Anda di halaman 1dari 18

PEMBIAYAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Dhini Rahayu Ningrum, Budi Eko Siswoyo, Tiara Marthias,


Laksono Trisnantoro
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran UGM
Pendahuluan
PEMBIAYAAN

a. Pemerintah
b. BPJS Kesehatan

a. Konseling
b. Kontrasepsi Dasar
c. Vasektomi
d. Tubektomi
e. Penanganan Komplikasi
Metodologi
• Desain Penelitian
Metode Kualitatif dan kuantitatif dengan analisis cross-sectional. Data diambil dari
wawancara, review dokumen dan pengamatan.
• Lokasi Studi dan Populasi
Penelitian ini telah berlangsung di 10 kabupaten di 5 propinsi, Oktober – Desember
Tahun 2014.
BKKBN, Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, Puskesmas, RSUD, penyedia layanan
swasta, organisasi profesi, dan masyarakat.
• Strategi Sampling
Teknik sampling non-probabilitas yang menentukan responden dengan metode
kuota sampling
Hasil dan Pembahasan
Pengaturan Layanan Program KB di Era JKN

• Permenkes Nomor 59 tahun 2014 menggantikan Permenkes Nomor


69 Tahun 2013.
1. Kapitasi dan Non-kapitasi KB

2. Tarif pelayanan KB (non-kapitasi) semakin diperjelas.


(Cont’d)
Tabel 1. Perbedaan Tarif Non Kapitasi Rawat Inap Permenkes 69/2013 dan Permenkes 59/2014

Tarif Non-Kapitasi Tarif Non-Kapitasi


Jenis Pelayanan
(Permenkes 69/2013) (Permenkes 59/2014)
Paket rawat inap per hari di Puskesmas dengan perawatan, Rumah Sakit Rp 100.000 Rp 100.000
Kelas D pratama dan Klinik Pratama
Pelayanan maternal-neonatal
Pemeriksaan ANC Rp 25.000 (per kali) Rp 200.000 (4 kali)
Persalinan pervaginal normal Rp 600.000 Rp 600.000
Penanganan pendarahan pasca keguguran, persalinan pervaginam Rp 750.000 Rp 750.000
dengan tindakan emergensi dasar
Pemeriksaan PNC/neonates Rp 25.000 (tidak dijelaskan) Rp 25.000 (per kunjungan)
Pelayanan tindakan pasca persalinan, misal plasenta manual Rp 175.000 Rp 175.000
Pelayanan pra rujukan komplikasi kebidanan dan neonatal Rp 125.000 Rp 125.000
Pelayanan KB pemasangan IUD/Implant Rp 100.000 Rp 100.000
Pelayanan KB suntik Rp 15.000 Rp 15.000
Penanganan komplikasi KB pasca persalinan Rp 125.000 Rp 125.000
Pelayan KB MOP/Vasektomi (tidak dijamin) Rp 350.000
(Cont’d)
Regulasi Lokal Tabel 2. Tarif Pelayanan di Puskesmas sesuai Perda No
84 Tahun 2013

• Provinsi DIY N
o
Pelayanan KB
Retribusi Warga
Luar Daerah (Rp)
Retribusi Warga
Kulon Progo (Rp)
1
Kota Yogyakarta : Tim Jaga Mutu
KB Suntik 18.250,00 18.250,00
2 KB Pil 11.650,00 11.650,00

AMP-KB. 3 KB IUD 29.150,00 24.650,00


4 Pelepasan IUD 38.750,00 34.250,00
Dinkes Kulon Progo : 5 Pelepasan IUD dg penyulit 48.750,00 44.250,00
6 Pemasangan Implant 49.300,00 44.800,00
• Reward Kambing Betina 7 Pelepasan Implant 74.700,00 70.200,00

• Jamkesda 8 Kontrol IUD 12.750,00 8.250,00


9 Kontrol Implant 12.750,00 8.250,00
10 Kontrol MOW 17.750,00 13.250,00
11 Konsultasi Dokter/Dokter Gigi 3.000 3.000
12 Konsultasi Gizi/KIA/Sanitasi 2.500 2.500
(Cont’d)
Tabel 3. Tarif Pelayanan di RSUD Soe, Nusa Tenggara Timur sesuai
Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 6 Tahun 2013

Komponen Biaya
No Jenis Tindakan Jumlah (Rp)
Bahan Habis Pakai (Rp) Jasa Sarana (Rp) Jasa Pelayanan (Rp)
1 Pasang/buka IUD 22.660 22.660 11.330 56.650
2 Pasang/buka Implan
22.660 22.660 11.330 56.650
3 Tubektomi 45.000 30.000 750.000
VIP 1.460.000 730.000 1.460.000 3.650.000
Kelas I 900.000 450.000 900.000 2.250.000
Kelas II 700.000 350.000 700.000 1.750.000
Kelas III 365.000 182.500 365.000 912.500
4 Eksplorasi IUD 45.320 45.320 22.660 113.300
Pemetaan Layanan Program KB di Luar Skema JKN

• Layanan KB seperti MOW dan MOP saat ini masih ditanggung sepenuhnya oleh
pusat (BKKBN).
• Namun di Kulon Progo, peserta MOP juga mendapatkan reward dari dana APBD.

“....pencapaian di akhir tahun kemarin tidak menyangka bisa sebanyak itu.


Pencapaian itu karena ada pendorong atau sokongan dari pemerintah daerah
kabupaten dengan menyediakan uang pengganti kerja selama 3 hari dan kambing
betina untuk modal usaha...” (staf BPMPDPKB kabupaten Kulon Progo)
(Cont’d)
Bantuan subsidi dari BKKBN yang relatif sedikit untuk MOP dan MOW
“...Pemerintah kan tidak konsen untuk program KB. Alkon memang sudah ditanggung oleh BPMPDPKB
tapi jasa tidak ada. Tapi disini tetap layani. Mini laparotomi tanpa pesalinan/keguguran cuma Rp
400.000 saya baru tahu ini sebelumnya belum tahu, ya pikir saja itu cukup atau tidak atau mungkin
ada yang perlu dikurangi. Kalau tidak cukup siapa yang bayar? Masa rumah sakit yang bayar atau
malah dokternya...” (RSUD Wates)
(Cont’d)
Tabel 4. Status Jamkesda di Daerah Penelitian Tahun 2014

Daerah Kapasitas Kemampuan Ekonomi Identifikasi Keterangan


Fiskal Masyarakat Jamkesda
Menggunakan JKN, seharusnya bisa
Kota Binjai
Tinggi Rendah Tidak menggunakan potensi fiskal yang ada untuk
pembiayaan lokal
Menggunakan JKN, fisikal tidak memungkinkan
Kabupaten Langkat Rendah Rendah Tidak
pembiayaan lokal
Kota Yogyakarta Jamkesda yang ada merupakan bentuk
Rendah Tinggi Ya
komitmen pemerintah daerah untuk
pembiayaan kesehatan dan prioritas
Kabupaten
Rendah Rendah Ya pembangunan, walaupun kapasitas fiskalnya
Kulonprogo
rendah.
Kota Makassar Pemerintah Daerah mampu membiayai melalui
Tinggi Tinggi Ya
kapasitas fiskalnya yamg tinggi
Persepsi Pelaksanaan Pelayanan KB
• Secara umum pelayanan program KB di daerah studi tidak mengalami
perubahanPenyediaan Alokon oleh BKKBN

“...Tidak ada perubahan kecuali untuk program pasca salin (KB Post-
Plasenta) yang cakupannya menurun. Dari 3 PKM yang melaksanakan program
Pasca salin, seperti tegalrejo, jetis dan mergangsan, kini menurun dari 50% lebih
menjadi sekitar 20%. Masih 20% karena tergantung siapa yang bertugas, untuk
bidan senior yang tidak ragu/takut menyalahi aturan/tidak takut rugi mereka
tetap melakukan KB Post plasenta...” (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta)

“...Sama saja, karena pelayanan kita tetap sama, karena dari dulu alat kita
dari BKKBN. Jadi gak ada peningkatan, karena sebelum JKN ini sudah ada
program gratis lainnya, jadi sudah biasa saja.” (Puskesmas Tanjung Beringin)
(Cont’d Persepsi,,,,)
• Keterlambatan pencairan dana kapitasi yang menyebabkan hambatan
dalam hal pengadaan bahan habis pakai di tingkat Puskesmas.
”...Selama ini untuk bahan habis pakai diambil dari dana APBD,
dapatnya dari dinkes. Sekarang ini kendalanya disitu, pemeriksaan KB
terhalang oleh bahan habis pakai karena tidak didrop oleh BKKBN, yang
didrop hanya alkon...”(PKM, Kota Binjai)

• Pemanfaatan KB oleh masyarakat berdasarkan cocok dan tidak


cocok. Terdapat keluhan tentang efek samping dari beberapa alokon
yang dikemukakan oleh responden
(Cont’d Persepsi,,,,)
• Kurangnya koordinasi antara SKPD-KB Kabupaten/kota dengan Dinas
kesehatan
“Kalau di dinas karena sering di back up dinas KB dan PP mereka yang back up, jadi
sepertinya kita itu gak perlu” (Dinas Kesehatan Kota Binjai)

• Pemanfaatan Mobil Pelayanan KB (Muyan) terkendala untuk pelayanan


tidak dapat di klaim.

“Kalau orang yang dari klinik mau klaim hal-hal yang non kapitasi harus buat rujukan
lagi. tadi saya pertanyakan juga, kalau seandainya itu tempat nya di daerah jauh, kan gak
mungkin mereka ke RS memang harus, itulah fungsi mobil pelayanan kami, bisa
menjangkau daerah yang jauh, tertinggal, terpencil dan daerah perbatasan. tapi mereka
semua itu belum terjawab” (BKKBN Provinsi Sumatera Utara)
Tantangan Pelayanan KB di Era JKN

• Belum tercakupnya pelayanan MOW di dalam skema JKN (kecuali melekat pada
layanan persalinan di FKRTL)
• Sosialisasi tentang besaran dan proses klaim dana untuk petugas pemberi layanan
KB masih terbatas
• Berkurangnya minat bidan praktik mandiri (BPM) untuk bekerja sama dengan
Puskesmas
“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, pernah kerjasama dengan JKN tetapi karena proses
yang diterima untuk mendapatkan klaim terlalu lama dan sulit prosesnya, padahal yang
diterima pun tidak banyak.” (Dokter swasta, Jayapura)
(Cont’d Tantangan,,,)

• Tantangan koordinasi antara BKKBN Pusat, Provinsi dan SKPD KB di level


kabupaten/kota (belum terbentuknya BKKBD)
• Masih adanya biaya tambahan untuk layanan KB
• Adanya budaya setempat yang masih tidak sesuai dengan prinsip program KB
Kesimpulan
• Telah ada perbaikan layanan KB di era JKN melalui perubahan peraturan
• Pendanaan operasional MOW/MOP masih dibiayai oleh BKKBN
• Koordinasi BKKBN dan KB daerah masih perlu ditingkatkan terutama terkait
pembiayaan pelayanan KB.
• Belum teratasinya permasalah sosialisasi JKN
• Keterlambatan pembayaran & keluhan dari BPS dan kurangnya nominal tarif
• Pembiayaan dari Jamkesda masih cukup dominan
Rekomendasi
• Memasukkan MOW di dalam tarif INA-CBG atau non-kapitasi (yang berdiri
sendiri)
• BKKBN/BKKBD dan Pemda  pendanaan dan koordinasi
• Sosialisasi JKN ke FKTP dan FKTL
• Proses pengalihan Jamkesda ke PBI ataupun non-PBI
• Perbaikan tarif non-kapitasi
• Pemda perlu memiliki kebijkan lokal dalam mendukung program KB
• Penelitian lebih lanjut tentang BPJS ke depan dalam konteks pendanaan
program KB
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai