
kurang dari 0,2 hingga 0,3 x 1 09 / L. Menjadi peka terhadap perubahan-perubahan ini dapat
mengingatkan perawat sehingga intervensi awal dapat dimulai dengan tepat (Schwartz, 2011).

Evaluasi diagnostik
Berbagai studi diagnostik dapat dilakukan pada pasien dengan fungsi integumen yang berubah.
Perawat harus mendidik pasien tentang tujuan, apa yang diharapkan, dan kemungkinan efek
samping yang terkait dengan pemeriksaan dan bila tidak melakukan pemeriksaan. Perawat harus
mencatat hasil yang terbaru karena hal tersebut akan memberikan informasi tentang apakah
lesi primer atau sekunder, perkembangan penyakit dan respons pasien terhadap terapi.

Biopsi kulit
Biopsi kulit digunakan untuk mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis dengan
eksisi skalpel atau dengan alat tusuk kulit yang menghilangkan inti kecil jaringan. Biopsi dilakukan
pada nodul kulit, plak, lepuh dan lesi lain untuk menyingkirkan keganasan dan untuk menegakkan
diagnosis yang tepat.

lmunofluoresensi

Didesain untuk mengidentifikasi tempat reaksi kekebalan, pengujian immunofluoresensi


menggabungkan antigen atau antibodi dengan pewarna fluorochrome. Antibodi dapat dibuat
fluoresen dengan menempelkannya pada pewarna. Imunofluoresensi langsung Tes Kulit adalah
teknik untuk mendeteksi autoantibodi yang diarahkan pada bagian kulit. Imunofluoresensi tidak
langsung Tes mendeteksi antibodi spesifik pada pasien serum.

Patch Test (test alergi)

Tes kulit alergi biasanya dilakukan dalam operasi dokter dengan dua tes utama yang digunakan
untuk mendeteksi langsung dan reaksi alergi yang tertunda. Pengujian patch melibatkan
penerapan alergen yang dicurigai untuk kulit normal di bawah oklusif tambalan selama 48 jam
untuk mengidentifikasi zat yang dapat menyebabkan pasien mengembangkan alergi.
Perkembangan kemerahan, peningkatan halus atau gatal dianggap positif lemah reaksi; lepuh
halus, papula, dan gatal parah menunjukkan reaksi yang cukup positif; dan lepuh, sakit dan
ulserasi menunjukkan reaksi positif yang kuat.
Pengujian tusukan kulit (Sikn Prick Testing) (test alergi)

Pengujian tusukan kulit melibatkan setetes kecil ekstrak alergen diaplikasikan pada kulit dan
goresan kecil dibuat dengan lanset. Reaksi berupa benjolan merah gatal yang timbul
(Wheal) akan berkembang dalam 15 hingga 20 menit dan diukur untuk menentukan tingkat
alergi. Perawat mendidik pasien mengenai penghindaran alergen, yang bisa
sulit tergantung pada alergennya.

Kerokan kulit (Skin Scrappings)

Sampel jaringan diambil dari dugaan lesi jamur dengan pisau bedah pisau dibasahi dengan
minyak sehingga tergores kulit menempel pada pisau dan kemudian dipindahkan ke gelas geser,
dan diperiksa secara mikroskopis. Spora dan hifa infeksi dermatofit, serta infeksi seperti kudis,
bisa divisualisasikan.

Tzanck smear
Tzanck Smear adalah tes yang digunakan untuk memeriksa sel dari kondisi kulit yang lepuh,
seperti herpes zoster, varicella, herpes simpleks dan segala bentuk pemfigus. Sekresi dari lesi
yang dicurigai selanjutnya diterapkan pada kaca slide, bernoda dan diperiksa.

Pemeriksaan cahaya (Wood’s light examination)


Merupakan pemeriksaan dengan lampu khusus yang menghasilkan sinar ultraviolet gelombang
panjang, yang menghasilkan fluoresensi ungu gelap yang khas. Warna lampu neon paling baik
dilihat pada ruangan yang gelap, di mana dimungkinkan untuk membedakan epidermis dari lesi
kulit dan lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dari kulit normal. Pasien diyakinkan bahwa
cahaya tidak berbahaya bagi kulit atau mata. Lesi itu masih mengandung melanin yang hampir
menghilang di bawah sinar ultraviolet, sedangkan lesi yang tidak mengandung melanin yang
meningkat akan menunjukan warna keputihan dengan sinar ultraviolet.

C L I N I CAL REASO N I N G / LATIHAN


1. Anda bekerja di klinik dermatologi. Seorang Wanita Afrika Selatan berusia 44 tahun datang
untuk perawatan karsinoma sel skuamosa yang ada di dada atasnya. Dia baru-baru ini
menghabiskan banyak waktu luang di pantai dan jarang menggunakan tabir surya. Dia juga
memiliki dua anak kecil di rumah. Identifikasi bukti untuk mendukung penggunaan
perlindungan dari matahari, termasuk tabir surya, untuk mencegah terjadinya lebih lanjut
kanker kulit. Diskusikan dan cari buktinya bahwa penggunaan tabir surya dapat mencegah
terjadinya kanker kulit.
2. Sebagai perawat kesehatan rumah, Anda melakukan kunjungan pertama kali ke seorang
pasien baru, seorang wanita berusia 80 tahun yang dipulangkan dari fasilitas rehabilitasi
perawatan akut setelah menerima penggantian lutut total untuk osteoartritis 3 minggu lalu.
Pasien menunjukkan Anda area di lengannya di mana terdapat bekas luka karena
pemasangan jalur intravena (Infus), luka masih tampak memar dan terlihat ada kulit yang
robek. Pasien bertanya mengapa tampaknya butuh waktu lebih lama daripada biasanya
untuk penyembuhan luka padda kulitnya dan mengapa kulitnya Nampak begitu rapuh
dibandingkan dengan saat dia masih muda? Jelaskan tanggapan saudara?
3. Seorang pengunjung rumah sakit (keluarga pasien) menyampaiakan bahwa Kakak
perempuannya baru-baru ini didiagnosis dengan melanoma, dan dia bertanya-tanya tentang
implikasi bagi dirinya dan anak-anaknya. Bagaimanakah Anda menjelaskan kondisi ini
kepadanya?
4. Jelaskan tentang pengkajian pada luka?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Macula
b. Papule, plaque
c. Nodule, tumor
d. Visichel, bulla
e. Wheal
f. Pustule
g. Cyst
h. Erosia
i. Ulcer
j. Fissure
k. Scales
l. Keloid
m. Atrophy
n. Lichenification
o. Pehechia
p. Ecchymosis
q. Cherry angioma
r. Spider angioma
s. Telangiectasia (venous star)
t. Clubbing finger

Pasien 34 tahun, masuk ke rumah sakit dengan luka bakar. Hasil pengkajian luka bakar 36%
derajat 2, dengan Berat Badan 50 kg. Berapakah kebutuhan cairan 8 jam pertama pada kasus
tersebut?
A. 3600
B. 5800
C. 6200
D. 7200
E. 8200
Pasien 45 tahun masuk ke rumah sakit dengan luka bakar pada kedua tangan, dada dan abdomen.
Berapa persen luka bakar pasien tersebut?

A. 21%
B. 22,5%
C. 27%
D. 36%
E. 45%

Pasien 45 tahun masuk ke rumah sakit dengan luka bakar pada kedua tangan, dada dan abdomen.
Berat badan pasien 50 kg. Saat ini pasien akan mendapatkan cairan tahap kedua, yang diberikan
16 jam berikutnya. Berapakah jumlah cairan yang diberikan kepada pasien tersebut?

A. 2500 cc
B. 2700 cc
C. 5000 cc
D. 5400 cc
E. 3400 cc

Pasien 35 tahun post tersiram air panas pada abdomen. Pasien mengeluh nyeri. Hasil pengkajian
terlihat kulit abdomen kemerahan, sedikit udema. Pada hari ke dua nyeri luka bakar tersebut
sudah hilang. Manakah derajat luka bakar yang dialami pasien tersebut?
A. DERAJAT 1
B. DERAJAT 2
C. DERAJAT 3
D. DERAJAT 4
E. SEMUA JAWABAN SALAH

Pasien 40 tahun dirawat dengan luka bakar akibat tersiram air panas pada daerah dada dan
abdomen serta pada kaki kanan. Berapa persen kah luka bakar yang dialami pasien tersebut?
A. 21%
B. 22,5%
C. 27%
D. 36%
E. 45%

Pasien 40 tahun di rawat dengan luka bakar akibat tersiram air panas pada daerah dada,
abdomen dan kaki kanan. Pasien mengeluh nyeri skala 7, dan bertambah nyeri bila badan
digerakan, terlihat luka masih mengeluarkan cairan, daerah sekitar luka berwarna kemerahan,
teraba hangat dan udema. Manakah tahap penyembuhan luka yang dialami pasien tersebut?
A. Hemostasis
B. Inflamasi
C. Proliferasi
D. Epitelisasi
E. Maturasi

Pasien di rawat dengan luka bakar akibat tersiram air panas pada daerah dada, abdomen dan
kaki kanan. Saat ini kondisi luka mulai nampak kemerahan pada permukaan luka, pinggr luka
tampak rapi, tidak ada pus dan tidak ada jaringan nekrosis. Manakah tahap penyembuhan luka
yang dialami pasien tersebut?
A. Hemostasis
B. Inflamasi
C. Proliferasi
D. Epitelisasi
E. Maturasi

Pasien 36 tahun dirawat dengan luka bakar. Hasil pengkajian luka bakar pada kedua tangan, dada
dan abdomen. Kondisi luka terlihat putih, edema, namun pasien tidak mengerang kesakitan. Urin
tampung berwarna merah karena darah. Manakah derajat luka bakar yang dialami pasien
tersebut?
A. DERAJAT 1
B. DERAJAT 2
C. DERAJAT 3
D. DERAJAT 4
E. SEMUA JAWABAN SALAH

Pasien 45 tahun dirawat hari kedua dengan luka bakar pada kedua tangan, dada dan abdomen.
Berat badan pasien 50 kg. Berapakah jumlah cairan yang diberikan kepada pasien tersebut pada
hari ini?

A. 2500 cc
B. 2700 cc
C. 5000 cc
D. 5400 cc
E. 3400 cc

Pasien 45 tahun dirawat hari ketiga dengan luka bakar pada kedua tangan, dada dan abdomen.
Berat badan pasien 50 kg. Berapakah jumlah cairan yang diberikan kepada pasien tersebut pada
hari ini?

A. 5400 cc
B. 2700 cc
C. 1350 cc
D. 3500 cc
E. 1750 cc
Pasien perempuan usia 35 tahun tersiram air panas pada daerah dada, perut dan tangan. Hasil
pengkajian: mengeluh nyeri dgn skala 5 dari skala 10, dan sudah diberikan analgetik drip. Dihari ketiga
kulit tampak merah dan terdapat bullae, TD 90/60 mmHg, Nadi 115 x/menit, RR 28 x/menit, BB 6o kg,
mukosa bibir terlihat kering dan urin out put 100 cc/6 jam. Manakah masalah keperawatan prioritas
yang muncul pada kasus tersebut?

A. Kerusakan integritas kulit


B. Kerusakan inetegitas jaringan
C. Nyeri akut
D. Difisit volume cairan
E. Nyeri kronis

Pasien perempuan 25 tahun dengan luka bakar. Hasil pengkajian: luka bakar grade 2 dengan luas 35%,
BB 50 kg, TB 156 cm, TD 100/60 mmHg, Nadi 60 x/menit, RR 20 x/menit. Pasien telah diterapi RL
sebanyak 2000 cc. Apakah yang menjadi kriteria keberhasilan terapai cairan tersebut?

A. Setelah 16 jam urin out put mencapai 200 – 400 cc


B. Setelah 16 jam urin out put pasien mencapai 400 – 800 cc
C. Setelah 16 jam urin out put pasien mencapai 1200-1600 cc
D. Setelah 8 jam urin out put pasien mencapai 400 – 800 cc
E. Setelah 8 jam urin out put pasien mencapai 1200-1600 cc

Pasien 40 tahun, dibawa oleh keluarganya ke RS karena menderita luka bakar akibat ledakan tabung
gas dirumahnyA. Dari pengkajian diperoleh data luas luka bakar lebih dari 25 % dari body surface areA.
Lesi terjadi pada epidermis dan dermis yang ditandai dengan eritema, terdapat blister yang cukup
luas, dan pucat bila lesi ditekan. Apakah klasifikasi luas dan kedalaman luka bakar menurut American
Burn Association?

A. Derajat 1
B. Derajat 2
C. Derajat 3
D. Derajat 4
E. Derajat 5

Pasien B tersiram air panas pada daerah dada. Hasil pengkajian daerah dada terlihat kemerah-merahan,
tidak ada bula dan tidak ada lecet. Manakah derajat luka bakar yang dialami pasien tersebut?

A. Derajat 1
B. Derajat 2
C. Derajat 3
D. Derajat 4
E. Derajat 5
Di bawah ini benar tentang Herpes, kecuali :

A. Merupakan penyakit yang disebabkan virus


B. Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella –
Zoster
C. Herpes simpleks adalah infeksi akut yg disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis)
D. Merupakan penyakit menular
E. Dapat disebabkan karena paparan sinar matahari

Gejalah penyakit Herpes Zoster adalah :

A. Nyeri segmental
B. Erupsi kulit
C. demam,
D. sakit kepala,
E. Semua benar

Gejala penyakit Herpes Simplek adalah :

A. Rasa panas
B. Rasa gatal
C. Timbul vesikula
D. Demam
E. Semua benar

Etiologi penyakit Herpes Simplek:


A. Herpes Virus Hominis (HVH).
B. Herpes Simplex Virus (HSV)
C. Varicella Zoster Virus (VZV)
D. Epstein Bar Virus (EBV)
E. Benar semua

Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien Herpes adalah :


A. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi virus
B. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
C. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit
herpes.
D. Potensial terjadi penyebaran penyakit b.d infeksi virus
E. Semua Benar
Di bawah ini benar tentang Herpes, kecuali ….

A. Merupakan penyakit yang disebabkan virus


B. Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella –
Zoster
C. Herpes simpleks adalah infeksi akut yg disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis)
D. Merupakan penyakit menular
E. Dapat disebabkan karena paparan sinar matahari

Gejalah penyakit Herpes Zoster adalah ….


A. Nyeri segmental
B. Erupsi kulit
C. demam,
D. sakit kepala,
E. Semua benar

Gejala penyakit Herpes Simplek adalah ….


A. Rasa panas
B. Rasa gatal
C. Timbul vesikula
D. Demam
E. Semua benar

Etiologi penyakit Herpes Simplek ….


A. Herpes Virus Hominis (HVH).
B. Herpes Simplex Virus (HSV)
C. Varicella Zoster Virus (VZV)
D. Epstein Bar Virus (EBV)
E. Benar semua

Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien Herpes adalah ….


A. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi virus
B. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
C. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit
herpes.
D. Potensial terjadi penyebaran penyakit b.d infeksi virus
E. Semua Benar

Anda mungkin juga menyukai