Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah

mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai pengangguran,

inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan

pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks

perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau

pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran

yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu

indikator kemajuan pembangunan.

Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah

perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin

bagi pertumbuhan . Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka

salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi

pertumbuhan. Tambunan menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan

kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan

ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.1

Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan

modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan teori

yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi langsung,

diawali dengan adanya perdagangan internasional. Ketika terjadi perdagangan internasional

yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat

produksi. Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai dengan peningkatan

1
Rusdin 2002 Internasional: Teori Masalah dan Kebijakan Internasional Business By Rusdin 5. Hal 73

1
impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan memunculkan kemungkinan untuk

memproduksi barang tersebut di negara importir.2Kemungkinan itu didasarkan dengan

melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya

transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi di negara importir.

Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya

produksi di negara importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara

importir.

B. Pokok Masalah

1. Bagaimana Data dan fakta kesiapan Indonesia menghadapi MEA?

2. Bagaimana Tantangan MEA untuk Indonesia?

3. Bagaimana Upaya Pemerintah dalam menghadapi MEA?

2
Ibid. Hal. 74

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perdagangan Internasional

Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi

antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

suka rela dan saling menguntungkan.

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang

dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan

pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di

banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk

meningkatkan GDP.

Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur

Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru

dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong

Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam

negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara

lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat

perdagangan.

Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata

uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.

B. Ruang Lingkup Perdagangan Internasional

perdagangan internasional melalui perpindahan barang, jasa dasi suatu negara

kenegara yang lainnya yang biasa disebut transfer of goods and services.

3
Perdagangan internasional melalui perpindahan modal melalui investasi asing dari

luar negeri kedalam negeri atau yang disebut dengan transfer of capital perdagangan

internasional melalui perpindahan tenaga kerja yang berpengaruh terhadap perndapatan

negara melalui devisa dan juga perlunya pengawasan mekanisme perpindahan tenaga kerja

.Perdagangan internasional yang dilakukan melalui perpindahan teknologi yaitu dengan cara

mendirikan pabrik-pabrik dinegara lain atau yang biasa kita sebut transfer of technology.

Perdagangan internasional yang dilakukan dengan penyampaian informasi tentang kepastian

adanya bahan baku dan pangsa pasar atau yang disebut dengan transfer of data ekonomi

internasional menyangkut dengan negara seperti:3

1. Mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang relatif lebih sukar

(imobilitas faktor produksi).

2. sistem keuangan, perbankan, bahasa, kebudayaan serta politik yang berbeda faktor-

faktor poduksi yang dimiliki (faktor endowment) berbeda sehingga dapat

menimbulkan perbedaan harga barang yang dihasilkan.

Oleh karena itu pada dasarnya ekonomi internasional membahas tentang

ketergantungan ekonomi antar negara yang pada dasarnya dipengaruhi dan mempengaruhi

hubungan politik, sosial, budaya dan militer antar negara. Ekonomi internasional berkaitan

dengan perdagangan antar negara akan membahas tentang pola perdagngan internasional,

teori perdagangan internasional, Foreign Direct Investment, Neraca Perdagangan, kerjasama

tarif, blok perdagangan, kebijakan ekonomi internasional, sistem moneter internasional dan

multinational corporation (MNC)4

C. Faktor-faktor yang mendorong perdagangan internasional

3
Kotabe, Masaaki, 1992. Global Sourcing Strategy: R & D,Manufactirung, and Marketing Interfaces. New
York: Quorum Books
4
Keegan, Warreen J, and Mark S. Green, 2000. Global MarketingManagement.. 6th Ed. New Jersey. Prentice
Hall Intenational. Hal 102

4
Kegiatan impor maupun ekspor semakin hari semakin digalakan oleh masing-masing

negara di dunia, hal ini menunjukan bahwa perdagangan internasional semakin penting bagi

setiap negara. Ada beberapa faktor yang mendorong perdagangan internasional antara lain :

1. Keinginan suatu bangsa untuk mengadakan perdagangan dengan bangsa lain, hal

ini dapat kelihatan melalui kegiatan ekonomi setiap negara dalam mempersiapkan

diri untuk menerima wisatawan manca negara.

2. Keinginan memperoleh keuntungan (devisa) untuk meningkatkan penerimaan

negara, yang nampak melalui kegiatan promosi, di indonesia sendiri kegiatan ini di

lakukan oleh BPEN bersama pihak swasta.

3. Adanya kelebihan produksi suatu barang di dalam negeri mendorong bangsa untuk

menjual kelebihan produk ke luar negeri.

4. Pemenuhan kebutuhan nasional, karena tidak semua barang kebutuhan suatu

negara dapat di penuhi dengan produk didalam negeri.Untuk memnuhi kebutuhan

dapat diatasi dengan mengimpor dari negeri lain.

5. Keanekaragaman Kondisi Produksi Keanekaragaman kondisi produksi merujuk

kepada potensi faktor-faktor produksi yang dimiliki suatu negara. Contohnya

Indonesia, memiliki potensi besar dalam memproduksi barang-barang hasil

pertanian. Dengan kata lain, melalui perdagangan, suatu negara dapat memperoleh

barang yang tidak dapat dihasilkannya di dalam negeri.

6. Perbedaan Selera Sekalipun kondisi produksi di semua negara adalah sama, namun

setiap negara mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka berbeda.

Contohnya, Norwegia mengekspor daging dan Swedia mengekspor ikan. Kedua

negara akan memperoleh keunggulan dari perdagangan ini dan jumlah orang yang

berbahagia meningkat.

5
7. Perbedaan ongkos produksi, untuk memproduksi barang tertentu antar satu negara

dengan negara-negara lain.5

A. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek

ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang

ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari

warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan

negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan.

Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang

didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus

mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari pertukaran tersebut, dari sudut

kepentingan masing-masing dan kemudian menetukan apakah ia mau melakukan pertukaran

atau tidak (Boediono, 2000). Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan tentang

timbulnya perdagangan internasional.

a. Teori Klasik

1. Merkantilis

Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara

untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit

mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran

emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas

dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.

Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong

ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).

Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor,

5
Jepma and Andre Rhoen, 1996. International Trade: A BusinessPerspective. New York: Addison-Wesley
Longman Publishing.

6
juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah Negara

hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain.

Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini sebetulnya cukup

rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk memperoleh

sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak emas dan

kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih

baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan

bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih

banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi

dan semakin besar aktivitas bisnis.

Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor, pemerintah akan

dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional.

2. Adam Smith

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil

tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan

doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus

ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja

yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut.

Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa

menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain,

yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun

keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk

menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih

sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

7
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan

moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan

internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil

seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan

untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi

nilai barang tersebut (Labor Theory of value).

Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai

tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan

bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan satu-satunya faktor produksi.

Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan

mobilitas tenaga kerja tidak bebas, dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya

hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang

homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit

gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga kerja. Di

Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak

10 unit dan 2 unit.

b. Teori Modern

1. John Stuart Mill dan David Ricardo

Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian

mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor

barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan

lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang

besar). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga

kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.

8
Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa

nilai tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran di mana kedua hal ini tidak dapat

diterangkan oleh teori absolute advantage. David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran

klasik menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau barang tersebut memiliki nilai

kegunaan. Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat

digunakan. Seseorang akan membuat sesuatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna

yang dibutuhkan oleh orang. Selanjutnya David Ricardo juga membuat perbedaan antara

barang yang dapat dibuat dan atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak

ada barang yang sifatnya terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis

ternama, barang kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan

sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya sangat

subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli. Sedangkan

untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai

penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan. David Ricardo

mengemukakan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dari ajaran nilai kerja:

ü Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidakterdidik,

kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini tidak

memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi jumlah jam

kerja yang biasa dan semestinya diperlukan untuk memproduksi barang. Dari situ maka

Carey kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan .teori biaya reproduksi

ü Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih banyak lagi jasa

produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan. Selanjutnya David

Ricardo menyatakan bahwa perbandingan antara kerja dan modal yang dipergunakan dalam

produksi boleh dikatakan tetap besarnya dan hanya sedikit sekali perubahan.

9
Atas dasar nilai kerja, dibedakan di samping .harga alami. (natural price) ada pula

.harga pasaran. (market price). Menurut aliran klasik (Adam Smith) .harga alami. akan terjadi

bilamana masing-masing warga masyarakat memperoleh kebebasan pilihannya untuk

membuat sesuatu produk tertentu yang menurutnya lebih menguntungkan dan

menukarkannya bilamana dinilai baik olehnya. Hal ini sejalan dengan pandangan kaum

physiokrat. Istilah .harga alami. (natural price) yang dikemukakan Smith adalah sama dengan

istilah Cantillon .valeur intrinsique. (nilai intrinsik), Turgot .valeur fondamental. (harga

pokok), Say .prix reel. (harga real), Ricardo primery/natural/necessary price. (harga pokok)

dan Cairnes .normal price. (harga normal). .Harga pasaran. dapat berbeda dengan .harga

alami. di mana akan menyesuaikan dengan keadaan penawaran dan permintaan atas barang

yang bersangkutan. Demikian pula atas dasar pertimbangan tertentu, adanya peraturan

pemerintah yang dapat menghalangi penyesuaian harga alami dengan harga pasaran. Tetapi

bagaimanapun, harga alami akan menjadi acuan (pedoman) atas penetapan harga

pasaran.Teori perdagangan internasional diketengahkan oleh David Ricardo yang mulai

dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya berlaku antara dua negara

yang diantara mereka tidak ada tembok pabean, serta kedua Negara tersebut hanya beredar

uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum pemasaran bersama-sama dengan teori kuantitas

uang untuk mengembangkan teori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara

memiliki keunggulan absolut, akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap akan

menguntungkan bagi kedua negara yang melakukan perdagangan. Teori perdagangan telah

mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih cepat. Kalau dahulu negara yang memiliki

keunggulan absolut enggan untuk melakukan perdagangan, berkat .law of comparative costs.

dari Ricardo, Inggris mulai kembali membuka perdagangannya dengan negara lain.

Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya perjanjian perdagangan bebas antara

beberapa negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic

10
comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat diciptakan.

Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu

negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya

perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam

akan kalah dalam persaingan internasional.

a. Cost Comparative Advantage (Labor efficiency)

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara akan

memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi

dan mengekspor barang di mana Negara tersebut dapat berproduksi relative lebih efisien serta

mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relative kurang/tidak efisien.

Berdasarkan contoh hipotesis di bawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative

advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.

a. Production Comperative Advantage (Labor productifity)

Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat

berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut

berproduksi relatif kurang/tidak produktif. Walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut

dibandingkan Cina untuk kedua produk, sebetulnya perdagangan internasional akan tetap

dapat terjadi dan menguntungkan keduanya melalui spesialisasi di masing-masing negara

yang memiliki labor productivity. Kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak

dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara dua negara.

Sedangkan kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat

terjadi walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan masing-

masing dari Negara tersebut memiliki perbedaan dalam Cost Comparative Advantage atau

Production Comparative Advantage.

11
2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,

negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor

produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan

melakukan perdagangan dengan negara lain

negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan

keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:

a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.

b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah

labor intensity atau capital intensity.

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama

adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Dan

kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut

teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu

titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan

biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis H-O dikatakan

berikut:

a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

b. proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

c. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara

akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.

d. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang

relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.

12
e. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena

negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk

memproduksinya.

f. Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang

dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan

sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli

Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan

internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum

masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan

teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage

menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam

productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antarnegara

(Salvatore, 2006). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab

perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan

mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan

penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang

dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan

terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini

dikenal sebagai .The Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki

faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan

spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing

negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang

relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

13
BAB III

PEMBAHASAN

Dalam Forum Pemimpin ASEAN disepakati untuk membentuk sebuah pasar tunggal

di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Kebijakan ini telah lama dirumuskan

sebagai sebuah program bersama di kawasan ASEAN. Diawali pada KTT ASEAN ke-2

tanggal 15 Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan disepakatinya Visi ASEAN

2020. Para kepala Negara ASeAN menegaskan bahwa ASEAN akan :

1. menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan memiliki daya

saing yang tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa dan investasi

yang bebas, pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan

kesenjangan sosuial ekonomi.

2. mempercepat liberalisasi perdagangan di bidang jasa, dan

3. meningkatkan pergerakan tenaga professional dan jasa lainnya secara bebas di

kawasa ASEAN. Selanjutnya pada beberapa KTT berikutnya (KTT ke 6 dan 7)

para pemimpin ASEAN menyepakati berbagai langkah untuk mewujudkan visi

tersebut.

Pada KTT ASEAN yang ke 9 di Bali, Indonesia pada tahun 2003, para Pemimpin

ASEAN menyepakati pembentukan ASEAN Community dalam bidang keamanan politik,

ekonomi dan social budaya yang dikenal dengan Bali Concord II. Untuk pembentukan Asean

Economic Community pada tahun 2015, ASEAN menyepakati perwujudan diarahkan pada

integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada MEA 2015.

Masyarakat Ekonomi ASEAN dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta

bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di

wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan

kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi

14
Asean ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke

negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat6

Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015, yaitu:

1. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah

wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis

produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar,

dan tenaga kerja terlatih menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di

kawasan Asia Tenggara.

2. Kedua, Msyarakat Ekonomi ASEAN akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi

dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi

competition policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-

Commerce.

3. Ketiga, Msyarakat Ekonomi ASEAN akan dijadikan sebagai kawasan yang

memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil

Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan

memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber

daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.

4. Keempat, Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diintegrasikan secara penuh

terhadap perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk

meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan

partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui

pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang

berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan

6
Donald A. Ball. 2000. Bisnis Internasional. Salemba Empat : Jakarta.

15
produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala

regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.7

A. Data dan fakta kesiapan Indonesia menghadapi MEA

Untuk menghadapi tantangan masyarakat ekonomi ASEAN, Indonesia masih perlu

berbenah secara serius. Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2013

menyebutkan bahwa postur tenaga kerja Indonesia adalah pekerja lulusan Sekolah Dasar

(SD) ke bawah berjumlah sebesar 52 juta orang (46,93%) atau hampir setengah dari total

pekerja sebesar 110,8 juta orang. Kemudian pekerja lulusan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) sebesar 20,5 juta orang (18,5%), pekerja lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)

sebesar 17,84 juta orang (16,1%). Jumlah paling rendah ditemui pada pekerja lulusan

universitas dengan jumlah 7,57 juta orang (6,83%) dan lulusan diploma sejumlah 2,92 juta

orang (2,63%).

Sebagai perbandingan, menurut data Department of Statistics Malaysia (DOSM) pada

tahun 2012, jumlah tenaga kerja Malaysia adalah 13,12 juta orang dengan postur sebesar 7,32

juta orang (55,79%) adalah lulusan sekolah menengah dan sejumlah 3,19 juta orang (24,37%)

adalah lulusan universitas dan diploma. Negara ASEAN lainnya seperti Singapura, menurut

data World Bank pada tahun 2012 memiliki jumlah tenaga kerja sebesar 3,22 juta orang

dengan pekerja lulusan sekolah menengah sebesar 49,9% dan lulusan universitas dan diploma

sebesar 29,4%. Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa hampir dari separuh tenaga kerja

Indonesia (46,93%) adalah low skilled labour lulusan SD yang secara kontras dibandingkan

dengan Singapura dan Malaysia yang sekitar 80% tenaga kerjanya adalah lulusan sekolah

menengah dan perguruan tinggi. Hal ini menyiratkan ketidaksiapan Indonesia dalam pasar

bebas tenaga kerja di ASEAN jika AEC (Asean Economy Community) diberlakukan per 31

Desember 2015 nanti

7
Rusdin, 2002. Bisnis Internasional: dalam Pendekatan Praktik. Bandung: Alfabeta. Hal 122

16
Selama periode 2005-2010, total impor dari China meningkat sebesar 226,32 persen.

Komposisinya mencapai 20,32 persen dari total impor Indonesia. Data tersebut menunjukkan

sepanjang 2006-2008 tercatat 1.650 industri bangkrut karena tidak sanggup bersaing dengan

membanjirnya produk China di pasar dalam negeri. Akibatnya, sebanyak 140.584 tenaga

kerja terpaksa kehilangan pekerjaan karena perusahaan gulung tikar.8

Bidang Pertanian yang telah terlebih dahulu mengalami liberalisasi juga menunjukkan

hasil serupa. Bahkan di negara agraris ini, usaha bidang pertanian justru tidak memberikan

harapan menjanjikan. Akibatnya banyak petani yang tidak mau lagi bertani. Dalam 10 tahun

terakhr jumlah petani terus menyusut. Menurut data BPS, jumlah petani pada 2003 lalu masih

mencapai 31,17 juta orang. Namun hingga pertengahan tahun 2013 ini, jumlahnya sudah

menurun menjadi 26,13 juta orang. Ini berarti dalam sepuluh tahun terakhir ada penurunan

jumlah petani sebesar 5,04 juta orang atau ada penurunan 1,75 persen per tahun.

Penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian mengalami

penurunan dari 40,61 juta orang di tahun 2004 menjadi 39,96 juta orang pada 2013.

Sementara itu, persentasenya menurun dari 43,33 persen di 2004 menjadi 35,05 persen di

2013.

B. Tantangan MEA untuk Indonesia

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan karena hambatan

perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan

berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.

Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas

komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu,

tekstil, dan barang elektronik. Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya

barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam

8
http://kampusislami.com/masyarakat-ekonomi-asean-dan-permasalahannya-untuk-indonesia/

17
industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas.

Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia

sendiri.

Tantangan yang dihadapi Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya

bersifat internal di dalam negeri tetapi dengan sesama Negara ASEAN dan luar ASEAN

seperti China dan India. Berdasarkan kinerja ekspor 2004-2008, Indonesia berada diurutan

keempat setelah Singapura, Malaysia dan Thailand dan importer tertinggi setelah Singapura

dan Malaysia.

Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi datang dari China. Pada tahun 2008,

Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 3600 juta. Apabila kondisi daya saing Indonesia tak

segera diperbaiki, nilai defisit perdagangan dengan China akan semakin maningkat.9

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya

Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui

perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia

(human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi

tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi

yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar.

Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak

ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat

untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari

kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian

yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari

pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga

9
http://widday.blogspot.com/2014/06/makalah-kebijakan-perdagangan.html

18
menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik

sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko

ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia

masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan

Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada

peringkat keempat di ASEAN.

C. Upaya Pemerintah dalam menghadapi MEA

Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia berdasarkan rencana

strategis pemerintah untuk menghadapi MEA / AEC, antara lain :

1. Penguatan Daya Saing Ekonomi.Pada 27 Mei 2011, Pemerintah meluncurkan

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI

merupakan perwujudan transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis pada

pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan.

2. Program ACI (Aku Cinta Indonesia).ACI (Aku Cinta Indonesia) merupakan salah

satu gerakan ‘Nation Branding’ bagian dari pengembangan ekonomi kreatif yang termasuk

dalam Inpres No.6 Tahun 2009 yang berisikan Program Ekonomi Kreatif bagi 27 Kementrian

Negara dan Pemda. Gerakan ini sendiri masih berjalan sampai sekarang dalam bentuk

kampanye nasional yang terus berjalan dalam berbagai produk dalam negeri seperti busana,

aksesoris, entertainment, pariwisata dan lain sebagainya. (dalam Kemendag RI : 2009:17).

3. Penguatan Sektor UMKM.Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan UMKM di

Indonesia, pihak Kadin mengadakan mengadakan beberapa program, antara lainnya adalah

‘Pameran Koperasi dan UKM Festival’ pada 5 Juni 2013 lalu yang diikuti oleh 463 KUKM.

Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk UKM yang ada di Indonesia dan

19
juga sebagai stimulan bagi masyarakat untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan usaha

kecil serta menengah.10

Selain itu, persiapan Indonesia dari sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(KUKM) untuk menghadapi MEA 2015 adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan

MEA 2015, yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi

kepada masyarakat dan KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015.

Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan

UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain

peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan

manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim

usaha yang kondusif.

Namun, salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk

bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM

yang secara umum masih rendah. Oleh karena itu, pihak Kementrian Koperasi dan UKM

melakukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas

dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-

produk yang berdaya saing tinggi.

Pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan

pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari

sektor UMKM. Penguatan IKM berperan penting dalam upaya pengentasan kemiskinan

melalui perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor.

Selain itu, koordinasi dan konsolidasi antar lembaga dan kementerian pun terus ditingkatkan

sehingga faktor penghambat dapat dieliminir.

4. Perbaikan Infrastruktur

10
http://rodlial.blogspot.com/2014/02/makalah-ekonomi-internasional.html

20
Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah

berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan,

perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan

informatika, serta ketenagalistrikan :

1. Perbaikan Akses Jalan dan Transportasi.

2. Perbaikan dan Pengembangan Jalur TIK

3. Perbaikan dan Pengembangan Bidang Energi Listrik.

5. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan.

Selain itu, dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah

membangun sarana dan prasarana pendidikan secara memadai, termasuk rehabilitasi ruang

kelas rusak berat. Data Kemdikbud tahun 2011 menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar

173.344 ruang kelas jenjang SD dan SMP dalam kondisi rusak berat. (dalam Bappenas RI

Buku I, 2011:36).

6. Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan

Dalam rangka mendorong Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, telah

ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang 2012-

2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk

pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Upaya penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK)

ditingkatkan melalui koordinasi dan supervisi yang dilakukan oleh KPK kepada Kejaksaan

dan Kepolisian.

21
BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan

1. Tindakan bergabung dalam agenda Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan

kebijakan bunuh diri yang dilakukan pemerintah. Selain kondisi perekonomian Negara yang

belum siap untuk bersaing, aktifitas tersebut banyak melanggar hukum Syara yang mengatur

aktifitas perdagangan.

2. Kondisi seperti ini karena disebabkan Indonesia tidak membangun ekonomi

industry dengan shahih. Banyak kebijakan Negara yang justru kontraproduktif dalam

membangun kemandirian ekonomi Industri seperti melakukan privatisasi pada BUMN-

BUMN yang strategis dan system pengelolaan SDA yang terlalu bergantung pada pihak

asing. Dalam kondisi yang seperti itu, sangat sulit untuk mewujudkan kemandirian ekonomi

yang berimplikasi pada ketergantungan terhadap pihak asing yang semakin menjadi-jadi.

Selain itu kedaulatan terancam, karena memungkinkan adanya intervensi asing dalam

pembuatan kebijakan.

3. Permasalahan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari permasalahan politik. Setiap

kebijakan ekonomi yang berasal dari aktifitas politik sangat dipengaruhi oleh Ideologi apa

yang dianut oleh suatu Negara. Untuk konteks Indonesia, sangat wajar kalau kebijakan kita

seakan-akan disetir oleh kepentingan asing karena pada dasarnya Indonesia tidak menganut

Ideologi yang jelas. Indonesia hanya follower ideology kapitalisme yang bersifat pasif.

Akibatnya Indonesia hanya jadi lumbung eksploitasi bagi Negara-negara kapitalis aktif

seperti Amerika, China, Jepang, dll.

4. Untuk menjadi Negara berdaulat di bidang ekonomi, Indonesia harus mengadopsi

ideology alternative untuk menggantikan kapitalisme. Yaitu ideology Islam. Islam mengatur

setiap aktifitas kehidupan kita, termasuk dalam masalah ekonomi seperti yang telah

22
dijelaskan sebelumnya. Hanya dengan Islam lah aktifitas kita akan diridhoi oleh Allah SWT

melalui penerapan secara komprehensif dalam Negara Khilafah Islamiyah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Donald A. Ball. 2000. Bisnis Internasional. Salemba Empat : Jakarta.

Hill, Chales W. L., 2000. Global Business Today. New Jersey: PrenticeHall International.

Jepma and Andre Rhoen, 1996. International Trade: A BusinessPerspective. New York:

Addison-Wesley Longman Publishing.

Keegan, Warreen J, and Mark S. Green, 2000. Global MarketingManagement.. 6th Ed. New

Jersey. Prentice Hall Intenational

Kotabe, Masaaki, 1992. Global Sourcing Strategy: R & D,Manufactirung, and Marketing

Interfaces. New York: Quorum Books

Rusdin 2002 Internasional: Teori Masalah dan Kebijakan Internasional Business By Rusdin 5

Rusdin, 2002. Bisnis Internasional: dalam Pendekatan Praktik. Bandung: Alfabeta

Rusdin, 2002. Bisnis Teori, Masalah, Kebijakan. Bandung: Alfabeta

http://rodlial.blogspot.com/2014/02/makalah-ekonomi-internasional.html

http://kampusislami.com/masyarakat-ekonomi-asean-dan-permasalahannya-untuk-indonesia/

http://sudetoll.blogspot.com/2012/06/trend-perdagangan-internasional.html

http://widday.blogspot.com/2014/06/makalah-kebijakan-perdagangan.html

24

Anda mungkin juga menyukai