Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia
karena tanpa kesehatan yang baik, setiap manusia akan sulit dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis”.
Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan
genetika. Kalangan ilmuwan umumnya berpendapat bahwa determinan utama
dari derajat kesehatan masyarakat tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah
perilaku masyarakat. Dari hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga
yang telah mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baru
mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah
mempraktikkan PHBS pada tahun 2014. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari
Kementerian Kesehatan.
Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat, harapan tersebut dapat
terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumberdaya
yang dimilikinya untuk dapat menerapkan PHBS dalam kehidupannya sehari-
hari, baik dirumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh setiap individu atau keluarga atau
kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur
kembali, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang di
praktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu atau keluarga atau kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat.

1
Mencegah sakit adalah hal yang lebih mudah dan murah daripada
mengobati seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara mencegah hal tersebut
adalah dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah segala upaya
untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat
dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Dengan semakin banyaknya penderita penyakit tidak menular (degeneratif)
seperti jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stress, dan penyakit tidak
menular lainnya yang disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, maka
untuk menghindarinya kita perlu bergaya hidup yang sehat.
Salah satu indikator yang terdapat pada PHBS tersebut yaitu
membiasakan memakan buah dan sayuran setiap hari, karena secara umum
sayuran dan buah-buah merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat
pangan. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengambil judul TANI
MANDIRI (Tanam dan Nikmati Buah dan Sayuran sendiri).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
yaitu bagaimana penerapan kebijakan program TANI MANDIRI (Tanam,
Nikmati Sayuran dan Buah Sendiri).

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap program TANI
MANDIRI (Tanam, Nikmati Sayuran dan Buah Sendiri).
2. Tujuan Khusus
a. Pengetahuan
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat
terhadap program TANI MANDIRI (Tanam, Nikmati Sayuran dan Buah
Sendiri).
b. Sikap
Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap program TANI
MANDIRI (Tanam, Nikmati Sayuran dan Buah Sendiri).
c. Praktik
Untuk mengetahui praktik masyarakat terhadap program TANI
MANDIRI (Tanam, Nikmati Sayuran dan Buah Sendiri).

D. Manfaat

2
Berdasarkan tujuan diatas, penulis dapat mengambil manfaat sebagai
berikut.
1. Bagi peneliti
Untuk mengetahui kondisi nyata masyarakat tentang persepsi
masyarakat terhadap program TANI MANDIRI (Tanam, Nikmati Sayuran
dan Buah Sendiri).
2. Bagi pembaca
Untuk mengetahui gambaran presepsi masyarakat terhadap program
TANI MANDIRI (Tanam, Nikmati Sayuran dan Buah Sendiri) yang akan
dibuat.
3. Bagi masyarakat
Untuk memberikan pemahaman mengenai program TANI MANDIRI
(Tanam, Nikmati Sayuran dan Buah Sendiri).

BAB II
KONSEP DASAR

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


1. Pengertian PHBS
Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) :“Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Dengan demikian PHBS mencakup beratus-ratus
bahkan beribu-ribu perilaku yang harus dipraktekkan dalam rangka
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.”
2. Tatanan PHBS

3
PHBS berada di lima tatanan yakni:
a. Sepuluh Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga yaitu sebagai
berikut.
1) Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan.
2) Memberi bayi ASI eksklusif.
3) Menimbang bayi dan balita.
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
5) Menggunakan air bersih.
6) Menggunakan jamban sehat.
7) Memberantas jentik di rumah.
8) Makan sayurananan, dan buah setiap hari.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10) Tidak merokok di dalam rumah.
b. Indikator PHBS di sekolah yaitu sebagai berikut.
1) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
2) Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
4) Olahraga yang teratur dan terukur.
5) Memberantas jentik nyamuk.
6) Tidak merokok.
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
8) Membuang sampah pada tempatnya.
c. Indikator PHBS di tempat kerja yaitu sebagai berikut.
1) Kawasan tanpa asap rokok.
2) Bebas jentik.
3) Jamban sehat.
4) Kesehatan dan keselamatan kerja.
5) Olahraga teratur.
d. Indikator PHBS di tempat umum yaitu sebagai berikut.
1) Menggunakan jamban sehat.
2) Memberantas jentik nyamuk.
3) Menggunakan air bersih.
e. Indikator PHBS di fasilitas kesehatan yaitu sebagai berikut.
1) Menggunakan air bersih.
2) Menggunakan jamban yang bersih & sehat.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meludah sembarangan.
6) Memberantas jentik nyamuk.
3. Visi dan Misi
a. Visi :
1) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkaan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

4
2) Untuk mencapai visi, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan
inilah yang disebut "MISI".
b. Misi :
1) Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil
keputusan diberbagai program, dan sektor yang terkait dengan
kesehatan. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya
agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut
mempercayai, dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau
keputusan-keputusan politik.
2) Menjembatani (Mediate)
Menjadi jembatan, dan menjalin kemitraan dengan berbagai
program, dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Dalam
melaksanakan program-program kesehatan perlu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun sektor lain yang
terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kerjasama atau
kemitraan ini, peran promosi kesehatan diperlukan.
3) Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada
masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti kepada
masyarakat diberikan kemampuan atau keterampilan agar mereka
mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara, dan
meningkatkan kesehatan mereka. Misalnya pendidikan, dan
pelatihan dalam rangka meningkatkan keterampilan cara-cara
bertani, beternak, bertanam obat-obatan tradisional, koperasi, dan
sebagainya dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga.
Selanjutnya dengan ekonomi keluarga yang meningkat, maka
kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
keluarga juga meningkat.
4. Tujuan PHBS
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) memiliki tujuan yaitu
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan

5
masyarakat agar hidup bersih, dan sehat serta masyarakat termasuk swasta,
dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
5. Fungsi
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat, dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat, dan cerdas.
c. Anggota keluarga giat bekerja.
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan, dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.

B. PHBS Makan Sayuran dan Buah Setiap Hari


Diantara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah kebiasaan
makan sayuran dan buah setiap hari. Ini adalah kebiasaan yang baik mengingat
pola makan yang sehat dan baik akan dapat membantu kesehatan seseorang
dan menjadikannya tidak mudah sakit. Lain halnya jika makan seseorang tidak
sehat dan tidak baik, maka kemungkinan untuk sakit sangat besar. Setiap
anggota rumah tangga agar mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting karena mengandung
vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh juga
mengandung serat yang tinggi.
1. Manfaat Vitamin yang Ada di Dalam Sayuran dan Buah.
a. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata.
b. Vitamin D untuk kesehatan tulang.
c. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda.
d. Vitamin K untuk pembekuan darah.
e. Vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
f. Vitamin B untuk mencegah penyakit beri-beri.
g. Vitamin B12 untuk meningkatkan nafsu makan.
Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama
dengan satu mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang.
Sebaiknya sayuran dimakan segar dan dikukus, karena jika tidak direbus
cenderung melarutkan vitamin dan mineral.
Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali
makan setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk,

6
apel, jambu biji, atau pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan
memperkaya variasi zat gizi yang terkandung dalam buah.
Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah
dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Direbus dengan air
akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur
dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan mengurangi beberapa vitamin seperti
vitamin C.

BAB III
KEDUDUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA

A. Kedudukan

7
Kedudukan Komunitas Tani Mandiri (Tanam, Nikmati Sayuranananan,
dan Buah Sendiri) adalah sebagai :
1. Pelaksana teknis yang menyelenggarakan kegiatan yang berlandaskan butir
dalam PHBS yaitu tentang memakan makanan bergizi berupa
sayuranananan, dan buah setiap hari. Komunitas bergerak dalam pemberian
pendidikan, dan pelatihan tentang pemanfaatan pekarangan rumah dengan
menanam buah-buahan dan sayuranananan.
2. Wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dalam alih
informasi, pengetahuan, dan keterampilan antar sesama masyarakat dalam
memanfaatkan pekarangan rumah untuk menunjang peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
3. Mitra dengan sektor lain dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui penanaman buah, dan sayurananan sendiri agar masyarakat dapat
mengkonsumsi sayurananan dan buah setiap hari.

B. Organisasi
Struktur organisasi ditetapkan agar komunitas berjalan sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Struktur organisasi disusun sesuai dengan kebutuhan
kodisi, permasalahan dan kemampuan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi komunitas TANI MANDIRI
minimal terdiri dari:
1. Pembina Komunitas,
2. penasehat,
3. ketua,
4. sekretaris,
5. bendahara,
6. Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM),
7. Departemen Hubungan Masyarakat,
8. Departemen Penelitian dan Pengembangan,
9. Departemen Kewirausahaan.

Pembina

Penasehat

Ketua

8
Sekretaris Bendahara

Dept. Dept. Dept. Dept.


Pengembangan Hubungan Penelitian dan Kewirausahaan
SDM Masyarakat Pengembangan

Gambar 3.1 Struktur Organisasi TANI MANDIRI

C. Tata Kerja
Setiap bidang memiliki tugas, dan fungsi yang berbeda dalam
melaksanakan pekerjaannya. Berikut merupakan tugas pokok, dan fungsi
dalam setiap bidang.
1. Pembina Komunitas
Pembina bertugas mengayomi organisasi sesuai visi misi komunitas
yang telah dibentuk. Pembina dalam komunitas Tani Mandiri adalah
seorang petugas Puskesmas yang ditunjuk dan memiliki kesipan untuk
membina komunitas. Kewenangan pembina meliputi :
a. Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar, dan pengesahan
laporan tahunan.
b. Pengangkatan, dan pemberhentian anggota Pengurus, dan Pengawas.
c. Pengesahan Program Kerja, dan rancangan anggaran tahunan.
2. Penasehat
Penasehat berasal dari tokoh masyarakat setempat yang ditunjuk oleh
anggota, dan bersedia menjadi penasehat, memiliki tugas, dan wewenang:
a. Membina dan membimbing pimpinan paguyuban.
b. Memberikan nasehat, petunjuk, bimbingan, dan intervensi yang
dianggap perlu atas pengelolaan, dan pelaksanaan Komunitas Tani
Mandiri.
c. Melakukan pengawasan, dan penilaian atas sistem pengendalian,
pengelolaan, dan pelaksanaan pada seluruh kegiatan komunitas, dan
memberikan saran-saran perbaikannya.
3. Ketua

9
Ketua dipilih berdasarkan musyawarah semua anggota yang dihadiri
oleh pembina dan penasehat. Ketua komunitas memiliki tugas dan
wewenang:
a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggota pengurus dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Mewakili organisasi ke luar maupun ke dalam.
c. Memimpin pelaksanaan program agar tidak melanggar aturan, dan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Menandatangi surat-surat.
e. Mengatasi dan bertanggung jawab terhadap segala permasalahan atas
pelaksanaan tugas yang dijalankan oleh para pengurus.
f. Mengadakan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh para pengurus.
g. Melaporkan, dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan seluruh tugas
organisasi kepada anggota.
4. Sekretaris
Sekretaris dipilih oleh ketua dan disetujui oleh pembina dan
pengawas, memiliki tugas dan wewenang :
a. Mewakili ketua apabila yang bersangkutan tidak bisa hadir.
b. Memberikan pelayanan teknis administrative, dan mengerjakan seuruh
pekerjaan sekretariat, mencakup:
1) Mengadakan surat-menyurat serta pengarsipannya.
2) Mengelola semua profil pengurus
3) Membuat laporan organisasi, termasuk musyawarah pengurus.
c. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada ketua pelaksana.
5. Bendahara
Bendahara dipilih oleh ketua dan disetujui oleh pembina dan
pengawas, memiliki tugas dan wewenang :
a. Menghimpun iuran anggota dan dana lain dari sumber-sumber yang sah;
b. Mengalokasikan dana atas dasar program kerja komunitas Tani Mandiri;
c. Menata-bukukan dana komunitas;
d. Menyusun laporan keuangan, sebagai bahan laporan.
6. Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)
Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (Departemen
PSDM) merupakan salah satu supporting system Komunitas Tani Mandiri.
Program kerja Departemen PSDM fokus pada kaderisasi dan hubungan
internal pengurus komunitas.

10
Fungsi Departemen PSDM dalam hal kaderisasi yaitu pengembangan
diri anggota komunitas baik soft skill maupun hardskill. Selain itu, dalam
hal kaderisasi Departemen PSDM memegang peranan yang sangat penting
dalam mengadakan rangkaian open recruitment pengurus komunitas.
Sedangkan dalam hubungan internal, Departemen Pengembangan
Sumber Daya Manusia memiliki peran dalam membangun, dan menjaga
solidaritas internal komunitas Tani Mandiri dalam mengembangkan setiap
potensi pengurus, dan menciptakan suasana yang nyaman.
7. Departemen Hubungan Masyarakat
Memiliki tugas dan wewenang yaitu :
a. Mengadakan koordinasi dengan berbagai pihak dalam melaksanakan
kegiatan.
b. Mendistribusikan berbagai jenis undangan
c. Penghubung komunitas, dan masyarakat.
d. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh ketua.
8. Departemen Penelitian dan Pengembangan
Departemen litbang memilki tugas sebagai berikut:
a. Melakukan penelitian, baik dari program kerja maupun segi pendidikan
terhadap aktivitas yang diselenggarakan oleh pengurus.
b. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan dampak positif
bagi peningkatan kualitas komunitas maupun pengurus.
c. Mengadakan pembinaan terhadap anggota aktif dengan melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan maupun kegiatan yang
dilaksanakan pengurus.
9. Departemen Kewirausahaan
Departemen kewirausahaan memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menumbuhkembangkan budaya entrepreneurship di kalangan
masyarakat, dan kalangan internal departemen khususnya, melalui
penyelenggaraan kegiatan yang bertema entrepreneurship.
b. Mendirikan usaha mandiri yang berkelanjutan bagi komunits Tani
Mandiri.
c. Meningkatkan softskill dan prestasi anggota komunitas khususnya di
bidang entrepreneurship.
d. Melakukan koordinasi dengan departemen lain yang terkait untuk
pengembangan di bidang kewirausahaan.

D. Tata Kerja Organisasi

11
Tata kerja atau metode adalah suatu cara bagaimana agar sumber-sumber
dan waktu yang tersedia dapat di manfaatkan dengan tepat sehingga proses
kegiatan organisasi, dan dapat dilakukan dengan tepat pula. Berdasarkan
struktur organisasi di atas, bahwa tata kerja yang diterapkan dalam komunitas
TANI MANDIRI adalah sebagai berikut :
1. Wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
dalam menjalankan tugas.
2. Pembina, dan penasehat wajib melakukan pengarahan, dan pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas bawahannya untuk kelancaran komunitas Tani
Mandiri.
3. Ketua Komunitas bertanggung jawab memimpin, dan mengkoordinasikan
bawahannya masing-masing, dan memberikan bimbingan, serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
4. Setiap anggota wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung
jawab kepada ketua komunitas, serta menyampaikan laporan yang telah
dilakukan.
5. Setiap departemen yang akan melakukan kegiatan harus berkoordinasi
terlebih dahulu dengan sekretaris, bendahara, dan ketua komunitas.
6. Setiap laporan yang diterima oleh ketua dari anggotanya wajib diolah, dan
dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut.

12
BAB IV
UPAYA DAN AZAS

A. Upaya
1. Identifikasi Masalah atau Pemahaman Masalah
a. Event (peristiwa atau kejadian)
1) Kurangnya mengkonsumsi sayuran, dan buah-buahan setiap hari
b. Pattern Of Behaviour (pola perilaku yang sama)
1) Tidak memanfaatkan lahan yang ada atau lahannya sempit,
2) Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mengkonsumsi sayuran,
dan buah-buahan,
3) Timbulnya berbagai macam penyakit.
c. Sistemic Struktur (perilaku distrukturkan)
Tidak memanfaatkan lahan yang ada, dan kurangnya pengetahuan
akan pentingnya mengkonsumsi sayuran, dan buah-buahan sehingga
akan timbulnya berbagai macam penyakit.
d. Model Mental (sikap dan perilaku)
Perilaku masyarakat yang tidak mengkonsumsi sayuran, dan
buah-buahan.
2. Penyusunan agenda (agenda setting)
No TATANAN MASALAH
1. Private Problem Tidak mengkonsumsi sayuran, dan buah-buahan.
2. Public Problem Tidak memanfaatkan lahan.
3. Policy Issue Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 menyebutkan
sebanyak 93,5% penduduk usia >10 tahun
mengkonsumsi sayuran, dan buah-buahan di
bawah anjuran. Padahal konsumsi sayuran, dan
buah-buahan merupakan salah satu bagian penting
dalam mewujudkan gizi seimbang.
4. Sistemic Agenda a) Melaksanakan seminar, dan pengenalan “TANI
MANDIRI” untuk masyarakat.
b) Memberikan pendidikan, dan pelatihan.
c) Membentuk komunitas “TANI MANDIRI”.
d) Pelaksanaan penanaman sayuran, dan buah-

13
buahan.
5. Institusional Memanfaatkan lahan disekitar rumah untuk
Agenda menanam sayuran, dan buah-buahan.

B. Azas
1. Azas keterpaduan
a. Keterpaduan Lintas Sektor
1) Upaya kesehatan masyarakat : keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah, kepala desa, pendidikan, agama.
2) Upaya promosi kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah, kepala desa, pendidikan, agama.
3) Upaya kesehatan ibu dan anak : keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah, kepala desa, pendidikan, agama, PKK,
PLKB.
4) Upaya kesehatan masyarakat : upaya kesehatan lingkungan
dengan promosi kesehatan.
2. Azas Pelaksanaan
a. Melaksanakan seminar, dan pengenalan “TANI MANDIRI” untuk
masyarakat.
b. Memberikan pendidikan, dan pelatihan.
c. Membentuk komunitas “Tani Mandiri”.
d. Pelaksanaan, penanaman sayuranananan, dan buah-buahan.

BAB V
MANAJEMEN P3

A. Perencanaan
Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen
secara keseluruhan, tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Tahap perencanaan
ini merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu kegiatan, karena
kalau perencanaan tidak matang, maka pelaksanaannya juga tidak akan baik.
Agar pelaksanaan promosi kesehatan dalam penerapan PHBS berjalan dengan

14
baik dan berkesinambungan, maka perlu melibatkan lintas program dan lintas
sektor terkait serta melibatkan peran serta masyarakat mulai dari perencanaan
sampai tahap evaluasi. Dalam tahap perencanaan sebaiknya di mulai dari
bawah (bottom upplanning) yang didukung oleh pimpinan instansi dari
lembaga yang terkait. Untuk itu perlu terlebih dahulu disosialisasikan pada
tokoh masyarakat, tokoh agama, camat, lurah, dan masyarakat akan pentingnya
penerapan PHBS. Sehingga pihak petugas kesehatan sebagai fasilitator tidak
memaksakan keinginan, dan kehendaknya, tetapi perlu kesabaran dalam
perubahan perilaku masyarakat. Karena perubahan perilaku masyarakat
membutuhkan waktu yang lama, dan pendekatan yang benar. Beberapa tahapan
perencanaan yang dapat dilakukan, sebagai berikut :
1. Melakukan pendataan, dan perumusan masalah. Bentuk perumusan
masalah sebagai contoh sepuluh indikator PHBS, dimana indikator yang
terendah nantinya akan disoroti, dan mendapat perhatian khusus. Salah
satunya konsumsi sayuranananan, dan buah-buahan lokal. Misalnya
adanya keluarga yang tidak makan sayuranananan, dan buah-buahan, oleh
karena itu perlu dilakukan intervensi untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Melakukan pengkajian mengenai konsepan kebijakan PHBS yang akan
diambil. Pengkajian ini dapat berupa rapat koordinasi, terkait dengan hal-
hal seperti sumber dana, sumber daya, dan strategi yang akan dilakukan.
Pembuatan Perencanaan ini nantinya akan muncul POA dengan program
PHBS.

B. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan, melalui fungsi pelaksanaan
seluruh konsep, dan sumber dayayang dimiliki (manusia dan bukan manusia)
akan dilaksanakan secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan fungsi
yang telah ditetapkan.Penerapan PHBS ini perlu adanya komitmen dari semua
instansi terkait untuk membina, dan membentuk pengorganisasian baik
ditingkat Kota, tingkat Kecamatan, dan Kelurahan, sehingga memudahkan
untuk melaksanan kegiatan dan evaluasi pelaksanaannya. Pelaksanaan dan
pemantauan serta evaluasi PHBS secara berkelanjutan, dan dapat memberikan

15
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Berikut tahapan
pelaksanaan mengenai kegiatan program PHBS :
1. Melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada masyarakat berkaitan
dengan pengetahuan PHBS dimasyarakat khususnya mengenai konsumsi
sayuranananan, dan buah-buahan lokal.
2. Adanya koordinasi dengan tokoh masyarakat seperti RT dan RW serta
dinas terkait yaitu tim penggerak PKK, BPMPK dan Lembaga Sosial
Masyarakat lainnya akan dapat memotivasi masyarakat agar mau
berperilaku hidup bersih sehat.
3. Setiap wilayah memiliki koordinator (pemegang program PHBS). Contoh
koordinatarnya bidan desa, dan dibantu dengan kader setempat serta
melibatkan beberapa tokoh masyrakat dengan RT dan RW.
4. Bentuk pelaksanaan dilakukan dengan cara penyuluhan, pencatatan, dan
pembinaan terhadap kader setempat.
5. Pelaksanaan program dilakukan dengan cara door to door atau kerumah
rumah warga, salah satunya dengan pemasangan sticker kerumah rumah
warga, memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada masyarakat terkait
konsumsi sayuranananan, dan buah-buahan lokal. Dilaksanakan satu kali
dalam satu bulan.
Dalam program penerapan PHBS ini, koordinasi dari masing-masing
instansi baik lintas program maupun lintas sektor sangat perlu dilakukan.
Kegiatan ini ditentukan oleh kegiatan pengorganisasian dari lintas sektor terkait
yang dalam pelaksanaannya diperlukan koordinasi dan komitmen bersama.
Selain itu, pelaksanaan dari tingkat bawah mulai dari masyarakat sendiri, tokoh
masyarakat, tokoh agama, RT/RW, lurah, serta kader kesehatan, dapat
memudahkan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat melalui program
kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

C. Pengawasan dan pengendalian


Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari fungsi manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan
fungsi manajemen lainnya terutama dengan fungsi perencanaan, karena melalui
fungsi pengawasan, dan pengendalian standar keberhasilan program yang
dituangkan dalam bentuk kebijakan harus selalu dibandingkan dengan hasil

16
yang telah dicapai. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan yang terjadi,
maka harus segera diatasi. Penyimpangan dapat dideteksi dari dini, dicegah,
dan dikendalikan yang bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih
diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih
diefektifkan (Muninjaya, 2004 : p.20).
Pengawasan, dan pengendalian kegiatan pelaksanaan program, dilakukan
oleh pimpinan instansi dari lembaga terkait seperti Puskesmas dan pemegang
program PHBS itu sendiri. Dalam program PHBS konsumsi sayuranananan,
dan buah-buahan perlu adanya monitoring, dan evaluasi guna untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan program. Mengingat perubahan perilaku
membutuhkan waktu yang lama maka perlu adanya pemantauan, dan evaluasi
yang rutin, sehingga setiap ditemui masalah atau kandala dalam pelaksanaan
kegiatan dapat segera di bahas dalam pertemuan rutin atau rapat pokjanal,
instansi, dan lembaga yang lebih tinggi. Disamping itu evaluasi ini perlu
melibatkan dari pihak masyarakat, dan setiap evaluasi harus diikuti dengan
tindak lanjut, agar kegiatan ini manjadi berkesinambungan, dan menjadi
budaya di tengah-tengah masyarakat.

17
BAB VI
PEMBIAYAAN

A. Estimasi Anggaran
1. Persiapan
a. Pembentukan panitia penyelenggara acara Rp 100.000,-
b. Advokasi dan permohonan izin kepada pihak Rp 200.000,-
yang terkait (Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan
tokoh masyarakat di wilayah kerja puskesmas)
c. Melakukan pendekatan kepada masyarakat Rp 200.000,-
sasaran
Jumlah Rp 500.000,-
2. Pelaksanaan
a. Melaksanakan seminar dan pengenalan “Tani Rp 3.000.000,-
Mandiri” untuk masyarakat
b. Membentuk komunitas “Tani Mandiri” Rp 2.000.000,-
c. Memberikan pendidikan dan pelatihan “Tani Rp 5.000.000,-
Mandiri”
d. Pelaksanaan penanaman buah dan sayurananan Rp 3.000.000,-

18
“Tani Mandiri”
Jumlah Rp 13.000.000,-
3. Pengawasan
a. Monitoring dan evaluasi komunitas “Tani Rp 300.000,-
Mandiri”
b. Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi Rp 500.000,-
Jumlah Rp 800.000,-
Total (persiapan+pelaksanaan+pengawasan) Rp 14.300.000,-

B. Sumber Biaya
1. Dana kas atau iuran anggota
Anggota panitia dari penyelenggara komunitas “TANI MANDIRI”
membayar iuran yang telah disepakati bersama untuk kelangsungan acara.
2. Dana proposal sponsor
Proposal yang diajukan untuk acara ini yaitu kepada sponsor yang
bersangkutan dengan pertanian, perdagangan, lingkungan hidup, dan
pemberdayaan masyarakat.
3. Kemitraan bersama instansi kesehatan yang terkait
Dukungan materi dan non materi dari instansi kesehatan di wilayah
tersebut sangat penting demi kelangsungan acara “TANI MANDIRI”, maka
dari itu untuk membantu program yang telah ada di instansi kesehatan,
dilaksanakan pembentukan komunitas “TANI MANDIRI”.

19
BAB VII
PENUTUP

A. Tema
Tema yang akan diambil yaitu “TANI MANDIRI” yang berarti Tanam,
Nikmati Sayuran dan Buah Sendiri.
B. Sasaran
Sasaran dari “TANI MANDIRI” yaitu ibu rumah tangga yang berada di
salah satu kelurahan wilayah kerja puskesmas.
C. Rencana Kegiatan
1. Persiapan
a. Pembentukan panitia penyelenggara acara.
b. Advokasi dan permohonan izin kepada pihak yang terkait (Dinas
Kesehatan, Puskesmas, dan tokoh masyarakat di wilayah kerja
puskesmas).
c. Melakukan pendekatan kepada masyarakat sasaran.
2. Pelaksanaan
a. Melaksanakan seminar dan pengenalan “TANI MANDIRI” untuk
masyarakat.
b. Membentuk komunitas “TANI MANDIRI”.
c. Memberikan pendidikan dan pelatihan “TANI MANDIRI”.
d. Pelaksanaan penanaman buah dan sayurananan “TANI MANDIRI”.
3. Pengawasan
a. Monitoring dan evaluasi komunitas “TANI MANDIRI”.
b. Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi.

20

Anda mungkin juga menyukai