energi Alternatif baru. Salah satu sumber bahan bakar alternatif yang murah dan tersedia keberadaannya dalam
jumlah besar adalah batubara. Namun penggunaannya dalam bentuk aslinya sebagai bahan bakar masih
menyisakan beberapa masalah diantaranya sulit dinyalakan, sulit dikendalikan dan memberikan asap. Untuk
mengatasi hal tersebut para peneliti telah mengembangkan teknologi pengubahan batubara ke bentuk bahan
bakar yang menyenangkan. Diantara teknologi tersebut adalah liquifikasi batubara.
Teknologi likuifikasi adalah teknologi pencairan batubara dengan bantuan panas dan penambahan zat
kimia tertentu. Cairan yang terbentuk tersebut selanjutnya difraksionasi dikilang untuk menghasilkan berbagai
macam bahan bakar cair seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain. Teknologi ini sudah lama di kuasai
negara maju seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Penguasaan negara Jerman yang
baik terhadap teknologi inilah yang merupakan salah satu faktor yang mendukung kemenangan Jerman dalam
Perang dunia I. Teknologi ini juga secara intensif sedang dikaji oleh peneliti-peneliti BPPT dan PPTM untuk
diterapkan secara komersial.
Riset Pencairan Batubara untuk memproduksi BBM sintetis di Indonesia sudah berlangsung sejak awal
tahun 1990-an, namun perkembangannya secara nyata dengan target komersial baru dimulai sejak awal tahun
1994, setelah perjanjian kerjasama riset ditandatangani antara BPPT dan NEDO.
Proses pencairan (liquefaction) ini dibedakan antara proses yangindirect coal
liquefaction (tidak langsung) dan direct coal liquefaction(langsung). Proses pencairan
batubara secara langsung dapat dilakukan melalui metode SRC (solvent Refined Coal). Proses
ini terbagi menjadi 2 yaitu SRC I dan SRC II. Pada SRC I ini, produksi batubara yang
dihasilkan yaitu bahan bakar padat dengan kandungan abu rendah. Sedangkan pada SRC II,
dihasilkan produk cair dengan menggunakan slurry hasil recycle.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan likuifikasi batubara
2. Mengetahui proses likuifikasi secara langsung dengan teknologi SRC(Solvent Refined Coal)
3. Mengetahui bagaimana potensi likuifikasi (pencairan) batubara
4. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan proses likuifikasi batubara
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat dicapai dari makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan likuifikasi batubara
2. Dapat mengetahui proses likuifikasi secara langsung dengan teknologi SRC (Solvent Refined
Coal)
3. Dapat mengetahui potensi likuifikasi batubara
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan likuifikasi batubara
BAB II
PEMBAHASAN
Slurry
Preparation
High Pressure hydro-cracking
Light Solvent Recovery
Critical Solvent de-ashing
Coal
Solvent
Recycle
Clean SRC solution
Hydrogen Gases
Catalytic hydrocracking ebullating bed
Product solvent separation
Distilate
Product
3.1 Kesimpulan
Likuifikasi adalah pengubah batubara padat menjadi bahan bakar cair yang dapat
digunakan untuk konsumsi energi. Proses pencairan (liquefaction) ini dibedakan antara
proses yang indirect coal liquefaction (tidak langsung) dan direct coal
liquefaction (langsung). Likuifikasi batubara langsung menghasilkan bensin beroktan tinggi
dan diesel ber cetane rendah, sedangkan proses tidak langsung menghasilkan diesel dengan
cetane yang tinggi dan bensin beroktan rendah.
Pencairan batubara secara langsung dapat dilakukan dengan proses SRC I dan SRC II
yaitu dengan metode ekstraksi pelarut. Keuntungan proses ekstraksi pelarut adalah
temperatur operasinya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan proses pirolisis,
konfigurasi proses dapat dirancang sesuai dengan kualitas batubara umpan dan kualitas
produk yang diinginkan. Kerugian proses ini adalah kesulitan pemisahan batu bara yang tak
terkonversi dan abu yang terbentuk.
Batubara cair memiliki keuntungan diantaranya :
Harga produksi lebih murah
Jenis batubara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang berkalori rendah (low rank
coal), yang selama ini kurang diminati pasaran.
Dapat dipergunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar pesawat jet (jet fuel), mesin diesel
(diesel fuel), serta gasoline dan bahan bakar minyak biasa.
Teknologi pengolahannya lebih ramah lingkungan. Dari pasca produksinya tidak ada proses
pembakaran, dan tidak dihasilkan gas CO2. Kalaupun menghasilkan limbah (debu dan unsur
sisa produksi lainnya), masih dapat dimanfaatkan untuk bahan baku campuran pembuatan
aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih laku dijual untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar.
DAFTAR PUSTAKA
http://bataviase.co.id
http://blogodril.blogspot.com/2010/03/batubara-yang-dicairkan-konversi-energi.html
http://scientificindonesia.wordpress.com/proses-pengolahan-batubara/
http://www.bunghatta.ac.id/artikel/100/batubara-sebagai-sumbar-bahan-bakar-alternatif.html
Jauhari, Muhammad. 2007. Potensi Industri Pengolahan Batubara Cair
Optimizing Refinery Operations & Alternative Fuels Production
Recent Advances in Direct Coal Liquefaction Tchnology (Headwaters, 2009)
(Axens, 2009)Summary Report of the DOE Direct Liquefaction Process Development
Campaign of the Late Twentieth Century: Topical Report (DOE, 2001)
Hasil Diskusi
1. Katalis dan pelarut apa yang digunakan pada proses src ini dan kenapa demikian
digunakan katalis tersebut?
Jawab :
Katalis yang digunakan pada proses ini adalah besi dikarenakan harganya relatif murah
sehingga meningkatkan efisiensi pada proses pencairan batubara untuk mendapatkan fraksi
minyak yang diinginkan.Selain itu juga dapat digunakan katalis kobalt dan
mangan.Sedangkan pelarut yang digunakan adalah pelarut hidrokarbon aromatik berupa
toluene ataupun benzene.
3. Pada proses src ini termasuk pencairan batubara secara langsung atau tak langsung ?
Dan kenapa demikian? mengapa src merupakan kelanjutan dari proses hidrogenasi ?
Jawab :
Src merupakan DCL ( Direct Coal Liquefication) dikarenakan src memiliki prinsip
kerja yang sesuai dengan prinsip DCL dimana meng-introduksikan gas hidrogen ke struktur
batubara agar rasio C/H menjadi kecil dan terkonversi menjadi 70 % dari total batubara yang
dicairkan.
Alasan mengapa src kelanjutan dari proses hidrogenasi karena src (Solvent Refined
Coal atau Pelarut Batubara Halus) yang artinya melarutkan butiran-butiran halus sisa proses
hidrogenasi untuk dicairkan kembali menjadi fraksi minyak bumi yang diinginkan.
Sehingga,pada proses src ini fraksi minyak bumi ini terkonversi menjadi 40 % dari total
butiran batubara akibat sisa dari proses hidrogenasi.
4.Jelaskan melalui blok diagram pada proses hidrogenasi dimana merupakan langkah
awal digunakannya proses src ini?
Jawab :
Batubara Presasfalten Asfalten Minyak
Pada proses hidrogenasi batubara direaksikan dengan gas hydrogen bertekanan tinggi. Reaksi
ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi, katalisator dan kriteria bahan baku) agar
dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai yang diinginkan, dengan spesifikasi mendekati
minyak mentah. Sejalan perkembangannya, hidrogenasi batubara menjadi proses alternativ
untuk mengolah batubara menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak bumi, proses
ini dikenal dengan nama Bergius proses, disebut juga proses pencairan batubara (coal
liquefaction). Bergius Process merupakan pencairan batubara metode langsung atau dikenal
dengan Direct Coal Liquefaction-DCL. Selanjutnya dilakukan proses src yang dijelaskan
pada gambar 1. di bawah ini
1. Solvent Extraction
Proses ini merupakan proses pencampuran batubara dengan solvent yang mampu
mentransfer hidrogen dari solven batubara pada suhu di atas 5000 C dan tekanan di atas
5000 psi. Ada tiga konfigurasi yang dapat dilakukan pada proses ini yaitu:
a. ekstraksi tanpa adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle yang telah dihidrogenasi
pada proses yang terpisah.
b. ekstraksi dengan adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle yang telah dihidrogenasi.
c. ekstraksi dengan adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle tanpa adanya
hidrogenasi.
Contoh proses komersil dari ekstrasi solvent ini yait:
a. Consol Sycthetic Process (CSF) Process
Proses ini yaitu mengubah batubara yang mengandung sulfur tinggi menjadi produk padat
dan synthetic crude oil dengan mengekstraksi batubara menggunakan coal derived
process. Pecahan batubara dikeringkan dan dipanaskan sampai suhu 2300 C dan dicampur
dengan solvent. Reaktor berupa reaktor stirred tank dan di reaktor terjadi ekstraksi pada
suhu 4050 C dan tekanan 105-400 psi. Produk ringan dan padatan dipisahkan
di hydrocyclone yang tersusun secara seri. Padatan dibuat slurry kemudian dimasukkan ke
reaktor karbonisasi yang berupa sistem fluidized bed untuk diambil produk ringan. Solvent
yang digunakan diambil dari produk liquid.
b. SFC (Solvent Refined Coal) Process
Proses ini terbagi menjadi 2 yaitu SFC I dan SFC II. Pada SFC ini, produksi batubara yang
dihasilkan yaitu bahan bakar padat dengan kandungan abu rendah. Sedangkan pada SFC
II, dihasilkan produk cair dengan menggunakan slurry hasil recycle. Pecahan batubara
dicampur dengan solvent kemudian dicampur dengan hidrogen dan dipanaskan pada suhu
300-3700C dan dimasukkan ke reaktor dengan suhu operasi 450-4659 C. Solvent akan
terdekomposisi di reaktor menghasilkan metana. Hot effluentdi reaktor dipisahkan pada high
pressure separator yang disusun seri untuk memisahkan gas dan produk light hidrokarbon.
http://dwitaariyanti.blogspot.co.id/2012/06/liquefaction-process-1-2.html