SKRIPSI
“Untuk Memenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Merlyn Gischa Sofyana
NIM. S11026
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat hal yang
penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar penelitian skripsi ini dapat
besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara
1. Dra. Agnes Sri Harti. M.Si selaku kepala STIKes Kusuma Husada Surakarta
3. Edy Mulyono SST., M.Kes selaku Pembimbing Utama skripsi yang telah
iv
selesainya skripsi ini.
5. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku penguji yang telah
7. Direktur Rumah Sakit Dr. Moewardi surakarta yang memberikan ijin dan
9. Semua pihak yang telah membantu dengan iklas dan memberikan semangat
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi pembaca
yang berkepentingan.
Penulis
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit yang paling sering mendapat perhatian adalah penyakit jantung yang
merenggut cukup banyak korban meninggal secara cepat yaitu infark miokard
sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan
oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh
pada pria usia 35-55 tahun, tanpa ada keluhan sebelumnya (Robbins, 2007).
Tanda dan gejala dari IMA terjadi nyeri dada yang terjadi secara
mendadak dan terus-menerus tidak mereda, nyeri sering disertai dengan sesak
nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat, pening atau kepala terasa melayang dan
mual muntah. Keluhan yang khas ialah nyeri dada restrostenal seperti
diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau tertindih barang berat. Nyeri dapat
1
2
dan epigastris (Kasron, 2012). Sakit dada yang terutama dirasakan di daerah
sternum, bisa menjalar ke dada kiri atau kanan,ke rahang,ke bahu kiri dan
kanan dan pada lengan. Walau sifatnya dapat ringan, tapi rasa sakit itu
aktifitas serta tidak hilang dengan istirahat.Pemeriksaan fisik pada IMA tidak
ada yang karakteristik. Bila telah terjadi komplikasi seperti gagal jantung,
maka dapat ditemukan irama gallop (bunyi jantung ketiga) atau ronki
basah(Eliot, 2005).
tahun 2007 jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan
rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak
adalah penyakit infark miokard akut (13,49%) dan kemudian diikuti oleh
2006).
2
3
96.957 kasus dan sebanyak 1.847 (2%) kasus merupakan kasus IMA. Penyakit
jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit tidak menular yang menjadi
penyebab utama kematian dan selama periode tahun 2005 sampai dengan
tahun 2010 telah terjadi kematian sebanyak 2.941 kasus dan sebanyak 414
pasien yang datang dengan gawat darurat medis (Depkes RI, 2006).
3
4
antara onset nyeri dada sampai tibadi IGD rumah sakit dan mendapat
penurunan tingkat aktifitas atau kembali menjalani bed rest (tirah baring).
4
5
Dr. Moewardi Surakarta dari banyaknya pasien yang datang ke IGD RSU Dr.
merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit lain.Angka kejadian yang terjadi
5
6
pasien IMA.
6
7
IMA.
4. Bagi Peneliti
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
biasanya disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau terhenti terlalu
lama. Yang paling sering akibat adanya trombus akut atau mendadak pada
2.1.2 Etiologi
asam lemak dan glukosa menjadi karbon dioksida dan air. Akibat kadar
8
9
kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner
tersumbat cepat. Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi
segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur
(Riulanto, 2011).
9
10
yaitu:
arteri.
pembuluh darah.
yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga, sedangkan faktor
gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol,
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap
orang untuk terkena IMA menurut Kasron(2012) yaitu faktor resiko yang
10
11
a. Merokok
b. Konsumsi alkohol
c. Infeksi
d. Hipertensi sistemik
e. Obesitas
f. Kurang olahraga
g. Penyakit diabetes
yaitu diantaranya :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Riwayat keluarga
d. RAS
e. Geografi
f. Tipe kepribadian
g. Kelas sosial
11
12
12
13
atau hanya rasa tidak enak di dada. IMA sering didahului oleh serangan
angina pektoris pada sekitar 50% pasien. Namun, nyeri pada IMA
13
14
pemberian nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien juga sering
mengalami diaforesis.
Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%) IMA tidak menimbulkan
nyeri dada.Silent IMA ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes
dengan STEMI.
Kegiatan fisik pasien harus dibatasi paling sedikit 12 jam, dan rasa sakit
14
15
tidak dianjurkan, atropin, lidocaine, alat pacu jantung transkutan atau alat
tersedia.
mengancam jiwa.
kemudian dibahas.
15
16
dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit
relaksasi dari otot polos pembuluh darah melalui stimulasi dari prosuk
aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat di berikan sampai 3 dosis dengan
interval 5 menit.
16
17
sistolik > 100 mmHg, interval PR < 0,24 detik dan ronki tidak lebih
17
18
3. Peran edukator
4. Peran koordinator
kebutuhan pasien.
5. Peran kolaborator
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi
6. Peran konsultan
18
19
7. Peran pembaharu
asuhan (care),
1. Pengkajian.
19
20
kegiatan.
20
21
sumbatan arteri.
Intervensi :
menit ).
jam.
Intervensi :
21
22
koronaria.
Intervensi :
Intervensi :
22
23
toleransi kardiovaskuler
( atelektasis , kolaps jalan nafas atau alveolar edema paru atau efusi,
Intervensi :
bantu pernafasan
ronki dll.
toleransi pasien
23
24
Timbulnya gejala
-
- 12 lead EKG
Monitor jantung - Riwayat
- Terapi O2 - Penanganan secara cepat - Pemeriksaan fisik
- IV D5 - Interpretasi EKG
- Cek darah
- Nitrogliserin
- Aspirin
Belum pasti
Pasien IMA ? Konsultasi
Ya Tidak
Belum pasti
Untuk terapi Konsultasi Konsultasi lebih
fibrinolitik jauh
Ya Tidak
Indikasi pengobatan
lain:
Terapi Melakukan pendidikan
fibrinolitik - Obat lain untuk IMA dan mengikuti instruksi
(beta bloker, heparin,
aspirin, nitrat)
- Mengirim ke lab Bebas
untuk pembedahan Mengakui
CABG
24
25
- Kurang olahraga
Jika tidak segera Jika segera
- Penyakit diabetes
ditangani : ditangani :
- Merokok
Disfungsi otot Menghentikan
2. Faktor yang tidak dapat
jantung perkembangan
dimodifikasi. Aritmia serangan jantung
Peran perawat
25
26
Makna
Pengkajian
Implementasi Intervensi
26
27
Lilik yulaikok mubasiroh, Penelitian kepatuhan Deskriptif Dari hasil penelitian ini kiranya perlu adanya penanganan
di Poli jantung RSU Dr. pasien infark miokard yang komprehensif dan menyeluruh dari petugas
Harjono Ponorogo infark dalam kesehatan dalam hal ini perawat, dalam memberikan
melakukan pengobatan asuhan keperawatan secara biopsikososial.
secara teratur
Mamat supriyono, di Faktor-faktor resiko Observasional Analisa multivariate menunjukkan bahwa faktor-faktor
RSUP Kariadi Semarang yang berpengaruh yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian PJK dan
dan RS Telogorejo terhadap kejadian merupakan faktor risiko PJK pada kelompok usia < 45
Semarang penyakit jantung tahun adalah: dislipidemia (p=0,006 dan OR=2,8 ; 95%
coroner pada CI=1,3-6,0), kebiasaan merokok (p=0,011 dan OR=2,4 ;
kelompok usia < 45 95% CI=1,2-4,8), adanya penyakit DM (p=0,026 dan
tahun OR=2,4; 95% CI=1,2-5,9) dan penyakit DM dalam
keluarga (p=0,018 dan OR=2,3 ; 95% CI=1,1-4,5).
28
Inne pratiwi farissa, Komplikasi pada Deskriptif Terdapat 105 kasus pasien STEMI yang terdiri atas 20%
RDUP. Dr. Kariadi pasien AMI ST- pasien
semarang Elevasi yang yang direperfusi dan 80% tidak direperfusi.
mendapat maupun Komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang
tidak mendapat terapi direperfusi adalah perdarahan minor (19,1%), gagal
reperfusi jantung (14,3%), dan kematian (9,5%), sedangkan pada
pasien yang tidak direperfusi adalah gagal jantung (25%),
henti jantung (16,7%), dan kematian (15,5%).
Virgianti Nur Faridah, Hubungan Cross sectional Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan
2009, RSUD Dr. pengetahuan perawat dan perawat sebagai pelaksana dengan nilai rho hitung
Soetomo Surabaya dan peran perawat 0,455 dengan taraf signifikasi 0,033.
sebagai pelaksana
dalam penanganan
pasien gawat darurat
dengan gangguan
sistem kardiovaskuler
Mahmud, 2009, di RSU Peran perawat dalam Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap perawat
Pamangat Kalimantan informed consent pre pendekatan dalam melaksanakan peran advocate, counsellor dan
Barat operasi di ruang bedah fenomenologi consultant dalam pengajuan informed consent belum
RSU Pamangat sepenuhnya sesuai dengan kewenangan perawat.
Kalimantan Barat
Cheng Han Lee. Taiwan Trends in the Data klaim Kejadian AMI meningkat, tetapi obat berbasis pedoman
Incidence and untuk AMI yang kurang dimanfaatkan di Taiwan.
29
METODE PENELITIAN
holistic peran perawat dalam menangani pasien dengan gangguan IMA di IGD
dengan gangguan IMA tidak dapat digambarkan secara kuantitatif karena hal ini
dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti melalui hasil daya titik
yang mendalam dari peneliti, diperoleh dari data-data hasil wawancara, tulisan
30
31
permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti
orang yang biasa dalam situasi tertentu (Maleong, 2006.). Penelitian ini bertujuan
yang merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan bagi Rumah
lakukan dengan cara Purposive sampling yaitu peneliti memilih dari populasi
secara tidak acak yang memenuhi kriteria sampel yang ditentukan (Bhisma Murti,
2006).
32
sebanyak 5-10 orang hingga tercapai saturasi (Afriyanti, 2014). Dengan kriteria
inklusi :
Kriteria ekslusi :
1. Instrumen
Pada penelitian ini digunakan dua macam instrumen yaitu instrumen inti
a. Instrumen inti
berikutnya.
b. Intrumen penunjang
pendidikan.
disimpan dalam bentuk file MP3. Alat perekam diisi daya penuh
partisipan.
34
b. Fase pelaksanaan
1. Wawancara mendalam
2006).
2. Dokumen
dan dokumen pada penelitian ini diperoleh dari buku dan jurnal
c. Fase terminasi
bahwa apa yang ditulis peneliti telah sesuai dengan apa yang dimaksud
partisipan. Setelah semua data divalidasi dan sesuai dengan apa yang
Menurut Polit & Beck (2006) analisa data dalam penelitian ini
diteliti.
memvalidasi.
yang diteliti.
tema segera setelah proses verbatim dilakukan dan peneliti tidak mendapatkan
yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan
keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini disebabkan karena
3. Dependebility(dependabilitas)
gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama.Untuk dapat mencapai
4. Confirmability (konfirmabilitas)
”confirmability”.
responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti
pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh
3. Confidentially (kerahasiaan)
40
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian mengenai peran perawat
Surakarta. Batasan dalam bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu batasan
tentang karakteristik partisipan dan hasil dari analisis tematik. Pada penelitian ini
RSU Dr. moewardi merupakan salah satu Rumah Sakit Negri tipe A
terbesar yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada
132 Surakarta. Angka kejadian yang terjadi pada tahun 2013-2014 di RSU
IGD RSU Dr. Moewardi Surakarta memiliki 4 stase pelayanan pasien yang
kamar operasimayor, HCU dan ruang obsgyn. Sumber daya manusia di IGD
terdiri dari Dokter Spesialis (on site) 2 yaitu Satuan Medik Fungsional anak
dan obgyn, dokter umum sebanyak 13 orang, non medis sebanyak 28 orang
41
42
sebanyak 2 orang. Instalasi gawat darurat memiliki jam kerja yang dibagi
menjadi 3 shift yaitu pagi, siang dan malam yang terdiri dari 1 shift 7 jam
Partisipan dalam penelitian ini yaitu perawat di ruang IGD RSU Dr.
perempuan dan berkisar antara umur 26-46 tahun dan masing-masing telah
Ny. T bekerja menjadi Pegawai Negri Sipil selama 8 tahun di RSU Dr.
waktu dan tempat sudah disepakati oleh partisipan sebelumnya dan saat
wawancara dipilih tempat yang jauh dari keramaian supaya partisipan dapat
gambar 4.1
Pengkajian breathing
Primery survey
Pengkajian circulation
pada pasien.
47
Pengkajian EKG
Secondary survey
Pengkajian laboratorium
melakukan anamnesa.
4.3
Data subyektif
Dasar perumusan
diagnosa
Data obyektif
munculnya st elevasi.
jantung.
Diagnosa resiko
Jenis diagnosa
Diagnosaaktual
Kolaborasi oksigen
Kolaborasi diit
vaskularisai pasien.
Management breathing
Management
circulation
4.7
pada pasien IMA di dapatkan satu tema yaitu 1) tipe evaluasi. Dari
perkembangan pasien.
partisipan berikut:
keadaan yang dirasa misalkan perasaan saat ini atau sudahkah hilang
Evaluasi obyektif
Tipe evaluasi
Evaluasi subyektif
oleh perawat pada pasien IMA di dapatkan tiga tema yaitu 1) respon
pasien…” (P1)
melakukan tindakan.
sebagai berikut:
Simpatik
Respon emosional
Kepuasan diri
gambar 4.11
Cepat
Prinsip penanganan
pasien
Menyelamatkan
pasien
4.6 Skematik
Motivasi kinerja
Pengkajian IMA:
1. Primery survey
Respon emosional 2. Secondary survey
Diagnosa IMA:
Evaluasi IMA 1. Dasar perumusan
Pasien IMA
1. Tipe evaluasi diagnosa
2. Jenis diagnosa
Implementasi IMA
Intervensi IMA
1. Tindakan live saving
2. Implementasi 1. Prioritas intervensi
kolaborasi
Prinsip penanganan
pasien
62
evaluasinya yang berupa hasil dari tindakan yang dilakukan. Setelah asuhan
PEMBAHASAN
serta hasil konsultasi medis (terapis) atau profesi kesehatan lainnya (Taylor,
63
64
(Holder, 2002).
sesuai dengan teori. Akibat dari primery survey tidak dilakukan adalah
yang lain, trauma kapitis dapat terjadi terutama apabila ada penurunan
juga dilakukan untuk evaluasi kelainan atau injury tapi diusahakan pasien
secara lengkap dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang.
dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai
sistematis head-to-toe dari setiap bagian dari tubuh pasien, termasuk menilai
2002).
system dari keluarga, G: Give comfort measure, pada tahap ini dilakukan
kecemasa pasien,H: History and head to toe, disini tindakan yang dilakukan
(riwayat penyakit), L: Last oral intake (masukan oral terakhir, apakah benda
padat atau cair), E: Event (riwayat masuk rumah sakit) (Price, 2005).
lengkap secara subyektif yaitu F: Full set of vital sign, G: Give comfort
measure, H: History and head to toe. Pada tahap secondary survey juga
67
EKG. Yang pertama yaitu nyeri, IMA memiliki ciri nyeri yang khas yaitu
menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada
orang tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit dan terdapat rasa penekanan
yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Yang
Dan yang terakhir adalah pemeriksaan EKG, perubahan EKG yang terjadi
pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat
permasalahan yang timbul pada pasien. Selain itu, salah satu partisipan juga
riwayat dahulu pada pasien IMA, riwayat dahulu didapatkan atas dasar
review rekam medic atau keperawatan, dan hasil diagnostic serta kolaborasi
dengan teman sejawat, sehingga data yang diperoleh digunakan untuk dasar
klien saja karena kondisi spesifik klien yang timbul dari kondisi klien yang
diagnosa yang terdiri dari data obyektif dan data subyektif.Data subyektif
ungkapan langsung sedangkan data obyektif berisi data dari hasil observasi
diagnosa merupakan mengkaji data subyektif dan data obyektif yang didapat
dari menganamnesa pasien saat masuk IGD. Hasil penelitian ini sama
diagnosa pada pasien IMA. Pada penelitian ini didapatkan 2 jenis diagnosa
menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
didapatkan dari pasien saat mengeluh nyeri dengan itu partisipan bisa
secara aktual dengan masalah kesehatannya. Hal ini sesuai dengan yang
kolaborasi oksigen. Ini dilakukan untuk mengurangi sesak yang dirasa pada
pasien IMA. Selain itu kolaborasi pemberian obat turut dilakukan pada saat
dilakukan untuk pasien IMA karena untuk mengatur gizi pasien tersebut.
71
masalah yang merupakan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
oksigen harus diberikan ada pasien dengan saturasi oksigen <90%, 3. Nitrat,
pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pada spektrum sindroma koroner
x 75 m.
kolaborasi oksigen, kolaborasi obat dan kolaborasi diit. Pada kondisi seperti
yang dilakukan oleh beberapa tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini
hasil yang lebih lanjut, tindakan live saving juga bisa diartikan dengan
pemberian obat.
Keselamatan pasien adalah system pelayanan dalam suatu rumah sakit yang
merupakan hal yang teramat penting dari sebuah pelayanan kesehatan oleh
R.I.2006).
keselamatan pasien secara keseluruhan, karena jika kita lebih fokus pada
pasien saja.
pengurang nyeri.
seperti dokter. Contohnya dalam pemberian obat oral, obat injeksi, infus,
keter urine, dan lain-lain. Serta respon klien setelah pemberian merupakan
dan efektif pada spektrum sindroma koroner akut, Clopidogrel, dosis awal
obatan pada pasien IMA. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
obervasi ulang kepada pasien dan mengkaji vital sign apakah ada
tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna
rasa simpatik yaitu iba atau perasaan kasihan kepada pasien IMA jika tidak
kepuasan diri.
mencegah suatu perspektif yang jelas dari isu yang dihadapi orang itu .
Riley, 2000).
77
sesuai dengan system nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi
garis besar kepuasan besar kepuasan kerja dapat diartikan sebagai hal yang
keadaan yang adapada individu atau organisme pada sesuatu waktu. Dengan
kata lain, respon emosional disifatkan sebagai suatu keadaan kejiwaan pada
organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang
yang diartikan sebagai persepsi terhadap produk atau jasa yang telah
hari.
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
jumlah pasien yang relative banyak dan mobilitas tinggi. Kecepatan dan
(Krisanty, 2002).
tinggi karena perawat setiap hari akan berhadapan dengan aspek lingkungan
situasi stres dalam lingkungan kerja sehingga secara sadar ataupun tidak,
(Mangkunegaran, 2002).
tepat. Cepat dan tepat yang dimaksud adalah cepat melakukan tindakan dan
PENUTUP
sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan
81
82
6.2 Saran
tindakan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi ilmu baru dan diterapkan
saran kepada peneliti lain dalam bidang sejenis yang ingin melanjutkan
4. Bagi peneliti
perawat.
Polit, D.F., Beck, C.T and Hungler, B.P. (2006). Nursing research: Principles
and methods. 7th edition.Philadelpia.Lippincott William and willkins.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan;
Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Rendy, MC, Margareth TH. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah dan
penyakit dalam, Nuha Medika, Yogyakarta.
Riulantono L. I. (2012). Buku Penyakit Kardiovaskuler (PKV) Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Robbins SL, Cotran RS, Kumar V.(2007). Buku Ajar Patologi Robbins.
Jakarta: EGC.
Santoso M, Setiawan T. (2005).Penyakit Jantung Koroner. Cermin Dunia
Kedokteran.
Selwyn, Andrew, Braunwald, Eugene. (2005). Harrison’s Principles of Internal
Medicine Volume II.16th ed. New York : McGraw Hill.
Setiono, kuswiradti.(2010). Tindakan kegawatdaruratan pada pasien jantung.
Surakarta.
Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan . Rineka
Cipta. Jakarta.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk.(2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Setiadi.(2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan.Yogyakarta.
William, wijns. (2006). Management of acute myocardial infarction in
patients presenting with ST-segment elevation. European.
85