Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Kesehatan Masyarakat


1. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat atau public health adalah ilmu dan seni yang
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan,
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk: 2
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang
terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya.
Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan
masyarakat antara lain, biologi, kimia, fisika, kedokteran, kesehatan
lingkungan, sosiologi, pendidikan, psikologi, antropologi, dan lain-lain.
Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan
ilmu yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang
menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar
utama ilmu kesehatan masyarakat ini antara lain : 2
a. Administrasi Kesehatan Masyarakat.
b. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
c. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
d. Kesehatan Lingkungan.
e. Gizi Masyarakat.
f. Kesehatan Kerja.
g. Epidemiologi.
Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi
disipliner, karena memang pada dasarnya masalah kesehatan masyarakat
bersifat multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh
karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai
bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk
mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi
(terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan
(rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan
masyarakat. 2
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai
seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut
:3
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasan Vektor
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
f. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
i. Pengawasan Obat dan Minuman
j. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
2. Pengertian Manajemen Kesehatan
Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna
mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Seorang manajer dalam
mencapai tujuan adalah secara bersama-sama dengan orang lain atau
bawahannya. Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan
masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut, " Manajemen kesehatan
adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan non-petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui program kesehatan". 3
Manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen
umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang
menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu yang terdiri
dari berbagai elemen (sub-sistem) yang saling berhubungan dalam suatu
proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai
suatu tujuan tertentu. Sistem pelayanan kesehatan mencakup preventif,
kuratif, promotif maupun rehabilitatif. Berikut adalah fungsi dari
manajemen kesehatan: 3
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Penyusunan personalia (Staffing)
d. Pengkoordinasian (Coordinating)
e. Penyusunan anggaran (Budgeting)
3. Perencanaan Kesehatan
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan
pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik.
Perencanaan dibagi menjadi menjadi dua, yaitu: 3
a. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
1) Rencana jangka pendek
2) Rencana jangka menengah
3) Rencana jangka panjang
b. Dilihat dari tingkatannya
1) Rencana induk (masterplan)
2) Rencana operasional
3) Rencana harian
c. Ditinjau dari ruang lingkupnya
1) Rencana Strategis
2) Rencana taktis
3) Rencana menyeluruh
4) Rencana terintregasi
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, yang
dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah,
perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan
masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-
masalah baru, kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas
masalah, dan selanjutnya kembali ke siklus semula. 3
4. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yang ada dalam
institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana
tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan tercapai.
Hal-hal yang diorganisasikan adalah pengorganisasian kegiatan dan tenaga
pelaksana. Proses pengorganisasian adalah langkah-langkah yang
dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan dan tenaga pelaksana
dapat berjalan sebaik-baiknya. Hasil pengorganisasian adalah
terbentuknya wadah atau yang sering disebut “struktur organisasi” yang
merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana. Dilihat dari
segi pembagian kegiatan dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang,
organisasi dibedakan atas tiga jenis yaitu: 3
a. Organisasi lini
b. Organisasi staf
c. Organisasi lini dan staf
5. Pengawasan dan Pengarahan
Tujuan pokok dan fungsi pengawasan dan pengarahan adalah
kegiatan-kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah
direncanakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, dan tidak terjadi
penyimpangan yang kemungkinan tidak akan tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan. Pengarahan dan pengawasan adalah suatu proses untuk
mengukur penampilan kegiatan atau pelaksanaan suatu program yang
selanjutnya memberikan pengarahan-pengarahan sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. 3
6. Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang salaing berhubungan
dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub-sistem tidak
berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bagian lain. Secara garis
besarnya elemen-elemen dalam sistem adalah sebagai berikut: 3
a. Masukan (input)
b. Proses
c. Keluaran (output)
d. Dampak (impact)
e. Umpan balik (feedback)
f. Lingkungan (enviroment)
7. Sistem Rujukan
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarkat
yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas,
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, Balkesmas. 3
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya RS tipe C dan D,
dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. 3
c. Pelayanan tingkat ketiga
Diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah
kompleks, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di
Indonesia: RS tipe A dan B. 3
8. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah kegiatan untuk memantau proses atau jalannya
suatu program atau kegiatan. Sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk
menilai hasil suatu program atau kegiatan. Monitoring dilakukan sejalan
dengan evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan program tersebut berjalan sesuai dengan
yang direncanakan, baik waktunya maupun jenis kegiatannya. 3

B. HL Blum

Gambar 2.1. Penjabaran Teori HL-BLUM


Menurut Hendrik L. Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat
kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut: 13
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi,
umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan
dengan aspek fisik dan sosiokultural. Lingkungan yang berhubungan
dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim, perumahan,
dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosiokultural merupakan hasil
interaksi antar manusia seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. 13

2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatanmasyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri, seperti sikap dan gaya hidup.13
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat
yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi
oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program
pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan. 13
4. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronchial. 13
Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan
dengan derajat kesehatan, yaitu : 13
1. Life span yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau
dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan
karena mati tua. 13
2. Disease or infirmity yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan
anatomisdari masyarakat. 13
3. Discomfort or ilness yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan
somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya. 13
4. Disability or incapacity yaitu ketidakmampuan seseorang dalam
masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan
sosialnya karena sakit. 13
5. Participation in health care yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan
sehat. 14
6. Health behavior yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota
masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan. 13
7. Ecologic behaviour yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan,
spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem. 13
8. Interpersonal relationship yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat
terhadap sesamanya. 13
9. Social behaviour yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya,
keluarga, komunitas dan bangsanya. 11
10. Interpersonal relationship yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat
terhadap sesamanya. 13
11. Reserve or positive health yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap
penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-
tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial. 13
12. External satisfaction yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap
lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi,
transportasi. 13
13. Internal satisfaction yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh
aspek kehidupan dirinya sendiri. 13
Gambar 2.2 Kerangka Teori HL-BLUM
Faktor lingkungan dipengaruhi oleh wilayah tempat tinggal keluarga
binaan berada di pesisir pantai dan pengetahuan warga terhadap hipertensi
rendah . Faktor perilaku dipenggaruhi oleh pola makanan anggota keluarga
binaan tinggi garam, gaya hidup anggota keluarga binaan jarang berolahraga
dan terdapat anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok. Faktor
herediter dipenggaruhi oleh terdapat riwayat keluarga hipertensi pada keluarga
binaan. Faktor pelayanan kesehatan dipenggaruhi oleh kurangnya penyuluhan
pada keluarga binaan. 13

C. PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)


Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan adalah dua hal yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan merupakan hal utama
yang utama dari proses berpikir. 14
1. Pengertian PMPK
a. Pemecahan Masalah
Kepner-Tregoe melihat pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan melalui suatu langkah dalam proses yang rasional. Adapun
langkah dalam pemecahan masalah dapat diartikan sebagai suatu
proses dari mengamati dan pengenalan serta usaha mengurangi
perbedaan antara situasi sekarang dengan yang akan datang. 14
b. Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari
dua atau lebih alternatif/kemungkinan. Walaupun keputusan biasa
dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara
keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata
karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk
pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat
perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada
kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari
suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan
keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri
aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana. 14
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah
kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang
terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan. 14
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif
cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses
tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi.
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali
kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat.
Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan,
mendorong lahirnya gerakan dan perubahan. 14
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih
tindakan dari beberapa alternatif untuk mencapai tujuan/sasaran
(proses mengakhiri suatu masalah). Oleh karena itu Pemecahan
Masalah dan Pengambilan Keputusan dapat diartikan sebagai suatu
proses identifikasi, mencari penyebab, pemilihan alternatif dan
mengantisipasi hambatan yang mungkin menghalangi terlaksananya
keputusan. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memberikan
gambaran secara teoritis dan realistis, bagaimana cara membuat suatu
keputusan. 14
2. Proses Pengambilan Keputusan
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu
keputusan organisasi yaitu : 14
a. Optimasi
Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha
menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari
setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu
memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian
ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu
terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian
menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas
lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal
karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor yang
berkaitan dengan keputusan tersebut.14
b. Satisficing
Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang
berasal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik.
Model satisficing dikembangkan oleh Simon karena adanya
pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality).
Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa
orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi.
Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan
memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang
tertumpuk.14
Menurut Frank Harison, faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya rasionalitas terbatas antara lain informasi yang datang dari
luar sering sangat kompetitif atau informasi itu tidak sempurna,
kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil
keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan
informasi, terutama informasi dan teknologi. 14
3. Unsur Prosedur Keputusan
Suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan
keputusan mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan
khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengakhiri proses itu dengan
menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya
didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values). Keduanya sangat penting
tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi nilai-nilai dalam menyehatkan
keputusan suatu organisasi. 14
4. Alternatif dan Konsekuensi Keputusan
Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa
kemungkinan atau alternatif untuk dipilih. Setiap alternatif membawa
konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti, menurut Simon, sejumlah alternatif
itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari konsekuensi-
konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada
alternatif itu harus dapat memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena
merupakan salah satu aspek paling penting dalam keputusan.14
5. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (a)
automatic decisions, (b) expected information decisions, (c) factor
weighting decisions dan (d) dual uncertainty decisions.14
a. Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat
dengan sangat sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan.
14

b. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information


decision), tingkat informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi
yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Tetapi
keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu
dipelajari.14
c. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting
decisions), informasi-informasi yang telah dikumpulkan dianalisis,
lalu dipertimbang kan dan diperhitungkan sebelum keputusan
diambil. 14
d. Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty
decisions), dalam setiap informasi yang ada masih diharapkan
terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup dan
semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi
yang dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu. 14
6. Klasifikasi Keputusan
a. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, keputusan terprogram adalah tindakan
menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil
secara rutin dam organisasi. Biasanya menyangkut pemecahan
masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan
pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya
langkah-langkah dan prosedur yang perlu ditempuh telah dituangkan
dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang
dikelola secara rapi. Pengambilan keputusan terprogram akan
berlangsung dengan efektif apabila empat criteria dasar dipenuhi : 14
1) Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan
analisis data.
2) Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
3) Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak
dapat tekanan yang kuat untuk secara cepat melakukan
penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu
berubah.
4) Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara
tepat, termasuk tuntutan operasional yang harus dipenuhi.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan
terprogram yang dibuat sebagai respon terhadap masalah-masalah
organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup keputusan
operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan
Cerello, keputusan operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari
Mangkusubroto dan Trisnadi dan keputusan terstruktur dari
Mintzberg dan Brinckloe. 14
b. Keputusan yang tidak terprogram.
Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah
baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif
(berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk,
hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian, para ahli
belum mampu menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti
efektif di masa lalu, baik karena sifatnya yang baru itu maupun karena
sukar untuk mendefinisikan hakikatnya secara tepat. Keputusan yang
tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya
operasional, akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan
dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi.14
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak
terprogram, dibuat sebagai respon dari masalah-masalah unik, yang
jarang dijumpai dan yang tidak dapat didefinisikan secara tepat,
keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan strategik,
meliputi keputusan strategik dari Morgan dan Cerello,
Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal)
Sutherland, serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan
Brinckloe. 14
Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan
dengan cita-cita, tujuan, menyusul keputusan strategik lalu keputusan
taktis dan yang paling bawah adalah keputusan operasional.
Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke bawah
tingkat keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya. 14

7. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan


a. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi
suatu situasi problematic yang tidak terlalu rumit, dan dapat
diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi dimana
setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan
pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang
dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu
kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam
mengatasi situasi problematic yang dihadapi. Penting diperhatikan
dalam teknik ini yaitu : 14
1) Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara
teliti.
2) Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena
kuantitas pandanganlah yang lebih diutamakan meskipun aspek
kualitas tidak diabaikan.
3) Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas
sesuatu pendapat atau gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain
diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota
kelompok lainnya.
4) Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat
atau gagasan yang telah dikemukakan oleh orang lain.
5) Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian
dibahas hingga kelompok tiba pada suatu sintesis pendapat yang
kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
b. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku
pimpinan diskusi. Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori
ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota organisasi
atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk
mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian
masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir
kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh.
Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu
yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga
ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional
dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta
kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah
pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil.14
c. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus
sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu situasi problematik
yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang hendak
digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang
memiliki pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang
dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang seyogyanya digunakan.
Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba
terhadap langkah yang hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil
dari situasi problematik yang sebenarnya.14
d. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal
masa depan yang diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini
sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang tidak berada
di satu tempat. Pengambil keputusan menysun serangkaian
pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi peramalan dan
menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut
ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau
mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi
dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari ramalan
yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah
ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang
sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan
melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota
kelompok pada putaran pertama serta hal-hal yang dipandang sudah
merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang ahli
berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap
jawaban diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang
memberikan jawaban. 14
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran.
Pengedaran daftar pertanyaan dan analisa oleh beberapa ahli
dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan
kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan. 14
e. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran,
dan di tengah lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di
kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk mengemukakan
pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota
lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila
pandangan orang yang duduk di tengah tersebut telah dipahami oleh
semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh
orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua
pandangan didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang
paling tepat. 14
f. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya”
atau “tidak”. Dibentuk dua kelompok, dengan satu kelompok
mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban “ya” dan
kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang
dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian
kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah
dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok
yang tadinya mengemukakan pandangan pro beralih memainkan
peranan dengan pandangan kontra. 14
g. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan
bertolak belakang atas suatu masalah duduk di satu meja dengan
saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar
keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data,
informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat
posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-
alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai
persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan.
Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian
sering diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besar. 14
h. Metode Pengambil Keputusan
Gortner lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan
dari sudut metode. Ada empat metode pengambilan keputusan yang
dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan keputusan
organisasional. 14
1) Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model
rasional. Ini adalah metode klasik yang secara implicit mencakup
model birokratik dari pengambilan keputusan.
2) Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental
(incremental-bargaining) yang dipandang sebagai model paling
dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui
negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan
tentang suatu kebijakan terjadi dalam bentuk langkah-
langkahkecil karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.
3) Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative
methods) mencakup antara lain teknik Delphi dan teknik-teknik
pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan peran
serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
4) Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-
can) atau nondecision-making model yang dikembangkan oleh
March dan Olsen. Model keranjang sampah menolak model
rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun.
Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan,
pada isu yang bermacam-macam dari peserta pengambil
keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering
kali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat
dari perdebatan dalam kelompok.
8. Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan
Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan. Bila dilihat dari sudut prosesnya sulit
dibedakan karena keduanya menggunakan langkah-langkah proses yang
mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada hasilnya. Penyelesaian
masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada hasil berupa
penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan
performance yang menjadi kenyataan. Sering juga disebut perbedaan
antara das sollen dan das sein. Dalam istilah Downs, perbedaan antara
kenyataan yang ada dan kenyataan yang diinginkan disebut kesenjangan
kinerja (performance gap). 14
9. Ciri-ciri Keputusan Strategik 14
a. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan
skope dari aktifitas sesuatu organisasi. Timbullah pertanyaan di sini:
“Apakah kirannya organisasi yang bersangkutan memusatkan
perhatiannya pada satu bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia memiliki
aneka macam bidang aktifitas?”
b. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING)
aktifitas-aktifitas organisasi dengan lingkungan di mana ia beroperasi.
Misalnya persaingan luar negeri merupakan salah satu perubahan
lingkungan yang dapat mempengaruhi sesuatu organisasi.
c. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan
aktifitas-aktifitas organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan
sumberdayanya.Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman
lingkungan dan memanfaatkan peluang karena lingkungan, tetapi juga
berkaitan dengan upaya menyesuaikan sumber-sumber daya
keorganisasian dengan ancaman dan peluang tersebut.
d. Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-
implikasi serius terhadap sumber daya sesuatu organisasi.
Misalnya perusahaan-perusahaan mobil sudah banyak menggunakan
tenaga robot agar mereka tetap dapat bertahan dalam persaingan
mobil.
e. Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi
keputusan-keputusan operasional.
f. Strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-
kekuatan lingkungan, dan ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi
akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan-harapan pihak yang
memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan.
g. Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah
jangka panjang suatu organisasi.

D. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)


1. Definisi
Pengertian PHBS Perilaku Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
dengan demikian PHBS mencakup beratus-ratus bahkan beribu-ribu
perilaku yang harus dipraktekkan dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dibidang pencegahan dan
penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus
dipraktekkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air
minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggukan air bersih,
menggunakan jamban sehat, pengelolahan limbah cair yang memenuhi
syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan
lain-lain. Dibidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus
dipraktekkan perilaku meminta pertolongan meminta pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan,
mengimunisasi lengkap bayi, menjadi aseptor keluarga berencana dan
lain-lain. Dibidang gizi dan farmasi harus dipraktekkan perilaku makan
dengan giji seimbang, minum tablet tambah darah selama hamil, memberi
bayi ASI esklusif, mengkonsumsi garam beryodium danlain-lain.
Sedangkan dibidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktekkan perilaku
ikut serta dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau
memanfaatkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat atau
(UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan fasilitas pelayan kesehatan lain
dan lain-lain. 15
2. Manfaat PHBS
Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga akan
meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tannga tangga
sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti
biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan adalah
pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan citra
pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga dapat menjadi
percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain. 15
Perilaku hidup bersih dan sehat sangat bermanfaat bagi
keberlangsungan hidup suatu rumah tangga. Manfaat rumah tangga ber-
PHBS adalah: 15
a. Bagi Rumah Tangga
1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas
3) Anggota keluarga giat bekerja
4) Pengeluaran rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga.
b. Bagi Masyarakat
1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-
masalah kesehatan
3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu
bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memeberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga ber PHBS. Rumah tangga yang ber-PHBS
adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu:15
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi ASI ekslusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
j. Tidak merokok di dalam rumah.
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu: 15
a. Pasangan Usia Subur
b. Ibu Hamil dan Menyusui
c. Anak dan Remaja
d. Usia lanjut
e. Pengasuh Anak
E. Sanitasi Lingkungan
1. Definisi Sanitasi Lingkungan
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan,
yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk
mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya. Kesehatan
lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya
sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian
penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. 16
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma
pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih
menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan
adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang
terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran
yang diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau daripada
melakukan upaya pengobatan penyakit, banjir, pandangkalan
saluran/sungai, tersumbatnya saluran sungai, dialirkan pada saluran
sungai. 16
2. Manfaat Sanitasi
Manfaat sanitasi yang baik itu sangat besar, tidak hanya bagi
kesehatan masyarakat. Tapi juga berdampak positif bagi perekonomian
dan pembangunan bangsa. Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut
Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo:16
a. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas
masyarakat.
Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan
perbaikan kualitas air minum dapat menurunkan kasus diare yang
akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan tidak masuk
kerja hingga 8 hari pertahun atau meningkat 17% yang tentunya
berdampak pada kesempatan meningkatkan pendapatan. 16
b. Menurunkan angka kemiskinan
Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia
harus menanggung Rp 1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang
sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut mencakup
biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan
harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus
menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit. 16
c. Memberdayakan masyarakat
Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan
dapat mendorong kontribusi investasi sanitasi. Pengalaman
pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jawa
Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang
dikeluarkan telah berhasil menggerakan investasi sanitasi dari
masyarakat sendiri hingga Rp 35. 16

d. Menyelamatkan masyarakat
Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di
bidang kesehatan yang sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu
lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita harus
kehilangan Rp 58 triliun pertahun karena kita memilih tidak
mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun pertahun untuk
memperbaiki kondisi sanitasi. 16
e. Menjaga lingkungan hidup
Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita
telah gagal menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi,
sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran
biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai
tersebut. 16
3. Keadaan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan
penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:
a. Kesehatan
Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya
berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia
yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan
yang lainnya sangatlah tidak efektif. Penyakit yang ditimbulkan
oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air
limbah yang kurang baik diantaranya adalah: 16
1) Diare
2) Demam berdarah
3) Disentri
4) Hepatitis A
5) Kolera
6) Tiphus
7) Cacingan dan Malaria

b. Penggunaan air
Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa
memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah
tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari,
mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7
liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk
rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan.
Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air
di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga
70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan
airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah
jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar. 16
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air bersih banyak hubungannya
dengan pengelolaan sampah. 16
c. Biaya dan pemulihan biaya
Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah
meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan
hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi
akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan
dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia
melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik
konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai
enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi
sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih
baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan
bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari
1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7
berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk
konsumsi 760 liter. 16
d. Penggunaan ulang air.
Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan
sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi
disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air
cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah,
diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya
tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan
masyarakat. 16
4. Upaya Menangani Masalah Sanitasi Lingkungan
a. Pengadaan Air Bersih.
Air Hujan Penampungan Air hujan dapat ditampung didalam
suatu dam (danau buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi
masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke penampungan
tersebut melalui alur-alur air. Kemudian disekitar danau tersebut
dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Agar air sumur
pompa gali tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya
syarat-syarat sebagai berikut: 16
1) Harus ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak
akan masuk ke dalamnya.
2) Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus
ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
3) Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk
mengurangi kekeruhan. Sebagai pengganti kerikil, ke dalam
sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk
endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas).
b. Pemukiman rumah sehat
Pemukiman rumah secara umum dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut: 16
1) Menuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan
tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup,
memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara
lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
c. Pengolahan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus
memperhatikan faktor-faktor, berikut: 16
1) Penimbunan sampah
2) Penyimpanan sampah
3) Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
4) Pengangkutan
5) Pembuangan

Anda mungkin juga menyukai