Anda di halaman 1dari 133

HUBUNGAN TINGKAT STRES IBU DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA

ANAK USIA SEKOLAH DASAR SELAMA PANDEMI COVID-19 DI DESA


TANJUNGSARI KOTA MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan


Keperawatan Program Sarjana di Universitas Harapan Bangsa

Oleh :

LUTFI AFIFAH
170103048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES IBU DENGAN PERILAKU KEKERASAN


PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR SELAMA PANDEMI COVID-19
DI DESA TANJUNGSARI KOTA MAJALENGKA

Skripsi
Disusun Oleh:

LUTFI AFIFAH
NIM. 170103048

Telah Disetujui untuk Dilakukan Ujian Sidang Hasil Skripsi

Pada tanggal 09 Agustus 2021

Purwokerto, 06 Agustus 2021

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Madyo Maryoto, S.Kep.,Ns.,MNS Amin Susanto, S.Kep.,Ns.,MSN


NIK. 10306903058 NIK. 112709150583

ii
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES IBU DENGAN PERILAKU KEKERASAN


PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR SELAMA PANDEMI COVID-19
DI DESA TANJUNGSARI KOTA MAJALENGKA

Disusun Oleh :

LUTFI AFIFAH
NIM. 170103048

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Diterima untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Universitas Harapan Bangsa

Pada hari : ………………….

Tanggal : ………………….

Dewan Penguji:

1. Penguji I : Mariah Ulfah, S.Si.T.,S.Kep.,Ns.,M.Kes ................

2. Penguji II : Madyo Maryoto, S.Kep.,Ns.,MNS ................

3. Penguji III : Amin Susanto, S.Kep.,Ns.,MSN ................

Mengesahkan
Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 106711090683

iii
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

Skripsi, Juli 2021


Lutfi Afifah1 , Madyo Maryoto 2, Amin Susanto 3
Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada Anak Usia Sekolah
Dasar selama Pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka

xvi + 81 halaman + 10 tabel + 5 gambar + 14 lampiran

ABSTRAK

Banyaknya tuntutan yang dibebankan pada orang tua selama pandemi Covid-1 9 d apat
menyebabkan stres pengasuhan terutama pada seorang ibu. Selama masa pandemi Covid-
19, pengasuhan dominan dilakukan oleh ibu, beratnya beban domestik, psikolo gis dan
tanggung jawab pada seorang ibu, mengedukasi anak mengenai protokol kesehatan,
mendampingi anak selama belajar di rumah, dan mendampingi anak beraktivitas . Stres
yang dialami oleh ibu akan mempengaruhi perilakunya terhadap anak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress ibu dengan perilaku kekerasan
pada anak usia sekolah dasar di Desa Tanjungsari Kota Majalengka. Metode penelitian
menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melalui
penyebaran kuesioner. Pengambilan sampel menggunakan Snowball Sampling dengan
sampel berjumlah 92 responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis
univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi setiap variabel dan analisis bivariat
Uji Spearman Rank. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai uji Spearman Rank
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,002 (p-value<0,05) dengan nilai koefisien korelasi
ρ = 0,323. Artinya, terdapat hubungan yang positif antara tingkat stres ibu dengan
perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19 di Desa
Tanjungsari Kota Majalengka. Semakin tinggi tingkat stres ibu, maka semakin tinggi
perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar, begitupun sebaliknya.

Kata Kunci: Stres ibu, perilaku kekerasan, kekerasan anak, Covid-19.

iv
HARAPAN BANGSA UNIVERSITY PURWOKERTO
HEALTH SCIENCE FACULTY
BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM

Undergraduated Thesis, July 2021


Lutfi Afifah1 , Madyo Maryoto 2, Amin Susanto 3
The Relationship between Mother's Stress Level and Violent Behavior towards
Elementary School Age Children during the Covid-19 Pandemic in Tanjungsari
Village, Majalengka City

xvi + 81 pages+ 10 tables + 5 pictures + 14 attachments

ABSTRACT

Many demands on parents during the Covid-19 pandemic can cause parenting stress,
especially for a mother. During the Covid-19 pandemic, the dominant parenting was
carried out by the mother, the heavy domestic, psychological and responsibility burde n
on a mother, educating children about health protocols, accompanying children while
studying at home, and accompanying children in activities. The stress experienced by the
mother will affect her behavior towards the child. This study aims to determine the
relationship between Mother's Stress Level and Violent Behavior towards Elementary
School Age Children during the Covid-19 Pandemic in Tanjungsari Village, Majalengka
City. The research method uses descriptive quantitative with a cross sectional approach
through the distribution of questionnaires. Sampling using S nowball Sampling with a
sample of 92 respondents. Data analysis in this study used univariate analysis to describe
the frequency distribution of each variable and bivariate analysis of the Spearman Rank
Test. The results of this study indicate that the Spearman Rank test value obtained a
significance value of 0.002 (p-value <0.05) with a correlation coefficient value of =
0.323. This means that there is a positive relationship between maternal stress levels and
violent behavior in elementary school-aged children during the Covid -19 pandemic in
Tanjungsari Village, Majalengka City. The higher stress level of the mother, the higher
violent behavior in elementary school age children.

Key words: Mother stress, violent behavior, child abuse, Covid-19.

v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lutfi Afifah


NIM : 170103048
Prodi : Sarjana Keperawatan
Fakultas : Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya
saya; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai tulisan atau pikiran saya, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa skripsi ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan
gelar sarjana keperawatan yang saya peroleh terkait dengan skripsi ini.

Purwokerto, 6 Agustus 2021


Yang membuat pernyataan

(Lutfi Afifah)
NIM. 170103048

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

Sang Maha Pencipta atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Tingkat Stres

Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada Anak Usia Sekolah Dasar Selama

Pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Harapan Bangsa.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta dorongan

dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, perkenankan penulis untuk menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Iis Setyawan Mangkunegara, S.Kom., M.T.I, selaku Ketua Yayasan

Pendidikan Dwi Puspita.

2. dr. Pramesti Dewi, M. Kes, selaku Rektor Universitas Harapan Bangsa.

3. Dwi Novitasari, S.Kep.,Ns.,M.Sc, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Harapan Bangsa.

4. Tri Sumarni, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua Program Studi Keperawatan

Program Sarjana Universitas Harapan Bangsa.

5. Madyo Maryoto, S.Kep.,Ns.,MNS, selaku pembimbing I yang telah

memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Amin Susanto, S.Kep.,Ns.,MSN, selaku pembimbing II yang telah

vii
memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dede Wangsa Dipanegara, S.IP, selaku Kepala Desa Tanjungsari Kecamatan

Sukahaji Kabupaten Majalengka yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian ini.

8. Seluruh ibu di Desa Tanjungsari Kota Majalengka yang telah bersedia

menjadi responden.

9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun agar pada

penulisan selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi siapun yang membacanya.

Purwokerto, 6 Agustus 2021

Penulis

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Ayah tercinta, bapak Wahidin (Alm) yang selalu menjadi motivator terbesar

dalam hidup saya yang semasa hidupnya selalu berjuang, memberikan do’a,

nasehat, serta kesabarannya yang luar biasa dan merupakan anugerah terbesar

bagi penulis.

2. Ibu tercinta, ibu Yoyoh yang selalu menjadi motivator, tiada henti bersujud

dan mendo’akan saya, selalu memberi semangat, dan segalanya yang telah

diberikan kepada saya dengan tulus dan merupakan anugerah terbesar bagi

penulis.

3. Kakak tercinta Arif Sobarudin, Mohammad Safe’i, dan Yeni Suryani,

terimakasih atas do,a dan segala dukungannya.

4. Seluruh dosen yang telah membimbing saya dengan ikhlas, terlebih lagi

untuk Bapak Madyo Maryoto, S.Kep., Ns., M.Kep., MNS selaku pembimbing

I dan Bapak Amin Susanto, S.Kep., Ns., M.Kep., MSN selaku pembimbing

II.

5. Mariah Ulfah, S.Si.T.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji I, terima kasih

banyak telah memberikan banyak masukan dan pengarahan untuk menjadikan

skripsi ini lebih baik.

6. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kesehatan Universitas harapan bangsa yang

telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai selama penulis

menempuh Pendidikan di Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.

7. Sahabat tersayang (Suci, Vadilla, Inggar, Chintya, Cicilia) yang selalu baik

ix
menemani perjuangan saya selama kuliah dan selalu memberikan dukungan

satu sama lain.

8. A. Rizal Fadly, seseorang yang selalu menjadi pendengar yang baik bagi

penulis. Terimakasih atas semangat serta dorongannya agar skripsi ini selesai

tepat waktu.

9. Afifah, terimakasih telah menjadi teman irit dan teman hidup di kos Melati.

10. Teman-teman seperjuangan S1 Keperawatan kelas A Universitas Harapan

Bangsa Purwokerto yang selalu memberikan dukungan satu sama lain.

11. Semua pihak yang telah memberikan motivasi, dukungan, serta do’a sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

x
MOTTO

“Jika kamu ingin melangkah, melangkahlah dengan keyakinan. Jika kamu


ingin berbuat, berbuatlah dengan niat kebaikan”.

If you can’t fly, then run. If you can’t run, then walk. If you can’t walk, then
crawl. But whatever you do, keep moving”.
-Dr. Martin Luther King JR-

“Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan
penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang”.
-R.A Kartini-

“Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat untuk


orang lain”.
-Muhammad SAW-

“It always seem imposible until it’s done”.


-Nelson Mandela-

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI......................................................................... iii
ABSTRAK............................................................................................................... iv
ABSTRACT................................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................................. vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. ix
MOTTO................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI........................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah.......................................................................................... 6
C. Tujuan ............................................................................................................. 6
D. Manfaat ........................................................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian ........................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 11
A. Kajian Teori................................................................................................... 11
B. Kerangka Teori .............................................................................................. 38
C. Kerangka Konsep ........................................................................................... 39
D. Hipotesis........................................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 41
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 42
D. Variabel Penelitian ......................................................................................... 44
E. Definisi Operasional....................................................................................... 45
F. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 46

xii
G. Validitas dan Reliabilitas ................................................................................ 49
H. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data............................................................... 50
1. Jenis Data................................................................................................... 51
2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 52
I. Analisis Data ................................................................................................. 53
J. Etika Penelitian .............................................................................................. 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 60
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 60
B. Pembahasan ................................................................................................... 64
C. Keterbatasan Penelitian................................................................................... 78
D. Implikasi Terhadap Pelayanan Asuhan Keperawatan ........................................ 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 80
A. Kesimpulan.................................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................................. 8

Tabel 2.1 Waktu Kelangsungan Hidup Covid-19 pada Suhu Lingkungan ........... 13

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................. 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Kekerasan Terhadap anak............................................. 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi Perceived Stress Scale (PSS-10) ............................................ 49

Tabel 3.4 Interpretasi Reabilitas............................................................................ 49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Responden Ibu di Desa


Tanjungsari Kota Majalengka ............................................................................... 61

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Stres Ibu................................... 62

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Kekerasan pada Anak Usia
Sekolah Dasar ........................................................................................................ 62

Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada Anak
Usia Sekolah Dasar Selama Pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota
Majalengka ............................................................................................................ 62

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Sebaran Kasus Perprovinsi ........................................................ 13

Gambar 2.2 Kasus Pandemi Covid-19 Perprovinsi ............................................... 14

Gambar 2.3 Kerangka Teori .................................................................................. 38

Gambar 2.4 Kerangka Konsep .............................................................................. 39

Gambar 3.1 Perhitungan Sampel menggunakan Aplikasi G-Power ..................... 43

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pra-Survei dari Universitas Harapan Bangsa


Lampiran 2 Surat Keterangan telah Melakukan Pra-Survei
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Universitas Harapan Bangsa
Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Isian Identitas Responden Penelitian
Lampiran 7 Kuesioner Tingkat Stres Ibu
Lampiran 8 Kuesioner Perilaku Kekerasan pada Anak
Lampiran 9 Tabulasi Data Tingkat Stres Ibu
Lampiran 10 Tabulasi Data Perilaku Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Dasar
Lampiran 11 Analisis Univariat
Lampiran 12 Analisi Bivariat
Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan virus korona baru Severe

Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2) yang dapat

menimbulkan gejala gangguan pernafasan akut seperti demam diatas 38˚C,

batuk dan sesak nafas pada manusia (Kemenkes RI, 2020). Virus Covid-19

telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi

gobal (Buana, 2020). Covid-19 merupakan penyakit yang sangat

meresahkan dikarenakan penyebarannya yang begitu cepat. Tercatat sampai

tanggal 26 Februari 2021 kasus positif Covid-19 di dunia mencapai

112.456.453 dengan kasus kematian sebanyak 2.497.514 (Coronavirus

Resource Center, 2020). Sedangkan, kasus positif Covid-19 di Indonesia

sampai tanggal 26 Februari 2021 mencapai 1.322.866 dengan jumlah

kematian 35.786 kasus. Kasus positif Covid-19 tertinggi yaitu Jakarta

dengan jumlah 317.432 kasus dan Jawa Barat posisi kedua dengan jumlah

175.950 kasus (Satgas Penanganan Covid-19, 2020).

Setiap negara menerapkan kebijakan yang mengacu pada World Health

Organization (WHO) untuk membatasi penyebaran Covid-19, salah satunya

adalah kebijakan social distancing. Social distancing yaitu metode untuk

meminimalkan interaksi dengan orang lain dengan membatasi aktivitas di

luar rumah (Nanotkar et al., 2020). Indonesia juga menerapkan kebijakan

1
2

PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan protokol kesehatan agar

masyarakat tetap bisa beraktivitas dengan aman selama pandemi ini.

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan selama pandemi Covid -19 berdampak

pada segala sektor termasuk dalam sektor pendidikan, dimana kini

diterapkan penutupan sekolah sementara dan proses pembelajaran di

rumah. Tercatat sekitar 68 juta pelajar di Indonesia mulai dari jenjang

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi yang

terpengaruh oleh kebijakan pembelajaran di rumah (Kemendikbud, 2020).

Belajar di rumah tidak lepas dari bimbingan dan peran orang tua.

Banyak orang tua mengeluhkan sistem pembelajaran di rumah karena

menambah beban mereka dalam pandemi saat ini. Selain itu, kendala yang

dialami orang tua dalam mendampingi anak belajar dirumah meliputi,

kurangnya pemahaman materi oleh orang tua, kesulitan orang tua dalam

menumbuhkan minat belajar anak, tidak memiliki cukup waktu untuk

mendampingi anak karena harus bekerja, orang tua tidak sabar dalam

mendampingi anak saat belajar dirumah, kesulitan orang tua dalam

mengoperasikan gadget, dan kendala terkait jangkauan layanan internet

(Wardani dan Ayriza, 2020).

Cacciatore et al., (2011 dalam Susilowati dan Azzasyofia, 2020)

menjelaskan masalah lain yang ditimbulkan selama pandemi Covid-19

adalah pemberitaan dan informasi tentang Covid-19 yang meresahkan,

pemenuhan kebutuhan dasar yang terbatas, ancaman keuangan keluarga

yang berkurang, alat pelindung diri yang terbatas dan situasi ketidakpastian
3

akhir pandemi. Masalah tersebut juga terjadi pada saat keadaan darurat yang

dapat menimbulkan rasa takut, cemas dan stres.

Semakin banyaknya tuntutan yang dibebankan pada orang tua selama

Covid-19 dapat menyebabkan parenting stress. Menurut Deater-Deckard

(2004 dalam Lestari dan Widyawati, 2016) parenting stress adalah suatu

proses yang menyebabkan reaksi fisiologis dan psikologis yang tidak

menyenangkan, yang timbul dari upaya untuk beradaptasi dengan tuntutan

sebagai orang tua. Menurut survei yang dilakukan oleh Save the Children

(2020) menyatakan bahwa selama pandemi Covid- 19 82% responden orang

tua mengatakan anak-anak menunjukkan tanda-tanda khawatir, cemas, sedih

dan takut. Sementara itu, 75% responden orang tua juga merasa lebih

kesepian, khawatir, gugup, putus asa, gelisah, tidak berharga, bahkan

depresi dan berpikir semuanya serba sulit.

Stres yang dialami orang tua selama pandemi Covid-19 mempengaruhi

perilaku kekerasan terhadap anak. Survey yang dilakukan oleh Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengenai pemenuhan dan

perlindungan anak pada masa pandemi Covid-19 mengatakan pelaku

kekerasan fisik pada anak didominasi ibu dengan jumlah 60,4 % (Maknun,

2016). Berdasarkan hasil survey kepada anak, kekerasan yang dilakukan ibu

selama Covid-19 terjadi karena pengasuhan dominan dilakukan oleh ibu,

beratnya beban domestik, psikologis dan tanggung jawab pada seorang ibu.

Ibu mengedukasi anak mengenai protokol kesehatan, mendampingi anak

selama belajar di rumah, dan mendampingi anak beraktivitas. Disamping


4

itu, 21% ayah tidak pernah mendampingi anak belajar dan 17,5% tidak

pernah menemani anak beraktivitas. Selama pandemi, ibu menjalankan

peran ganda untuk dapat membagi waktu antara menyelesaikan pekerjaan

kantor bagi ibu yang bekerja, pekerjaan rumah tangga, dan mendampingi

anak yang belajar online.

Sementara itu, anak berumur 6 – 12 tahun atau anak usia sekolah

biasanya menjadi korban kekerasan. Anak usia 6-12 tahun sering

mengalami kekerasan seksual (33%) dan emosional (28,8%), dan kekerasan

fisik (24,1%) (Margareta dan Melinda, 2020). Anak usia 6-12 tahun

merupakan masa-masa pembentukan jati diri, rentan bersikap keras kepala,

egois, melawan dan memberontak dari peraturan-peraturan yang diberikan

orang tua dengan tujuan memperoleh kebebasan serta rasa ingin tahu. Oleh

karena itu, banyak orang tua yang merasa anaknya sangat sulit diatur dan

secara tidak sadar melakukan tindakan kekerasan kepada anaknya baik

secara fisik maupun verbal (Armiyanti et al., 2017).

Orang tua yang dihadapkan pada tuntutan pembatasan sosial dan tetap

tinggal di rumah dengan anak sangat rentan terhadap risiko perilaku agresif

dan kekerasan (Brown et al., 2020). Brooks et al., (2020 dalam Wu dan Xu,

2020) menyatakan bahwa orang tua memiliki lebih banyak konflik dengan

anak-anak dalam dua minggu pertama pandemi daripada sebelum pandemi.

Menurut data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak

(SIMFONI-PPA) tahun 2020 menunjukkan kekerasan pada anak selama

pandemi Covid-19 meningkat secara drastis mencapai 5.315 korban


5

sepanjang 1 Januari 2020 hingga 23 September 2020. Laporan data

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(KEMENPPPA) tahun 2020 menunjukkan kasus kekerasan pada anak di

Jawa barat hingga bulan November 2020 berjumlah 617 korban.

Hasil pra-survey oleh peneliti tanggal 29 Desember 2020 yang dilakukan

dengan menyebar kuesioner skala stres pada lima ibu dengan anak usia 6-12

tahun di Desa Tanjungsari Kota Majalengka didapatkan bahwa tiga ibu

mengalami stres sedang, dan dua lainnya mengalami stres berat. Satu dari

lima ibu menuturkan bahwa menemani anak belajar dirumah selama

pandemi Covid-19 menambah stres dikarenakan kurangnya pemahaman ibu

mengenai materi dan anak yang rewel, kemudian membentak bahkan

sesekali mencubit anak. Hal tersebut diperkuat pula dengan hasil studi oleh

Lee et al., (2020) bahwa banyak orang tua mengalami stres hingga terjadi

peningkatan hukuman fisik dan psikologis pada anak di masa karantina

mandiri selama Covid-19. Survei menunjukkan selama pandemi orang tua

lebih banyak konflik dengan anak-anak (25%), berteriak dan menjerit

(19%), meningkatkan disiplin (15%), menggunakan kata-kata kasar (9%)

dan memukul (5%).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan tingkat stres ibu dengan perilaku kekerasan pada anak usia

sekolah dasar selama pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota

Majalengka. Penelitian ini penting dilakukan mengingat meningkatnya

kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh ibu selama pandemi
6

Covid-19 dan belum banyaknya dilakukan penelitian terkait hal tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang memberikan dasar bagi

penulis untuk perumusan masalah penelitian yaitu “Adakah Hubungan

antara Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada Anak Usia

Sekolah Dasar selama Pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota

Majalengka?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres

ibu dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama

pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

terakhir, pekerjaan, penghasilan, jumlah anak, dan usia ibu di Desa

Tanjungsari Kota Majalengka.

b. Mengidentifikasi perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar

selama pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka.

c. Mengidentifikasi tingkat stres ibu selama pandemi Covid-19 di Desa

Tanjungsari Kota Majalengka.

d. Menganalisis hubungan antara tingkat stres ibu dengan perilaku

kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19

di Desa Tanjungsari Kota Majalengka.


7

D. Manfaat

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah

wawasan tentang hubungan tingkat stres ibu dengan perilaku kekerasan

pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan sebagai ilmu untuk

menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.

b. Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan informasi

kepada ibu mengenai hubungan tingkat stres ibu dengan perilaku

kekerasan pada anak usia sekolah dasar.

c. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi

institusi pendidikan tentang tingkat stres ibu dan perilaku kekerasan

pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki aspek-aspek yang berbeda

dengan penelitian sebelumnya karena belum banyak dilakukan penelitian

terkait hubungan tingkat stres ibu dengan perilaku kekerasan pada anak usia

sekolah dasar selama pandemi Covid-19. Peneliti menguraikan beberapa

hasil penelitian sebelumnya yang disajikan dalam tabel berikut.


8

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Penelitian Tahun Metode dan Hasil Persamaan dan


peneliti Penelitian Perbedaan
Khairati Hubungan antara 2019 Penelitian ini Persamaan
Stres Ibu dengan menggunakan metode penelitian ini dengan
Perilaku kuantitatif. penelitian yang akan
Kekerasan dilakukan yaitu
terhada p Anak di Hasil penelitian metode penelitian
Kecamatan menunjukkan bahwa kuantitatif, stres ibu
Lembah Sabil terdapat hubungan sebagai variabel
Kabupaten Aceh positif yang bebas, dan kekerasan
Barat Daya signifikan antara stres pada anak sebaga i
ibu denga n perilaku variabel independen.
kekerasan terhadap
anak di Kecamatan Perbedan penelitian
Lembah Sabil ini dengan penelitian
Kabupaten Aceh yang akan dilakukan
Barat Daya yang adalah instrumen
dapat dilihat dari stres ibu pada
koefisien linearitas = penelitian ini
0,707 denga n menggunakan skala
p=0.000 < 0,010. likert mengenai
parenting stress
sedangkan pada
penelitian yang akan
dilakukan Perceived
Stress Scale, dan
snowball sampling.
Okta Pratiwi Pengaruh parenting 2019 Penelitian ini adalah Persamaan
stress dengan penelitian lapangan penelitian ini dengan
kecenderungan (field research) dengan penelitian yang akan
Perilaku kekerasan pendekatan kuantitat if dilakukan ada lah
terhadap anak di korelasional. jenis penelitian
lingkungan kuantitatif
Keluarga di Desa Hasil penelitia n korelasional.
Kembang Seri diperoleh harga
kecamatan Koefisien korelasi R Perbedaan penelitian
Bermani Ilir Square = 0,687 atau ini denga n penelitian
kabupaten 68,7 % dalam yang akan dilakukan
Kepahiang mempengaruhi adalah sampel,
kecenderungan tindak populasi, analisa
kekerasa n terhadap data, dan alat ukur
anak yang di lakuka n stres pa da penelitian
orang tuanya . ini menggunakan
Artinya, semakin PSI-short form
tinggi tingkat sedangkan pada
parenting stress yang penelitian yang akan
dialami orang tua, dilakukan
maka m semakin menggunakan PSS-
tinggi kecenderungan 10 dan pendekatan
perilaku kekerasan snowball sampling.
terhadap anak, begit u
pula sebaliknya.
9

Nama Judul Penelitian Tahun Metode dan Hasil Persamaan dan


peneliti Penelitian Perbedaan
Kinanti Ayu Hubungan 2017 Penelitian ini berupa Persamaan
Ratnasari dan Parenting Stress, observasional dengan penelitian ini dengan
Kuntoro Pengasuhan dan pendekatan survey. penelitian yang akan
Penyesuaian dalam dilakukan adalah
Keluarga terhadap Hasil uji chi-square metode penelitian
Perilaku Kekerasan menunjukkan bahwa kuantitatif.
Anak dalam nilai p value (0,001) < α
Rumah Tangga (0,05). Artinya Perbedaan penelitian
parenting stres, ini dengan
pengasuhan dan penelitian yang akan
penyesuaian dalam dilakuka n adalah
keluarga memiliki populasi, sampel,
hubungan dengan dan pada penelitian
perilaku kekerasan ini menggunakan
anak dalam rumah pendekatan survey
tangga. sedangkan penelitian
yang akan dilakukan
menggunakan
pendekatan cross-
sectional.
Samantha M. Stress and 2020 Penelitia n ini bersifat Persamaan
Brown, parenting during cross-sectional dan penelitian ini dengan
Jenalee the global Covid-19 statistik deskriptifpenelitian yang akan
Doom, pandemic (rata-rata, deviasi dilakuka n yaitu
Stephanie standar, dan menggunakan
Lechuga, persentase) digunakan pendeka tan cross-
Sarah Enos untuk menggambarkan sectional.
Watamura, karakteristik demografi
dan Tiffany sampel dan variabel Perbedaan penelitian
Koppels penelitian. ini dengan penelitian
yang akan dilakukan
Hasil penelitian adala h penelitian ini
menunjukkan bahwa menggunakan chi-
semakin banyak square dan One way
stresor yang diala mi ANOVA dalam
akibat Covid-19 dapat analisis data,
menjadi faktor penentu sedangkan penelitian
utama stres orang tua yang a kan dilakukan
secara umum. Namun, menggunakan
pemicu stres kumulatif Spearman Rank
dari Covid-19 tidak
secara signifika n
terkait dengan
peningkatan risiko
potensi pelecehan dan
penganiayaan anak.
10

Nama Judul Penelitian Tahun Metode dan Hasil Persamaan dan


peneliti Penelitian Perbedaan
Monica Child Maltreatment 2020 Penelitian ini Persamaan
Lawson, during the COVID- mengguna kan metode penelitian ini dengan
Megan Piel, 19 Pandemic: crowd sourcing penelitian yang akan
dan Micha ela Consequences of dengan kuisioner. dilakukan yaitu
Simon Parental Job Loss variabel terikat
on Psychological Orang tua yang penganiayaan atau
and Physical Abuse kehilangan pekerja an perilaku kekerasan
Towards Children (OR = 4.86, 95% CI pada anak selama
[1.19, 19.91], p = .03), pandemi Covid-19
lebih tertekan (OR = dan teknik
1.05, 95% CI [1.02, pengambilan sampel
1.08], p < .01), dan dengan snowball
mengania ya secara sampling.
psikologis anak-anak
mereka (OR = 111,94, Perbedaan penelitian
95% CI [28,54, ini dengan penelitian
439,01], p < 0,001). yang akan dilakuk a n
Kehilangan pekerja an adalah variabel bebas
selama pandemi pada penelitia n ini
Covid-19 merupa kan yaitu kehilangan
faktor risiko yang pekerjaan orang tua
signifikan untuk sedangkan pada
penganiayaan anak. penelitian yang akan
dilakukan adalah
stres ibu.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pandemi Covid-19

a. Pengertian

Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health

Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pandemi adalah wabah yang

berjangkit serempak meliputi daerah geografis yang luas. Dengan

kata lain, pandemi adalah wabah yang menyebar ke seluruh dunia

(Ais, 2020). Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan virus korona

baru Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-

CoV-2) yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

Pada umumnya, penyakit yang diakibatkan virus korona bersifat

zoonosis alias ditularkan dari hewan ke manusia layaknya Human

Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan AIDS (Winarno,

2020).

Istilah Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti

“mahkota”, karena bentuk virusnya yang memiliki tanduk mirip

paku di keseluruhan bidang tubuhnya dan menyerupai mahkota.

Virus korona menyebar melalui kontak langsung dengan benda di

sekitar orang yang terinfeksi; menghirup atau menyentuh cairan

batuk atau bersin, baik yang masih berada di udara atau sudah

11
12

mendarat di media tertentu; menyentuh bagian wajah atau hidung

seseorang yang tertular (Mushoffa, 2020).

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pandemi Covid-19 adalah

penyakit yang menyerang sistem pernafasan disebabkan oleh Severe

Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2) dan

penularannya sudah menyebar ke seluruh dunia melalui kontak

langsung dengan benda yang terinfeksi.

b. Lama Hidup Virus Corona di Lingkungan

Virus Corona hidup dan sangat menular melalui droplet yang

keluar melalui mulut dan hidung orang yang terinfeksi. Virus

Corona dapat hidup di udara bebas selama tiga jam dan dapat hidup

lebih lama jika menempel pada permukaan benda. Virus Corona

dapat bertahan hidup paling lama pada permukaan plastik selama 72

jam, permukaan stainless steel 48 jam, permukaan kertas atau kardus

selama 24 jam, dan permukaan berbahan tembaga selama 4 jam

(Sutaryo et al., 2020).

Zhou (2020) menjelaskan waktu kelangsungan hidup Covid-19

pada suhu lingkungan yang berbeda dalam tabel berikut.


13

Tabel 2.1 Waktu Kelangsungan Hidup Covid-19 pada Suhu Lingkungan

Jenis Lingkungan Suhu Daya Bertahan


Udara 10 – 15˚C 4 jam
25˚C 2 – 3 menit
Percikan <25˚C 24 jam
Lendir masal 56˚C 30 menit
Cairan 75˚C 15 menit
Tangan 20 - 30˚C <5 menit
Kain non-Woven 10 - 15˚C <8 jam
Kayu 10 - 15˚C 48 jam
Baja tahan karat 10 - 15˚C 24 jam
Alkohol 75% Semua suhu <5 menit
Pemutih Semua suhu <5 menit

c. Data Sebaran Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 yang tercatat sampai tanggal 26 Februari 2021

di Indonesia yang terkonfirmasi positif 1.322.866 orang, kasus aktif

dalam perawatan 15.408 orang, sembuh 1.128.672 orang, dan

meninggal 35.728 orang. Untuk orang yang seda

ng dalam pemantauan (ODP) sebanyak 75.822 orang. Jakarta

menjadi tempat pertama dengan kasus positif Covid-19 mencapai

317.432 orang, dan Jawa Barat pada posisi kedua dengan jumlah

175.950 orang (Satgas Penanganan Covid-19, 2020). Sebaran data

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Peta Sebaran Kasus Perprovinsi


14

Gambar 2.2 Kasus Pandemi Covid-19 per provinsi

d. Penanganan Covid-19

Pemerintah membuat berbagai macam kebijakan sebagai

penanganan Covid-19 yang semakin meluas, diantaranya:

1) Tinggal di rumah (Stay at Home)

Stay at home atau tinggal di rumah merupakan solusi dini

untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang dapat menular

dari interaksi antar manusia. Masyarakat dianjurkan untuk

produktif dari rumah, beribadah dari rumah, bekerja dan belajar

dari rumah, serta menjalankan aktivitas sehari-hari di rumah

(Hanafi et al., 2020).

2) Pembatasan sosial atau fisik (social distancing/physical

distancing)

Social distancing merupakan strategi untuk menurunkan

kemungkinan terjadinya infeksi baru pada orang yang sehat

dengan menjaga jarak fisik, menghindari aktivitas di luar rumah,

menghindari aktivitas yang melibatkan banyak orang atau


15

massa. Jarak yang ideal untuk mencegah penularan melalui

droplet adalah dua meter (Sutaryo et al., 2020). Indonesia juga

menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) sejak bulan maret 2020 (Hanafi et al., 2020).

World Heath Organization (WHO) kemudian mengganti

istilah social distancing dengan penggunaan frasa physical

distancing. Perubahan tersebut guna mengklarifikasi bahwa

perintah untuk tetap berdiam diri di rumah bukan berarti untuk

memutus kontak sosial dengan teman atau keluarga, melainkan

untuk memastikan bahwa masyarakat menjaga jarak fisik satu

sama lain agar Covid-19 tidak menyebar (Juliantari, 2020).

3) Belajar dan bekerja di rumah (Study/Work From Home)

Kementerian Pendidikan Indonesia menerapkan kebijakan

meniadakan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka yang

diganti dengan pembelajaran dalam jaringan (daring), disebut

juga Study From Home (SFH). SFH yaitu kegiatan belajar dari

rumah dalam mengantisipasi penyebaran virus Covid -19 dengan

tetap memberikan materi harian, soal latihan, serta keterampilan

yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Sabtaningrum et al.,

2020). Work from home (WFH) adalah suatu istilah kerja dari

jarak jauh, lebih tepatnya bekerja dari rumah. Pekerja tidak perlu

datang ke kantor untuk bertatap muka dengan para pekerja

lainnya (Hanafi et al., 2020).


16

4) Penggunaan masker sebagai alat pelindung diri

Penggunaan masker sangat diperlukan dalam upaya mencegah

penularan Covid-19. Berbagai studi membuktikan efektivitas

masker dalam mencegah penyakit saluran pernafasan, masker

N95 dan masker bedah memiliki efektivitas di atas 90%.

Sedangkan masyarakat umum dianjurkan memakai masker kain 3

lapis. Sementara itu, penggunaan masker kain 1 lapis seperti

scuba dan buff sangat tidak dianjurkan karena tidak memiliki

cukup proteksi terhadap partikel aerosol virus SAARS-CoV 2

(Atmojo et al., 2020). Centers for Disease Control (CDC)

Amerika Serikat dan World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pemakaian masker kain untuk masyarakat

umum, hal ini berlaku juga di Indonesia (Atmojo et al., 2020).

5) Menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)

menghimbau masyarakat melakukan pencegahan penyebaran

virus Covid-19 dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan dengan air mengalir dan

sabun selama 20 detik lalu bilas dan menggunakan handsanitizer

setiap selesai melakukan aktivitas (Karo, 2020). Cuci tangan

menggunakan sabun merupakan salah satu cara yang dianjurkan

WHO untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Sabun dapat

memecah selubung lemak yang membungkus virus corona agar


17

tidak dapat menginfeksi lagi (Sutaryo et al., 2020).

6) Kebijakan New Normal

New normal menjadi salah satu upaya pemerintah untuk

mensosialisasikan protokol kesehatan dengan tetap produktif

bekerja dari rumah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan

selalu stay at home atau tinggal di rumah. New normal

dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat

tentang pentingnya menjaga diri hidup berdampingan dengan

Covid-19 di tengah kehidupan masyarakat (Hanafi et al., 2020).

2. Konsep Stres

a. Definisi

Menurut Hans Selye (1950) yang dikutip Hawari (2016)

mendefinisikan stres adalah respons tubuh yang sifatnya non-spesifik

terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Sedangkan menurut Robbins

dan Coulter (2010 dalam Asih et al., 2018) stres merupakan reaksi

negatif dari orang-orang yang mengalami tekanan berlebih yang

dibebankan kepada mereka akibat tuntutan, hambatan, atau peluang

yang terlampau banyak.

Treven (2010 dalam Ekawarna, 2018) mendefinisikan stres

sebagai situasi seseorang atau sekelompok dikenai persyaratan,

untuk menyesuaikan diri dengan seperangkat keadaan baru. Stres

adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri

individu disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan


18

kenyataan yang diinginkan oleh individu, baik keinginan yang

bersifat jasmaniah maupun rohaniah (Sukadiyanto, 2019).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa stres

adalah suatu reaksi seseorang baik fisik maupun psikis sebagai

akibat dari ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan

atau beban dalam dirinya.

b. Faktor Penyebab Stres

Quick dan Quick (1984 dalam Ekawarna, 2018)

mengklasifikasikan penyebab stres sebagai stresor organisasi dan

stresor kehidupan.

1) Stresor Organisasi

a) Tuntutan tugas

Dalam organisasi, beberapa pekerjaan mungkin lebih stres

daripada yang lain. Tuntutan tugas yang menjadi stresor

utama adalah overload, terjadi ketika seseorang memiliki

banyak pekerjaan dibandingkan dengan kemampuan untuk

mengatasinya.

b) Tuntutan fisik

Tuntutan fisik merupakan persyaratan fisik dirasakan

pekerja yang melibatkan fungsi dari karakteristik fisik,

pengaturan, dan tugas-tugas fisik pekerjaan.

c) Tuntutan peran

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan terkait


19

dengan posisi tertentu dalam suatu kelompok atau

organisasi. Tuntutan peran menjadi sumber stres bagi

orang-orang dalam organisasi.

d) Tuntutan interpersonal

Tuntutan antarpribadi terdiri dari tekanan kelompok,

kepemimpinan, dan konflik interpersonal. Gaya

kepemimpinan juga dapat menyebabkan stres bagi seorang

karyawan. Misalnya, seorang karyawan membutuhkan

banyak dukungan sosial dari pemimpinnya. Namun,

pemimpinnya cukup kasar dan tidak menunjukkan

kepedulian.

2) Stresor Kehidupan

a) Perubahan hidup

Holmes dan Rahe beralasan bahwa perubahan besar

dalam hidup seseorang dapat menyebabkan stres, dan pada

akhirnya dapat menimbulkan penyakit. Sumber stres dapat

juga bersumber dari peristiwa seperti kelahiran, penyakit,

kerja paksa, dan kehilangan yang dapat memicu depresi.

b) Trauma kehidupan

Trauma kehidupan hampir sama dengan perubahan

hidup tetapi memiliki fokus jangka pendek, sempit, dan

lebih langsung. Trauma kehidupan yang dapat

menyebabkan stres meliputi masalah perkawinan, kesulitan


20

keluarga, dan masalah kesehatan, perubahan suhu, ancaman

dari orang lain, kematian orang yang dicintai, kondisi

ekonomi yang memburuk, dan sebagainya.

c. Jenis-Jenis Stres

Menurut Quick dan Quick (1984 dalam Asih et al., 2018)

mengkategorikan jenis-jenis stres menjadi dua, yaitu:

1) Eustress

Eustress merupakan hasil dari respon terhadap stres yang

bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun).

Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu yang diasosiasikan

dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan

tingkat performance yang tinggi.

2) Distress

Distress merupakan hasil dari respons terhadap stres yang

bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak).

Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi

yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, d an

kematian.

d. Reaksi Tubuh terhadap Stres

Seseorang yang mengalami stres dapat dilihat ataupun dirasakan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Hawari (2016)

menjelaskan beberapa perubahan pada tubuh yang terjadi akibat

stres, antara lain:


21

1) Rambut: perubahan warna rambut menjadi kecoklatan serta

kusam, beruban sebelum waktunya, dan kerontokan rambut.

2) Mata: ketajaman mata seringkali terganggu misalnya membaca

tidak jelas karena kabur.

3) Telinga: pendengaran seringkali terganggu dengan suara

berdenging (tinitus).

4) Daya pikir: kemapuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi

menurun, menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala

atau pusing.

5) Ekspresi wajah: tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius,

tidak santai, bicara berat, sukar senyum atau tertawa, dan muka

kedutan (tic facialis).

6) Mulut: mulut dan bibir terasa kering, tenggorokan seolah ada

ganjalan sehingga sukar menelan disebabkan otot-otot lingkar di

tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps).

7) Kulit: kulit pada sebagian tubuh terasa panas atau dingin serta

keringat berlebihan, kulit menjadi lebih kering, muncul penyakit

kulit seperti eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal, sering timbul

jerawat pda kulit wajah, kedua telapak tangan atau kaki

berkeringat.

8) Sistem pernafasan: nafas terasa berat dan sesak disebabkan

terjadi penyempitan pada saluran pernafasan dan memicu

timbulnya penyakit asma.


22

9) Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, pembuluh darah

melebar (dilatation) atau menyempit (concstriction) sehingga

muka merah atau pucat, pembuluh darah tepi terutama pada

ujung jari tangan dan kaki menyempit sehingga terasa dingin

dan kesemutan.

10) Sistem pencernaan: lambung terasa kembung, mual dan pedih

karena asam lambung berlebihan, perut mulas, sukar buang air

besar, dan diare.

11) Sistem perkemihan: frekuensi buang air kecil lebih sering drai

biasanya.

12) Sistem otot dan tulang: otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk,

pegal, tegang, rasa ngilu atau kaku.

13) Sistem endokrin: kadar gula meningkat bahkan bisa

mengakibatkan kencing manis, gangguan hormonal lain seperti

menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit.

14) Libido: libido menurun atau meningkat tidak sebagaimana

biasanya.

Selain keluhan-keluhan fisik diatas, stres juga dapat

mempengaruhi kondisi mental-emosional seseorang menjadi

pemarah, pemurung, pencemas dan lain sebagainya.

e. Alat Ukur Stres

1) Holmes and Rahe Stress Scale (HRSS)

Holmes and Rahe Stress Scale (HRSS) atau Social


23

Readjusment Rating Scale (SRRS) dikembangkan oleh Thomas

H. Holmes dan Dr. Richard H. pada tahun 1967. HRRS memuat

43 daftar peristiwa hidup yang mengakibatkan stres dengan

mengkategorikan tingkat stres ke dalam empat kategori antara

lain skor kurang dari 150 tergolong stres ringan, skor 150 – 299

tergolong stres sedang, dan skor lebih dari 300 tergolong stres

berat (Paramitha, 2011).

2) Depression anxiety stress scale (DASS)

DASS dikembangkan oleh S.H Lovibond dan F. Lovibond

pada tahun 1995. Alat ukur ini terdiri dari 42 pertanyaan yang

terdiri dari 3 skala dirancang untuk mengkaji tiga jenis keadaan

emosional yaitu depresi, kecemasan, dan stres. Item skala stres

terdapat pada nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33,

35, 39 dengan setiap pertanyaan terdapat empat skor yaitu 0 =

tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 = sering, 3 = selalu. Nilai

akhir DASS yaitu stres normal = 0 – 14, stres ringan = 15 – 18,

sedang = 19 – 25, parah = 26 – 33, dan stres sangat parah = 34-

42.

3) Perceived Stress Scale (PSS-10)

Kuisioner PSS telah diadopsi dan dikembangkan oleh

Sheldon Cohen tahun 1988 yang terdiri dari 10 pertanyaan.

Pertanyaan nomor 1, 4, 5, dan 6 tentang perasaan tidak

terprediksi (Unpredictable); nomor 2, 7, 8, dan 10 tentang


24

perasaan tidak terkontrol (Uncontrollable); nomor 3 dan 9

tentang perasaan tertekan (Overloaded). Responden penelitian

akan memberikan tanda ceklis pada 5 pilihan yang tersedia yaitu

0 berarti tidak pernah, 1 berarti hampir tidak pernah, 2 berarti

kadang-kadang, 3 berarti cukup sering, dan 4 berarti sangat

sering. Nilai akhir yang diperoleh dikategorikan menjadi 3 yaitu

stres ringan = 0 – 13, sedang = 14 – 26 dan stres berat = 27 – 40

( Lestari, 2019).

4) Miller Smith Rating Scale for Stress Tolerance (MSRS-ST)

Kuesioner MSRS-ST digunakan untuk menilai daya tahan

seseorang dalam mengatasi stres yang berisi 20 pertanyaan yang

masing-masing diberi skor 1 sampai 5. Angka skor 1 berarti

hampir selalu dikerjakan, sedangkan angka skor 5 berarti tidak

pernah dikerjakan sesuai dengan ukuran seberapa jauh

berlakunya bagi yang bersangkutan. Individu dengan nilai

toleransi stres kurang dari 43 dinyatakan sebagai individu

dengan daya tahan stres yang baik, nilai toleransi stres lebih dari

sama dengan 43 dinyatakan sebagai individu dengan daya tahan

stres yang kurang baik (Paramitha, 2011).

f. Stres Pengasuhan

1) Pengertian stres pengasuhan

Stres pengasuhan (parenting stress) merupakan proses yang

mengarah pada reaksi permusuhan psikologis dan fisiologis


25

yang timbul dari upaya untuk beradaptasi dengan tuntutan

sebagai orang tua (Henderson et al., 2016). Stres pengasuhan

didefinisikan sebagai pengalaman emosi negatif yang dirasakan

oleh orang tua sebagai respon terhadap tuntutan untuk menjadi

orang tua (Widarsson et al., 2013).

2) Faktor- faktor yang mempengaruhi stres pengasuhan

Menurut Biswas et al., (2016) dalam penelitiannya

mengemukakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi stres

orang tua antara lain terkait dengan karakteristik anak, orang

tua, dan lingkungan sosial.

a) Karakteristik anak

Anak dengan fungsi intelektual yang rendah, keterampilan

sosial serta kebiasaan yang buruk, dan anak disabilitas

menyebabkan stres orang tua dari waktu ke waktu.

b) Karakteristik orang tua

Stres pada orang tua dapat dipengaruhi oleh karakteristik

orang tua itu sendiri antara lain kepercayaan diri rendah

(lower self-efficacy), kurang menerima kecacatan anaknya,

selalu menganggap situasi buruk yang dihadapinya sebagai

bencana, dan khawatir dengan anaknya yang berperilaku

buruk.

c) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang menjadi faktor stres pada orang tua


26

antara lain kurangnya ikatan antar keluarga dan aturan yang

diterapkan dalam keluarga, sikap negatif yang dirasakan

orang lain, tinggal bersama anak disabitas, pendapatan

keluarga yang rendah, ketidakpuasan dalam hubungan

perkawinan, ekonomi rendah, dan dukungan sosial rendah.

3) Dampak stres pengasuhan

Belski (1984 dalam Gani & Kumalasari, 2019) menegaskan

stres pengasuhan memiliki banyak pengaruh bagi orang tua

maupun anak. Orang tua menjadi lebih banyak memberikan

penolakan, lebih mengontrol, reaktif, serta menjadi kurang

hangat terhadap anak-anak mereka. Stres pengasuhan

memberikan pengaruh negatif dalam hubungan anak dengan

orang tua, serta kualitas parenting itu sendiri (Lestari dan

Widyawati, 2016).

Deater-Deckard (2004 dalam Gani dan Kumalasari, 2019)

menjelaskan bahwa selain pada orang tua, stres pengasuhan juga

berdampak negatif pada anak seperti pada kondisi psikologis

anak, munculnya gejala kecemasan, depresi, hingga keluhan

somatik.

3. Perilaku Kekerasan terhadap Anak

a. Pengertian Perilaku Kekerasan terhadap Anak

Menurut World Health Organization (WHO) kekerasan terhadap

anak mencakup semua bentuk perlakuan yang salah baik secara fisik,
27

emosional, seksual, penelantaran, dan eksploitasi yang berpotensi

membahayakan kesehatan anak, perkembangan anak, atau harga diri

anak dalam konteks hubungan tanggung jawab (Said et al., 2017).

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 mendefinisikan

kekerasan anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

psikis, seksual, dan/atau penelantaran termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan

dengan cara melawan hukum (Reno, 2018).

Kekerasan terhadap anak didefinisikan sebagai perlakuan fisik,

mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang yang

mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang

diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan

kesejahteraan anak (Rianawati, 2018). Sedangkan menurut Sururin

(2016) kekerasan pada anak disebut juga dengan Child Abuse, yaitu

semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka

yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka

yang meiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat

dipercaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru.

Dari definisi diatas disimpulkan bahwa kekerasan terhadap anak

adalah perilaku salah secara fisik, psikis, maupun seksual yang

berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan anak, dilakukan oleh

orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap anak.


28

b. Faktor Penyebab Kekerasan terhadap Anak

Secara umum penyebab terjadinya tindak kekerasan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor individu dan faktor sosial-

budaya. Faktor individu berkaitan erat dengan kecenderungan

individu untuk melakukan kekerasan. Sementara itu, faktor sosial

merupakan kondisi lingkungan yang mendorong seseorang berbuat

kekerasan (Said et al., 2017).

1) Faktor individu

Jacobson (2011) mengatakan motivasi utama untuk

melakukan tindak kekerasan dapat dipandang sebagai

ketidakmampuan untuk menahan emosi, bahkan kekerasan

digunakan media mengekspresikan perasaan seseorang seperti

marah, frustasi atau sedih (Said et al., 2017). Hosking (2005)

menegaskan faktor utama kecenderungan seseorang berbuat

kekerasan adalah kurangnya rasa empati dalam diri (Said et al.,

2017).

2) Faktor sosial budaya

Kondisi sosial mendorong terjadinya kekerasan karena

adanya ketimpangan sosial atau ekonomi antarkelompok

masyarakat (Said et al., 2017). Nilai atau norma yang ada di

masyarakat menjadi faktor penyebab tindak kekerasan pada

anak seperti hubungan antar manusia, kemajuan zaman,

pendidikan, hiburan, olah raga, kesehatan, dan sebagainya


29

(Widyastuti, 2019). Selain itu, stres juga merupakan faktor

penyebab perilaku kekerasan pada anak.

a) Stres berasal dari anak antara lain: fisik berbeda dari anak

lain seperti cacat, mental berbeda (retardasi mental), anak

temperamen, anak hiperaktif, dan sebagainya.

b) Stres keluarga antara lain: kemiskinan, pengangguran,

mobilitas, isolasi, perumahan tidak memadai, hubungan

orang tua-anak, stres perinatal, anak yang tidak diharapkan,

prematuritas, perceraian, dan sebagainya.

c) Stres berasal dari orang tua antara lain: rendah diri, waktu

kecilnya mendapatkan perlakuan yang salah, depresi,

harapan pada anak tidak realistik, kelainan karakter,

gangguan jiwa, dan sebagainya.

Menurut Harianti dan Siregar (2014) faktor penyebab kekerasan

orang tua terhadap anak dikaitkan oleh beberapa hal seperti ekonomi

(penghasilan), pendidikan terakhir orang tua, jumlah anak, dan

pekerjaan.

1) Ekonomi (penghasilan)

Desakan ekonomi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari merupakan faktor terjadinya tindak kekerasan

terhadap anak dalam satu keluarga atau orang-orang yang secara

psikologis berperilaku menyimpang seperti memukul, memaki,

menampar bahkan membunuh anak kandung sendiri.


30

Penghasilan orang tua yang rendah kurang mampu memenuhi

kebutuhan anak. Sering kali orang tua melampiaskan

kemarahannya karena keadaan ekonomi yang sulit dengan

melakukan kekerasan pada anak.

2) Pendidikan terakhir orang tua

Tingkat pendidikan orang tua dikaitkan dengan penyebab

terjadinya kekerasan orang tua terhadap anak

3) Jumlah anak

Orang tua yang memiliki lebih banyak semakin berpeluang

untuk melakukan kekerasan. Menurut Van der Kolk et al., (2001

dalam Suryani, 2015) berpendapat bahwa jumlah anak yang

banyak terdiri dari empat atau lebih memiliki resiko pengabaian

pendidikan dan fisik dibandingkan dengan jumlah 2 – 3 anak

dalam keluarga.

4) Pekerjaan

Pekerjaan yang berbeda menyebabkan banyak kemungkinan,

misalnya terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua

terhadap anak.

c. Bentuk-Bentuk Kekerasan pada Anak

Menurut Kantor Pusat Layanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak (P2TP2A) mengklasifikasikan bentuk

kekerasan terhadap anak menjadi 5 macam, yaitu kekerasan fisik,

kekerasan emosional, kekerasan seksual, pengabaian dan


31

penelantaran, dan kekerasan ekonomi (eksploitasi) (Reno, 2018).

1) Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah apabila anak disiksa secara fisik dan

terdapat cedera pada badan anak dan dilakukan secara sengaja.

Kekerasan anak secara fisik dapat berupa penyiksaan,

pemukulan, dan penganiayaaan terhadap anak, dengan atau

tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan

luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Macam-macam

kekerasan fisik antara lain ditampar, ditendang, dianiaya,

dipukul, diinjak, dicubit, dijambak, dicekik, didorong, digigit,

dibenturkan, dicakar, dijewer, disetrika, disiram air panas, dan

sebagainya (Sururin, 2016).

2) Kekerasan emosional

Kekerasan emosional adalah situasi perasaan tidak aman dan

nyaman yang dialami anak. Kekerasan emosional dapat berupa

menurunkan harga diri serta martabat korban, penggunaan kata-

kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan di

depan orang lain, melontarkan ancaman dengan kata-kata.

Bentuk kekerasan emosional antara lain dihina, dicaci maki,

diejek, dipaksa melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki,

dibentak, dimarahi, dihardik, diancam, dipaksa, dan sebagainya

(Sururin, 2016).

3) Kekerasan seksual
32

Kekerasan seksual adalah disiksa atau diperlakukan secara

seksual dan juga terlibat atau ambil bagian atau melihat aktivitas

yang bersifat seks dengan tujuan pornografi, gerakan badan,

film, atau sesuatu yang bertujuan untuk mengeksploitasi seks

dimana seseorang memuaskan nafsu seksnya kepada anak.

Bentuk-bentuk kekerasan seksual pada anak seperti diperkosa,

disodomi, diraba-raba alat kelaminnya, diremas-remas

payudaranya, dipaksa melakukan seks, dijual pada mucikari, dan

bentuk pelecehan seksual lainnya (Sururin, 2016).

4) Pengabaian atau penelantaran

Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua

yang tidak memberikan perhatian yang layak terhad ap proses

tumbuh kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan

dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan

kesehatan yang layak. Bentuk-bentuk penelantaran anak seperti

kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang

dibutuhkan anak, tidak memperhatikan kebutuhan makan,

bermain, rasa aman, kesehatan, perlindungan rumah dan

pendidikan, mengacuhkan anak, tidak mengajak bicara, dan lain

sebagainya (Sururin, 2016).

5) Kekerasan ekonomi (eksploitasi)

Eksploitasi anak adalah sikap diskriminatif atau perlakuan

sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau


33

masyarakat. Bentuk eksploitasi anak antara lain memaksa anak

untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau

politik tanpa memerhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan

perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis, dan

status sosialnya seperti memaksa anak untuk bekerja (Sururin,

2016).

d. Dampak Perilaku Kekerasan terhadap Anak

Menurut Said (2017) kekerasan pada anak dapat menimbulkan

berbagai dampak negatif berdasarkan bentuk kekerasan yang

dialaminya. Dampak kekerasan pada anak dapat dilihat dari tanda-

tanda berikut:

1) Dampak kekerasan fisik

Dampak kekerasan fisik yang dialami anak antara lain luka

memar, berdarah, luka lecet, patah tulang, sayatan-sayatan, luka

bakar, pembengkakan, perdarahan, pingsan, dan bentuk lain

yang kondisinya lebih berat, dan akibat yang paling fatal adalah

kematian (Sururin, 2016).

2) Dampak kekerasan psikis

Anak yang mendapatkan kekerasan psikis umumnya

menunjukkan gejala perilaku maladaftif, seperti menarik diri,

pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut

bertemu orang lain. Dampak kekerasan psikis akan membekas

dan mengakibatkan trauma, sehingga mempengaruhi


34

perkembangan kepribadian anak (Sururin, 2016).

3) Dampak Kekerasan seksual

Anak yang mengalami kekerasan seksual akan memberikan

dampak psiologis yang serius dan mengakibatkan trauma.

Dampak psikologis kekerasan seksual pada anak antara lain

penarikan diri, ketakutan, agresif, emosi yang labil, depresi,

adanya gangguan tidur, phobia, bersifat keras, gangguan stres

pasca trauma, terlibat dalam penggunaan zat adiktif, merasa

rendah diri, minder, merasa tidak berharga, dan lemah dalam

membuat keputusan. Selain itu, dampak jangka pendek anak

akan mengalami mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang

berlebihan pada orang lain, dan konsentrasi menurun yang

akhirnya akan berdampak pada kesehatan (Sururin, 2016).

4) Dampak Penelantaran

Dampak terjadinya penelantaran akan sangat mempengaruhi

tumbuh kembang anak antara lain terjadi kegagalan tumbuh

kembang, malnutrisi yang menyebabkan fisiknya kecil,

kelaparan, infeksi kronis, hygiene kurang, hormon pertumbuhan

turun, sehingga dapat mengkibatkan kerdil (Sururin, 2016).

e. Karakteristik Pelaku dan Korban Kekerasan

Huraerah (2018 dalam Kadir, 2020) berpendapat bahwa

kekerasan terjadi karena penyalahgunaan kekuatan oleh yang kuat

terhadap yang lemah. Dalam sebuah keluarga, orang tua yang


35

memiliki kekuatan fisik ataupun non-fisik (karena status yang tinggi

dalam struktur keluarga) atau merasa dirinya superioritas, termasuk

melakukan kekerasan terhadap anak. Sebaliknya, anak berada dalam

posisi yang lemah dan dilemahkan. Anak merupakan pribadi kecil

dan lemah yang sepenuhnya berada di bawah kendali kekuasaan

orang dewasa. Orang tua pun merasa berhak melakukan apa saja

terhadap anak.

Dalam laporan SIMFONI-PPA menunjukkan bahwa korban

kasus kekerasan anak lebih banyak terjadi pada anak perempuan

dibanding anak laki-laki dan penyandang disabilitas. Sedangkan

sebagian besar pelaku kekerasan terhadap anak adalah laki-laki,

berusia 25 tahun keatas dengan kegiatan bekerja, dilakukan oleh

orang tua atau keluarga (Said et al., 2017).

Berdasarkan uraian di atas, kekerasan terhadap anak menjadi

permasalahan yang sangat memilukan karena dialami oleh anak yang

kemampuan fisik dan mentalnya masih terbatas untuk merespons

berbagai resiko. Terlebih lagi, kekerasan pada anak tersebut

dilakukan oleh pihak yang seharusnya bertanggung jawab dalam

melindungi anak seperti orang tua atau keluarga dekat.

4. Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada Anak

Berry dan Jones (1995 dalam Ratnasari dan Kuntoro, 2017)

mengatakan orang tua yang mengalami stres pengasuhan akan

menunjukkan sikap tidak memberi dukungan, mudah tersinggung, dan


36

hanya sedikit memberi kasih sayang kepada anaknya. Selain itu, mereka

juga akan menjadi bersikap kasar, kritis, dan kaku dalam menghadapi

anaknya. Menurut Sri Lestari (2012) ketidakmampuan mengelola stres

pengasuhan dapat menyebabkan mudah melakukan tindak kekerasan

pada anak, yang akhirnya berdampak buruk pada pembentukan

kepribadian anak (Pratiwi, 2019).

Penelitian oleh Mikolajczak et al., (2018) yang menyatakan bahwa

stres orang tua yang menyebabkan oleh kelelahan meningkatkan pelarian,

ide bunuh diri, penelantaran dan kekerasan anak. Selain itu, Van der

Kolk et al., (2001 dalam Suryani, 2015) berpendapat bahwa jumlah anak

yang banyak terdiri dari empat atau lebih memiliki resiko pengabaian

pendidikan dan fisik dibandingkan dengan jumlah 2 – 3 anak dalam

keluarga.

Pandemi Covid-19 mengakibatkan stres sosial, emosional, dan

finansial yang signifikan bagi keluarga di seluruh dunia (Phelps &

Sperry, 2020). Banyak kebijakan yang diberlakukan guna mencegah

penyebaran Covid-19, salah satunya di bidang pendidikan dengan

menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh

mengakibatkan siswa lebih banyak di rumah dan belajar secara online.

Kebijakan ini membawa tantangan bagi orang tua karena tanggung jawab

untuk mendidik dan mendukung anak secara akademis yang pada

awalnya merupakan tugas institusi pendidikan menjadi dibebankan pada

orang tua (Wu dan Xu, 2020). Selain itu, keluarga berpenghasilan
37

rendah, akses internet terbatas, memiliki waktu terbatas untuk

homeschooling, dan sumber daya pendidikan serta pengetahuan terbatas

berpotensi meningkatkan risiko penganiayaan anak (Wu dan Xu, 2020).

Khairati (2019) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara stres ibu terhadap perilaku kekerasan pada Anak Di

Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh. Hasil studi menunjukkan

semakin tinggi stres ibu maka semakin tinggi perilaku kekerasan terhadap

anak di Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarkan uraian diatas hubungan antara tingkat stres ibu dengan

perilaku kekerasan terhadap anak adalah reaksi psikologis orang tua yang

timbul ketika mengalami ketegangan atau kesulitan dalam memenuhi

perannya sebagai orang tua dan hal tersebut dapat mempengaruhi

kesejahteraan dan perilakunya pada anak.


38

B. Kerangka Teori

Dari pemaparan teori diatas, kerangka yang menjelaskan keterkaitan antara

stres dengan kekerasan pada anak selama pandemi Covid-19 adalah sebagai

berikut.
COVID-19

Penanganan Covid-19 Penyebab Stres


1. Tinggal di rumah (Stay at Home) 1) Stresor organisasi: tuntutan tugas,
2. Social Distancing/Physical Distancing tuntutan fisik, tuntutan peran,
3. Study/Work From Home tuntutan interpersonal
4. Penggunaan Masker 2) Stresor kehidupan: perubahan
5. Mencuci Tangan hidup, trauma kehidupan
6. Pemberlakuan kebijakan New Normal

STRES

Stres Pengasuhan

Dampak Stres Pengasuhan Penyebab Kekerasan pada Anak


Orang tua menjadi lebih banyak 1. Faktor Individu
memberikan penolakan, lebih a. Ketidakmampuan menahan
mengontrol, reaktif, serta menjadi emosi
kurang hangat terhadap anak-anak b. Kurangnya rasa empati
mereka. 2. Faktor sosial-budaya
a. Ketimpangan sosial atau
ekonomi di masyarakat
b. Stres dari anak
PERILAKU KEKERAASAN c. Stres keluarga
PADA ANAK d. Stres dari orang tua
3. Ekonomi (Penghasilan),
Pendidikan terakhir,
Pekerjaan, Jumlah Anak

Gambar 2.3 Kerangka Teori


Sumber: Hanafi et al., (2020), Atmojo et al., (2020), Ekawarna (2018), Biswas et
al., (2016), Gani dan Kumalasari (2019), dan Said et al.,( 2017)
39

C. Kerangka Konsep

Berikut kerangka konsep yang menjelaskan tentang hubungan tingkat stres

dengan perilaku kekerasan pada anak.

Variabel Bebas Variabel Terikat


Tingkat Stres Ibu Perilaku Kekerasan pada Anak
Usia Sekolah Dasar

Penyebab kekerasan pada anak:


1. Ekonomi (penghasilan)
2. Jumlah anak
3. Pendidikan terakhir
4. Pekerjaan

Keterangan:

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Konsep


40

D. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai dugaan mengenai suatu hal, jawaban

sementara suatu masalah, atau sebagai kesimpulan sementara tentang

hubungan suatu variabel dengan satu atau lebih variabel yang lain (Nuryadi et

al., 2017). Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menyatakan jawaban

sementara yaitu:

Ha : Ada hubungan antara tingkat stres ibu dengan perilaku

kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi

Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka.

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat stres ibu dengan perilaku

kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi

Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif

dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang

terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui “hubungan tingkat

stres ibu dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama

pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka.”

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjungsari Kecamatan Sukahaji

Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai Juli 2021.

3. Waktu Pengambilan Data

Waktu Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 April – 05 Juni

2021.

41
42

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah

423 ibu yang memiliki anak usia 6 – 12 tahun di Desa Tanjungsari Kota

Majalengka.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah non probability sampling dengan pendekatan

snowball sampling (bola salju). Pengambilan sampel dengan snowball

sampling adalah metode sampling dimana sampel diperoleh melalui

proses bergulir dari satu responden ke responden lainnya, biasanya

metode ini digunakan untuk menjelaskan pola-pola sosial atau

komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas (Notoatmodjo, 2012).

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

perhitungan aplikasi G-Power Software oleh Faul tahun 2011. Nilai

korelasi atau effect size yang dimasukkan yaitu sebesar 0.3, tingkat

kesalahan (α) 0.05, derajat ketepatan (1-β) 80% dan menggunakan two

tails berdasarkan penelitian sebelumnya. Sehingga hasil perhitungannya

didapatkan jumlah minimum sebanyak 84 responden (Gambar 3.1).


43

Gambar 3.1 Perhitungan Sampel menggunakan G-Power

Jumlah subjek penelitian ditambahkan 10% untuk mengantisipasi

kemungkinan adanya drop out, sehingga didapatkan jumlah sebesar 92

sampel dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1) Ibu dengan anak berusia 6 – 12 tahun.

2) Ibu yang tinggal serumah dengan anak.

b. Kriteria ekslusi:

1) Ibu yang tidak tinggal serumah dengan anak.

2) Ibu yang tidak kooperatif.


44

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2018) variebel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur,

jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,

pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Sugiyono (2018) variabel dalam penelitian dapat dibedakan

berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, antara

lain:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat stres ibu.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini yaitu perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar.


45

E. Definisi Operasional

Menurut Notoatmodjo (2012) definisi operasional adalah uraian tentang

batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel

yang bersangkutan. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini

disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Instrumen Parameter Skala


Penelitian
Variabel Dependen:
Perilaku Merupakan seberapa Pengukuran Rendah: Ordinal
Kekerasan sering seseorang kekerasan pada a n ak 1 – 69
terhadap khususnya orang tua menggunakan skala Sedang:
Anak melakukan perilaku likert favorable dan
70 - 109
kekerasan terhadap unfavorable yang
anakyang dapat terdiri dari 30 item Tinggi:
menyebabkan anak pernyataan. Skala ini 110 - 150
mengalami gangguan disusun berdasarkan
fisik maupun psikis. bentuk-bentuk
kekerasan yaitu
kekerasan fisik,
seksual, psikis, dan
penelantaran
(Nugrahani, 2016).
Variabel Independen
Tingkat Merupakan keadaan Alat ukur PSS-10 Ringan: Ordinal
stres ibu yang dialami individu (Perceived Stress 0-13
ketika mendapat Scale) yang terdiri Sedang:
tantangan dapat dari 10 item 14-26
berupa perasaan pernyataan. Skala ini Berat:
positif atau negatif. disusun berdasarkan 27-40
3 dimensi, yaitu
feeling of
unpreditable, feeling
of uncontollable,
feeling of overloaded.
Karakteristik Responden:
Usia Merupakan rentang Angket 20-30 tahun Interval
waktu yang terlewat 31-40 tahun
sejak kelahiran 41-50 tahun
Penghasilan Jumlah uang yang Angket Dalam perbulan: Interval
didapat dalam jangka 1) < Rp 1.000.000
waktu tertentu yang 2) Rp 1.000.000–
telah dikurangi Rp 2.500.000
dengan biaya -biaya 3) > Rp 2.500.000
lainnya .
46

Variabel Definisi Operasional Instrumen Parameter Skala


Penelitian
Pendidikan Merupakan Angket Tidak Sekolah Nominal
pembelajaran SD
pengetahuan, SMP
keterampilan, dan SMA
kebiasaan Perguruan Tinggi
sekelompok orang
melalui pengajaran,
pelatihan, atau
penelitian.
Pekerjaan Suatu hubungan yang Angket 1. Ibu Rumah Nominal
melibatkan dua pihak Tangga
antara perusahaan 2. PNS
dan karyawan. 3. Wiraswasta
4. Karyawan
5. Lainnya
Jumlah Anak Merupakan Angket Jumlah anak Nominal
banyaknya anak yang (1, 2, 3, 4, 5)
dimiliki

F . Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data, dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi,

formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah

kuesioner untuk mengukur tingkat stres dan perilaku kekerasan terhadap

anak.

1. Skala Kekerasan terhadap Anak

Penelitian ini menggunakan skala kekerasan terhadap anak

berdasarkan bentuk-bentuk kekerasan pada anak yang dimodifikasi dari

Nugrahani (2016) dengan judul “Hubungan Parenting Stress dengan

Kecenderungan Perilaku Kekerasan”. Skala ini terdiri dari 30 item

pernyataan dan disusun berdasarkan skala likert yang terdiri dari dua

kategori, yaitu item favorable dan unfavorable yang memiliki 5 alternatif


47

pilihan jawaban, terdiri dari: Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang

(KD), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP). Untuk bobot nilai yang diberikan

berkisar dari nilai 1 sampai 5, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pernyataan favorable

Skor 5 = selalu (SL), 4 untuk jawaban sering (SR), 3 untuk jawaban

kadang-kadang (KD), 2 untuk jawaban jarang (JR), dan 1 untuk

jawaban tidak pernah (TP).

b. Pernyataan unfavorable

Skor 5 untuk jawaban tidak pernah (TP), 4 untuk jawaban jarang

(JR), 3 untuk jawaban kadang-kadang (KD), 2 untuk jawaban sering

(SR), dan 1 untuk jawaban selalu (SL).

Jumlah skor diperoleh 1 – 69 menunjukkan tingkat perilaku

kekerasan rendah, jumlah skor 70 – 109 menujukkan tingkat perilaku

kekerasan sedang, dan jumlah skor 110 – 150 menujukkan tingkat

perilaku kekerasan tinggi. Untuk lebih jelasnya, alat ukur ini dijabarkan

dalam bentuk tabel sebagai berikut:


48

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Kekerasan Terhadap anak

No Item
Aspek Indikator Jumlah
Favorable Unfavorable

Kekerasan Fisik Memukul anak 7


Mencubit anak 4, 6
Menjewer telinga anak 3, 9, 14 9
Menendang anak 15, 16
Menampar anak 13
Kekerasan Membentak anak 26, 28
Psikis Memberikan ancaman pada 5
anak
Memanggil anak dengan 1
nama julukan 5
Membanding-bandingkan 2
anak
Kekerasan Memperbolehkan anak 21 29
Seksual menonton film dewasa
Membelikan a nak pakaian 11, 17 27 6
seksi
Gurauan porno 25
Penelantara n Penolakan atau penundaan 22
dalam mencari perawatan
kesehatan anak
Mengusir anak dari rumah
Tidak peduli pada 8, 12 30
pendidikan anak
Tidak memenuhi keperluan 19 10
anak
Jarang berada di rumah 18
Kurang komunikasi dengan
anak 20, 23
10, 24
Total 30

2. Skala Tingkat Stres

Pengukuran tingkat stres ibu dalam penelitian ini dengan

menggunakan Perceived Stress Scale (PSS-10) oleh Cohen dan

Wiliamson tahun 1988. PSS-10 digunakan untuk mengungkap stres

terkait 3 item tentang feeling of unpredictability, 4 item tentang feeling

of uncontrollability, dan 3 item tentang feeling of overloaded. Item


49

pernyataan yang terdapat pada skala ini terdiri dari 6 item favorable dan

4 item unfavorable. Skala ini terdiri dari 5 alternatif pilihan jawaban,

terdiri dari: 0 = tidak pernah, 1 = hampir tidak pernah, 2 = kadang –

kadang, 3 = sering, 4 = sangat sering. Jumlah skor diperoleh 0 – 13

menunjukkan tingkat stres ringan, jumlah skor 14 – 26 menujukkan

tingkat stres sedang, dan jumlah skor 27 – 40 menujukkan tingkat stres

berat.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Perceived Stress Scale (PSS-10)

` No Item
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable
Feeling of unpredictability 1, 6 4, 5 4
Feeling of uncontrollability 2, 10 7,8 4
Feeling of overloaded 3,9 2

Total 10

G. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang tidak teruji validitas dan reabilitasnya bila digunakan

untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya.

Reabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen

(Sugiyono, 2018). Interpretasi reabilitas dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut

(Arikunto, 2010).

Tabel 3.4 Interpretasi Reabilitas

Besarnya Linear r Interpretasi


0,800 – 1,000 Tinggi
0,600 – 0,800 Cukup
0,400 – 0,600 Agak rendah
0,200 – 0,400 Rendah
0,000 – 0,200 Sangat Rendah
50

1. Validitas dan Reabilitas Skala Perilaku Kekerasan pada Anak

Skala perilaku kekerasan pada anak yang terdiri dari 60 item, terdapat

27 item valid sedangkan 33 item lainnya tidak valid. Item valid dengan

koefisien validitas antara 0,314 sampai 0,756 dengan taraf signifikansi

5%. Kemudian peneliti menambahkan tiga item pada aspek kekerasan

seksual untuk menggantikan item yang tidak valid (Nugrahani, 2016).

Reabilitas skala perilaku kekerasan pada anak dianalisis dengan

rumus Alpha Croncbach dengan bantuan komputer, dan diperoleh

koefisien sebesar 0,895. Skala tersebut dinyatakan reliabel dalam

kategori tinggi (Nugrahani, 2016).

2. Validitas dan Reabilitas Perceived Stress Scale (PSS-10)

Cohen pada tahun 1994 melakukan uji validitas terhadap kuesioner

PSS-10 dan didapatkan angka sebesar 0,84. Sementara itu Nuraini

(2016) melakukan uji validitas PSS-10 dengan koefisien Chronbach

Alpha sebesar 0,85. Skala tersebut dinyatakan reliabel dalam kategori

tinggi.

H. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif

yang disajikan dalam bentuk bilangan angka dan diolah secara statistik.

Berdasarkan sumber datanya, pengumpulan data dapat menggunakan

sumber data primer dan sumber data sekunder.


51

a. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data primer yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah dengan menyebar kuesioner secara langsung

kepada responden.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen (Sugiyono, 2018). Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari catatan dokumen mengenai data penduduk, dan data

ibu dengan anak umur 6 – 12 tahun yang diperoleh dari kader

masing-masing RT.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebar angket atau

kuesioner kepada responden mengenai tingkat stres (Perceived Stress

Scale-10) dan perilaku kekerasan terhadap anak. Kuesioner merupakan

instrumen untuk pengumpulan data, dimana partisipan atau responden

mengisi pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diberikan oleh peneliti

(Sugiyono, 2018). Selain itu, penelitian ini juga dilengkapi dengan data

yang harus diisi oleh responden penelitian, antara lain: usia ibu,

penghasilan, jumlah anak, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan ibu.


52

3. Cara Pengumpulan Data

a. Tahap Administrasi

1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat

pengantar dari Universitas Harapan Bangsa untuk melakukan

penelitian dan ditujukan kepada Kepala Desa Tanjungsari

Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.

2) Peneliti melakukan perizinan untuk melakukan penelitian

kepada Kepala Desa Tanjungsari dengan membawa surat

pengantar dari Universitas Harapan Bangsa.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Setelah mendapat izin untuk penelitian, peneliti menemui subjek

penelitian untuk menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur

penelitian.

2) Peneliti membagikan lembar informed consent kepada subjek

penelitian.

3) Peneliti membagikan lembar kuesioner untuk diisi oleh subjek

penelitian dan menjelaskan cara pengisian.

4) Setelah selesai mengisi lembar kuesioner, peneliti mengecek

kelengkapan jawaban subjek penelitian.

5) Melakukan pengolahan dan analisa data setelah lembar

kuesioner terkumpul.
53

I. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun dengan bantuan

komputer (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan bantuan

komputer dalam pengolahan data, melalui tahap-tahap berikut:

a. Editing

Hasil kuesioner dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu

untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner. Peneliti memeriksa

kelengkapan jawaban setiap pernyataan kuesioner yang diisi oleh

subjek penelitian.

b. Scoring

Scoring adalah memberikan skor terhadap item-item yang perlu

diberi skor. Pemberian skor dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Tingkat Stres

a) Stres ringan, jika jumlah skor 0 – 13

b) Stres sedang, jika jumlah skor 14 – 26

c) Stres Berat, jika jumlah skor 27 – 40

2) Perilaku kekerasan pada anak

a) Tingkat kekerasan rendah, jika jumlah skor 1 – 69

b) Tingkat kekerasan sedang, jika jumlah skor 70 – 109

c) Tingkat kekerasan tinggi, jika jumlah skor 110 – 150


54

c. Coding

Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Coding dari masing-masing variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Skala Stres Ibu

a) Favorable

(1) Tidak pernah, dikode 0

(2) Hampir tidak pernah, dikode 1

(3) Kadang – kadang, dikode 2

(4) Sering, dikode 3

(5) Sangat sering, dikode 4

b) Unfavorable

(1) Tidak pernah, dikode 4

(2) Hampir tidak pernah, dikode 3

(3) Kadang – kadang, dikode 2

(4) Sering, dikode 1

(5) Sangat sering, dikode 0

2) Skala Perilaku Kekerasan pada Anak

a) Favorable

(1) Tidak pernah, dikode 1

(2) Jarang, dikode 2

(3) Kadang-kadang, dikode 3

(4) Sering, dikode 4


55

(5) Selalu, dikode 5

b) Unfavorable

(1) Tidak pernah, dikode 5

(2) Jarang, dikode 4

(3) Kadang-kadang, dikode 3

(4) Sering, dikode 2

(5) Selalu, dikode 1

3) Karakteristik Responden

a) Usia ibu

(1) 20 – 30 tahun, dikode 1

(2) 31 – 40 tahun, dikode 2

(3) 41 – 50 tahun, dikode 3

b) Penghasilan

(1) <Rp 1.000.000, dikode 1

(2) Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000, dikode 2

(3) >Rp 2.500.000, dikode 3

c) Pendidikan

(1) Tidak sekolah, dikode 1

(2) SD, dikode 2

(3) SMP, dikode 3

(4) SMA, dikode 4

(5) Perguruan tinggi, dikode 5

d) Pekerjaan
56

(1) Bekerja, dikode 1

(2) Tidak bekerja, dikode 2

e) Jumlah anak

(1) Jumlah anak 1, dikode 1

(2) Jumlah anak 2, dikode 2

(3) Jumlah anak 3, dikode 3

(4) Jumlah anak 4, dikode 4

(5) Jumlah anak 5, dikode 5

d. Data Entry

Peneliti mengumpulkan jawaban-jawaban dari masing-masing

responden dalam bentuk kode kemudian dimasukkan kedalam

program komputer.

e. Cleaning

Peneliti mengecek kembali data yang dimasukkan untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan.

f. Tabulating Data

Data yang sudah dilakukan cleaning kemudian dibuat dalam bentuk

tabel dan dilakukan analisa statistik.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian


57

(Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi stres ibu dengan perilaku

kekerasan pada anak dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel, dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P = Persentase

f = jumlah pertanyaan yang dijawab benar

N = Jumlah frekuensi maksimal atau seluruh item pengamatan

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat

dilakukan dengan uji statistik menggunakan koefisien korelasi Rank

Spearman (dinotasikan dengan Rs ). Koefisien ini digunakan untuk

mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya

berbentuk ordinal. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk

mengkaji hubungan antara tingkat stres sebagai variabel bebas (X)

dengan perilaku kekerasan pada anak sebagai variabel terikat (Y).

Rs

Keterangan:

Rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

di = Selisih rank data variabel X dengan data variabel Y

n = Jumlah responden
58

Analisis data menggunakan program komputer dengan interpretasi

hasil sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):

1) H0 ditolak dan Ha diterima jika p-value < α (0,05) untuk taraf

signifikan 5%, berarti terdapat hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat.

2) H0 diterima dan Ha ditolak jika p-value ≥ α (0,05) untuk taraf

signifikan 5%, berarti tidak terdapat hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat.

J. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013 dalam Yulisetyaningrum, 2018) penelitian yang

dilakukan harus sesuai dengan etika penelitian, meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Merupakan lembar persetujuan antara peneliti dengan resonden yang

bertujuan agar subjek mengerti maksud, tujuan, dan dampak penelitian.

Dalam penelitian ini jika responden bersedia, maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden. Informasi yang tertera dalam

lembar persetujuan antara lain partisipasi responden, tujuan dilakukanyna

penelitian, dan prosedur pelaksanaan.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Merupakan masalah etika penelitian dengan cara tidak memberikan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data. Dalam penelitian ini, responden hanya


59

mencantumkan inisial nama pada lembar kuesioner.

3. Kerahasiaan (Confidentialy)

Merupakan jaminan kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres ibu

dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi

Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka, diperoleh dari hasil angket

yang disebarkan kepada 92 ibu di Desa Tanjungsari kota Majalengka pada

tanggal 22 April – 05 Juni 2021.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik

setiap variabel dalam penelitian dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi. Hasil penelitian akan disajikan dalam data umum dan data

khusus. Data umum akan menyajikan karakteristik responden yang

meliputi: usia ibu, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan, dan

jumlah anak. Data khusus meliputi data yang berisi variabel penelitian

yaitu stres ibu sebagai variabel bebas dan perilaku kekerasan pada anak

usia sekolah dasar sebagai variabel terikat.

60
61

a. Deskripsi Data Umum

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik


Responden Ibu di Desa Tanjungsari Kota Majalengka

Variabel Frekuensi (n=92) Persentase (%)


Usia Ibu
20 – 30 tahun 11 12
31 – 40 tahun 51 55,4
41 – 50 tahun 39 32,6
Jumlah 92 100
Pendidikan Terakhir
SD 26 28,3
SMP 40 43,5
SMA 20 21,7
Perguruan Tinggi 6 6,5
Jumlah 92 100
Pekerjaan
Bekerja 25 27,2
Tidak bekerja 67 72,8
Jumlah 92 100
Penghasilan
<Rp 1.000.000 28 30,4
Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 56 60,9
>Rp 2.500.000 8 8,7
Jumlah 92 100
Jumlah anak
1 20 21,7
2 41 44,6
3 28 30,4
4 3 3,3
Jumlah 92 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini berusia 31 – 40 tahun sebanyak

51 responden (55,4%), pendidikan terakhir SMP sebanyak 40

responden (43,5%), pekerjaan sebanyak 67 responden tidak

bekerja (72,8%), penghasilan keluarga Rp 1.000.000 – Rp

2.500.000 sebanyak 56 responden (60,9%), dan jumlah anak dua

sebanyak 41 responden (44,6%).


62

b. Deskripsi Data Khusus

1) Variabel Tingkat Stres Ibu

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Stres Ibu

Tingkat stres ibu Frekuensi (n=92) Persentase (%)


Tingkat stres ringan 9 9,8
Tingkat stres sedang 75 81,5
Tingkat Stres berat 8 8,7
Jumlah 92 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden dalam penelitian ini memiliki tingkat stres

sedang sebanyak 75 responden (81,5%).

2) Variabel perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Kekerasan


pada Anak Usia Sekolah Dasar

Perilaku kekerasan Frekuensi (f) Persentase (%)


pada anak usia
sekolah dasar
Rendah 73 79,3
Sedang 19 20,7
Jumlah 92 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden dalam penelitian ini dengan perilaku kekerasan

pada anak usia sekolah dasar rendah sebanyak 73 responden

(79,3%).

2. Analisis Bivariat
Hasil uji Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara tingkat

stres ibu dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama

pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka disajikan

dalam tabel 4.4 berikut.


63

Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan


pada Anak Usia Sekolah Dasar Selama Pandemi Covid-19 di Desa
Tanjungsari Kota Majalengka

Perilaku kekerasan pada


anak Total p-value
Tingkat Stres ρ
Rendah Sedang
F % F % F %
Ringan 7 7,6 2 2,2 9 9,8
Sedang 65 70,7 10 10,9 75 81,5 0,323
0,002
Berat 1 1,4 7 7,6 8 8,7
Total 73 79,3 19 20,7 92 100

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut menujukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat stres sedang dengan perilaku kekerasan pada

anak rendah sebanyak 65 orang (70,7%). Hasil uji statistik menggunakan

Rank Spearman diperoleh p-value sebesar 0,002 sehingga p-value < α

(0,05). Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

hubungan antara tingkat stres ibu dengan perilaku kekerasan pada anak

usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota

Majalengka.

Hasil analisis korelasi koefisien Rank Spearman sebesar 0,323,

sehingga besar korelasi atau hubungan antar variabel tingkat stres ibu

dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi

Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka adalah korelasi sedang

dan hubungan positif searah. Artinya, semakin tinggi tingkat stres ibu

maka semakin tinggi perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar

selama pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka.


64

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden ibu

dengan rentang usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 51 orang (55,4%). Hal

tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada masa

dewasa awal. Menurut Hurlock (1996) dalam Putri (2018) secara hukum

seseorang dapat dikatakan sebagai orang dewasa awal saat menginjak usia

21 tahun sampai berusia 40 tahun. Masa dewasa awal adalah masa

pencarian, penemuan, pemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa

yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi

sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai,

kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan

tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. Orang dewasa awal

diharapkan dapat memainkan peran baru, seperti suami atau istri, orang

tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru. Sejalan

dengan penelitian Yunita (2019) bahwa wanita dewasa awal yang telah

menikah dan bekerja dapat rentan menjadi stres diakibatkan karena

adanya konflik peran ganda yang dialaminya hingga menderita depresi

akibat tekanan hidup.

Sebagian besar responden pendidikan terakhir SMP sebanyak 40

orang (43,5%). Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tingkat

pendidikan responden belum lebih baik dibandingkan dengan kebijakan


65

pemerintah indonesia di bidang pendidikan yaitu progam wajib belajar

selama 12 tahun. Tingkat Pendidikan orang tua berpengaruh terhadap

koping stres yang dimiliki. Semakin rendah pendidikan seseorang maka

kemampuan untuk menghadapi stressor juga rendah, sedangkan semakin

tinggi pendidikan seseorang akan lebih mudah menyesuaikan dengan

lingkungan sehingga kemampuan dalam menghadapi stressor juga lebih

baik. Sejalan dengan penelitian Chairini (2018) bahwa orang dengan

pendidikan tinggi dianggap memiliki kemampuan intelektual yang lebih

baik daripada orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah,

sehingga mampu menyelesaikan masalah atau stressor yang dihadapinya

dengan baik.

Pekerjaan responden Sebagian besar tidak bekerja sebanyak 67 orang

(72,8%). Penulis menggolongkan pekejaan menjadi dua kategori.

Kategori tidak bekerja yaitu ibu rumah tangga, sedangkan kategori

bekerjayaitu PNS, karyawan, dan wiraswasta. Hal tersebut sangat umum

di Indonesia bahwa wanita yang telah menikah dan mempunyai anak

tidak bekerja di luar rumah. Hal ini terkait dengan peran perempuan di

negara berkembang yang mayoritas masih mengutamakan peran sebagai

ibu rumah tangga, sehingga semua waktunya banyak digunakan untuk

mengurus anak dan keluarga (Badan Pusat Statistik, 2018). Berbanding

terbalik dengan asumsi peneliti, ibu yang bekerja mungkin lebih rentan

mengalami stres karena memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan,

mengurus keluarga, dan melakukan pekerjaan rumah. Sejalan dengan


66

penelitian Apreviadizy dan Puspitacandri (2014) bahwa stres banyak

dialami pada ibu yang bekerja dibandingkan dengan ibu yang tidak

bekerja. Hal ini dikarenakan kurangnya ibu untuk membagi waktu dalam

pekerjaannya, banyaknya tuntutan pekerjaan yang ibu jalani, serta dikejar

waktu untuk menyelesaikan segala pekerjaan rumah.

Variabel penghasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penghasilan yang diperoleh keluarga dalam satu bulan. Untuk

membedakan tinggi rendahnya penghasilan dalam keluarga, peneliti

mengacu pada UMR kota Majalengka yaitu sebesar Rp 2.009.000,-.

Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar responden memiliki penghasilan

keluarga perbulan di bawah UMR, yaitu sebanyak 84 orang (91,3%).

Penghasilan keluarga sebagian besar didapatkan karena ibu yang tidak

bekerja lebih banyak dan hanya mengandalkan penghasilan suami sebagai

kepala keluarga. Disamping itu, keluarga dengan penghasilan rendah

memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan keluarga dengan

penghasilan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Chairini (2018)

bahwa orang tua yang kesulitan sumber daya untuk mengurus anak akan

mengalami stres dalam memenuhi tantangan hidup, akibatnya orang tua

akan menjadi mudah marah, tertekan serta mempengaruhi perilakunya

terhadap anak.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki 2 anak

sebanyak 41 orang (44,6%). Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya

program Keluarga Berencana yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu,


67

semakin banyak anak akan menambah peran dan tekanan pada ibu.

Chairini (2018) berpendapat bahwa semakin banyak anak yang diasuh

oleh ibu akan menambah tekanan dan mungkin akan terkait dengan faktor

ekonomi karena biaya yang harus dikeluarkan orang tua semakin besar.

2. Gambaran Tingkat Stres Ibu selama Pandemi Covid-19 di Desa

Tanjungsari Kota Majalengka

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat stres sedang yaitu sebanyak 75 orang (81,5%), sebagian

kecil lainnya tingkat stres ringan sebanyak 9 orang (9,8%) dan tingkat

stres berat sebanyak 8 orang (8,7%). Stres yang dialami ibu tidak terlepas

dari peran yang ditanggung ibu dalam keluarga dan bagaimana ibu dapat

mengendalikan stresor yang dihadapinya. Sejalan dengan penelitian

Widyowati dan Sari (2020) bahwa ibu rumah tangga merupakan

seorang perempuan yang memiliki peran penting di dalam sebuah

keluarga, diantaranya yaitu menjadi seorang istri yang harus mampu

menemani suaminya, harus mampu membentuk atmosfer rumah tangga

yang nyaman, pendidik untuk anak-anaknya, dan harus mengerjakan

beraneka ragam pekerjaan rumah tangga secara terus menerus.

Ibu dianggap sebagai pusat dari sebuah keluarga, terlebih lagi terjadi

peran ganda pada seorang ibu selama masa pandemi ini. Menurut

Suarmini et al., (2018) selama pandemi Covid-19, peran ibu jauh lebih

besar sebagai pengajar anak selama proses bejalar mengajar secara daring

hingga memastikan gizi keluarga terpenuhi untuk menjaga daya tahan


68

tubuh. Serupa dengan hasil penelitian Putri dan Rahmawati (2021)

menunjukkan bahwa ibu memiliki beban ganda selama pandemi berupa

tanggung jawab mendidik anak yang belajar dari rumah dan beban

pekerjaan yang tidak berkurang selama pandemi bahkan bertambah.

Selain itu, selama pandemi ini ibu merasakan emosi ketakutan,

kekhawatiran tertular Covid-19, dan emosi kemarahan dengan beberapa

peran yang dijalankan.

Selama pandemi Covid-19, sekolah diliburkan dan anak-anak lebih

banyak menghabiskan waktu dirumah. Ibu dituntut dalam pengasuhan dan

pendidikan anak, melakukan pekerjaan rumah, dan mengurus keluarga.

Selain itu, stres pada ibu juga disebabkan karena ibu berada di rumah

dalam waktu penuh, tanggungjawab ibu terhadap perawatan keluarga,

keuangan dan khawatir akan kesehatan keluarga. Sejalan dengan hasil

penelitian Tchimtchoua (2020) bahwa stres dan kecemasan ibu selama

Covid-19 lebih tinggi daripada sebelumnya. Skala Parental Distress

menunjukkan bahwa ibu lebih banyak merasa tidak mampu, persepsi

terhadap kemampuan diri yang lebih rendah, melankolis, dan kesulitan

pengasuhan daripada biasanya.

Sejalan dengan penelitian lain oleh Yulianingsih et al., (2020)

menyimpulkan bahwa stres orang tua khususnya ibu disebabkan karena

beberapa kendala diantanya mengeluhkan biaya untuk membeli paket

data, kesulitan untuk memahami materi yang diberikan guru, anak-anak

lebih percaya kepada guru daripada ibu, dan terbatasnya fasilitas belajar
69

yang ada di rumah.

Selain itu, berdasarkan wawancara peneliti terhadap beberapa

responden mengatakan bahwa kadang-kadang ibu stres karena perilaku

anak yang menjengkelkan, sengaja memancing emosi ibu, dan tidak mau

mendengar perintah ibu. Sejalan dengan penelitian Tchimtchoua Tamo

(2020) stres yang dialami ibu selama pandemi Covid-19 karena anak-anak

mengalami lebih banyak masalah perilaku dibandingkan sebelumnya.

Hasil wawancara dalam penelitian oleh Alisma dan Adri (2021)

mengemukakan bahwa selama pandemi ini anak menjadi sulit diatur dan

sulit diarahkan untuk belajar sehingga terjadi peningkatan stres

pengasuhan pada orang tua.

3. Gambaran Perilaku Kekerasan pada Anak Usia Sekolah Dasar selama

Pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota Majalengka

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden ibu

dengan perilaku kekerasan pada anak rendah sebanyak 73 orang (79,3%),

sedangkan sebagian kecil responden lainnya dengan perilaku kekerasan

sedang yaitu sebanyak 19 orang (20,7%). Kekerasan yang dilakukan ibu

kemungkinan terjadi karena minimnya pemahaman dan kesadaran ibu.

Ibu beranggapan bahwa kekerasan kecil tidak akan berdampak apapun,

padahal perlakuan salah sekecil apapun sudah termasuk dalam kekerasan

terhadap anak. Sejalan dengan penelitian Utami et al., (2014) alasan ibu

melakukan kekerasan pada anak bukan karena mereka tidak sayang,

namun banyak yang tidak menyadari bahwa tindakan menghukum anak


70

termasuk dalam tindak kekerasan.

Dalam tahap perkembangan psikososial Erick Erikson (1963), anak

usia sekolah (6-12 tahun) termasuk kedalam tahap Industry versus

inferiority dimana anak memiliki kemampuan untuk menghasilkan karya,

mampu berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan

kemampuan diri sendiri. Perkembangan psikososial akan terganggu

apabila orang tua salah dalam mendidik anak, sehingga anak menarik diri,

suka menggangu, sulit berkonsentrasi dan tingkah laku yang negatif.

Menurut asumsi peneliti, anak usia sekolah mengalami kekerasan oleh

orang tua, karena pada usia tersebut anak mulai nakal dan orang tua

menggunakan metode kekerasan untuk mendisiplinkan anak. Sejalan

dengan penelitian Andini (2019) bahwa kekerasan verbal pada anak di

kota Malang mayoritas dimarahi dan diomeli, perlakuan tersebut

dianggap sebagai bentuk upaya orang tua mendisiplinkan anak dan bukan

bentuk kekerasan verbal yang sesungguhnya. Namun sebagian kecil

terdapat beberapa orang tua yang melakukan kekerasan verbal dalam

bentuk memanggil dengan panggilan buruk, membentak dan

menyalahkan anak.

Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata lebih banyak bentuk

kekerasan psikis dan penelantaran pada anak usia sekolah dasar. Serupa

dengan penelitian Wandasari (2017) yang berpendapat bahwa anak umur

TK cenderung dilakukan kekerasan fisik dan penelantaran, anak umur SD

cenderung dilakukan kekerasan berupa kekerasan psikis dan penelantaran,


71

anak umur SMP cenderung dilakukan kekerasan berupa kekerasan

penelantaran, sedangkan anak umur SMA didominasi kekerasan fisik.

Kekerasan psikis pada anak usia sekolah dasar yang ditemukan saat

penelitian yaitu memanggil anak dengan julukan negatif saat ibu merasa

jengkel dan membandingkan anak dengan orang lain bermaksud untuk

mendidik anak. Sejalan dengan Sururin (2016) kekerasan psikis dapat

berupa menurunkan harga diri serta martabat korban, penggunaan kata-

kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan

orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata

dan sebagainya.

Hasil penelitian oleh Radja et al. (2016) terkait Hubungan Kekerasan

Emosional Pada Anak Terhadap Kepercayaan Diri Anak Usia Sekolah Di

SD Sidomulyo 04 Ungaran Timur didapatkan sebanyak 77 (100%) anak

mengalami kekerasan psikis. Kekerasan psikis yang sering dialami oleh

anak adalah diejek. Hal ini mungkin dapat terjadi karena orang tua ingin

membangun hubungan yang baik dengan anak dan sebagai Tindakan

untuk mendidik anak.

Penelantaran yang dialami anak berdasarkan wawancara dengan

responden yaitu ketika anak sakit tidak langsung dibawa ke dokter, tidak

memantau perkembangan belajar anak, bahkan ketika sudah merasa

jengkel pada anak kadang menyuruh anak pergi dari rumah. Menurut

John Boswell (1998) penelantaran anak adalah di mana orang dewasa

yang bertanggung jawab gagal untuk menyediakan kebutuhan memadai


72

untuk berbagai keperluan, termasuk fisik (kegagalan untuk menyediakan

makanan yang cukup, pakaian, atau kebersihan), emosional (kegagalan

untuk memberikan pengasuhan atau kasih sayang), pendidikan (kegagalan

untuk mendaftarkan anak di sekolah), atau medis (kegagalan untuk

mengobati anak atau membawa anak ke dokter) (Asysyifa, 2017). Hal ini

sejalan dengan penelitian Asysyifa (2017) bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan orang tua melakukan penelantaran pada anak diantaranya

yaitu orang tua terlalu sibuk pada pekerjaannya dan kurangnya kesadaran

orang tua terhadap pendidikan anak.

Pandemi Covid-19 membuat banyak perubahan dalam kehidupan,

terlebih lagi dalam kehidupan keluarga. Waktu panjang untuk belajar di

rumah dan tinggal bersama orang tua di rumah seharusnya bisa menjadi

kesempatan untuk memperbaiki kualitas anak-anak. Namun, kebersamaan

secara intensif di rumah berpotensi memunculkan kerentanan karena

kemungkinan terjadi konflik antar keluarga.

4. Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada Anak Usia

Sekolah Dasar selama Pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota

Majalengka

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden

tingkat stres ibu ringan dengan perilaku kekerasan pada anak rend ah

sebanyak 7 orang (7,6%), tingkat stres ibu ringan dengan perilaku

kekerasan pada anak sedang sebanyak 2 orang (2,2%), tingkat stres ibu

sedang dengan perilaku kekerasan pada anak rendah sebanyak 65 orang


73

(70,7%), tingkat stres ibu sedang dengan perilaku kekerasan pada anak

sedang sebanyak 10 orang (10,9%), tingkat stres ibu berat dengan

perilaku kekerasan pada anak sedang sebanyak 1 orang (1,4%), tingkat

stres ibu berat dengan perilaku kekerasan pada anak sedang sebanyak 10

orang (20,7%).

Hasil analisis bivariat diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,002

sehingga p-value < 0,05. Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan Ha

diterima, yang artinya terdapat hubungan antara tingkat stres ibu dengan

perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-

19 di desa Tanjungsari kota Majalengka. Hasil analisis korelasi terlihat

korelasi koefisien Rank Spearman sebesar 0,323, sehingga besar korelasi

atau hubungan antar variabel tingkat stres ibu dan perilaku kekerasan

pada anak adalah korelasi sedang dan hubungan positif searah. Artinya,

semakin tinggi tingkat stres ibu maka semakin tinggi perilaku kekerasan

pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid -19 di Desa

Tanjungsari Kota Majalengka.

Hasil analisa diperoleh nilai koefisien determinan atau R square

sebesar 0.106, dapat diartikan bahwa pengaruh variabel tingkat stres ibu

terhadap perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi

Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota majalengka sebesar 0,106 atau 10,6%

dan sisanya 89,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas

dalam penelitian ini.

Hal ini sesuai dengan teori Brooks et al., (1999 dalam Humaira,
74

2020) mengemukakan bahwa orang tua yang mengalami stres akan

menunjukkan sikap tidak memberi dukungan, mudah tersinggung, dan

hanya sedikit memberikan kasih sayang kepada anaknya. Selain itu,

mereka juga menjadi bersikap kasar, kritis dan kaku dalam menghadapi

anak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khairati (2019)

mengenai hubungan antara stres ibu dengan perilaku kekerasan terhadap

anak di kecamatan Lembah Sabil kabupaten Aceh Barat Daya bahwa

terdapat hubungan positif dan signifikan antara stres ibu dengan perilaku

kekerasan terhadap Anak Di Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh

Barat Daya dilihat dari nilai koefisien 0,707 dengan p = 0.000 < 0.010,

artinya ada hubungan positif stres ibu dengan perilaku kekerasan terhadap

anak, semakin tinggi stres ibu maka semakin tinggi perilaku kekerasan

terhadap anak di kecamatan Lembah Sabil kabupaten Aceh Barat Daya.

Penelitian lain dilakukan oleh Wandasari (2017) bahwa terdapat

hubungan antara tingkat stres ibu dengan kejadian kekerasan terhadap

anak oleh ibu di Meijing Kidul gamping Sleman Yogyakarta yang

diketahui dari nilai koefisien korelasi spearman Rank sebesar 0,593 dan

signifikansinya sebesar 0,000. Taraf signifikan 0,000 < 0,05 sehingga

ditarik kesimpulan hipotesis diterima dan arah hubungan berbanding

positif. Keadaan tersebut dimungkinkan terjadi karena ketidaksadaran ibu

bahwa yang dilakukan termasuk kekerasan.

Ibu dituntut untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga dengan


75

terus menerus setiap hari, hal tersebut terkadang menjadi beban dan stres

pada ibu hingga mempengaruhi perilakunya pada anak. Sejalan dengan

penelitian Putri dan Sudhana (2018) berpendapat bahwa kegiatan yang

konstan dan terus menerus dalam rumah dapat menaikkan resiko stres

sehingga mempengaruhi fungsinya menjadi ibu rumah tangga.

Dampak negatif stres yang dialami ibu rumah tangga dapat berupa

sakit kepala, susah tidur dan cepat lelah, gelisah, cemas, mudah menangis,

mudah marah, bahkan berdampak pada perilaku ibu untuk menganiaya

anak kandungnya. Menurut Said et al., (2017) anggapan anak adalah

milik orang tua, menjadikan orang tua merasa berhak melakukan apapun

terhadap anak. Sehingga bila orang tua sedang stres karena persoalan

hidup, anak menjadi sasaran pemukulan.

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak di berbagai aspek

kehidupan, salah satu yang terdampak adalah bidang pendidikan dengan

diberlakukannya sistem pembelajaran dari rumah. Hal ini memberikan

pekerjaan baru bagi orang tua, terlebih lagi seorang ibu. Ibu dituntut

untuk berperan sama layaknya seorang guru untuk mendampingi anak

belajar di rumah. Disisi lain, ibu juga harus mengerjakan pekerjaan besar

seorang ibu seperti mengerjakan pekerjaan rumah dan memastikan

kesehatan anggota keluarga.

Sejalan dengan pendapat Raihana (2020) dalam hasil wawancara,

82,79% ibu mengeluhkan sulitnya mengajar dan mengawasi anak belajar

di rumah, mulai dari pengisian tugas-tugas sekolah, mengawasi anak saat


76

daring, ditambah lagi jika anak tidak menuruti orang tua karena suasana

belajar ketika di rumah berbeda dengan di sekolah sampai kepada

pekerjaan rumah tangga yang juga harus diselesaikan, selain itu

kekhawatiran terhadap ancaman virus corona.

Banyaknya tekanan yang dibebankan pada seorang ibu selama

pandemi Covid-19 dapat menimbulkan emosi negatif. Tekanan dan stres

yang dirasakan ibu dapat membuat ibu sulit berfikir rasional sehingga ibu

hilang kendali dan juga sulit mengontrol emosinya pada anak, sehingga

berpotensi melakukan kekerasan pada anak. Menurut pendapat Anastasia

(2020) stres pada ibu dapat memengaruhi pengambilan keputusan tanpa

berpikir dampak jangka panjang dan berpengaruh pada anak, mulai dari

berkata kasar, berteriak, memukul, mencubit sampai pada membunuh

anak.

Faktor-faktor lain yang mungkin melatarbelakangi kejadian kekerasan

terhadap anak usia sekolah dasar yang dilakukan oleh ibu diantaranya usia

ibu, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan jumlah anak. Hal ini diperkuat

oleh Emilda (2017) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

terdapat hubungan pendidikan ibu dengan terjadinya kekerasan pada anak

dengan p-value 0,013 < α = 0,05, terdapat hubungan pekerjaan ibu dengan

terjadinya kekerasan pada anak dengan p-value 0,006 < α = 0,05, dan

terdapat hubungan ekonomi dengan terjadinya kekerasan pada anak

dengan p-value 0,013 < α = 0,05.

Pendidikan ibu berpengaruh terhadap perilakunya pada anak. Semakin


77

rendahnya pendidikan terakhir ibu, maka ibu akan semakin sulit untuk

memahami serta kurangnya pengetahuan tentang pola asuh anak sehingga

ibu mungkin tidak sadar telah melakukan kekerasan pada anak.

Disamping itu, Ibu yang tidak bekerja dan hanya mengandalkan

penghasilan dari suaminya akan berdampak pada ekonomi keluarga.

Ketika orangtua mengalami kesulitan ekonomi, orangtua akan menjadi

mudah marah, tertekan, bahkan frustasi, sehingga orang tua akan

melimpahkan kekesalannya dengan melakukan kekerasan pada anak.

Disamping itu, stres pada ibu mungkin juga dipengaruhi oleh umur

ibu dan jumlah anak yang dimiliki. Seseorang yang telah berusia 31-40

tahun sudah memiliki kematangan dalam berfikir dan bekerja, dan

dianggap paling cocok untuk mengasuh anak, sesuai dengan tahap

perkembangan dewasa awal yaitu mampu berumah tangga dan mengurus

anak. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa usia paling banyak

adalah ibu dengan rentang usia 31 - 40 tahun yang tergolong dalam usia

dewasa awal. Sejalan dengan Marliana (2014) bahwa bertambahnya umur

ibu dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya

tentang kekerasan pada anak usia 6-12 tahun, akan tetapi pada umur-umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Selain itu, jumlah anak juga dapat mempengaruhi stres orang tua

karena bertambahnya beban kerja serta pengeluaran juga semakin

bertambah. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Meilani dan


78

Asriwandari (2019) yang mengemukakan bahwa jumlah anak akan

merepresentasikan tentang beban atau tanggungan (ekonomi) dari orang

tua.

C. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan saat proses penelitian yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Peneliti harus menjelaskan setiap item pernyataan dengan bahasa daerah

objek penelitian, yaitu bahasa Sunda.

2) Saat proses penelitian ditengah pandemi Covid-19, sebagian besar

responden ragu-ragu untuk bersedia sebagai responden karena

beranggapan bahwa penelitian ini adalah untuk sensus mengenai Covid-

19. Oleh karena itu, peneliti harus meyakinkan responden bahwa

pengisian angket ini semata-mata hanya untuk keperluan penelitian.

3) Beberapa aspek terkait faktor-faktor yang mempengaruhi stres ibu dan

kekerasan pada anak usia sekolah dasar tidak diteliti dalam penelitian

ini.

D. Implikasi Terhadap Pelayanan Asuhan Keperawatan

Hasil penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat stres ibu

dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi

Covid-19 dapat digunakan untuk peningkatan dalam bidang keperawatan.

Hasil penelitan ini dapat menjadi informasi bagi dunia keperawatan

terrhadap pencegahan dan penangangan stres ibu dan kekerasan pada anak

usia sekolah dasar dan sebagai data untuk melakukan penelitian lanjutan.
79

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitaian mengenai faktor-faktor

yang menyebabkan stres ibu dan kekerasan pada anak usia sekolah dasar.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan berikut.

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat stres ibu dengan

perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19

di Desa Tanjungsari Kota Majalengka dilihat dari nilai koefisien korelasi

Rank Spearman (ρ) = 0,323 dengan p-value = 0,002 < 0,05. Semakin

tinggi tingkat stres ibu, maka semakin tinggi pula perilaku kekerasan pada

anak usia sekolah dasar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat stres ibu,

maka semakin rendah pula perilaku kekerasan pada anak usia sekolah

dasar.

2. Dari 92 responden, sebanyak 81,5 (%) memiliki tingkat stres sedang. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian subjek sebenarnya masih mampu

menjalankan perannya sebagai ibu, namun terkadang masih mengalami

kesulitan.

3. Sebagian besar responden memiliki kecenderungan perilaku kekerasan

pada anak dalam kategori rendah sebanyak 73 responden (79,3%).

Kekerasan psikis dan penelantaran merupakan bentuk kekerasan anak yang

paling menonjol dalam penelitian ini.

80
81

4. Nilai koefisien determinan (R2 ) 0,106 atau 10,6%. Artinya, stres ibu

berkontribusi sebesar 10,6% terhadap perilaku kekerasan pada anak usia

sekolah dasar selama pandemi Covid-19 di Desa Tanjungsari Kota

Majalengka.

B. Saran

1. Bagi Responden

Ibu diharapkan mampu mengendalikan stres yang dihadapinya dan

lebih bisa menyadari hal-hal yang termasuk dalam kekerasan pada

anak, karena kekerasan sekecil apapun dengan anggapan untuk

mendidik anak sudah termasuk dalam kekerasan pada anak.

2. Bagi pemerintah

Pemerintah diharapkan untuk melakukan penyuluhan, skrining, dan

menangani kasus-kasus kekerasan pada anak usia sekolah dasar dan

stres pada ibu.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan penelitian

terkait untuk mencari variabel-variabel yang mungkin berhubungan

dengan tingkat stres ibu dan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah

dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Ais, R. (2020). Komunikasi Efektif di Masa Pandemi Covid-19: Pencegahan


Penyebaran Covid-19 di Era 4.0. Tangerang: Makmood Publishing.

Alisma, Y., & Adri, Z. (2021). Parenting Stress Pada Orang Tua Bekerja Dalam
Membantu Anak Belajar Di Rumah Selama Pandemi. Jurnal Psikologi
Universitas Muhammadiyah Lampung. 3(1): 64–74.

Andini, T. M. (2019). Identifikasi Kejadian Kekerasan Pada Anak Di Kota


Malang. Jurnal Perempuan Dan Anak. 2(1): 13.

Apreviadizy, P., & Puspitacandri, A. (2014). Perbedaan Stres Ditinjau Dari Ibu
Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja. Jurnal Psikologi Tabularasa. 9(1): 58–65.

Armiyanti, I., Aini, K., & Apriana, R. (2017). Pengalaman Verbal Abuse Oleh
Keluarga Pada Anak Usia Sekolah Di Kota Semarang. Jurnal Keperawatan
Soedirman. 12(1): 12.

Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi, R. (2018). Stres Kerja. Semarang:
Semarang University Press.

Asysyifa, S. (2017). Faktor yang menyebabkan penelantaran anak artikel tugas


akhir. Universitas Krisen Saya Wacana.

Atmojo, J. T. dkk. (2020). Penggunaan Masker Dalam Pencegahan Dan


Penanganan Covid-19: Rasionalitas, Efektivitas, Dan Isu Terkini. Avicenna :
Journal of Health Research. 3(2): 84–95.

Badan Pusat Statistik. (2018). Profil Perempuan Indonesia 2018. Kementerian


Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Biswas, S., Moghaddam, N., & Tickle, A. (2016). What are the factors that
influence parental stress when caring for a child with an intellectual
disability ? A critical literature review What are the factors that influence
parental stress when caring for a child with an intellectual disability ? A crit.
International Journal of Developmental Disabilities.

Brown, S. M., Doom, J. R., Lechuga-Peña, S., Watamura, S. E., & Koppels, T.
(2020). Stress and parenting during the global COVID-19 pandemic. Child
Abuse & Neglect. Hal. 7-12.

Buana, D. R. (2020). Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi


Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa.
Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. 7(9): 1689-1699.
Chairini, N. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Pengasuhan
Pada Ibu Dengan Anak Usia Prasekolah Di Posyandu Kemiri Muka. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Coronavirus Resource Center. (2020). Covid-19 Dashboard by the Center for


Systems Science and Engineering (CSSE).
https://coronavirus.jhu.edu/map.html. Diakses tanggal 6 November 2020.

Ekawarna. (2018). Manajemen Konflik dan Stres. Jakarta: Bumi Aksara.

Emilda, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kekerasan


Pada Anak Di Paud Anak Musi Palembang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan
Dan Pembangunan. 8(16): 97–108.

Gani, I. A. A., & Kumalasari, D. (2019). Be Mindful, Less Stress: Studi Tentang
Mindful Parenting Dan Stres Pengasuhan Pada Ibu dari Anak Usia Middle
Childhood Di Jakarta. Jurnal Psikologi. Vol. 15(2).

Hanafi, Y., Saefi, M., Ikhsan, M. A., & Diyana, T. N. (2020). Pandemi Covid-19 :
Respon Muslim dalam Kehidupan Sosial-Keagamaan dan Pendidikan.
Sidoarjo: Delta Pilar Khatulistiwa.

Henderson, W. M., Uecker, J. E., & Stroope, S. (2016). The Role of Religion in
Parenting Satisfaction and Parenting Stress Among Young Parents.
Sociological Quarterly. 57(4): 675–710.

Harianti, E., & Siregar, N. S. S. (2014). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya


Kekerasan Orang Tua terhadap Anak. Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial
Politik. 2(1): 44–56.

Hawari, D. (2016). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Edisi 2. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Humaira, M. (2020). Pengaruh parenting stres terhadap tindakan kekerasan


kepada anak. Skripsi. Institus Agama Islam Negeri Bengkulu.

Juliantari, N. K. dkk. (2020). Covid-19: Perspektif Susastra dan Filsafat. Medan:


Yayasan Kita Menulis.

Kadir, A., & Handayaningsih, A. (2020). Kekerasan Anak dalam Keluarga.


Wacana. 12(2): 133–145.

Karo, M. B. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Strategi


Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19. Ideas Publishing. Hal. 1–4.

Khairati. (2019). Hubungan antara Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan terhadap
Anak di Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.
Kemendikbud. (2020). Penyesuaian Keputusan Bersama Empat Menteri tentang
Panduan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/penyesuaian-keputusan-
bersama-empat-menteri-tentang-panduan-pembelajaran-di-masa-pandemi-
covid19. Diakses tanggal 6 November 2020.

Kemenkes RI. (2020). Hindari Lansia Dari Covid-19.


www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-
covid-19.html. Diakses tanggal 21 November 2020.

KEMENPPPA. (2020). Data Kekerasan. https://siga.kemenpppa.go.id/data-


kekerasan. Diakses tanggal 24 November 2020.

Kusuma, W. S., & Sutapa, P. (2021). Dampak Pembelajaran Daring terhadap


Perilaku Sosial Emosional Anak. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini. 5(2): 1635–1643.

Lawson, M., Piel, M. H., & Simon, M. (2020). Child Maltreatment during the
COVID-19 Pandemic: Consequences of Parental Job Loss on Psychological
and Physical Abuse Towards Children. Child Abuse and Neglect. Hal. 5-9.

Lee, S. J., & Ward, K. P. (2020). Stress And Parenting During The Coronavirus
Pandemic. Parenting In Context Research Lab. Hal. 1–6.

Lestari, S., & Widyawati, Y. (2016). Gambaran Parenting Stress Dan Coping
Stress Pada Ibu Yang Memiliki Anak Kembar. Journal Psikogenesis. 4(1):
41.

Lestari, T. D. (2019). Gambaran Tingkat Stres pada Pasien Pre Operasi Katarak
Di Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Keperawwatan Universitas Jember.

Maknun, L. (2016). Kekerasan terhadap Anak oleh Orang Tua yang Stres.
HARKAT: Media Komunikasi Islam Tentang Gender Dan Anak. Vol. 12(2),
Hal. 117–124.

Margareta, T. S., & Sari Jaya, M. P. (2020). Kekerasan Pada Anak Usia Dini
(Study Kasus Pada Anak Umur 6-7 Tahun Di Kertapati). Wahana Didaktika :
Jurnal Ilmu Kependidikan. 18(2): 171.

Marliana, E. L. I. (2014). Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Kekerasan Pada


Anak Usia 6-12 Tahun Di Gampoeng Teupin Peuraho Kecamatan Arongan
Lambalek Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014. Skripsi. Universitas Teuku
Umar Meulaboh Aceh Barat.

Meilani, & Asriwandari, H. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kekerasan Pada Perempuan Di Kota
Pekanbaru. Jurnal Keluarga Bencana. 3(01): 35–46.
Mikolajczak, M., Brianda, M. E., Avalosse, H., & Roskam, I. (2018).
Consequences of Parental Burnout: Its Specific Effect on Child Neglect and
Violence. Child Abuse and Neglect. Hal. 134–145.

Mushoffa, I. (2020). Pandemi Covid-19: Kapitalisme dan Sosialisme. Malang:


Intrans Institute.

Nanotkar, L., Dhanvij, S., & Joshi, A. (2020). Covid-19 and Importance of Social
Distancing. Journal of Critical Reviews. 7(8): 1103–1104.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakara: Rineka Cipta.

Nugrahani, S. (2016). Hubungan Parenting Stress dengan Kecenderungan


Perilaku Kekerasan. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang.

Nuryadi, Astuti, T. D., Utami, E. S., dan Budiantara, M. (2017). Dasar-Dasar


Statistika Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.

Paramitha, D. A. A. (2011). Hubungan Antara Derajat Keintiman Keluarga


dengan Daya Tahan Stres pada Siswa SMA Negeri 1 Surakarta. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Phelps, C., & Sperry, L. L. (2020). Children and the COVID-19 Pandemic.
Psychological Trauma: Theory, Research, Practice, and Policy. Vol. 12: 73–
75.Paramitha, D. A. A. (2011). Hubungan Antara Derajat Keintiman
Keluarga dengan Daya Tahan Stres pada Siswa SMA Negeri 1 Surakarta.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pratiwi, O. (2019). Pengaruh Parenting Stress Dengan Kecenderungan Perilaku


Kekerasan Terhadap Anak di Lingkungan Keluarga di Desa Kembang Seri
Kecamatan Bermani Ilir Kabupaten Kepahing. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri (Iain) Bengkulu.

Putri, A. F. (2018). Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas


Perkembangannya. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling.
3(2): 35.

Putri, K. A. K., & Sudhana, H. (2018). Perbedaan Tingkat Stres Pada Ibu Rumah
Tangga yang Menggunakan dan Tidak Menggunakan Pembantu Rumah
Tangga. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1): 94–105.

Putri, Y. A., & Rahmawati, I. (2021). Mengungkap Beban Ganda pada Ibu di
Masa Pandemi Covid-19 Yuna. Prosiding Konferensi Nasional Universitas
Nahdlatul Ulama Indonesia. 01(01): 101–116.

Radja, R. D., Kaunang, T. M. D., & Dundu, A. E. (2016). Gambaran kekerasan


pada anak sekolah dasar di Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal e-
Clinic (eCl). Vol. 4 No. 2.
Raihana. (2020). Pengelolaan Emosi Ibu pada Anak Selama Pembelajaran dari
Rumah (Dampak Pandemi Covid 19). Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia
Dini Generasi Emas. 3(2).

Ratnasari, K. A., & Kuntoro. (2017). Hubungan Parenting stress, Pengasuhan dan
Penyesuaian dalam Keluarga terhadap Perilaku Kekerasan Anak dalam
Rumah Tangga. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo.
Vol. 3(1).

Reno, M. (2018). Kekerasan terhadap Anak dan Remaja. Infodatin: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Rianawati. (2018). Perlindungan Hukum terhadap Kekerasan pada Anak. Jurnal


Studi Gender Dan Anak. Hal. 4–16.

Sabtaningrum, F. E., Wiyokusumo, I., & Leksono, I. P. (2020). E-book Tematik


Terpadu Berbasis Multikultural Dalam Kegiatan SFH (School from Home).
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. 4(2): 153.

Said, A. dkk. (2017). Statistik Gender Tematik: Mengakhiri Kekerasan Terhadap


Perempuan dan Anak di Indonesia. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak.

Satgas Penanganan Covid-19. (2020). Peta Sebaran Covid-19.


https://covid19.go.id/. Diakses tanggal 6 November 2020.

Save the Children. (2020). Risalah Kebijakan: Bagaimana Kondisi Anak-Anak


Indonesia Selama 3 Bulan Pandemi Covid-19?. https://www.stc.or.id/sci-
id/files/46/46f65626-082c-4d93-8db5-739d21b82bba.pdf. Diakses tanggal 6
November 2020.

SIMFONI-PPA. (2020). Presentase Korban dan Pelaku Berdasarkan Jenis


Kelamin, Kelompok Umur, dan Status Usia.
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan. Diakses tanggal 7 November
2020.

Suarmini, N. W., Zahrok, S., & Yoga Agustin, D. S. (2018). Peluang Dan
Tantangan Peran Perempuan Di Era Revolusi Industri 4.0. IPTEK Journal of
Proceedings Series. 5: 48.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Sukadiyanto. (2019). Stress dan Cara Mengatasinya. Cakrawala Pendidikan.

Sururin. (2016). Kekersan Pada Anak (Perspektif Psikologi). Institutional


Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal. 3.

Susilowati, E., & Azzasyofia, M. (2020). The Parents Stress Level in Facing
Children Study From Home in the Early of Covid -19 Pandemic in Indonesia.
International Journal of Science and Society. Vol. 2(3).

Sutaryo, Yang, N., Sagoro, L., & Sabrina, D. S. (2020). Buku Praktis Penyakit
Virus Corona 19 (Covid-19). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tchimtchoua Tamo, A. R. (2020). An analysis of mother stress before and during


COVID-19 pandemic: The case of China. Health Care for Women
International. 41 (11–12): 1349–1362.

Utami, I., Idriansari, A., & Herliawati, H. (2014). Hubungan Kematangan Emosi
Ibu Dengan Kekerasan Fisik dan Kekerasan Verbal pada Anak Usia Sekolah
di SD Negeri 11 Indralaya. Majalah Kedokteran Sriwijaya. 46(1): 59–63.

Wandasari, N. P. (2017). Hubungan Tingkat Stress Ibu dengan Kejadian


Kekerasan terhadap Anak Oleh Ibu di Meijing Kidul Gamping Sleman
Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Asyiah Yogyakarta.

Wardani, A., & Ayriza, Y. (2020). Analisis Kendala Orang Tua dalam
Mendampingi Anak Belajar di Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 5(1): 772.

Widarsson, M., Engström, G., Rosenblad, A., Kerstis, B., Edlund, B., &
Lundberg, P. (2013). Parental stress in early parenthood among mothers and
fathers in Sweden. Scandinavian Journal of Caring Sciences. 27(4): 839–
847.

Widyastuti, A. (2019). 77 Permasalahan Anak dan Cara Mengatasinya. Jakarta:


Elex Media Komputindo.

Widyowati, A., & Sari, D. N. (2020). Pengaruh Penerapan Laughter Yoga


Terhadap Tingkat Stres Ibu Rumah Tangga Di Dusun Tawang Sari
Kecamatan Semen Kediri. Jurnal Sabhanga. 2(1): 1–6.

Winarno, F. (2020). COVID-19: Pelajaran Berharga dari Sebuah Pandemi.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wu, Q., & Xu, Y. (2020). Parenting stress and risk of child maltreatment during
the COVID-19 pandemic: A family stress theory-informed perspective.
Developmental Child Welfare.

Yulianingsih, W., Suhanadji, S., Nugroho, R., & Mustakim, M. (2020).


Keterlibatan Orangtua dalam Pendampingan Belajar Anak selama Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 5(2):
1138–1150.

Yulisetyaningrum, S. (2018). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Orang Tua


Melakukan Verbal Abuse pada Anaknya di Desa Surodadi Kecamatan Gajah
Demak. Urecol (University Research Colloqium). Vol. 5: 524–537.

Yunita, M. M. (2019). Hubungan Psychologychal Capital Dengan Kebahagian


Pada Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Konflik Peran Ganda.
Psikostudia : Jurnal Psikologi. 8(1): 29.

Zhou, W. (2020). The Coronavirus Prevention Handbook: 101 Science Based


Tips That Could Save Your Life. China: Wuhan Center for Disease Control
and Prevention.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat Izin Pra-Survei dari Universitas Harapan Bangsa


Lampiran 2

Surat Keterangan telah Melakukan Pra-Survei


Lampiran 3

Surat Izin Penelitian dari Universitas Harapan Bangsa


Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Majalengka, 2021
Kepada Yth : Ibu/Saudari
di Tempat

Saya adalah Lutfi Afifah (NIM 170103048), mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperaatan Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa. Saya sedang melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat stres ibu dengan perilaku kekerasan pada
anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19. Bersama dengan ini, saya bermaksud
untuk menjelaskan terkait dengan proses penelitian yang akan saya lakukan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait hubungan tingkat stres
ibu dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar selama pandemi Covid-19 .
Penelitian ini tidak mempunyai efek yang berbahaya dan berdampak negatif bagi
Ibu/Saudari. Peneliti akan memberikan kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan dan
meminta kesediaan Ibu/Saudari mengisi kuesioner tersebut selama kurang lebih 30 menit.
Peneliti mengharapkan jawaban yang sesuai dan jujur untuk keabsahan data karena semua
jawaban yang diberikan Ibu/Saudari adalah benar. Penelitian dilakukan 1 kali pertemuan.
Apabila dalam proses penelitian terdapat ketidaknyamanan, Ibu/Saudari b erhak untuk
berhenti.

Peneliti menjunjung tinggi harkat dan martabat Ibu/Saudari serta akan merahasiakan
data yang didapat baik pada saat proses pengumpulan data awal, proses pengolahan
hingga ke proses penyajian data. Apabila terdapat hal yang kurang jelas terkait dengan
prosedur penelitian, atau membutuhkan bantuan dalam mengisi kuesioner maka
Ibu/Saudari dapat menemui saya secara langsung saat proses penelitian. Melalui lembar
penjelasan ini, Saya mengharapkan kesediaan dari Ibu/Saudari untuk berpartisipasi dalam
proses penelitian. Terimakasih.

Majalengka, 2021

Peneliti

(Lutfi Afifah)
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan


pada Anak Usia Sekolah Dasar selama Pandemi Covid-19 di
Desa Tanjungsari Kota Majalengka
Peneliti : Lutfi Afifah
NIM : 170103048

Peneliti telah memberikan penjelasan terkait dengan proses jalannya penelitian yang
akan dilakukan. Saya mengerti bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan tingkat stres ibu dengan perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dasar
selama pandemi Covid-19. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam pen elitian
bermanfaat bagi pengembangan program kesehatan khususnya dalam program latihan
fisik bagi lansia yang menderita hipertensi.

Saya mengerti bahwa tidak terdapat efek samping berbahaya yang mungkin terjadi
selama penelitian berlangsung. Saya akan memberikan jawaban yang sesuai dan jujur
pada saat mengisi kuesioner dan saya mengerti bahwa semua jawaban yang saya berikan
bersifat semua benar. Saya mengerti bahwa peneliti akan menjunjung tinggi harkat dan
martabat saya sebagai responden penelitian. Saya juga berhak berhenti dari keikutsertaan
penelitian apabila saya merasa tidak nyaman, serta saya berhak mendapatkan jawaban
yang jelas terkait dengan prosedur penelitian.

Saya dapat menemui secara langsung peneliti jika saya menginginkan penjelasan atau
bantuan saat proses penelitian. Saya mengerti identitas, catatan penelitian dan data yang
didapatkan dari proses pengumpulan data awal, proses pengolahan hingga ke proses
penyajian data akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan sebagai k eperluan
penelitian. Demikian, Saya secara sukarela dan tidak mendapat unsur paksaan dari
siapapun bersedia untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Majalengka, 2021
Peneliti Responden,

(Lutfi Afifah) ( )
Lampiran 6

LEMBAR ISIAN IDENTITAS RESPONDEN

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah dengan cermat dan jawab setiap pernyataan dengan jujur.

2. Isilah titik-titik dan beri tanda checklist (√) untuk pilihan jawaban yang tepat.

3. Tanyakan kepada peneliti apabila ada hal yang kurang jelas.

Data Responden:

1. Inisial Nama :

2. Usia Ibu :

3. Pendidikan Terakhir :( ) Tidak sekolah

( ) SD ( ) SMA

( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan :( ) Ibu Rumah Tangga ( ) PNS

( ) Wiraswasta ( ) Karyawan

( ) Lain-lain, sebutkan.......................

5. Penghasilan :( ) < Rp 1.000.000

( ) Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000

( ) > Rp 2.500.000

6. Jumlah Anak :
Lampiran 7

KUESIONER TINGKAT STRES IBU


PERCEIVED STRESS SCALE (PSS-10)

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Setiap pertanyaan memiliki lima alternatif jawaban d engan keterangan
sebagai berikut:
0 = Tidak Pernah
1 = Hampir Tidak Pernah
2 = Kadang-Kadang
3 = Cukup Sering
4 = Sangat Sering
2. Berilah tanda checklist (√) pada pertanyaan di bawah ini yang paling
menggambarkan keadaan dan perasaan Anda dalam satu bulan terakhir.
Contoh:

NO Pernyataan 0 1 2 3 4
1. Saya menghabiskan waktu untuk √
bersantai

3. Tanyakan pada peneliti jika ada hal yang kurang jelas.


4. Cek kembali jawaban setelah selesai mengisi kuesioner dan pastikan tid ak
ada pernyataan yang terlewat.

Pernyataan Kuesioner
NO Pernyataan 0 1 2 3 4
1. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda jengkel karena sesuatu
terjadi tidak sesuai dengan harapan
Anda?
2. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda merasa tidak mampu
mengendalikan hal-hal penting dalam
hidup Anda?
3. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda measa cemas?

4. Dalam satu bulan terakhir, seberapa


sering Anda merasa yakin dengan
kemampuan Anda mengatasi masalah-
masalah pribadi Anda?
5. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda merasa segala sesuatu telah
sesuai dengan rencana Anda?
6. Dalam sa tu bulan terakhir, seberapa
sering Anda menyadari bahwa Anda
tidak mampu mengatasi segala hal yang
harus Anda lakukan?
7. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda mampu mengendalikan
(kejengkelan) dalam hidup Anda?
8. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda merasa hebat?
9. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda dibuat marah karena hal-ha l
diluar kendali Anda?
10. Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda merasa bahwa kesulitan-
kesulitan menumpuk sangat tinggi dan
Anda tidak dapat mengatasinya?
Lampiran 8

KUESIONER PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Setiap pertanyaan memiliki lima alternatif jawaban dengan keterangan
sebagai berikut:
1 = Tidak Pernah
2 = Jarang
3 = Kadang-Kadang
4 = Sering
5 = Selalu
2. Berilah tanda checklist (√) pada pertanyaan di bawah ini yang paling
menggambarkan keadaan Anda.
Contoh:

NO Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Saya memarahi anak ketika nakal √

3. Tanyakan pada peneliti jika ada hal yang kurang jelas.


4. Cek kembali jawaban setelah selesai mengisi kuesioner dan pastikan tidak
ada pernyataan yang terlewat.

Pernyataan Kuesioner

NO Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Memanggil anak dengan julukan atau
ejekan
2. Membandingkan anak dengan orang la in
atau saudaranya
3. Menjewer telinga ank ketika anak
berbicara tidak sopan
4. Mencubit anak jika anak berperilaku
tidak sopan di depan umum
5. Mengancam anak agar tidak berbuat
kesalahan
6. Mencubit a nak bila anak rewel
7. Memukul anak bila anak nakal
8. Menyuruh anak pergi dari rumah apabila
tidak mau mematuhi aturan yang saya
buat
9. Menjewer anak apabila anak tidak segera
melaksanakan perintah
10. Menghabiskan waktu di luar rumah
11. Membelikan anak pakaian terbuka
12. Mengusir anak dari rumah saat anak
benar-benar membuat saya jengkel
13. Menampar anak ketika anak bertindak
kurang ajar
14. Menjewer telinga anak bila anak
melakukan hal yang membuat saya
marah
15. Menendang anak apabila anak terlihat
bermalas-malasan
16. Menendang anak agar anak segera
melakukan perintah
17. Tidak masalah jika anak memakai
pakaian yang terbuka
18. Mengutamakan kebutuhan anak daripada
kebutuhan pribadi
19. Memantau perkembangan belajar anak

20. Menghabiskan waktu di rumah bersama


anak
21. Menonton acara telivisi di atas jam 10
malam bersama anak
22. Langsung membawa anak ke dokter saa t
anak sakit
23. Menghabiskan waktu di ruma h bersama
anak
24. Meluangkan waktu untuk dapat
berdiskusi atau sekedar mengobrol
dengan anak
25. Menoel payudara anak saat bergurau
dengannya
26. Menegur anak tanpa harus
membentaknya
27. Menyuruh anak untuk memakai paka ian
yang tertutup dan sopan
Berusaha untuk bicara baik-baik den ga n
28. anak tanpa harus membentak

Melarang anak untuk menonton acara


29. televisi di atas jam 10 malam

Tidak mengusir anak dari rumah


30. walaupun anak membuat saya jengkel
Lampiran 9

Tabulasi Data Tingkat Stres Ibu

Item
Keterangan Kode
No. Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 2 2 3 1 4 2 1 3 3 2 23 stres sedang 2
2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 24 stres sedang 2
3 2 2 2 0 2 1 0 1 2 1 13 stres ringan 1
4 2 1 2 1 1 0 0 2 2 1 12 stres ringan 1
5 4 2 2 0 4 0 4 1 4 4 25 stres sedang 2
6 2 2 3 0 4 1 2 4 4 0 22 stres sedang 2
7 4 0 4 0 2 4 0 2 3 1 20 stres sedang 2
8 4 2 2 2 4 2 0 2 4 4 26 stres sedang 2
9 3 2 4 1 2 3 2 2 4 4 27 Stres berat 3
10 2 2 3 4 2 2 4 3 2 3 27 Stres berat 3
11 3 3 4 4 2 2 2 4 1 3 28 Stres berat 3
12 2 2 2 4 4 3 2 4 3 3 29 Stres berat 3
13 2 2 3 2 2 2 1 4 2 2 22 stres sedang 2
14 2 2 3 2 2 2 1 4 2 2 22 stres sedang 2
15 2 1 2 0 1 1 1 2 2 1 13 stres ringan 1
16 2 2 2 0 1 1 0 1 2 1 12 stres ringan 1
17 2 0 0 4 2 0 4 3 0 2 17 stres sedang 2
18 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 22 stres sedang 2
19 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 23 stres sedang 2
20 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 20 stres sedang 2
21 2 0 2 1 1 1 2 1 2 1 13 stres ringan 1
22 4 3 4 0 1 0 0 3 4 3 22 stres sedang 2
23 2 2 2 1 2 0 1 4 2 0 16 stres sedang 2
24 4 3 4 0 1 0 0 3 4 3 22 stres sedang 2
25 3 3 3 1 1 2 2 2 3 3 23 stres sedang 2
26 3 2 4 1 2 2 2 3 3 3 25 stres sedang 2
27 3 2 4 2 3 2 2 1 2 1 22 stres sedang 2
28 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 24 stres sedang 2
29 2 1 2 1 1 0 0 2 2 2 13 stres ringan 1
30 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 20 stres sedang 2
31 2 0 2 0 1 0 0 1 2 3 11 stres ringan 1
32 3 4 2 1 1 2 2 2 3 3 23 stres sedang 2
33 2 2 3 2 2 3 2 4 2 3 25 stres sedang 2
34 2 2 3 2 1 1 2 0 3 3 19 stres sedang 2
35 3 2 3 2 2 2 1 3 3 3 24 stres sedang 2
Item
Keterangan Kode
No. Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
36 1 2 3 1 2 1 1 1 3 2 17 stres sedang 2
37 2 1 3 1 3 3 3 3 3 3 25 stres sedang 2
38 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 20 stres sedang 2
39 3 3 3 1 2 2 1 2 3 3 23 stres sedang 2
40 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 21 stres sedang 2
41 2 3 3 1 2 2 1 1 2 2 19 stres sedang 2
42 2 2 2 0 1 2 2 2 2 2 17 stres sedang 2
43 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 stres sedang 2
44 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 24 stres sedang 2
45 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 13 stres ringan 1
46 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 22 stres sedang 2
47 3 2 2 2 2 2 2 1 3 3 22 stres sedang 2
48 2 2 1 3 1 1 1 2 2 0 15 stres sedang 2
49 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 22 stres sedang 2
50 3 2 3 2 1 2 2 1 3 3 22 stres sedang 2
51 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 23 stres sedang 2
52 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 14 stres sedang 2
53 2 1 3 2 2 2 1 1 3 3 20 stres sedang 2
54 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19 stres sedang 2
55 3 2 3 1 2 2 2 2 3 3 23 stres sedang 2
56 3 2 3 1 2 1 1 2 3 3 21 stres sedang 2
57 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 21 stres sedang 2
58 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 22 stres sedang 2
59 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 20 stres sedang 2
60 2 2 2 0 0 2 1 0 4 4 17 stres sedang 2
61 3 2 2 2 2 2 3 4 2 3 25 stres sedang 2
62 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4 33 Stres berat 3
63 2 2 2 1 1 2 1 2 3 2 18 stres sedang 2
64 3 1 4 1 3 2 1 2 2 2 21 stres sedang 2
65 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 stres sedang 2
66 2 3 3 2 3 3 1 2 3 3 25 stres sedang 2
67 3 3 4 2 2 2 1 1 3 3 24 stres sedang 2
68 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 25 stres sedang 2
69 3 3 3 1 2 2 1 2 3 3 23 stres sedang 2
70 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 22 stres sedang 2
Item
No. Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
Keterangan Kode Ket: Mean
71 3 3 2 2 2 3 1 2 3 3 24 stres sedang 2 Feeling of
72 2 3 3 1 3 2 2 2 3 3 24 stres sedang 2
73 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 25 stres sedang 2
unpredictability 2
74 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 15 stres sedang 2 Feeling of
75 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 21 stres sedang 2
76 4 3 3 1 2 3 1 3 3 3 26 stres sedang 2
uncontrollability 2,1
77 2 1 2 0 1 1 0 1 2 2 12 stres ringan 1 Feeling of overloaded 2,7
78 4 3 4 1 1 2 2 3 4 4 28 Stres berat 3
79 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 24 stres sedang 2
80 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 25 stres sedang 2
81 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 25 stres sedang 2
82 3 2 4 2 3 2 2 4 2 4 28 Stres berat 3
83 4 2 4 2 3 2 3 3 4 3 30 Stres berat 3
84 3 2 4 2 2 2 2 3 3 3 26 stres sedang 2
85 3 3 2 2 2 3 1 2 3 3 24 stres sedang 2
86 2 2 3 1 3 2 1 2 3 2 21 stres sedang 2
87 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 18 stres sedang 2
88 3 3 3 1 3 2 1 2 3 3 24 stres sedang 2
89 1 1 2 2 1 2 2 1 3 3 18 stres sedang 2
90 2 3 2 1 2 2 1 1 2 3 19 stres sedang 2
91 3 2 3 2 3 2 2 4 2 3 26 stres sedang 2
92 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 23 stres sedang 2
Total 234 192 250 139 178 171 145 201 241 224
Mean 2,5 2,1 2,7 1,5 1,9 1,9 1,6 2,2 2,6 2,4
Lampiran 10

Tabulasi Data Perilaku Kekerasan pada Anak


Item
No. Responden Jumlah Keterangan Kode
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30
1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 3 1 5 4 1 2 1 2 1 5 54 Tingkat Kekerasan Rendah 1
2 4 5 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 3 5 2 1 1 2 1 1 1 61 Tingkat Kekerasan Rendah 1
3 5 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 5 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
4 2 3 1 1 4 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 5 5 3 1 5 5 1 1 2 1 2 5 64 Tingkat Kekerasan Rendah 1
5 1 1 1 3 1 1 1 1 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 5 5 1 1 3 5 5 64 Tingkat Kekerasan Rendah 1
6 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 4 4 1 1 4 5 3 5 1 1 1 1 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
7 1 5 5 4 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 5 4 1 3 5 4 1 1 2 1 1 1 67 Tingkat Kekerasan Rendah 1
8 1 5 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 1 5 5 5 2 1 1 1 1 59 Tingkat Kekerasan Rendah 1
9 1 3 4 4 3 4 2 1 5 4 3 1 2 4 1 1 2 4 5 5 1 1 5 5 1 1 1 2 4 5 85 Tingkat Kekerasan Sedang 2
10 3 3 1 1 4 3 3 1 2 3 3 1 1 1 1 1 3 1 5 5 2 3 5 5 1 3 3 3 4 5 80 Tingkat Kekerasan Sedang 2
11 1 3 5 1 4 1 1 1 3 1 2 1 1 3 1 1 3 1 5 5 1 1 5 5 1 3 2 2 1 5 70 Tingkat Kekerasan Sedang 2
12 2 2 4 4 5 4 4 1 3 3 2 3 1 3 1 1 3 1 5 5 2 1 5 4 1 2 1 1 1 5 80 Tingkat Kekerasan Sedang 2
13 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 5 1 3 5 3 1 5 1 1 5 5 64 Tingkat Kekerasan Rendah 1
14 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 5 1 3 5 3 1 5 1 1 5 5 64 Tingkat Kekerasan Rendah 1
15 3 2 3 3 4 2 2 1 2 3 2 1 1 2 1 1 2 2 5 5 3 4 5 5 1 3 4 3 1 5 81 Tingkat Kekerasan Sedang 2
16 2 3 4 3 3 2 3 1 3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 5 5 1 1 5 5 5 2 1 5 5 3 83 Tingkat Kekerasan Sedang 2
17 1 3 1 1 3 1 1 1 3 4 1 1 1 3 1 3 1 3 4 4 2 3 4 3 1 3 2 5 3 5 72 Tingkat Kekerasan Sedang 2
18 3 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 5 4 3 2 4 4 1 3 2 1 1 2 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
19 3 5 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 3 2 3 4 3 2 4 4 1 2 1 1 2 2 60 Tingkat Kekerasan Rendah 1
20 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 1 1 1 3 1 1 3 2 5 5 1 3 5 5 1 3 1 3 1 5 76 Tingkat Kekerasan Sedang 2
21 2 3 1 3 5 3 2 3 3 1 1 1 3 2 3 1 1 1 4 2 2 1 1 3 1 3 2 4 2 5 69 Tingkat Kekerasan Rendah 1
22 2 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 2 2 5 4 1 2 1 2 1 5 58 Tingkat Kekerasan Rendah 1
23 3 3 3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 5 5 1 4 5 5 1 4 1 1 1 3 67 Tingkat Kekerasan Rendah 1
24 3 1 2 2 3 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1 1 2 1 4 4 2 1 4 4 1 2 2 2 3 1 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 3 1 5 5 1 1 5 5 1 2 1 1 1 3 77 Tingkat Kekerasan Sedang 2
26 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 3 5 3 1 3 2 2 4 5 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
27 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 1 5 5 1 1 1 1 1 5 54 Tingkat Kekerasan Rendah 1
28 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 48 Tingkat Kekerasan Rendah 1
Item
No. Responden Kode
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 Jumlah Keterangan
29 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 3 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 2 5 5 1 1 1 1 3 1 58 Tingkat Kekerasan Rendah 1
30 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 4 1 5 4 1 2 1 3 3 5 59 Tingkat Kekerasan Rendah 1
31 4 4 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 4 3 3 4 4 4 1 2 2 2 3 1 66 Tingkat Kekerasan Rendah 1
32 5 5 1 1 3 2 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 5 2 1 3 2 4 1 3 4 2 3 1 64 Tingkat Kekerasan Rendah 1
33 1 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 5 5 2 2 5 3 1 1 1 1 2 5 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
34 4 3 1 1 4 4 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 1 5 5 2 3 5 4 1 2 2 1 2 1 67 Tingkat Kekerasan Rendah 1
35 4 4 1 2 3 2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 5 4 2 3 4 4 1 2 3 2 2 1 67 Tingkat Kekerasan Rendah 1
36 3 4 3 4 3 3 1 1 1 5 3 1 1 1 1 1 3 1 5 4 2 3 4 4 1 2 1 2 2 2 72 Tingkat Kekerasan Sedang 2
37 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 4 3 2 1 3 4 1 1 1 1 1 1 44 Tingkat Kekerasan Rendah 1
38 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 4 3 3 2 3 3 1 3 1 3 3 5 58 Tingkat Kekerasan Rendah 1
39 3 2 1 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 4 1 5 5 2 3 5 4 1 2 2 2 2 1 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
40 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 5 4 3 2 4 3 1 3 2 3 3 2 61 Tingkat Kekerasan Rendah 1
41 4 3 3 4 4 4 1 1 1 4 3 1 1 2 1 1 4 1 5 5 2 3 4 4 1 2 2 2 1 1 75 Tingkat Kekerasan Sedang 2
42 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 5 1 3 5 4 1 3 2 1 1 1 56 Tingkat Kekerasan Rendah 1
43 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 4 3 1 4 4 1 3 2 3 3 2 54 Tingkat Kekerasan Rendah 1
44 1 2 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 2 4 4 3 2 4 4 1 3 2 3 3 2 61 Tingkat Kekerasan Rendah 1
45 3 3 4 3 3 3 1 1 1 4 3 1 1 1 1 1 4 1 5 5 1 2 4 4 1 2 1 2 1 2 69 Tingkat Kekerasan Rendah 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 4 4 3 2 4 3 1 3 2 3 3 2 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
47 2 2 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 3 2 4 3 2 3 3 3 1 2 3 2 3 1 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
48 1 1 3 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 1 2 5 4 3 2 4 5 1 2 1 1 2 1 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
49 2 1 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 4 4 3 2 4 3 1 3 2 3 3 5 63 Tingkat Kekerasan Rendah 1
50 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 2 4 4 3 1 4 3 1 3 2 3 3 2 58 Tingkat Kekerasan Rendah 1
51 2 2 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 3 2 4 3 1 3 4 2 3 2 60 Tingkat Kekerasan Rendah 1
52 3 3 3 2 4 3 1 1 1 4 2 1 1 3 1 1 4 1 5 4 1 3 4 4 1 2 2 1 2 2 70 Tingkat Kekerasan Sedang 2
53 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 2 4 3 2 3 3 4 1 2 3 2 2 2 56 Tingkat Kekerasan Rendah 1
54 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 3 1 4 3 1 3 5 3 3 2 56 Tingkat Kekerasan Rendah 1
55 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1 5 4 2 4 4 4 1 2 3 2 3 1 58 Tingkat Kekerasan Rendah 1
56 3 3 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 5 4 3 2 4 4 1 2 2 2 2 1 63 Tingkat Kekerasan Rendah 1
57 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 5 3 2 3 3 4 1 2 2 2 3 1 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
58 2 2 1 1 2 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 2 2 4 3 2 2 3 4 1 2 3 2 2 1 56 Tingkat Kekerasan Rendah 1
59 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 5 4 3 3 4 4 1 2 3 1 2 1 56 Tingkat Kekerasan Rendah 1
Item
No. Responden Jumlah Keterangan Kode
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 5 4 1 3 4 4 1 3 2 3 1 5 56 Tingkat Kekerasan Rendah 1
61 1 4 1 3 4 3 1 4 1 1 3 3 1 1 1 1 4 1 3 4 1 3 4 3 1 2 2 2 2 3 68 Tingkat Kekerasan Rendah 1
62 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 1 1 3 1 1 3 1 5 5 1 3 5 4 1 3 3 3 2 1 76 Tingkat Kekerasan Sedang 2
63 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 5 5 3 2 5 4 1 3 2 2 3 2 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
64 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 1 1 2 3 3 3 1 4 3 3 1 3 4 3 3 1 72 Tingkat Kekerasan Sedang 2
65 3 3 3 3 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1 5 5 3 1 5 5 1 3 1 1 3 5 70 Tingkat Kekerasan Sedang 2
66 3 2 3 3 2 3 1 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1 1 3 3 1 2 3 4 1 2 4 2 2 1 60 Tingkat Kekerasan Rendah 1
67 4 4 1 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 5 5 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 56 Tingkat Kekerasan Rendah 1
68 3 3 3 2 3 3 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 2 1 4 4 2 4 2 4 1 2 2 2 2 2 65 Tingkat Kekerasan Rendah 1
69 3 2 3 3 4 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 4 4 1 4 4 1 1 4 5 4 4 1 69 Tingkat Kekerasan Rendah 1
70 1 1 1 1 3 2 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 3 1 4 4 1 2 4 3 1 3 2 2 2 1 57 Tingkat Kekerasan Rendah 1
71 2 3 2 3 1 2 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 2 1 4 4 2 4 4 4 1 2 2 2 2 1 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
72 2 3 3 2 1 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 1 4 4 2 4 4 4 1 2 2 2 2 1 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
73 3 3 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 4 4 2 4 4 4 1 2 2 2 4 1 61 Tingkat Kekerasan Rendah 1
74 1 2 3 3 1 2 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 3 1 5 4 2 4 4 4 1 2 2 2 2 2 64 Tingkat Kekerasan Rendah 1
75 4 4 3 3 4 3 3 1 3 4 2 1 1 2 1 1 2 1 4 4 1 3 4 4 1 2 2 2 2 1 73 Tingkat Kekerasan Sedang 2
76 3 4 1 1 3 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 3 1 5 4 3 2 4 4 1 2 2 2 2 1 63 Tingkat Kekerasan Rendah 1
77 2 3 1 3 4 3 1 2 1 3 3 2 1 1 1 1 3 1 4 4 3 3 4 4 1 2 2 2 2 1 68 Tingkat Kekerasan Rendah 1
78 2 4 3 3 4 3 3 1 1 4 3 2 1 1 1 1 4 1 5 5 3 4 5 5 1 1 3 2 3 2 81 Tingkat Kekerasan Sedang 2
79 4 3 2 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 3 3 1 4 4 3 3 4 4 1 2 2 2 2 1 71 Tingkat Kekerasan Sedang 2
80 1 1 1 1 4 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 4 4 2 3 4 4 1 2 2 2 2 2 58 Tingkat Kekerasan Rendah 1
81 3 2 1 1 1 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 4 4 1 4 4 4 1 2 2 2 2 1 58 Tingkat Kekerasan Rendah 1
82 2 2 2 2 4 2 1 1 2 3 2 1 1 2 1 1 2 1 5 3 3 2 3 4 1 2 2 2 2 1 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
83 3 3 1 3 3 3 1 2 1 3 3 1 1 1 1 1 3 2 4 4 3 2 4 3 2 3 3 3 2 1 70 Tingkat Kekerasan Sedang 2
84 3 3 1 1 3 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 4 4 1 2 4 4 1 2 2 2 2 1 59 Tingkat Kekerasan Rendah 1
85 3 2 3 1 2 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 1 4 4 2 4 4 4 1 2 2 2 2 2 63 Tingkat Kekerasan Rendah 1
86 4 3 1 1 3 1 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1 3 2 4 4 1 2 4 4 1 2 3 2 2 2 63 Tingkat Kekerasan Rendah 1
87 1 1 2 3 4 3 1 1 2 3 2 1 1 2 1 1 2 1 5 4 3 3 4 4 1 2 2 2 2 5 69 Tingkat Kekerasan Rendah 1
88 3 2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 4 3 2 3 3 2 1 2 5 4 5 1 67 Tingkat Kekerasan Rendah 1
89 3 2 2 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 3 1 4 4 1 4 4 4 1 2 2 2 2 3 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
90 3 2 3 3 1 2 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 3 1 5 5 2 4 5 5 1 1 1 1 1 1 64 Tingkat Kekerasan Rendah 1
91 3 3 1 3 4 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 3 3 4 4 1 3 2 2 2 1 62 Tingkat Kekerasan Rendah 1
92 1 2 1 4 3 2 3 2 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 4 4 1 2 4 4 1 3 3 3 2 3 66 Tingkat Kekerasan Rendah 1
Total 200 225 173 174 235 182 129 111 129 242 160 104 97 128 96 97 190 128 409 384 186 224 381 364 107 211 187 188 208 216
Mean 2,2 2,4 1,9 1,9 2,6 2 1,4 1,2 1,4 2,6 1,7 1,1 1,1 1,4 1 1,1 2,1 1,4 4,4 4,2 2 2,4 4,2 4 1,2 2,3 2 2 2,3 2,3

Keterangan Mean

Kekerasan Psikis 2,2


Kekerasan Fisik 1,5
Penelantaran 2,7
Kekerasan Seksual 1,99
Lampiran 11

Analisis Univariat

Frequencies
Notes
17-JUL-2021 11:30:27
Output Created

Comments
C:\Users\user\Downloads\SPSS LUTFI.sav
Data

Active Dataset DataSet1


Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 92
File
User-defined missing values are treated as
Definition of Missing missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases with valid
Cases Used
data.
FREQUENCIES VARIABLES=A B C D E
XY
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM
Syntax /HISTOGRAM
/ORDER=ANALYSIS.

00:00:01,53
Processor Time
Resources
Elapsed Time 00:00:01,84

Statistics
Usia Ibu Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Jumlah Anak
Terakhir
Valid 92 92 92 92 92
N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 2.21 3.07 1.73 1.78 2.15
Std. Error of Mean .067 .091 .047 .061 .083
Median 2.00 3.00 2.00 2.00 2.00
Mode 2 3 2 2 2
Std. Deviation .638 .875 .447 .590 .797
Variance .407 .765 .200 .348 .636
Range 2 3 1 2 3
Minimum 1 2 1 1 1
Maximum 3 5 2 3 4
Sum 203 282 159 164 198
Statistics
Tingkat Stres Ibu Perilaku Kekerasan pada Anak
Valid 92 92
N
Missing 0 0
Mean 1.99 1.21
Std. Error of Mean .045 .042
Median 2.00 1.00
Mode 2 1
Std. Deviation .432 .407
Variance .187 .166
Range 2 1
Minimum 1 1
Maximum 3 2
Sum 183 111

Frequency Table
Usia Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
20-30 tahun 11 12.0 12.0 12.0
31-40 tahun 51 55.4 55.4 67.4
Valid 41-50 tahun 30 32.6 32.6 100.0
Total 92 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 26 28.3 28.3 28.3
SMP 40 43.5 43.5 71.7
Valid SMA 20 21.7 21.7 93.5
Perguruan Tinggi 6 6.5 6.5 100.0
Total 92 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Bekerja 25 27.2 27.2 27.2
Valid Tidak Bekerja 67 72.8 72.8 100.0
Total 92 100.0 100.0

Penghasilan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
<Rp 1.000.000 28 30.4 30.4 30.4
Rp 1.000.000-Rp 2.500.000 56 60.9 60.9 91.3
Valid
>Rp 2.500.000 8 8.7 8.7 100.0
Total 92 100.0 100.0
Jumlah Anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Jumlah anak 1 20 21.7 21.7 21.7
Jumlah Anak 2 41 44.6 44.6 66.3
Valid Jumlah anak 3 28 30.4 30.4 96.7
Jumlah anak 4 3 3.3 3.3 100.0
Total 92 100.0 100.0

Tingkat Stres Ibu


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tingkat Stres Ringan 9 9.8 9.8 9.8
Tingkat Stres Sedang 75 81.5 81.5 91.3
Valid Tingkat Stres Berat 8 8.7 8.7 100.0
Total 92 100.0 100.0

Perilaku Kekerasan pada Anak


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Perilaku kekerasan pada anak 73 79.3 79.3 79.3
Rendah
Valid Perilaku kekerasan pada anak 19 20.7 20.7 100.0
Sedang
Total 92 100.0 100.0

Histogram
Lampiran 12

Analisis Bivariat

Crosstabs
Notes
Output Created 17-JUL-2021 11:31:10
Comments
Data C:\Users\user\Downloads\SPSS LUTFI.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 92
File
User-defined missing values are treated as
Definition of Missing
missing.
Missing Value Handling Statistics for each table are based on all the
Cases Used cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
CROSSTABS
/TABLES=X BY Y
/FORMAT=AVALUE TABLES
Syntax /STATISTICS=CORR
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,02
Resources
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Stres Ibu * Perilaku 92 100.0% 0 0.0% 92 100.0%


Kekerasan pada Anak
Tingkat Stres Ibu * Perilaku Kekerasan pada Anak Crosstabulation
Perilaku Kekerasan pada Anak
Perilaku Perilaku
kekerasan pada kekerasan
anak Rendah pada anak
Sedang
Count 7 2
% within Tingkat Stres Ibu 77.8% 22.2%
Tingkat Stres Ringan % within Perilaku Kekerasan pada 9.6% 10.5%
Anak
% of Total 7.6% 2.2%
Count 65 10
% within Tingkat Stres Ibu 86.7% 13.3%
Tingkat Stres
Tingkat Stres Sedang % within Perilaku Kekerasan pada 89.0% 52.6%
Ibu
Anak
% of Total 70.7% 10.9%
Count 1 7
% within Tingkat Stres Ibu 12.5% 87.5%
Tingkat Stres Berat % within Perilaku Kekerasan pada 1.4% 36.8%
Anak
% of Total 1.1% 7.6%
Count 73 19
% within Tingkat Stres Ibu 79.3% 20.7%
Total % within Perilaku Kekerasan pada 100.0% 100.0%
Anak
% of Total 79.3% 20.7%

Tingkat Stres Ibu * Perilaku Kekerasan pada Anak Crosstabulation


Total

Count 9
% within Tingkat Stres Ibu 100.0%
Tingkat Stres Ringan
% within Perilaku Kekerasan pada Anak 9.8%
% of Total 9.8%
Count 75
Tingkat Stres % within Tingkat Stres Ibu 100.0%
Tingkat Stres Sedang
Ibu % within Perilaku Kekerasan pada Anak 81.5%
% of Total 81.5%
Count 8
% within Tingkat Stres Ibu 100.0%
Tingkat Stres Berat
% within Perilaku Kekerasan pada Anak 8.7%
% of Total 8.7%
Count 92
% within Tingkat Stres Ibu 100.0%
Total
% within Perilaku Kekerasan pada Anak 100.0%
% of Total 100.0%
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx.
Errora Sig.
Interval by Interval Pearson's R .325 .132 3.264 .002c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .323 .137 3.240 .002c
N of Valid Cases 92

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Nonparametric Correlations

Notes
Output Created 17-JUL-2021 11:32:31
Comments
Data C:\Users\user\Downloads\SPSS LUTFI.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 92
File
User-defined missing values are treated as
Definition of Missing
missing.
Missing Value Handling Statistics for each pair of variables are
Cases Used based on all the cases with valid data for
that pair.
NONPAR CORR
/VARIABLES=X Y
Syntax /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL
NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Processor Time 00:00:00,02
Resources Elapsed Time 00:00:00,03
Number of Cases Allowed 174762 cases a

a. Based on availability of workspace memory

Correlations
Tingkat Perilaku Kekerasan
Stres Ibu pada Anak
Correlation Coefficient 1.000 .323**
Tingkat Stres Ibu Sig. (2-tailed) . .002
N 92 92
Spearman's rho
Correlation Coefficient .323** 1.000
Perilaku Kekerasan pada Anak Sig. (2-tailed) .002 .
N 92 92
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 ,325(a) ,106 ,096 ,387
a Predictors: (Constant), Tingkat Stres Ibu
LAMPIRAN 13

Konsultasi Pembimbing 1

Nama : Lutfi Afifah

Judul : Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada


Anak Usia Sekolah Dasar selama Pandemi Covid -19 di Desa
Tanjungsari Kota Majalengka

Pembimbing 1 : Madyo Maryoto, S.Kep.,Ns.,MNS

No. Hari, Materi Bimbingan TTD TTD


Tanggal Pembimbing Mahasiswa
1. Jum’at, • Cek typing error
02 Juli • Tambahkan faktor-faktor
2021 yang mungkin
mempengaruhi perilaku
kekerasan pada anak usia
sekolah dasar
• Compare dengan peneliti
sebelumnya dan dibahas
kenapa?

2. Senin, 26 • Cek Daftar Pustaka dan


Juli 2021 typing error
• Tabel distribusi frekuensi
karakteristik responden
lebih baik digabung
3. Kamis, • Hasil konek dengan
29 Juli tujuan
2021 • ACC sidang hasil

4.

5.

6.
Konsultasi Pembimbing 2

Nama : Lutfi Afifah

Judul : Hubungan Tingkat Stres Ibu dengan Perilaku Kekerasan pada


Anak Usia Sekolah Dasar selama Pandemi Covid -19 di Desa
Tanjungsari Kota Majalengka

Pembimbing 1 : Amin Susanto, S.Kep.,Ns.,MSN

No. Hari, Materi Bimbingan TTD TTD


Tanggal Pembimbing Mahasiswa
1. Jum’at, • Cek typing error
02 Juli • Penulisan kata “orang”
2021 dalam BAB 4 diganti
“responden”
• Korelasi lemah dan
hubungan positif searah,
jelaskan!
2. Senin, 26 • Cek typing error
Juli 2021 • Perbaiki gelar dosen pada
kata pengantar
• Perbaiki penulisan sitasi
• Perbaiki tabel keaslian
penelitian
3. Kamis, 5 ACC Sidang Hasil
Agustus
2021

4.

5.

6.

7.
Lampiran 14

Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai