Anda di halaman 1dari 14

C.

KANKER REKTUM
1. Pengertian
Rectum merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling sering.
Kanker colon (termasuk rectum) merupakan penyebab ke 3 dari semua
kematian akibat kanker di Amerika Serikat baik pria maupun wanita. (
Amerika Cancer Sosiety,2001)Kanker rektum adalah tipe paling umum
kedua dari kanker internal di Amerika. Penyebab nyata dari kanker rektum
tidak diketahui, tetapi faktor riwayat kanker kolon dalam keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diit tinggi lemak, protein dan daging
serta rendah serat.Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan
pada colon dan rectum yang khusus menyerang bagian recti yang terjadi
akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. ( Soeparman &
Waspadji, 1990)Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker rectum adalah
pertumbuhan baru yang ganas terdiri diri sel-sel epitel yang cenderung
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbul metastasis yang terjadi
pada bagian distal usus besar.
2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker rectum tidak di ketahui, tetapi faktor
resiko telah teridentifikasi. Termasuk riwayat kanker colon/polip dalam
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak,
protein dan daging serta rendah serat. Kanker yang di temukan pada colon
dan rectum 16 % di antaranya menyerang recty terutama terjadi di negara-
negara maju dan lebih tinggi laki-laki dari pada wanita. Beberapa faktor
resiko yang telah diidentifikasi adalah sebagai berikut :
 Kebiasaan diet rendah serat,
 Polyposisi familial (riwayat kanker colon atau polip dalam keluarga)
 Ulserasi colitis (radang kronis pada usus besar di tandai dengan diare
bercampur darah)
 Deversi colitif (penyebaran radang pada usus besar)
3. MANIFESTASI KLINIK
Gejala paling menonjol adalah :
 Perubahan kebiasaan defekasi
 Pasase darah dalam feses
Gejala lain berupa :
 Anemi yang tidak diketahu sebabnya
 Anoreksia
 Penurunan berat badan
 Keletihan
 Ulserasi
 Nause dan Vomitus
 Obstipasi
 Diare paradoksial
 Keinginan defekasi
 Nyeri tekan
 Ikterus

4. PATOFISIOLOGI
Hampir semua karsinoma kolon-rectum berasaal dari polip,
terutama adenomatus. Ini di sebut Adenoma-Carcinoma Sequence.
Menurut P. Deyle, perkembangannya di bagi atas tiga fase.
Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan. Proses ini
berjalan lama sekali, sampai puluhan tahun. Fase ke dua adalah fase
pertumbuhan tumor, akan tetapi tanpa menimbulkan keluhan atau fase
tumor asimtomatis. Ini berlangsung bertahun-tahun juga.
Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata,
karena keluhan-keluhan tersebut berjalan perlahan-lahan dan tidak sering,
biasanya penderita merasa terbiasa dan menganggap enteng saja. Setelah
lebih dari 5 bulan penderita baru pergi ke dokter. Di tangan dokter
biasanya memakan waktu lebih dari 5 bulan lagi sebelum diagnosis
karsinoma di tegakan. Semua ini menyebabkan penderita datang berobat
dalam stadium lanjut.Phatway dari kanker rectum
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Kadar CEA (Antigen
Karsinoma Embrionik) dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi, pada
eksisi tumor komplek, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke
normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya
menunjukkan kekambuhan.
b. Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera
dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun
pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk
menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk
diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat
endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi.
Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya,
sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat
dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada
penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada
kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.
c. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah
foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk
melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali
menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan
memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam
rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
d. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan
darah samar (occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah
terdapat darah pada tinja atau tidak.
e. Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50
tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya
kelainan pada prostat.
f. Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah
kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
6. PENATALAKSANAAN
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah,
dengan tujuan utamanya memperlancar saluran cerna. Kemotrapi dan
radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif. Tipe
pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pilihan
pembedahan adalah :

 Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi


usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
 Reseksi abdominoperineal dengan kolostoti sigmoid permanen /
pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta
sfingter anal
 Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis serta reanastomosisi lanjut dari kolostomi.
(memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum
resekai)
 Kolostomi permanen (unuk menyembuhkan lesi obstrusi yang tidak
dapat direseksi)
7. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
 Obstrusi usus partial atau lengkap Obstruksi usus adalah penyumbatan
parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan kegagalan dari isi
usus untuk melewati usus.
 Hemorhargi
 Perfosi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
 Peritonotis
 Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba
akibat gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara
berlebihan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
 Aktivitas/Istirahat
Gejala:
 Kelemahan, keletihan, kelelahan
 Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur, misalnya: nyeri, ansietas dan berkeringat malam
hari
 Pekerjaan/profesi dengan pemajaan karsinogen lingkungan, tingkat
stress tinggi
 Sirkulasi
 Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
 Tanda : Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah
 Integritas Ego
Gejala :
 Faktor stress
 Masalah terhadap perubahan penampilan
 Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi
Tanda : Menyangkal, menarik diri
 Eliminasi
 Gejala : Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada saat
defekasi

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :


1. Perasaan lelah
2. Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi)
3. Pola eliminasi terdahulu dan saat ini
4. Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya
darah atau mucus.
5. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal
6. Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini
7. Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga
riwayat penurunan BB.

Pengkajian objekif meliputi :


1. Auskultasi abdomen terhadap bising usus
2. Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat
3. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994). Meliputi:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Kebutuhan cairan kurang berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan anoreksia
4. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
5. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi, imunitas tubuh
menurun, prosedur invasive
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, serta pengobatannya
berhubungan dengan kurang paparan terhadap informasi, keterbatasan
kognitif

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Kriteria hasil :
 klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3
 Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur.
Tujuan : tingkat kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol
Intervensi :
 Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri Observasi reaksi
nonverbal dari ketidak nyamanan
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta
analgesik.
 Berikan tindakan yang nyaman (pijatan punggung, ubah posisi) &
aktivitas senggang Rasional Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.
 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri
Rasional : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan
memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan
ketidak nyamanan
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
2. Kebutuhan cairan kurang berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Kriteria hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian
kapiler baik, tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine
dengan tepat
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai
Intervensi :
 Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang
berat badan tiap hari.
 Rasional : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan Kaji
tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
 Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons
terhadap dan/atau efek kehilangan cairan
 Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan
turgor kulit, pengisian kapiler lambat
 Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
 Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
 Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus
 Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
 Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat
menimbulkan defisiensi vit. K dan merusak koagulasi, potensial resiko
pendarahan
 Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia
 Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi yaitu Antiemetik, mis,
trimetobenzamida (Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin
(Compazine), Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
 Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi
akut, Mengontrol demam, Merangsang pembentukan protrombin
hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan anoreksia
 Kriteria hasil : Klien melaporkan selera makannya meningkat
 Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat
pemenuhan nutrisi yang optimal Intervensi :
 Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
 Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energy
 Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene)
 Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan selera makan
 Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
 Rasional : Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat
mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk
mengatasi defisiensi karena malbasorbsi
 Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
 Rasional : Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk
mengistirahatkan saluran cerna
4. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
 Kriteria hasil : Penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.
 Tujuan : Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang
Intervensi :
 Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan
aktivitas yang diharapkan
 Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien
dapat menurunkan kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar
dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
 Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.
 Rasional : Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah
kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.
 Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh
banyak orang dalam situasi klien saat ini.
 Rasional : Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak
hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat
memahami dan menerima keadaanya
 Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase
kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.
 Rasional : Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan
terisolasi dan menurunkan kecemsan.
 Kolaborasi pemberian obat sedatif. Rasional : Menurunkan kecemasan,
memudahkan istirahat, menilai perkembangan masalah klien
 Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan
kecemasan.
 Rasional : Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan
5. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi, imunitas tubuh
menurun, prosedur invasive Kriteria hasil :
 Klien bebas dari tanda & gejala infeksi;
 mampu menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi;
jumlah leukosit dalam batas normal;
 klien menunjukkan perilaku hidup sehat;
 status imun gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi Intervensi :
 Monitor tanda & gejala infeksi (suhu, kulit kemerahan, leukosit dll)
 Rasional : Untuk melihat tanda-tanda terjadinya resiko infeksi
 Batasi pengunjung untuk meminimalkan resiko infeksi tekankan
hygene personal
 Rasional : Lindungi klien dari sumber-sumber infeksi, seperti
pengunjung
 Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptic
 Rasional : Mengurangi risiko infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder,
serta menurunkan risiko kontaminasi, membatasi masuknya agen
infeksius
 Berikan antibiotic sesuai indikasi
 Rasional : Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau
diberikan secara profilaktik klien imunosupresi
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, serta pengobatannya
berhubungan dengan kurang paparan terhadap informasi, keterbatasan
kognitif Kriteria hasil :
 Klien/keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
 Klien /keluarga kooperative saat dilakukan tindakan Tujuan :
pengetahuan klien meningkat dan dapat mengetahui tentang
penyakitnya

Intervensi :
 Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan /
kesiapan belajar klien.
 Rasional : Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik
dan mental klien.
 Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor risiko, dan dampak
penyakit terhadap perubahan status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-
peran dan pola interaksi sosial klien.
 Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah yang
dialaminya.
 Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek
samping yang dapat terjadi Rasional : Meningkatkan partisipasi dan
kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.
 Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan nutrisi dan cairan yang
adekuat Rasional : Penderita kanker yang mengikuti program terapi
yang tepat dengan status gizi yang adekuat meningkatkan kualitas
hidupnya.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa
tubuh, reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian
tingkat nutrisi yang optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit,
reduksi ansietas, penjelasan informasi tentang diagnose, prosedur
pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit, pemeliharaan
kesehatan dan tidak adanya komplikasi, serta peningkatan pengetahuan
mengenai penyakit.
E. EVALUASI
Yang diharapkan pada pasien dengan Ca rectum setelah perawatan meliputi :
Diagnosa 1 : tingkat kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol
Diagnosa 2 : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai
Diagnosa 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat
pemenuhan nutrisi yang optimal
Diagnosa 4 : Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang
Diagnosa 5 : Klien tidak mengalami infeksi
Diagnosa 6 : Pengetahuan klien meningkat dan dapat mengetahui tentang
penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.

Gale, Danielle & Charette, Jane, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC,
Jakarta, 2000.

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–
Proses Penyakit Vol. 1, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995.

Schrock, Theodore R. MD. 1999. Ilmu Bedah ( Hand Book of Surgery ) Edisi 7.
Penerbit : EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 3. Penerbit :


EGC, Jakarta.

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,


EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai