Anda di halaman 1dari 13

PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

A. Penyelidikan tanah di lapangan

Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah sekali terganggu oleh pengaruh pengambilan
contohnya di dalam tanah. Untuk menanggulangi hal tersebut, sering dilakukan beberapa
pengujian di lapangan secara langsung. Pengujian di lapangan sangat berguna untuk
mengetahui karakteristik tanah dalam mendukung beban pondasi dengan tidak dipengaruhi
oleh kerusakan contoh tanah akibat operasi pengeboran dan penanganan contoh
(Hardiyatmo, 2010a). Oleh karena itu diusahakan melakukan penyelidikan tanah di
lapangan (in-situ test). Pengujian di lapangan yang akan dilakukan adalah:

 Standard Penetration test (SPT)


 Cone Penetration Test (Sondir)

1. Cone Penetration Test {uji sondir)

Uji sondir atau dikenal dengan uji penetrasi kerucut statis banyak digunakan di
Indonesia. Pengujian ini merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk menghitung
kapasitas dukung tanah. Nilai-nilai tahanan kerucut statis atau hambatan konus (qc) yang
diperoleh dari pengujian dapat langsung dikorelasikan dengan kapasitas dukung tanah
(Hardiyatmo, 2010b). Pada uji sondir, terjadi perubahan yang kompleks dari tegangan
tanah saat penetrasi sehingga hal ini mempersulit interpretasi secara teoritis. Dengan
demikian meskipun secara teoritis interpretasi hasil uji sondir telah ada, dalam prakteknya
uji sondir tetap bersifat empiris (Rahardjo, 2008).

Keuntungan uji sondir (Rahardjo, 2008) :

1. Cukup ekonomis dan cepat.

2. Dapat dilakukan ulang dengan hasil yang relatif hampir sama.

3. Korelasi empirik yang terbukti semakin andal.

4. Perkembangan yang semakin meningkat khususnya dengan adanya penambahan sensor


pada sondir listrik.
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

 Hambatan Konus (qc)

Nilai yang penting diukur dari uji sondir adalah hambatan ujung konus (qc). Besarnya
nilai ini seringkali menunjukkan identifikasi dari jenis tanah dan konsistensinya. Pada tanah
pasiran, hambatan ujung jauh lebih besar dari tanah berbutir halus. Pada pasir padat
(dense) dan sangat padat (very dense), sondir ringan umumnya tidak dapat menembus
lapisan ini. Schmertman, (1978) dalam Rahardjo, (2008) memberikan petunjuk sederhana
untuk menginterpretasi data sondir untuk keperluan klasifikasi dan kondisi tanah.
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

 Gesekan Selimut (fs)

Nilai fs dapat menggambarkan klasifikasi tanah. Selain itu rasio fs dan qc yang dikenal
dengan nama rasio gesekan (Rf) dapat digunakan untuk membedakan tanah berbutir halus
dan tanah berbutir kasar (Rahardjo, 2008). Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa tanah berbutir kasar mempunyai nilai Rf yang kecil (<2%), sementara untuk tanah
berbutir halus (lanau dan lempung) nilai Rf lebih tinggi.

2. Uji Penetrasi Standar (SPT)

Uji penetrasi standar dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak terganggu
pada tanah granuler. Pada pengujian ini, sifat-sifat tanah ditentukan dari pengukuran
kerapatan relative secara langsung dilapangan. Pengujian untuk mengetahui nilai
kerapaatan relative yang sering digunakan adalah Uji Penetrasi Standar atau disebut Uji SPT
(Standar Penetration Test).

Nilai SPT diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Tahapan pertama, tabung belah standar dipukul sedalam 15 cm (6”). Kemudian


dilanjutkan pemukulan tahap kedua sedalam 30,48 (12”). Jumlah pukulan tahap kedua ini,
yaitu jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah standar sedalam 30,48
cm, didevinisikan sebagai nilai-N. Pengujian yang lebih baik dilakukan dengan menghitung
pukulan pada tiap-tiap penembusan sedalam 7,62 cm (3 inci) atau setiap 15 cm (6 inci).
Dengan cara ini, kedalaman sembarang jenis tanah didasar lubang bor dapat ditaksir, dan
elevasi dimana gangguan terjadi dalam usaha menembus lapisan yang keras seperti batu,
dapat dicatat.
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

B. Pengujian laboratorium

1. Berat jenis

Menentukan berat jenis suatu contoh tanah. Yaitu perbandingan antara berat butir butir
dengan berat air destilasi di udara dengan volume yang sama dan pada temperatur
tertentu. Biasanya 25° C.

2. Atterberg limits

 batas cair
Menentukan batas cair tanah. Yaitu kadar tanah tersebut pada keadaan atas peralihan
antara cair dan keadaan plastis. Tanah pada keadaan batas cair diperiksa dengan alat
Casagrande, kedua bagian tanah yang terpisah oleh alur selebar 2,5 mm menutup
sepanjang 1cm pada 25 pukulan.

 batas plastis dan plasticity index


Yaitu kadar air minimum (dalam persen) bagi tanah tersebut yang masih dalam keadaan
plastis. Tanah ada pada keadaan plastis apabila yang tanah digiling menjadi batang-batang
berdiameter 3 mm mulai menjadi retak-retak. Index plastisitas suatu tanah adalah bilangan
(dalam persen) yang merupakan selisih antara batas cair dan batas plastisnya.

3. Distribusi ukuran butir tanah

Untuk tanah yang butirannya lebih besar dari 0.075 mm atau tertahan pada #200,
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan saringan-saringan, sedangkan untuk tanah
dengan ukuran yang lebih kecil dari 0.075 mm atau melewati #200, pemeriksaan dilakukan
dengan cara sedimentasi yang dapat menggunakan cara hidrometer atau dengan pipet.
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

C. Mendesain pondasi dengan data in situ

1. Standard Penetration Test (SPT)

Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis dengan memasukkan
suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Dengan percobaan ini akan diperoleh
kepadatan relatif (relative density), sudut geser tanah (φ) berdasarkan nilai jumlah pukulan
(N). Hubungan kepadatan relatif, sudut geser tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:

sudut geser dalam


N Kepadatan relatif
Peck Meyerhof
0-4 0-0.2 sangat lepas ˂28.5 ˂30
4-10 0.2-0.4 lepas 28.5-30 30-35
10-30 0.4-0.6 sedang 30-36 35-40
30-50 0.6-0.8 padat 36-41 40-45
˃50 0.8-1.0 sangat padat ˃41 ˃45
Tabel 1 Hubungan N, Dr, ɸ dari pasir

SPT yang dilakukan pada tanah tidak kohesif tapi berbutir halus atau lanau, yang
permeabilitasnya rendah, mempengaruhi perlawanan penetrasi yakni memberikan harga SPT
yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang permeabilitasnya tinggi untuk kepadatan
yang sama. (Shamsher Prakash, 1989).

Kepadatan relatif N
Very soft 2
soft 2-4
medium 4-8
stif 8-15
hard 15-30
dense ˃30
Tabel 2 Hubungan N dan Dr untuk tanah lempung
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk memperhitungkan daya dukung
tanah. Daya dukung tanah tergantung pada kuat geser tanah. Untuk mendapatkan harga sudut
geser tanah dari tanah tidak kohesif (pasiran) biasanya dapat dipergunakan rumus Dunham
(1962) sebagai berikut:

- Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir bersegi-segi
dengan gradiasi tidak seragam, mempunyai sudut sebesar:

Φ = √12𝑁 + 15

Φ = √12𝑁 + 50

- Butiran pasir bersegi dengan gradiasi seragam, maka sudut gesernya adalah:

Φ = 0.3𝑁 + 27

Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif
untuk tanah berpasir, secara perkiraan dapat dilihat pada Tabel berikut:

N Kepadatan relatif (%) sudut geser dalam

0-5 0-5 26-30


5-10 5-30 28-35
10-30 30-60 35-42
30-50 60-65 38-46
Tabel 3 Hubungan antara Angka Penetrasi Standard dengan Sudut Geser Dalam dan
Kepadatan Relatif pada Tanah Pasir (Das, 1995)
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

Harga N < 10 10-30 30-50 > 50


Tanah tidak
Berat isi γ
kohesif 12-16 14-18 16-20 18-23
(kN/m3)
Harga N <4 4-15 16-25 > 25
Tanah
Berat isi γ
kohesif 14-18 16-18 16-20 > 20
(kN/m3)
Tabel 4 Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah (Sosrodarsono S., 1988)

a).Hubungan antara N-SPT dengan ): kekuatan geser undrained (Cu

a. Menurut Stroud (1974) adalah:


Cu =K*N
Dimana,
Cu = kekuatan geser tanah
2
K = konstanta = 3,5 - 6,5 kN/m nilai rata-rata konstanta,dan
N = nilai SPT yang diperoleh dari lapangan undrained

b. Menurut Hara et. al. (1971) adalah:

𝐶𝑢 (𝑘𝑁⁄𝑚2 ) = 29𝑁 0.79

Dimana,
Cu = kekuatan geser tanah undrained, dan

N = nilai SPT yang diperoleh dari lapangan


Soil type Description (v)
Clay Soft 0.35-0.40
Medium 0.30-0.35
Stiff 0.20-0.30
Sand Loose 0.15-0.25
Medium 0.25-0.30
Dense 0.25-0.35
Tabel 5 Hubungan Jenis, Konsistensi dengan Poisson’s Ration
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

 Daya Dukung Pondasi Tiang Dengan Menggunakan Data SPT.


Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil uji SPT. Untuk
tiang bore yang terletak di dalam tanah pasir jenuh, Meyerhof (1956) menyarankan persamaan
sebagai berikut:
1
𝑄𝑢 = 4(𝑁𝑏 𝐴𝑏 ) + ̅𝐴𝑠
𝑁
50
Dimana, Qu = kapasitas ultimit tiang (ton)
Nb = nilai N dari uji SPT pada tanah disekitar dasar tiang
2
As = luas selimut tiang (ft ) (dengan 1 ft = 30,48),dan
Ab= luas dari tiang (ft2).

Nilai maksimum N/50 dari suku ke-2 persamaan diatas 2.9), yaitu suku persamaan yang
menyatakan tahanan gesek dinding tiang pancang, disarankan sebesar 1,0 t/ft 2 (1,08 kg/m2 =
107 kN/m2), persamaan diatas telah digunakan dengan aman untuk perancangan tiang pancang
pada lempung kaku, Bromham dan Styles, (1971).
Rumusan yang digunakan untuk memperkirakan daya dukung pondasi tiang dengan
menggunakan data SPT adalah sebagai berikut :

Qult (ton) = mNa Ap + nNAs

dimana m adalah koefisient perlawanan ujung tiang, n adalah koefisient gesekan, N


adalah nilai SPT (pukulan/30 Cm = blows/ft.). Untuk nilai N SPT ini biasanya dianjurkan untuk
dikoreksi menjadi sebagai berikut:
𝑁𝑎 = 0.5(𝑁1 + 𝑁2 ) ≤ 40
Dengan N1 adalah nilai N pada ujung tiang, N2 adalah nilai N dari ujung tiang hingga 4 B
diatas ujung tiang, B adalah lebar tiang. Untuk jenis tanah pasir yang sangat halus (fine sand)
atau tanah pasir kelanauan (Silty Sand) yang terletak dibawah muka air tanah (jenuh air)
dimana nilai N cenderung lebih tinggi karena permeabilitas tanah yang kecil maka di koreksi
menjadi sebagai berikut :
N =15 + 0,5(N’-15); N >15
dimana N’adalah Nilai N SPT di lapangan.
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

Terdapat beberapa pakar yang merekomendasikan besarnya koefisien koefisien m dan n


diantaranya diperlihatkan pada Tabel berikut :
Jenis tanah Jenis Tiang m n Batasan
1. Meyerhof
(1976)
Pasiran 40 0.2
Lempungan. - 0.5
2. Okahara
(1992).
Tiang
Pasiran 40 0.2 ≤ 10 t/m2
Pancang
Cor
12 0.5 ≤ 20 t/m2
Ditempat
“Inner
- 0.1 ≤ 5 t/m2
digging”
Tiang
Lempungan - 1 ≤ 15 t/m2
Pancang
Cor
- 1 ≤ 15 t/m2
Ditempat
“Inner
- 0.5 ≤ 10 t/m2
digging”
3. Takahashi
Tiang
Pasiran 30 0.2
Pancang
Tabel 6 Nilai m dan n
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

 Daya dukung hasil Pondasi Hasil Sondir

Metoda Langsung (Direct Cone)

Metoda ini diantaranya dikemukakan oleh Meyerhof (1956) yang menyatakan bahwa
tahanan ujung tiang mendekati tahanan ujung konus sondir dengan rentang 2/3 qc hingga
1,5 qc dan Meyerhof menganjurkan untuk keperluan praktis agar digunakan:

𝑞𝑝 = 𝑞𝑐

Selanjutnya tahanan selimut pada tiang dapat diambil langsung dari gesekan total
(jumlah hambatan lekat =JHL) dikalikan dengan keliling tiang, sehingga formula untuk
metoda langsung dapat dituliskan :

Qult = qp Ap +JHL kll

Rumusan ini diambil di Indonesia dengan mengambil angka keamanan 3 (tiga) untuk
tahanan ujung dan angka keamanan 5 (lima) untuk gesekannya. Sehingga daya dukung ijin
pondasi dapat dinyatakan dalam :

𝑞𝑝 𝐴𝑝 𝐽𝐻𝐿 𝑘𝑙𝑙
𝑄𝑢𝑙𝑡 = +
3 5
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

Qult (ton) = mNa Ap + nNAs

D= 0.3 m
n= 0.5

Tebal
No pi*D*tebal (2)*N No lapisan N value
[m]
(1) (2) (3) 1 0.5 7
1 0.471 3.299 2 2.5 7
2 2.356 16.493 3 0.5 10
3 0.471 4.712 4 6.9 35
4 6.503 227.608
Jumlah 252.113

Qult 126.0564 ton


Qall 42.0188 ton

Gaya
163.1 ton
bekerja
jumlah
pile 3.88 4 Buah

Jadi, tiang pancang diameter 30 cm dengan dalam 10 m sebanyak 4 buah mampu menahan
beban yang bekerja pada kolom.

Settlement;

Qwf = 42,02 ton


Qpf = 0 ton
ξ = 0.67 Ap = ¼ π D2 = 70685 mm2
L = 10 m = 10000 mm Ep = 35 Mpa (beton prategang)
(𝑄𝑤𝑝 + ξ𝑄𝑤𝑓 )𝐿 (0 + 0.67 ∗ 42,02) ∗ 10000
𝑆1 = = = 0.114 𝑚𝑚
𝐴𝑝 𝐸𝑝 70685 ∗ 35
(𝑄𝑤𝑝 𝐶𝑝 )
𝑆2 = = 0 𝑚𝑚
𝐷𝑞𝑝

(𝑄𝑤𝑝 𝐶𝑠 )
𝑆3 = = 0 𝑚𝑚
𝐿 𝑞𝑝

Penurunan yang terjadi adalah S1 +S2+S3 = 0.114 mm (aman)


PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

KESIMPULAN

 Beban maksimum yang bekerja adalah 163,1 ton


 Daya dukung 1 (satu) pile dengan diameter 30 cm dalam 10 m di titik beban maksimum
adalah 42,02 ton
 4 buah pile dibutuhkan untuk menahan beban maksimum
 Penurunan yang terjadi adalah sebesar 0.114 mm, yang relative aman.

SARAN

 Loading test baiknya dilakukan untuk memastikan daya dukung pile.


 Untuk kolom dengan beban yang lebih rendah dari kolom yang ditinjau dapat digunakan
jumlah pile yang lebih sedikit.
PENYELIDIKAN TANAH LANJUT

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai