MENGAPA ISA?
Kita bisa mendekatinya dari kekuatan pasar dan nilai tambah.
KEKUATAN PASAR
KAP indonesia yang mempunyai beberapa jaringan global yang melayani klien
global dan internasional yang mengadopsi standar – standar IFAC. Sejak awal 2000 an sudah
aktif melatih patner dan staf dengan metodologi audit berbasis ISA, berkomunikasi dan
menyiapkan klien audit mereka dengan mengenalkan ketentuan – ketentuan dan kewajiban
yang ditetapkan ISA.
Bagi KAP yang melayani klien audit semacam ini, ISA bukan pilihan. Atau, lebih
tepatnya, pilih ISA atau pilih keluar dari jaringan kerja sama global atau jaringan kerja sama
internasional. Sangat jelasbahwa kekuatan pasar merupakan penentu.
Target utama yang menerima nilai tambah ialah para investor dan calon investor yang
dengan standar baru akan memperoleh laporan keuangan yang lebih baik. Akan tetapi pada
akhirnya, profesi meraih nilai tambah tidak berwujud berupa peningkatan mutu audit.
Tentu ada peningkatan beban audit yang tidak slamanya tercermin dalam tambahan
fee. Beban audit dalam tahun – tahun pertama sangat signifikan; berupa biaya pendidikan dan
pelatihan, penerbitan kembali pedoman audit yang dipakai KAP, sampai pada opportunity
cost karena patner harus mengikuti pelatihan atau memberi pelatihan kepada stafnya atau
memberi penjelasan kepada kliennya dan lebih banyak waktu patner pada setiap perikatan.
Dalam menghadapi desakan lain untuk berubah, praktisi menyampaikan argumen pro
dan kontra manfaat – biaya dan memutuskan untuk berubah karena tuntutsn lingkungan
dimana kita berpraktik.
Ini bukan saja pilihan bagi praktisi di Indonesia, tetapi juga alternatif bagi praktisi di
negara – negara lain. Oleh karena itu, IFAC juga memperhatikan para praktisi ini dengan
menerbitkan berbagai keputusan berkenaan dengan small and midium practices.
DAMPAK ADOPSI ISA PADA KENAIKAN BIAYA
Untuk memahami kenaikan biaya yang diperkirakan studi tersebut, ada beberapa penertian
yang perlu dipahami, adalah sebagai berikut.
Dalam pendekatan pertama, kita membandingkan subtansi standar lama dan subtansi
standar baru.
Pendekatan yang kedua, tidak melihat kepada subtansi perubahan melaikan kepada
otoritas, siapa yang menggagas perubahan ini?
Pendekatan ketiga, dimulai dari keengganan untuk berubah.
Contoh sifat perbedaan (antara ISA dan standar sebelumnya)yang bersifat subtantif dan
mendasar.
Arens dan rekan – rekan tidak mengabaikan faktor resiko. Namun, ISAs memberikan
penekanan yang sangat besar terhadap faktor resiko , sejak auditor mempertimbangkan untuk
menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya sampai sesudah laporan
yang berisi opininya diterbitkan.
ISA dan IFRS adalah standar - standar berbasis prinsip, yang merupakan perubahan
besar dari standar – standar sebelumnya yang berbasis aturan.
Pendekatan matematis ini mempunyai kelemahan yang yang serius, yakni membuat
auditor menjadi auditor. Mentalitas robot ini juga terlihat dalam mengisi check list yang
seharusnya merupakan alat- bantu bagi auditor untuk berpikir.
Salah satu sifat dari model – model matematis, ialah kerumitannya. Kerumitan atau
kompleksitas model matematis sering memberikan kesan keliru, seolah – olah model seperti
black box yang memberikan jawaban yang tepat.
Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman
yang memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISAs. Untuk
Indonesia, ciri penerapan ISAs yang paling jelas ialah seberapa besarnya keterlibatan patner
yang pakar dalam penugasan audit tersebut.
PENGENDALIAN INTERNAL
Pengendalian internal merupakan perubahan mendasar dalam standar audit dan bagian
yang tidak terpisahkan dalam audit berbasis resiko. Contoh dari cara berpikir lama dapat
dilihat dalam banyak praktik di Indonesia. Akuntan publik meriviu sistem pengendalian
internal, dan produk yang dihasilkan ialah rekomendasi perbaikan sistem . yang terpenting
justru tidak dilakukan auditor, ia tidak mengkaikan prosedur audit selanjutnya dengan hasil
reviu atas pengendalian internal.
Konsekuensinya adalah bahwa jika orang atau lembaga TCWG itu eksis dalam entitas
tersebut(misalnya dipasar – pasar modal di dunia, ini sudah menjadi best practice), auditor
wajib berkomunikasi dengan mereka. Komunikasi dengan TCWG merrupakan pokok
bahasan dalam bab khusus.
PENUTUP
Dalam pandangan penulis, perubahan antara ISA dan star terdahulu tidak sedramatis
paradigm shif. Opini yang diberikan auditor masih sebatas opini baku dan opini yang
dimodifikasi .