Anda di halaman 1dari 3

1. Apa penyebab/faktor resiko dari pada asma bronkial ?

Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas,
pengaruh udara dan faktor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat
pengawasan yang baik, pegawasan yang baik, biasanya penderitamengeluh napas
pendek, berbunyi, sesak dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma
diluar kehamilan.
2. Bagaimana jika ada pasien ibu hamil dengan serangan asma ?
a. Mencegah timbulnya stress
b. Menghindari faktor resiko (pencetus) yang sudah diketahui, secara intensif.
c. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacam yang dapat menjadi
pencetus timbulnya serangan.
d. Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat lokal yang berbentuk inhalasi,
atau peroral seperti isoproterenol.
e. Obat-obatan yang umumnya aman dan efektif mengobati asma selama kehamilan
antara lain: bronkodilator hirup, misalnya alboterol (proventil),
metaprotenerol(alupent), dan sulfat terbutalin dalam bentuk aerosol hirup
(breathaire). Obat oral yang biasa digunakan adalah teofillin (theo-dur, slow-bid).
Agens antiradang yang dapat digunakan antara lain: beklometason (vanceril,
bekloven), flunisolid (aerobid), prednison. Kebutuhan terhadap agens antiradang
menunjukkan kondisi asma yang dialami berat.
f. Selama persalinan, wanita harus terus mem inum obat secara teratur. Perhatian
harus diberikan untuk memastikan bahwa status hidrasinya baik dan nyerinya
diatasi dengan tepat. Tindakan ini membantu mencegah spasme bronkus. Selama
persalinan, hindari penggunaan obat yang dapat menimbulkan spasme bronkus,
misal morfin dan meteridin (demerol). Apabila prostagladin dibutuhkan untuk
penatalaksanaan postpartum kala IV maka berikan prostaglandin E2(PGE2) yang
dikenal dengan sebutan dinoproston di pasaran.Hindari penggunaan obat-obat
yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada janin, dan
diberikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Persalinan biasanya
dapat berlangsung spontan akan tetapi bila penderita masih dalam serangan dapat
diberi pertolongan dengan tindakan seperti dengan ekstraksi vakum atau forseps.
Tindakan seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan.
3. Perubahan apa yang terjadi pada fisiologis pada saluran nafas ibu hamil ?
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama. Peningkatan
respon saluran nafas sedangkan lingkungan yang menjadi allergen tergantung
individu masing-masing seperti influenza atau rokok. Asma merupakan obstruksi
saluran nafas yang reversible dari kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus
dan edem mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive
terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin, air dingin dan
olahraga
4. Bagaimana cara mendiagnosa TBC pada ibu hamil ?
Pada penderita yang dicurigai menderita TBC Paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan
tuberkulosa tes kulit dengan PPD (puirified protein derivate) 5u, bila hasil positif
dilanjutkan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin
dari pengaruh sinar X, pada penderita TBC Paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan
sputum BTA untuk membuat diagnosis secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan / uji
sensitivitas. Pada janin dengan ibu TBC Paru jarang dijumpai TBC congenital, janin
baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui ibunya.

5. Bagaimana terapi medis/obat pada ibu hamil dengan TBC ?


Sebagian besar obat anti TBC aman untuk wanita hamil, kecuali streptomisin yang
bersifat ototoksik bagi janin dan harus diganti dengan etambutol, pasien hamil dengan
TBC Paru yang tidak aktif tidak perlu mendapat pengobatan. Sedangkan pada yang
aktif dianjurkan untuk menggunakan dua macam obat atau lebih untuk mencegah
timbulnya resistensi kuman, dan isoniazid (INH) selalu diikutkan karena paling aman
untuk kehamilan, efektifitasnya tinggi dan harganya lebih murah.
Obat-obatan yang dapat digunakan
a. Isoniazid (INH) 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada
hati sehingga timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual
dan muntah. Oleh karena itu –perlu diperiksa faal hati sewaktu-waktu dan bila ada
perubahan untuk sementara obat harus segera dihentikan.
b. Etambutol 15-20 mg/kg/hari. Obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber
neuritis, akan tetapi efek samping dalam kehamilan sangat sedikit dan pada janin
belum ada.
c. Streptomycin 1gr/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan,
jangan digunakan dalam kehamilan trimester I. Pengaruh obat ini pada janin dapat
menyebabkan tuli bawaan (ototoksik). Disamping itu obat ini juga kurang
menyenangkan pada penderita karena harus disuntikan setiap hari.
d. Rifampisin 600mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC Paru tetapi
memberikan efek teratogenik pada binatang poercobaan sehingga sebaiknya tidak
diberikan pada trimester I kehamilan.
Pemeriksaan sputum harus dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan, jika masih
positif perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat, bila pasien sudah sembuh
lakukan persalinan secara biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar
bersalin terpisah, persalinan dibantu Ekstraksi Vacum atau Forcep. Usahakan
pasien tidak meneran, berikan masker untuk menutupi mulut dan hidung agar
kuman tidak menyebar. Setelah persalinan pasien dirawat di ruang observasi 6-8
jam, kemudian dapat dipulangkan langsung. Pasien diberi obat uterotonika dan
obat TBC tetap harus diteruskan.

6. Apa yang dilakukan apabila dekompesasi jantung pada ibu hamil pasca persalinan ?

7. Apa yang dinamakan dengan gromerolunefritis ?


8. Apa patofisiologi gagal ginjal akut ?
9. Paramaeter laboratorium apa yang dinilai pada gagal ginjal akut ?
10. Terapi obat pada gagal ginjal akut ?
11. Mengapa terjadi DM pada ibu hamil ?
12. Bagaimana penanganan ibu hamil dengan DM ?
13. Apa terapi obat pada ibu hamil dengan DM ?
14. Apa yang dinamakan hormon insulinase ?
1.

Anda mungkin juga menyukai