Demi Sukses
Pengembangan Aspal Karet
Lisminto
-------------------------------------
Pusat Study Perkerasan Jalan Indonesia
Pustaka Utama
1. Nopparat V, et all , 0Ruuber Industry Group of Thailand) :
Modification of Asphalt Cement by Natural Rubber for
Pavement Construction , Rubber Thai Journal 2012
2. Nor Fazira et all : An Over View on Natural Rubber
Application for Asphalt Modification, International Journal
of Agriculture and Plantation, Vol 2, Febrary 2016 (
Malaysia.
3. Ruggles, Colin, the use of natural ruber latex in modified
asphalt road binder in the UK, AMAP 2OO5 Anual meeting,
LAS VEGAS.
4. APDJI = Asosiasi PRESERVASI dan Daur Ulang Jalan
Indonesia
Bag. 1
Overview
Gairah Pengembangan Aspal Karet
Sejak satu tahun terakhir tercatat gelombang isu di
atas. Banyak pihak terlibat, sebut saja : petani karet,
Asosiasi Produsen, PRESIDEN, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perindustrian ,
Kementerian PUPR dan organ-organ terkait.
Sbg konsumen akhir PUPR telah menyediakan PASAR
besar, dalam bentuk LONG SEGMENT CONTRACS –yg
secara teoritis mampu menyerap karet 60 RIBU
TON/TAHUN
Kenyataan di lapangan belum seuai harapan, masih
banyak BOLONG-BOLONG nya
Koreksi & SINKRONISASI ???
Blunder Aspal Karet
Payung Hukum > Tdk perlu, krn lebih kompetitip keberpihakan thd karet alam
dibanding SBR latex d/p SBS yg impor
Slury Seal Paver – for Cold Mix Application
Slury Seal I di Indonesia
di. P. Belitung – Mei – Juni 2016
( Additif : Cationic SBR)
Bag. 3
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Aspal karet berpotensi– sbg salh satu opsi untuk
meringankan kondisi DARURAT KARET
Cationic RNL ( Batural Rubber Latex) –cold Mix berpotensi
lebih besar (7% dan juga berpotensi untuk ekspor.
High Concentrated Non Ammonia NR untuk hot mix - punya
pesaing yg lebih mapan – SBS. Perlu effort lebih besar.
Ke dua tipe produk sebenarnya produk BIASA saja – tapi
belum eksis di Indo. Perlu kerja smart untuk sgr
mewujudkannya.
Ketidak siapan yg sama juga masih terjadi di pasar – perlu
break though dalam aih teknologi
Rekomendasi
BKK PII – bersama dengan APDJI menyediakan diri sbg
jembatan untuk SINKRONISASI KEHADIRAN PARA PIHAK.
Hal=hal yg kita bicarakan tergolong BUDAYA BARU. Perlu
biaya yg cukup besar untuk transfer teknologi dan sosialisasi.
Untuk sekali Uji Gelar lapangan dengan panjang +/- 200
meter, diperlukan biaya Rp. 100 – 500 juta (tergantung jenis
& tebalnya
Di PUPUR tdk ada post biaya khusus untuk BELAJAR tsb.
Biasanya biaya begini dibebankan pada INISIATOR, which is
dirasa sangat berat --- LAMBAN.
Perlu terobosan pemikiran untuk bisa mewujudkan kehendak
bersama di atas.
Terima kasih
lisminto@gmail.com