Anda di halaman 1dari 11

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 02 No. 03 Desember 2014

Evaluasi Pelaksanaan Program Rawat Gabung di Rumah Sakit Mardi Rahayu


Kudus

Evaluation on Rooming In Mardi Rahayu, Kudus

Titik Ariyanti1, Sudiro2, Lucia Ratna Kartika Wulan2


1
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, Jl. AKBP. R. Agil Kusumadya 110 Kudus
HP 081325502054, asota_putri@yahoo.co.id
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRAK
Tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia, adanya bukti ilmiah, bayi yang diberi susu formula
kemungkinan meninggal lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif, Pelaksanaan
Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi dengan melaksanakan program rawat gabung. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program rawat gabung di Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus.
Desain penelitian deskriptif kualitatif, subyek penelitian 5 informan utama penentu kebijakan dan 5
informan trianggulasi sebagai pelaksana dan penerima program. Data dikumpulkan dengan wawancara
mendalam (indepth interview), pengolahan data dengan metode analisis isi (content analysis).
Hasil penelitian aspek output belum baik, ibu dan bayi dilakukan rawat gabung ± 2 jam/hari, masih
diberi susu formula, Aspek input, SDM belum disesuaikan dengan standar tenaga rumah sakit tipe
B, Pendanaan belum seimbang dari setiap program, sarana prasarana untuk ketersediaan, kecukupan
dan kelayakan baik, sedangkan ruang nifas kelas tiga kurang lengkap dan kurang nyaman, SOP
dilakukan sebagian, Pemasaran belum dilakukan. Aspek proses belum berjalan baik, kebijakan
pimpinan sudah ada, sosialisasi, penggerakan dan koordinasi belum dilakukan, belum pernah
dilakukan monitoring dan evaluasi, belum ada komitmen dalam pelaksanaan rawat gabung mulai
dari pimpinan sampai dengan pelaksana.
Simpulan Rumah Sakit Mardi Rahayu melaksanakan rawat gabung parsial, masih diberi susu formula,
Dari aspek SDM belum sesui standar strata B, program dana belum seimbang, sarana prasarana
kelas 3 belum swesui standar, SOP dilaksanakan sebagian, kurangnya pemasaran dan belum adanya
komitmen bersama. Disarankan melaksanakan rawat gabung total dan susu formula diberikan sesuai
indikasi, diadakan pelatihan manajemen laktasi, konselor ASI serta kelompok pendukung ASI,
adanya monitoring dan evaluasi.
Kata kunci : Program Rawat Gabung, Evaluasi, Rumah Sakit

ABSTRACT
Infant mortality rate in Indonesia was high. Scientific evidence showed that infants with formula
milk had higher probability to die than infant with exclusive breastfeeding. Implementation of ‘Sayang
Ibu dan Anak’ hospital movement was done by performing rooming in program. Objective of this
study was to evaluate the implementation of rooming-in program in Mardi Rahayu hospital Kudus.
This was a descriptive-qualitative study. Study subjects were five main informants as policy makers,
and five triangulation informants as executors of the program. Data were collected through in-
depth interview. Content analysis method was applied in the data analysis.

179
Results of the study showed that output aspect was not good; rooming in for mother and child were
conducted ± 2 hours/day; formula milk was still given. Input aspect: human resource was not
standardized to the type B hospital worker standard. Budget for each program was not equal;
availability, sufficiency, and feasibility of facility were good. Third class post delivery room was
not complete and uncomfortable. Not all standard operating procedure was performed. Marketing
was not done. Process aspect was inadequate. Leader’s policy was made; socialization, actuating,
and coordination were not done; monitoring and evaluation were not done; no commitment from
the leaders and executors in the implementation of rooming in.
In conclusion, Mardi Rahayu hospital performed partial rooming in; formula milk was still given.
Human resource aspects were not suitable with type B hospital standard; budgeting program was
not equal; facilities for third class were not suitable with the standard. Not all SOP was performed;
marketing was insufficient, and no collective commitment was done. It was suggested to do total
rooming-in, and to give formula milk according to the indication; to do lactation management
training, breast milk counselor and supporter training, to conduct monitoring and evaluation.
Keywords : rooming in program, evaluation, hospital

PENDAHULUAN dari Dokter Obsgyn serta Dokter Spesialis Anak.


Di Indonesia sudah banyak diterapkan rawat Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gabung (Rooming in) di berbagai rumah sakit data primer yaitu wawancara mendalam (indepth
baik rumah sakit bersalin maupun rumah sakit interview) pada subjek penelitian dan data
umum. Kebijakan Program Nasional masa nifas sekunder bersumber dari informasi dokumen
dimana Gerakan Nasional ASI Eksklusif. resmi yang berkaitan dengan evaluasi
Data dari UNICEF pada tahun 2007 pelaksanaan rawat gabung.
menyatakan bahwa, terdapat 30.000 kematian Pengumpulan data melalui wawancara
bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak mendalam (indepth interview) yang dilakukan
balita di dunia setiap tahunnya. Hal yang kepada informan utama yaitu 5 orang Penentu
mengejutkan lagi adalah ditemukannya bukti kebijakan dan informan triangulasi yang
ilmiah terbaru bahwa bayi yang diberikan susu dilakukan kepada 5 orang, yang terdiri dari
formula memiliki kemungkinan untuk meninggal anggota Pokja Peristi, 2 orang bidan pelaksana
dunia pada bulan pertama kelahirannya dan yang bertugas di ruang nifas serta ruang
memiliki peluang 25 kali lebih tinggi Poliklinik Ibu dan Anak yang menjalankan tugas
dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya dalam pelaksanaan rawat gabung, dan 2 pasien
secara eksklusif. di ruang nifas dan Poliklinik Ibu dan Anak yang
Masalah tingginya angka kematian bayi di menerima pelayanan pelaksanaan rawat gabung.
Indonesia maupun di dunia sebenarnya dapat Validasi data menggunakan informan
diminimalisir. Program Rumah Sakit Sayang Ibu trianggulasi, reliabilitas data dilakukan dengan
dan Bayi dicanangkan sejak tahun 2001, sebagai mendokumentasikan data yang diperoleh dari
bagian dari Program Safe Motherhood. hasil wawancara mendalam secara terinci dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dikelompokkan sesuai dengan topik penelitian.
pelaksanaan program rawat gabung di Rumah Pengolahan data dengan metode analisis isi
Sakit Mardi Rahayu Kudus. (content analysis) melalui interactive model
dengan tahapan, yaitu : data collection, data
BAHAN DAN METODE PENELITIAN reduction, data display dan conclusion drawing.
Jenis penelitian menggunakan rancangan
kualitatif yang disajikan secara deskriptif, Subjek HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian sebagai informan utama adalah 5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
orang sebagai penentu program, yang terdiri dari informan utama sebanyak 5 orang sebagai
Direktur Medis Perawatan, Manajer Perawatan, penentu kebijakan rata-rata berusia 41-46 tahun,
Kepala Ruang Bersalin/Nifas, Tim Pokja terdiri berlatar belakang pendidikan D III – S I-

180
Spesialis, masa kerja antara 4-21 tahun, dan 5 informan baik informan utama maupun
informan triangulasi Informan trianggulasi informan triangulasi mengatakan hal yang sama
sebagai pelaksana dan penerima kebijakan dalam yaitu kompetensi petugas rumah sakit sudah
pelaksanaan rawat gabung, rata-rata berusia 26- cukup baik karena sudah mempunyai banyak
47 tahun, latar belakang pendidikan D I- S I, pengalaman. Pendapat ini dapat dilihat pada
untuk anggota Pokja Peristi dan bidan pelaksana kotak 2 dibawah ini :
rata-rata masa kerja antara 11-22 tahun.
Kotak 2. Kompetensi Petugas
Ketersediaan aspek input dalam pelaksanaan “…Sebenarnya sudah trampil semua, namun
rawat gabung RS Mardi Rahayu Kudus. karena tuntutan kerja yang tinggi sehingga
Sumber Daya Manusia (SDM) belum mampu memberikan pelayanan rawat
Ketersediaan SDM dalam menunjang gabung secara penuh....…” (IU 3)
program rawat gabung, ada persamaan informasi
antara informan utama dengan informan “…Saya rasa sudah cukup terampil untuk
trianggulasi, sebagian besar informan mengatakan melaksanakan rawat gabung...Cuma ya
ketersediaan SDM belum cukup. Pernyataan ini gimana ya...belum bisa kalau rawat gabung
dapat dilihat pada kotak 1 dibawah ini : total...bisanya parsial.......…” (IT2)

Kotak 1. Ketersediaan SDM Kompetensi yang harus dimiliki petugas


dalam pelayanan rawat gabung antara lain :
“…Tenaga yang ada saat ini....dokter Obsgyn memberi konseling ASI, terampil dalam
ada tiga, Spesialis anak ada 5 yang dua memberikan asuhan rawat gabung untuk
dokter tetap yang dua dokter tamu, bidan di kesejahteraan ibu dan bayi, terampil melakukan
poli klinik ada lima, UGD dua, di kamar asuhan pada ibu dan bayi yang lahir dengan
bedah...entah sebenarnya dihitung atau tidak tindakan, mampu menolong ibu dalam
ya...tapi memang bidan plus anestesi...kalau memposisikan bayi dan perlekatan yang baik,
di ruang bersalin ada berapa ya persisnya... mampu menolong ibu dalam mengatasi kendala
saya kok kurang jelas...tapi kalau tidak salah yang timbul dalam menyusui bayinya.
37 bidan, ada pekarya, pembantu perawat,
Kualifikasi pendidikan dan pelatihan yang
tenaga administrasi...saya rasa cukup...tapi
diikuti, sebagian besar informan baik informan
sesuai standar atau belum untuk rumah sakit
utama dan informan triangulasi mengatakan
strata B nanti akan kami tinjau ulang, dan
pendidikan D3 kebidanan, sedangkan pelatihan
mereka sebenarnya mendukung program
yang diikuti yaitu manajemen laktasi baru satu
rawat gabung namun rawat gabung parsial,
orang yang mengikuti, namun sudah harus up date,
sudah cukup kali mbak ....untuk melaksana-
belum ada yang mengikuti pelatihan Konselor
kan program rawat gabung..” (IU 1)
ASI. Pendapat ini dapat dilihat pada kotak 3.
“...Jumlah bidan di ruang eva ada 37 orang, Latar belakang pendidikan petugas rata-rata
kalau kita melaksanakan rawat gabung berpendidikan Diploma III, sedang untuk
secara penuh belum bisa.... pengawasannya pelatihan manajemen laktasi hanya satu yang
kepada pasien kurang maksimal...untuk sudah mengikuti, pelatihan konselor ASI belum
rawat gabung total ya...kurang..”( IT 2) ada yang mengikuti, salah satu syarat rumah sakit
sayang ibu dan bayi adalah ada tenaga konselor
Standarisasi ketenagaan yang dimaksud ASI serta dibentuknya kelompok pendukung ASI
didasarkan pada rasio jumlah tenaga menurut yang siap mambantu ibu-ibu untuk menyusui bayi,
kategori medis, paramedis perawatan, paramedis Kesulitan atau kendala yang dihadapi
Non Perawatan dan Non Medis dengan jumlah sehubungan dengan SDM, ada persamaan
tempat tidur rumah sakit menurut masing – informasi antara informan utama maupun
masing kelasnya. informan trianggulasi yaitu pihak manajemen
Kompetensi petugas sebagian besar maupun pelaksana kebijakan rawat gabung takut

181
Kotak 3. Kualifikasi Pendidikan Petugas Kotak 4. Kendala dari SDM
“…Untuk pendidikan kalau tidak salah sudah “…Ya itu tadi...kalau pasien buanyak...kita
semua Diploma tiga kebidanan mbak, ada kewalahan dalam memberikan pelayanan
yang bidan satu tahun tapi kayaknya sudah IMD, rawat gabung....bisanya ya semampu
sekolah lagi...ooo iya masih ada dua kalau kami yaitu rawat gabung pada jam-jam
tidak keliru masih bidan satu tahun, tapi sudah tertentu saja, masalahnya pasien disini juga
senior itu. Untuk pelatihan... emangnya apa kebanyakan pasien kasus sectio..jadi jika
to mbak yang harus diikuti?..sepertinya ada diberi bayi belum bisa merawat juga,
itu program–program pelatihan yang akhirnya tiap diberikan ibunya malah nangis
dikirim...sebentar ...oh...iya manajemen laktasi terus... selain itu ada rasa kuatir bayi hilang
meski baru satu atau dua yang ikut pelatihan seperti yang dialami rumah sakit di Semarang
tapi kan disosialisasikan, kalau konselor ASI dan kuatir ketularan penyakit dari para
wah sepertinya kok belum ya...sama tidak pengunjung..” (IU 3)
dengan PP ASI, kalau beda ya belum ada... “...Keamanan yang masih kurang, petugas
emang ada ya mbak pelatihan konselor ASI, keamanan harus meningkatkan penjaga-
nanti biar di kirim...berati untuk pelatihan annnya... terus terang kita takut alami
memang kurang...”(IU 1) kehilangan atau penculikan bayi seperti
“…Sudah lulusan D3, dan sudah memenuhi rumah sakit lain pernah alami...sebab di sini
standar untuk melaksanakan rawat gabung jam berkunjungnya terlalu bebas, kurang
….hanya yang pelatihan itu yang kurang... tertib...terutama jika sore dan malam
pernah dikirim pelatihan tapi tidak banyak... hari...jika ditegur keluarga marah-marah...
banyak pelatihan tapi intern, namun pela- susah pengaturan di sini...ibu dan bayi …”
tihan yang berhubungan dengan dukungan (IT 2)
program rawat gabung... saya rasa memang
kurang bu.....” (IT1)
Kotak 5. Ketersediaan dan Kecukupan Dana
“…Ya..tentu saja ada sih dana yang
kehilangan bayi, tenaga keamanan belum
disediakan, asal ada usulan...ya prioritasnya
maksimal, pengunjung kurang tertib, semua
yang mana dulu gitu..apa yang dibutuhkan
pihak belum sepenuhnya mendukung dan
gitu...” (IU 1)
berkomitmen tentang rawat gabung, dan
kurangnya pelatihan tentang ASI Pernyataan ini “…Kurang tahu masalah pendanaan bu…
dapat dilihat pada kotak 4. sudah ada yang memegangnya...” (IT2)

Pendanaan
Ketersediaan dana untuk mendukung perawatan rawat gabung di rumah sakit.
program rawat gabung informan utama Kesulitan/kendala yang dihadapi dalam hal
mengatakan dana tersedia dan diprioritaskan yang pendanaan sebagian besar informan utama
dibutuhkan dan sebagian besar informan mengatakan tidak ada kendala, dan sebagian
triangulasi mengatakan kurang begitu paham kecil informan utama mengatakan kurang care
tentang dana, karena ada yang memegang khusus. terhadap program bagian anak, sedang sebagian
Pernyataan ini dapat dilihat pada kotak 5. besar informan triangulasi menyatakan kurang
Keuangan sangat penting dan diperlukan tahu, pernyataan dapat dilihat pada kotak 6.
sebagai syarat kelancaran sebuah program harus Unsur input atau masukan sebagai perangkat
dialokasikan secara tepat. Demikian juga administrasi (tools of administration) diantaranya
kelancaran dalam proses penyediaan maupun sebagai unsur yang penting sebagai sumber modal
penggunaannya. Tersedianya dana menjadi salah bergerak (working capital) adalah ketersediaan
satu faktor yang menyumbang optimalnya uang. Dana sangat penting dan diperlukan sebagai

182
Kotak 6. Kendala Dana itu akhirnya menjadi sempit, karena semua
“...Untuk dana saya rasa tidak ada, dari kasus kebidanan dan kandungan jadi
direktur utama maupun yayasan selalu satu....ruang nifas kelas utama, kelas satu,
menyiapkan dana, yang penting ada kelas 2...sich...luas, nyaman...tapi kelas tiga
pengajuan...(IU 1) ...nah itu, harusnya kan diisi 6 pasien tapi
karena sering penuh akhirnya diisi 7
“...Kurang care terhadap program bagian pasien...akhirnya kan penuh banget...jadi ya
anak... katanya belum menjadi skala sempit, sumuk...membuat tidak nyaman kalau
prioritas, harusnya seimbang...(IU 5).. rawat gabung.......” (IT 2)
“...Kalau kesulitan dana tidak tau bu.” (IT 1)
ruangan cukup hangat, sirkulasi udara cukup, suhu
syarat kelancaran suatu program sehingga harus minimal 28 0C, sedangkan untuk ruangan unit ibu/
dialokasikan secara tepat. bayi yang masih memerlukan pengamatan khusus
Sarana Prasarana harus dekat dengan ruang petugas.
Informasi yang diperoleh dari informan Ketersediaan dan kecukupan peralatan yang
utama maupun informan triangulasi sebagian ada di Rumah Sakit Mardi Rahayu sebagian
besar mengatakan bahwa gedung poliklinik ibu besar informan baik informan utama maupun
dan anak ada dua ruang untuk pemeriksaan ibu informan triangulasi menyatakan sudah tersedia
hamil pasien bidan serta ruang praktek dokter dan cukup. Pernyataan ini dapat dilihat pada
spesialis kebidanan dan kandungan, terdapat kotak 8.
ruang pojok ASI, ruang kelas tiga terlalu sempit,
kurang nyaman. Pernyataan ini dapat dilihat Kotak 8. Ketersediaan Peralatan
pada kotak 7. “...Box bayi ada banyak...lengkap, kalau
Persyaratan ruang rawat gabung antara lain meja mungkin kurang ..ya...dikelas tiga
ruangan cukup untuk menempatkan bayi dalam memang belum ada, bak mandi di tiap kamar
box tersendiri dekat dengan tempat tidur ibu, pasien memang tidak ada, karena kalau bayi
dimandikan itu di kamar bayi, tapi kalau
Kotak 7. Kondisi Gedung kamar mandi untuk ibu setiap kamar ada,
“..Gedung poli klinik ibu dan anak ada peralatan ibu dan bayi mbak?...kalau ibu
ruang periksa untuk praktik bidan... tetapi terbatas, kalau bayi banyak...tapi kalau
untuk kelas antenatal belum ada…kalau memang dibutuhkan bisa disediakan...asal
ruang bersalin ....sebenarnya sudah cukup anfrah ke bagian sarana prasarana...saya
luas tapi sering kali pasien kan bludak...nah rasa gitu...”(IU 1)
itu akhirnya menjadi sempit, karena semua “...Peralatan yang ada sudah cukup untuk
kasus kebidanan dan kandungan jadi pelaksanaan rawat gabung ...tapi ya itu lagi-
satu....ruang nifas kelas utama, kelas satu, lagi yang kelas utama, satu dan dua...kalau
kelas 2...sich...luas, nyaman...tapi kelas tiga kelas tiga...belum lengkap...”(IT 2)
...nah itu, harusnya kan diisi 6 pasien tapi
karena sering penuh akhirnya diisi 7 “satu dan dua...kalau kelas tiga...belum
pasien...akhirnya kan penuh banget...jadi ya lengkap......”(IT 2)
sempit, sumuk...membuat tidak nyaman kalau
rawat gabung..” (IU 2) Persyaratan peralatan ruang rawat gabung
antara lain tersedianya pakaian bayi, tempat tidur
“..Gedung poli klinik ibu dan anak ada ibu, diusahakan rendah agar memudahkan ibu
ruang periksa untuk praktik bidan... tetapi naik/turun (bila perlu ada tangga injakan untuk
untuk kelas antenatal belum ada…kalau naik ke tempat tidur), tersedianya perlengkapan
ruang bersalin ....sebenarnya sudah cukup perawatan nifas.
luas tapi sering kali pasien kan bludak...nah Kesulitan atau kendala yang dihadapi tentang

183
sarana prasarana untuk menunjang pelaksanaan
rawat gabung sebagian besar informan baik petunjuk teknis sudah file sendiri dan
informan utama maupun informan triangulasi ditempatkan di almari ….. Ada.... dan
menyatakan bahwa ruang nifas kelas tiga yang disosialisasikan pada saat rapat …” (IT 1)
belum memenuhi syarat, terlalu sempit dan kurang
nyaman untuk ibu maupun bayi. Pernyataan dapat Ketersediaan SOP/Protap, Juknis, Juklak
di lihat pada kotak 10 dibawah ini : merupakan tata cara atau tahapan yang harus
dilalui dalam proses kerja tertentu yang dapat
Kotak 10. Kendala Sarana Prasarana
diterima oleh seorang yang berwenang atau
bertanggung jawab untuk mempertahankan
“...Ya... itu tadi...kalau poli klinik harus ada tingkat penampilan atau kondisi tertentu
ruangan khusus untuk kelas antenatal...iya sehingga rawat gabung dapat dilakukan secara
mbak..tadi itu ya...itu belum ada..kelas tiga efektif dan efisien.36
kalau box bayinya dijadikan satu kurang Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
luas...cara mengatasinya...ya...saat ini belum program rawat gabung memahami dan mematuhi
bisa tapi nanti akan direncanakan SOP/Prosedur tetap, petunjuk pelaksanaan,
pengembangan gedung gitu..”(IU 1) Petunjuk teknis, sebagian besar informan baik
“...Di ruang kelas 3 masih kurang memenuhi informan utama maupun informan triangulasi
standar …tingkat keamanan juga belum bisa menyatakan belum mematuhi 100 %, karena
dijamin...kuatir bayi hilang bu....pengunjung pelaksanaannya masih rawat gabung parsial dan
masih sulit diatur, sedang sekuriti untuk sore belum semua setuju. Pernyataan dapat dilihat
dan malam terbatas......”(IT1) kotak 12 di bawah ini :

Unsur input atau masukan sebagai perangkat Kotak 12. Pemahaman dan Kepatuhan
administrasi diantaranya sebagai unsur yang terhadap SOP, Juklak, dan Juknis
penting sebagai sumber modal tidak bergerak “...Ya mematuhi sih....semua sebenarnya
adalah ketersediaan sarana prasarana.34 sudah dilaksanakan, tetapi untuk
pelaksanaan IMD memang belum semua
Metode pasien melahirkan dilakukan, karena ada
Ketersediaan SOP, Juklak dan Juknis menun- dokter yang merasa terganggu jika bayi
jukkan bahwa seluruh informan baik informan diletakkan diatas perut ibu, terutama saat
utama maupun informan triangulasi mengatakan memasase uterus...” (IU 2)
SOP, juklak, juknis sudah ada. Pernyataan dapat
“...Sebagian yang mematuhi dan
di lihat pada kotak 11 di bawah ini :
melaksanakan SOP ….tapi terus terang belum
bisa semuanya dan belum optimal....” (IT 2)
Kotak 11. Ketersediaan SOP, Juklak, dan
Juknis
Pemahaman dan kepatuhan terhadap SOP,
“…Standar Operasional Prosedur ada Juklak, dan Juknis di Rumah Sakit Mardi Rahayu
diruangan tersedia di almari, semua bidan belum melaksanakan sesuai dengan SOP, Juklak,
ataupun karyawan boleh membaca dan dan Juknis rawat gabung yang telah di susun.
mempelajari …Juklak...sama juga ada Kesulitan dan kendala yang dihadapi ada
disiapkan di ruangan, tapi memang kami berbedaan pernyataan, sebagian informan utama
simpan dialmari tidak dimeja, dan semua menyatakan kendalanya pada ketertiban
boleh membaca, nantinya harus dikemba- pengunjung sedang sebagian besar informan
likan ketempatnya lagi...biar tidak ketlisut...” triangulasi menyatakan belum ada kesepakatan
Juknis.. Kami siapkan juga, tempatnya jadi dan komitmen bersama. Pernyataan dapat di lihat
satu dengan SOP, Juklak... (IU 3) dari kotak 13 di bawah ini :
“...Ada... bu...semua ruangan tersedia, Untuk

184
kelompok, dilanjutkan dengan konseling kepada
Kotak 13. Kendala Metode/SOP ibu, suami, keluarga.15
“...Untuk menertibkan pengunjung yang jadi Pemasaran dimulai saat perempuan
masalah, terutama sore dan malam melakukan ANC di poli KIA sebagian besar
hari...karena masyarakat sini maunya bebas informan baik informan utama maupun informan
bekunjung..jadi kuatir kalau bayinya triangulasi menyatakan upaya promosi sudah
ketularan penyakit..mengatasinya ya itu tadi, dilakukan namun belum terintegrasi dengan baik
bayi dirawat di kamar bayi..’(IU 1) dan belum dilakukan secara optimal, serta
“...Belum ada kesepakatan bersama antara tergantung situasi. Pernyataan dapat di lihat ada
atasan sampai dengan pelaksana tentang kotak 15 di bawah ini :
rawat gabung …ataupun pihak-pihak lain
yang terlibat...”(IT 1) Kotak 15. Pemasaran sejak ANC, Secara
Individu ataupun Kelompok
Penggunaan SOP dalam pelayanan bertujuan “...Saya rasa yang lebih tau di poli klinik ya
agar memperlancar tugas pegawai, tim atau unit mbak...ya...memang perlu adanya integrasi
kerja, sebagai dasar hukum bila terjadi dari tiap bagian ya mbak...tapi pasiennya
penyimpangan, mengetahui dengan jelas banyak pasien dokter obsgyn itu...ada tidak
hambatan-hambatannya dan mudah dilacak, yang memberi promosi..coba nanti di croscek
mengarahkan petugas atau pegawai untuk sama- saja....”(IU 1)
sama disiplin dalam bekerja dan sebagai pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan rutin. 36 “...Kayaknya juga belum........Belum
dilaksanakan ……tapi gak tau persis...di KIA
Pemasaran melakukan atau tidak...tapi rasanya belum
Upaya promosi tentang rawat gabung ah....banyak pasien obsgyn kok........”(IT 2)
sebagian besar informan utama Informan
maupun informan triangulasi menyatakan upaya Para staf rumah sakit yang telah
promosi rawat gabung dilakukan melalui siaran mendapatkan pelatihan manajemen laktasi
studio dan chanel TV rumah sakit, namun belum diharapkan dapat ikut melakukan promosi serta
ada himbauan khusus mengenai rawat gabung. memberi motivasi para ibu untuk melakukan
Pertanyaan ini dapat dilihat pada kotak 14 rawat gabung sehingga ibu dapat menyusui.
dibawah ini : Kesulitan atau kendala yang dihadapi
petugas sebagian besar informan, baik informan
Kotak 14. Upaya Promosi dan Tugas utama dan informan trianggulasi menyatakan
Pelaksana belum ada komitmen dari semua pihak, kurang
mengikuti perkembangan,harus ada integrasi di
‘...Ya melalui siaran studio, petugasnya
setiap bagian yang terkait. Pernyataan dapat
bagian siaran dan konseling mbak...tapi itu
dilihat pada kotak 16.
bukan khusus untuk program rawat gabung
tapi secara umum...oh..oh...itu perlu ada juga
ya mbak...”(IU 1) Kotak 16. Kendala Promosi/Pemasaran

“…Ada siaran studio dan chanel TV rumah “...Jujur kurang mengikuti perkembangan
sakit, namun belum ada himbauan khusus yang ada sehingga kini tau harus ada
mengenai rawat gabung …” (IT 2) integrasi tiap bagian..ya...nanti akan kami
bicarakan ..”(IU 1)
Dalam program rawat gabung ini pemasaran ‘...Kebanyakan pasien dokter...lha dokter
dimulai saat perempuan melakukan ANC di poli kalau praktek kan cepet-cepet...mengatasinya
KIA, sosialisasi tentang rawat gabung ibu dan terus terang belum bisa...”(IT 3)
bayi minimal dua kali saat periksa ANC yaitu
pada trimester I dan trimester II, dimulai secara

185
Promosi mengenai rawat gabung harus setiap pasien dan pengunjung RS bahwa RS
dilakukan secara terus menerus agar ibu tersebut merupakan RS Sayang Bayi.
mengetahui manfaat yang akan diterima setelah Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rawat
melaksanakan rawat gabung. gabung di Rumah Sakit Mardi Rahayu, semua
informan baik informan utama maupun informan
Proses Pelaksanaan Rawat Gabung trianggulasi mengatakan monitoring dan evaluasi
Kebijakan yang disiapkan pimpinan semua tentang rawat gabung di Rumah Sakit Mardi
informan baik informan utama maupun informan Rahayu belum pernah dilakukan. Pernyataan
triangulasi mengatakan bahwa kebijakan sudah dapat dilihat pada kotak 19 dibawah ini :
ada sejak lama, kebijakan yang membuat direktur
utama. pernyataan dapat dilihat pada kotak 17 Kotak 19. Monitoring dan Evaluasi
dibawah ini : “...Ya...secara jujur ini kelemahan kami...
akan diperbaiki lagi...memang kita kurang
Kotak 17. Kebijakan Dari Pimpinan turun kebawah...memang belum pernah di
“...Sudah lama kebijakan itu ada, sejak evaluasi...tapi kalau di monitoring sudah tapi
direkturnya dr Basuki, diperbarui dr Febi, belum optimal...pasti kami akan perbaiki
trus sekarang dr Krisna...nanti akan kita mbak...(IU 2)
tinjau lagi masih relevan atau tidak...”(IU 1) “…Sampai saat ini rasanya belum pernah
“…Sebenarnya kebijakan maupun tata tertib dilakukan …khusus rawat gabung lho bu...”
sudah ada sejak lama...tapi ya itu belum (IT 1)
berjalan dengan baik...kita terlalu
repot...pasien banyak terus...…” (IT 2) Dengan melakukan monitoring dan evaluasi
dapat diketahui apakah rawat gabung berhasil
Kebijakan rawat gabung yang telah disusun atau tidak, yang dilakukan berdasarkan indikator-
hendaknya benar-benar dilaksanakan oleh semua indikator ibu dan bayi dirawat bersama dalam
karyawan rumah sakit secara konsisten, bukan 24 jam, bayi diberi ASI eksklusif.
hanya menjadi pajangan di kamar bayi atau ibu Kesulitan/kendala yang dihadapi dalam
saja. Selain itu pelaksanaan kebijakan tersebut proses pelaksanaan rawat gabung sebagian besar
dapat berkesinambungan walau berganti pimpinan. informan baik informan utama maupun informan
Sosialisasi kebijakan dari direktur tentang trianggulasi ada persamaan informasi yaitu
rawat gabung, baik informan utama maupun Belum adanya komitmen bersama serta
informan triangulasi menyatakan dilakukan dari keterlibatan semua pihak dalam mencapai
direksi turun ke pelaksana/bawah secara periodik program tersebut, kurangnya informasi dari
dan berulang, namun khusus rawat gabung belum pemerintah dan hanya terfokus dalam satu
dilakukan. Pernyataan dapat di lihat pada kotak program. Pernyataan dapat di lihat pada kotak
18 di bawah ini : 20 di bawah ini :

Kotak 18. Sosialisasi Kebijakan Kotak 20. Kendala Dalam Proses


“...Kebijakan itu diturunkan ke direksi , lalu Pelaksanaan Rawat Gabung
ke manajer terkait, manajer ke karu “...Kurang informasi dari kebijakan
selanjutnya ke pelaksana ...gitu..”(IU 1) pemerintah...kita terlena dengan program
“...Di sosialisasikan di rapat-rapat dan lain, tapi ternyata program rumah sakit
pertemuan-pertemuan ...tapi khusus rawat sayang ibu dan anak kita abaikan...ya nanti
gabung belum...(IT 1) akan kami perbaiki, kalau itu memang baik
manfaatnya..”(IU 1)
Kebijakan menyusui di sebuah rumah sakit
sebaiknya juga diketahui secara terbuka oleh

186
“...Sulit untuk mengajukan program-program nangis, taunya kalau nangis itu lapar jadi
yang mendukung tentang rawat gabung …. minta diberi susu formula, kalau dijelasn
Belum ada komitmen bersama untuk kurang percaya, marah-marah pada
mendukung program tersebut...”(IT 1) bidannya, tapi ada juga karena alasan
khusus...dari dokter anak..” (IU 1)
“…Masih bu … tapi sebenarnya tidak semua
Output Pelaksanaan Rawat Gabung dokter anak memberi.....karena ibu-ibu yang
Ibu dan bayi mendapatkan rawat gabung habis melahirkan belum bisa mengeluarkan
semua informan baik informan utama maupun ASInya …nah...biasanya keluarga pasien
informan triangulasi mengatakan ibu dan bayi ribut minta susu formula...…” (IT1)
mendapatkan rawat gabung tetapi tidak secara
total, hanya secara parsial. karena takut Semua tenaga kesehatan yang membantu
kehilangan bayi. Pernyataan dapat dilihat pada kelahiran sebaiknya mengerti kondisi apa yang
kotak 21 dibawah ini : dibutuhkan dalam sebuah proses kelahiran yang
akan diikuti oleh kegiatan inisiasi menyusu dini
Kotak 21. Ibu Dan Bayi Mendapat Perawatan atau skin to skin contact.28
Gabung Kesulitan atau kendala yang dihadapi dalam
“…Hanya parsial saja di rumah sakit ini, rawat gabung belum bisa dilakukan secara total,
karena masih ada rasa tidak aman kalau dari hasil wawancara ada perbedaan pernyatan
bayinya hilang, dan belum semua menyadari antara informan triangulasi, menurut informan
pentingnya rawat gabung...” (IU 1) utama karena pemahaman ibu masih kurang
“...Belum secara total hanya 1-2 jam perhari tentang manfaat ASI Eksklusif, masih ada yang
bu, tapi jika ibu ingin menyusui boleh kok di kurang setuju dengan rawat gabung. Pernyataan
pojok ASI,,, karena ruangan yang tidak dapat dilihat pada kotak 23 dibawah ini :
memenuhi standar ...selain itu takut kasus
kehilangan bayi bu...” (IT 1) Kotak 23. Kendala Dalam Rawat Gabung
“...Ya......memang tadi ...rasanya belum siap
Perlu ditekankan pada tenaga kesehatan yang melaksanakan secara total baik dari petugas,
membantu ibu melahirkan, pentingnya edukasi pasien, dokternya juga ada yang kurang
sebelum kelahiran pada ibu hamil agar proses setuju, maupun sarana prasarana yang
rawat gabung (rooming in) dapat terselenggara mendukung belum memadai...(IU 3)
dengan baik. Ibu mengerti mengapa berada di “...Pasien kurang mengerti tentang manfaat
satu ruangan dengan bayi merupakan hal yang rawat gabung, pikirnya ibu capek melahirkan
penting dan sangat diperlukan untuk sebuah kok suruh rawat bayi sendiri, selain itu ASI
proses menyusui. belum keluar kok disuruh menyusui …berati
Masih tersedia susu formula di rumah sakit, kan sama saja ngempong....ya...memang
semua informan baik informan utama maupun harus diberitahu sejak mereka periksa
informan triangulasi mengatakan susu formula hamil...tapi ya itu...kebanyakan pasien disini
masih ada, karena ibu meminta dengan alasan pasien rujukan, bukan pasien yang rutin
bayinya sering menangis. Pernyataan dapat periksa di KIA....cara terbaik mengatasi
dilihat pada kotak 22 di bawah ini : belum tahu bu....mungkin harus komitmen
bersama ya....” (IT 2)
Kotak 22. Masih Ada Susu Formula di Ruang
Rawat Gabung Banyak tidak diterapkanya rooming in
“...Terus terang masih ada...karena keluarga berdasarkan pemikiran masyarakat di Indonesia
bayi selalu minta dan ribut kalau bayinya akan rumah sakit yang terlalu banyak kunjungan,
mengakibatkan menjadi kotor. Tamu yang datang

187
banyak, takutnya ada kuman dan menganggu waktu ibu dan bayi di rawat bersama dalam satu
bayinya. jadi biasanya para suami menyarankan ruangan
jangan rooming in.
Output
KESIMPULAN Di Rumah Sakit Mardi Rahayu melakukan
Aspek input dalam pelaksanaan rawat rawat gabung parsial di mana bayi dirawat
gabung Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. bersama ibu ± 2 jam dalam sehari, Susu formula
Sumber daya manusia di RS Mardi Rahayu ersedia dan diberikan pada bayi yang mendapat
yang tersedia untuk mendukung program rawat resep dari dokter anak atau orang tua bayi yang
gabung terdapat tiga dokter spesialis kebidanan minta agar bayinya diberi susu formula.
dan kandungan, lima dokter spesialis anak, empat Sedangkan untuk yang tidak diberi susu formula
bidan di poliklinik, dan 37 bidan di ruang bersalin diberi minum glucose 5 %, pemberian minum
serta nifas, belum semua mendukung pelaksanaan melalui dot/botol susu.
program rawat gabung, sebagian besar persepsi
bidan jika dilakukan rawat gabung total maka DAFTAR PUSTAKA
beban kerja akan semakin bertambah, peran 1. Edmond K, Zandoh C, Quigley M. Delayed
bagian keamanan sangat besar dan harus Breastfeeding Initiation Increases Risk of
menjamin tidak ada kasus bayi di culik/hilang. Neonatal Mortalty. Pediatrics. 2006; 117:
ketrampilan petugas dalam memberikan 380–386.
pelayanan rawat gabung sudah cukup baik, 2. Kepmenkes RI No 450/MENKES/SK/IV/
kualifikasi pendidikan sesuai standar yaitu 2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI)
minimal lulusan Diploma III, belum diprogramkan secara eksklusif
pelatihan manajemen laktasi, konselor ASI, belum 3. Departemen Kesehatan RI. Rumah Sakit
ada kelompok pendukung ASI. Sayang Ibu Dan Bayi. Jakarta, 2001
Pendanaan program rawat gabung tidak ada 4. Departemen Kesehatan RI. Program Safe
anggaran khusus dan bukan sebagai prioritas Motherhood Di Indonesia. Jakarta, 2002.
program. Sarana prasarana untuk menunjang 5. William, N. Pengantar Analisis Kebijakan
rawat gabung sebagian besar cukup tersedia dan Publik. Gajah Mada university Press,
dalam kondisi baik, ruang nifas kelas tiga terlalu Cetakan Klima, Yogyakarta, 2003
sempit dan tidak nyaman, di poliklinik belum 6. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi
ada kelas antenatal care, Ketiga, PT Bina Rupa Aksar, Jakarta, 1996
Standard operating prosedur, petunjuk 7. Buku Jilid Dua Administrasi Kesehatan
pelaksanaan, petunjuk teknis rawat gabung sudah Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
tersusun, namun kepatuhan pelaksanaan belum Universitas Airlangga, Surabaya, 2003
optimal. monitoring dan evaluasi belum pernah 8. Perencanaan Kesehatan untuk Mening-
dilakukan, belum ada pemahaman, kesepakatan katkan Efektifitas Manajemen. Gajah Mada
dan komitmen bersama dari berbagai pihak university Press, Yogyakarta, 1994
dalam pelaksanaan program rawat gabung. 9. Husein. Evaluasi Kinerja Perusahaan.
Pemasaran belum ada petugas yang melakukan. Penerbit PT Gramedika Pustaka Utama,
Jakarta, 2005.
Proses 10. James, E. Panduan Evaluasi Kinerja
Dalam pelaksanaan rawat gabung kebijakan Karyawan. Prestasi Pustaka Publisher,
sudah ada, belum dilakukan sosialisasi, SDM Jakarta, 2004.
yang melaksanakan rawat gabung sudah cukup 11. Marasco, L. Maria, Santa. Agar ASI Lancar
baik dan trampil, belum pernah dilakukan di awal Menyusui. [online] 2007
monitoring dan evaluasi, kendala dalam proses [15Desember 2008]:Available from:URL:
pelaksanaan rawat gabung di Rumah Sakit Mardi h t t p : / / w w w. l a l e c h e l e a g u e . o r g / N B /
Rahayu belum adanya komitmen bersama mulai NBJulAug05p142.html.
dari pimpinan sampai petugas tentang penetapan

188
12. Marjono, A.B. Kamar Bersalin dan Rawat 25. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Gabung. [online] 2007 [15 Desember 2008]: Kebidanan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Available from: URL:http://www.blog at 26. Mappiwali, Asrul. Rooming In. (online) 2011
WordPress.com. (1 Oktober 2011) : Available from : URL :
13. Anonim. Rooming in di Rumah Bersalin. http://www.scribd.com/doc/12963634/
[online] 2008 [15 Desember 2008]:Available Rawat-Gabung-Rooming-in.
from: URL:http://www.info-sehat.com. 27. Selasi. Rawat Gabung. (online) 2011 (1
14. Bustami, MS. Penjaminan mutu Pelayanan Oktober 2011) : Available from : URL : http:/
Kesehatan dan Akseptabilitasnya. PT Gelora /www.selasi.net/rumah-sakit-sayang-ibu-
Aksara Pratama. Padang. 2011; 47 – 54. dan-bayi/rawat-gabung.
15. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Rawat 28. Sukses Sekamar dengan Bayi (Rooming In).
Gabung Ibu dan Bayi.. Jakarta. 2007. (online) 2011 (1 Oktober 2011) : Available
16. Wijono, D. Evaluasi Program Kesehatan from : URL : http://www.ayahbunda.co.id/
dan Rumah Sakit. CV Duta Prima Airlangga. A r t i k e l / P s i k o l o g i / s u k s e s . s e k a m a r.
Surabaya. 2007. dengan.bayi.rooming.in/001/007/394/460/-/
17. Wijono, D. Manajemen Kesehatan Ibu dan 4.
Anak. CV Duta Prima Airlangga. Surabaya. 29. Soetjiningsih, Suraatmaja S. The advantages
2008 of rooming-in. Pediatr Indones. 1986;
18. Sulaeman, ES. Manajemen Kesehatan Teori 26:229-35.
dan Praktek Puskesmas. UNS Surakarta. 30. Siagian, S.P. Fungsi-fungsi Manajemen,
2009 Bumi Aksara, Jakarta,2002
19. Kartika Sari, R. Evaluasi pelaksanaan 31. Usman, Husaini. Manajemen – Teori, praktik
Kegiatan Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara,
Khususnya Tumbuh Kembang Anak sebagai Yogyakarta, 2006
Bagian Program Rumah Sakit Sayang Ibu 32. Azwar , A. Pengantar Administrasi
dan Bayi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Kesehatan, Binarupa Aksana : Jakarta, 1996
Semarang, Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan 33. Jackson, H. John & Robert L. Mathis.
Masyarakat Undip. Jenis Penelitian Manajemen Sumber daya manusia, Salemba
deskreptif dengan Metode Kualitatif. (Tesis). Empat, Jakarta, 2006.
2008. 34. Satrianegara, Fais M & Siti Saleha. Buku
20. Permenkes 262/Menkes/Per/VII/1979. Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan
Tentang Standarisasi Ketenagaan di Rumah Kesehatan serta Kebidanan, Salemba
Sakit. Jakarta. 1979. Medika, Jakarta, 2009.
21. Patton, MQ. Metode Evaluasi Kualitatif. 35. http://www. Litbang. Depkes. Go. Id/-
Pustaka Pelajar. Yogjakarta. 2009. djunaed i/documentation/350407 pdf/
22. Saryono, Anggraeni, MD. Metodologi sundari.pdf;vol.2011
Penelitian Kualitatif Dalam Bidang 36. http://www.scribd.com/doc/46969856/
Kesehatan. Nuha Medika. Yogjakarta. 2010. Pengertian SOP,2011;vol 2011
23. Creswell, JW. Research Design Pendekatan 37. Dunn. W, Analisis Kebijakan, Jakarta, 1999
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka
pelajar. Yogjakarta. 2010.
24. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang
Ibu dan Bayi. Jakarta. 2008

189

Anda mungkin juga menyukai