Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

“Kesantunan Berbahasa Dalam Komunikasi Keperawatan Sebagai Bentuk


Pelaksanaan Norma Kesopanan Dalam Praktik Keperawatan”

Mata Kuliah : Hukum dan Etika Profesi


DOSEN PENGAMPU: DR. Rr. Sri Endang Pujiastuti, SKM,. MNS

OLEH:

ADE SUCIPTO
NIM. P1337420817012

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG PROGRAM


PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

TAHUN 2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan dan merupakan institusi penyedia jasa. Pelayanan
yang kompleks perlu dikelola secara profesional oleh sumber daya manusianya.
Salah satu tenaga penyedia jasa pelayanan di rumah sakit adalah tenaga perawat.
Kontribusi yang diberikan oleh perawat sangan berpengaruh pada mutu
pelayanan rumah sakit. Karena Profesi perawat memiliki peranan penting dalam
memberikan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena jenis
pelayanan yang diberikannya dengan pendekatan biologis, psikologis, sosial,
spiritual dan dilakukan dengan berkelanjutan.
Perawat sebagai pemberi layanan kesehatan di rumah sakit dituntut adanya
profesionalisme perawat dalam bekerja yang ditunjukkan oleh hasil kinerja
perawat, baik itu perawat pelaksana maupun pengelola dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada klien. Pelaksanaan kerja perawat yang maksimal
dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas terjadi bila sistem pelaksanaan
asuhan keperawatan yang dilakukan mendukung praktik keperawatan
profesional sesuai standar, dan perawat dalam memberikan pelayanan
diharapkan selalu ramah,bertabiat lembut, dapat dipercaya, terampil, cakap, dan
memiliki tangung jawab moral, serta berperilaku kepada pasien sesuai norma
yang berlaku.
Selain kode etik profesi, salah satu yang mengatur perawat dalam
memberikan pelayanan kepada pasiennya adalah norma. Norma adalah petunjuk
tingkah laku yang harus dilakukan oleh perawat dan tidak boleh dilakukan
dalam hidup sehari-hari serta ketika perawat memberikan pelayanan kepada
klien, berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai sanksi. Sanksi
adalah ancaman/akibat yang akan diterima apabila norma tidak dilakukan.
Dalam kehidupan umat manusia termasuk dalam praktik perawat dalam
memberikan pelayanan terdapat bermacam-macam norma, yaitu norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum. Pelayanan adalah semua
upaya yang dilakukan perawat untuk memenuhi keinginan pasiennya dengan
jasa yang diberikan. Norma kesopanan dan kesantunan dari perawat menjadi
tolak ukur dalam persepsi pasien. Karena norma kesopanan mencakup cara

2
berperilaku perawat kepada pasien dan cara perawat bertuturkata yang santun
dan sopan kepada pasiennya.
Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien, ditentukan oleh kenyataan
apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan
menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima. kepuasan
dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang, sampai pasien
meninggalkan rumah sakit. Pelayanan dibentuk berdasarkan 5 prinsip Service
Quality yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan, kenyamanan, serta kesopanan
ketika berkomunikasi dalam meberikan layanan.
Komunikasi dalam profesi keperawatan merupakan faktor pendukung
pelayanan keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh perawat, dalam
mengekspresikan peran dan fungsinya. Salah satu kompetensi perawat yang
harus dimiliki adalah kemampuan berkomunikasi dengan kesantunan, efektif
dan mudah dipahami dalam pelayanan keperawatan. Dalam proses interaksi
perawat dan pasien, perawat selalu berusaha agar tuturannya mudah dimengerti
dan tidak membuat pasien merasa tertekan dengan penyakit yang dideritanya.
Namun saat ini, sikap perawat dalam memberikan pelayanan sering
dikeluhkan telah sering .dimuat dalam media massa Dari pengamatan di media
massa, diberitakan bahwa ada perawat di rumah sakit berkata kasar kepada
pasien atau keluarga pasien, perawat yang tidak bersedia mengantar pasien
untuk pindah ruangan, staf perawat yang kasar saat melayani pemeriksaan
kesehatan.
Oleh karena itu, perawat haru selalu bersikap santun dalam berkomunikasi
dengan pasien. Kesantunan dalam komunikasi perawat terwujud pada sikap dan
bahasa yang dituturkan dengan sopan, santun, dan ramah pada saat asuhan
keperawatan. Dengan bersikap dan bertutur santun, pasien akan merasa nyaman
selama masa perawatan sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimanakah Kesantunan Berbahasa Dalam Komunikasi Keperawatan
Sebagai Bentuk Pelaksanaan Norma Kesopanan Dalam Praktik Keperawatan?”

3
C. Tujuan
1. Menganalisis Kesantunan Berbahasa Dalam Komunikasi Keperawatan
Sebagai Bentuk Pelaksanaan Norma Kesopanan Dalam Praktik
Keperawatan.
2. Mengidentifikasi Jenis Kesantunan Berbahasa Dalam Komunikasi
Keperawatan Sebagai Bentuk Pelaksanaan Norma Kesopanan Dalam
Praktik Keperawatan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
B. Pengertian Macam-macam Norma Dalam Praktik Keperawatan
1. Pengertian Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak
boleh dilakukan dalam hidup sehari-hari, berdasarkan suatu alasan
(motivasi) tertentu dengan disertai sanksi. Sanksi adalah ancaman/akibat
yang akan diterima apabila norma tidak dilakukan.
2. Macam-Macam Norma
Dalam kehidupan umat manusia terdapat bermacam-macam norma,
yaitu norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum
dan lain-lain. Norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan
norma hukum digolongkan sebagai norma umum. Selain itu dikenal juga
adanya norma khusus, seperti aturan permainan, tata tertib sekolah, tata
tertib pengunjung tempat bersejarah dan lain-lain.
a) Norma Agama
Norma agama adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintah-
perintah dan larangan-larangan, yang oleh pemeluknya diyakini
bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Aturan-aturan itu tidak saja
mengatur hubungan vertikal, antara manusia dengan Tuhan (ibadah),
tapi juga hubungan horisontal, antara manusia dengan sesama
manusia. Pada umumnya setiap pemeluk agama menyakini bawa
barang siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan menjauhi
larangan-larangan Tuhan akan memperoleh pahala. Sebaliknya

5
barang siapa yang melanggarnya akan berdosa dan sebagai
sanksinya, ia akan memperoleh siksa. Sikap dan perbuatan yang
menunjukkan kepatuhan untuk menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya tersebut disebut taqwa.
b) Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan-aturan hidup tentang tingkah
laku yang baik dan buruk, yang berupa “bisikan-bisikan” atau suara
batin yang berasal dari hati nurani manusia. Berdasar kodrat
kemanusiaannya, hati nurani setiap manusia “menyimpan” potensi
nilai-nilai kesusilaan. Hal ini analog dengan hak-hak asasi manusia
yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia karena kodrat
kemanusiaannya, sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena
potensi nilai-nilai kesusilaan itu tersimpan pada hati nurani setiap
manusia (yang berbudi), maka hati nurani manusia dapat disebut
sebagai sumber norma kesusilaan. Tentang moral dihubungkan
dengan etika, yang membicarakan tata susila dan tata sopan santun.
Tata susila mendorong untuk berbuat baik, karena hati kecilnya
menganggap baik, atau bersumber dari hati nuraninya, lepas dari
hubungan dan pengaruh orang lain. Tidak jarang ketentuan-ketentuan
norma agama juga menjadi ketentuan-ketentuan norma kesusilaan,
sebab pada hakikatnya nilainilai keagamaan dan kesusilaan itu
berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Demikian pula karena sifatnya
yang melekat pada diri setiap manusia, maka nilai-nilai kesusilaan itu
bersifat universal. Dengan kata lain, nilai-nilai kesusilaan yang
universal tersebut bebas dari dimensi ruang dan waktu, yang berarti
berlaku di manapun dan kapanpun juga.
Sebagai contoh, perawat tidak boleh menyebarkan rahasia dan
aib pasiennya karena dipandang sebagai tindakan yang melanggar
kesusilaan, di belahan dunia manapun dan pada masa kapanpun juga.
Kepatuhan terhadap norma kesusilaan akan menimbulkan rasa
bahagia, sebab yang bersangkutan merasa tidak mengingkari hati
nuraninya. Sebaliknya, pelanggaran terhadap norma kesusilaan pada
hakikatnya merupakan pengingkaran terhadap hati nuraninya sendiri,
sehingga sebagaimana dikemukakan dalam sebuah mutiara hikmah,
pengingkaran terhadap hati nurani itu akan menimbulkan penyesalan

6
atau bahkan penderitaan batin. Inilah bentuk sanksi terhadap
pelanggaran ketika perawat melakukan pelanggaran norma
kesusilaan.
c) Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang
tingkah laku yang baik dan tidak baik baik, patut dan tidak patut
dilakukan, yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat atau
komunitas tertentu. Begitupun dalam lingkup praktik keperawatan,
Norma ini biasanya bersumber dari adat istiadat, budaya, atau nilai-
nilai masyarakat. Moral dihubungkan dengan eika, yang
membicarakan tentang tata susila dan tata sopan santun. Tata sopan
santun mendorong berbuat baik, sekedar lahiriah saja, tidak
bersumber dari hati nurani, tapi sekedar menghargai menghargai
orang lain dalam pergaulan. Dengan demikian norma kesopanan itu
bersifat kultural, kontekstual, nasional atau bahkan lokal. Berbeda
dengan norma kesusilaan, norma kesopanan itu tidak bersifat
universal. Suatu perbuatan yang dianggap sopan oleh sekelompok
masyarakat mungkin saja dianggap tidak sopan bagi sekelompok
masyarakat yang lain. Sejalan dengan sifat masyarakat yang dinamis
dan berubah, maka norma kesopanan dalam suatu komunitas tertentu
juga dapat berubah dari masa ke masa. Suatu perbuatan yang pada
masa dahulu dianggap tidak sopan oleh suatu komunitas tertentu
mungkin saja kemudian dianggap sebagai perbuatan biasa yang tidak
melanggar kesopanan oleh komunitas yang sama. Dengan demikian
secara singkat dapat dikatakan bahwa norma kesopanan itu
tergantung pada dimensi ruang dan waktu.
Sanksi ketika perawat melakukan pelanggaran norma kesopanan
adalah berupa celaan, cemoohan, atau diasingkan oleh masyarakat
dan pasiennya. Akan tetapi sesuai dengan sifatnya yang “tergantung”
(relatif), maka tidak jarang norma kesopanan ditafsirkan secara
subyektif, sehingga menimbulkan perbedaan persepsi tentang sopan
atau tidak sopannya perbuatan tertentu.

7
d) Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga
negara yang berwenang, yang mengikat dan bersifat memaksa, demi
terwujudnya ketertiban masyarakat. Sifat “memaksa” dengan
sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang merupakan kelebihan
norma hukum dibanding dengan ketiga norma yang lain. Negara
berkuasa untuk memaksakan aturan-aturan hukum guna dipatuhi dan
terhadap orang-orang yang bertindak melawan hukum diancam
hukuman.
Ancaman hukuman itu dapat berupa hukuman bandan atau
hukuman benda. Hukuman bandan dapat berupa hukuman mati,
hukuman penjara seumur hidup, atau hukuman penjara sementara. Di
samping itu masih dimungkinkan pula dijatuhkannya hukuman
tambahan, yakni pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-
barang tertentu, dan pengumuman keputusan pengadilan. Demi
tegaknya hukum, negara memiliki aparat-aparat penegak hukum,
seperti polisi, jaksa, dan hakim. Sanksi yang tegas dan nyata, dengan
berbagai bentuk hukuman seperti yang telah dikemukakan itu, tidak
dimiliki oleh ketiga norma yang lain.
Sumber hukum dalam arti materiil dapat berasal dari falsafah,
pandangan hidup, ajaran agama, nilai-nilai kesusilaam,adat istiadat,
budaya, sejarah dan lain-lain. Dengan demikian dapat saja suatu
ketentuan norma hukum juga menjadi ketentuan norma-norma yang
lain. Sebagai contoh, perbuatan mencuri adalah perbuatan melawan
hukum (tindak pidana, dalam hal ini : kejahatan), yang juga
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama,
kesusilaan (a susila), maupun kesopanan (a sosial). Jadi, diantara
norma-norma tersebut mungkin saja terdapat kesamaan obyek
materinya, akan tetapi yang tidak sama adalah sanksinya.

C. Norma Kesopanan dan Kesantunan Dalam Komunikasi


1) Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu
menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan

8
makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi memiliki beberapa unsur
dasar antara lain:
a) Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan.
b) Pesan, yaitu pernyataan yang didukung lambang berupa bahasa, suara,
gerak, warna.
c) Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.
d) Media, yakni sarana atau saluran dari komunikasi.
e) Respon atau umpan balik, yaitu reaksi komunikan sebagai pengaruh
dari pesan yang diterimanya.
Komunikasi dalam profesi keperawatan merupakan faktor
pendukung pelayanan keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh
perawat, dalam mengekspresikan peran dan fungsinya. Salah satu
kompetensi perawat yang harus dimiliki adalah kemampuan
berkomunikasi dengan efektif dan mudah dipahami dalam pelayanan
keperawatan. Kemampuan berkomunikasi akan mendasari upaya
pemecahan masalah pasien, mempermudah pemberian bantuan, baik
dalam pelayanan medik, maupun psikologi.

2) Strategi Komunikasi Dalam Keperawatan


Terdapat dua jenis strategi komunikasi dalam praktik keperawatan, yaitu :
a) Strategi Komunikasi Interpersonal . yaitu komunikasi antara
komunikator dengan seorang komunikan, dalam hal ini antara perawat
dengan pasien. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal
upaya mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang, karena
sifatnya dialogis, berupa percakapan. Pentingnya komunikasi
interpersonal bagi perawat ialah karena perawat dapat mengetahui diri
pasien selengkap-lengkapnya. Perawat dapat mengetahui namanya,
pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, pengalamannya, cita-citanya,
dan sebagainya, yang penting adalah dapat mengubah sikap, pendapat,
dan perilakunya. Dengan demikian perawat dapat mengarahkan pasien
ke suatu tujuan sebagaimana pasien inginkan, dengan begitu pasien
akan merasa puas dan terpenuhi harapannya.
b) Strategi Komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat
mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Komunikasi
persuasif yang diberikan kepada pasien yaitu dengan memberi

9
dukungan berupa motivasi sebagai wujud perhatian perawat kepada
pasien. Motivasi yang perawat berikan berupa nasehat dan anjuran
kepada pasien agar tidak memikirkan penyakit yang diderita, dan
pasien diarahkan untuk tenang dan sabar serta banyak berdoa untuk
kesembuhannya. Dengan memberikan motivasi kepada pasien,
diharapkan nantinya pasien akan lebih kuat menghadapi rasa sakit,
tenang, nyaman menjalani asuhan keperawatan.
3) Teori Kesopanan (Politeness Theory)
Teori Kesopanan (Politeness Theory) menjelaskan tentang bagaimana dan
mengapa individu mencoba mempromosikan, melindungi atau
“menyelamatkan muka”, ketika berada pada situasi memalukan yang
tidak diharapkan Teori ini memiliki tiga asumsi dasar yaitu:
a) Semua orang (individu) kuatir akan masalah memelihara raut muka.
Secara sederhana, raut muka menunjuk pada gambaran kepribadian
yang ingin ditampilkan ke orang lain. Ada dua konsep mengenai raut
muka, yaitu raut muka positif (positive face) dan raut muka negative
(negative face). Raut muka positif misalnya kebutuhan seseorang
untuk dicintai, dihargai dan dikagumi oleh orang lain. Sedangkan raut
muka negatif misalnya keinginan seseorang untuk bertindak secara
bebas, tanpa pengaruh atau paksaan dari pihak lain.
b) Manusia pada dasarnya memiliki orientasi tujuan dan rasional. Dengan
kata lain, kita memiliki pilihan dan membuat keputusan komunikasi
untuk membangun hubungan dan mencapai orientasi tujuan dengan
memelihara raut muka. Brown dan Levinson meyakini bahwa adanya
manajemen raut muka akan bekerja maksimal ketika setiap orang
saling menjaga raut muka satu sama lain.
c) Beberapa perilaku pada dasarnya menghadapi ancaman raut muka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kita akan berpotensi mengancam raut
muka orang lain seperti orang lain yang berpotensi mengancam kita.
Perilaku yang mengancam raut muka ini termasuk perilaku seperti,
permintaan maaf, pujian, kritik, permintaan dan ancaman. Teori
kesopanan kemudian menghubungkan asumsi ini untuk menjelaskan
dan memprediksi bagaimana, kapan dan dimana perilaku yang
mengancam raut muka ini terjadi seperti halnya mengenai apa yang

10
dapat dilakukan orang untuk memulihkan atau mengembalikan raut
muka yang sekali terancam.
4) Kesopanan dan Kesantunan Dalam Komunikasi
Kesopanan dan Kesantunan Dalam Komunikasi dapat dilihat dari 3 aspek
yaitu :
a) Wujud kesantunan verbal
Adalah bahasa yang berupa rangkaian kata-kata atau tuturan yang
membentuk wacana atau teks baik lisan maupun tertulis. Bahasa yang
diungkapkan sesuai dengan kepribadian orang itu sendiri, kepribadian
seseorang bisa dilihat saat ia menyampaikan suatu bahasa saat
berinteraksi, ketika seseorang sedang berkomunikasi yang baik dan
benar juga diharapkan mampu berbahasa secara santun. Santun atau
tidak ketika berinteraksi hanya orang lain yang akan menilainya.
1) Kesantunan Bahasa dalam Tindak Direktif. Tindak tutur direktif
yaitu tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud agar si
pendengar (mitra tutur) melakukan tindakan yang disebutkan di
dalam ujaran itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk
tuturan direktif perawat dapat diwujudkan ke dalam tiga bentuk
tuturan, yaitu (1) tuturan imperatif, (2) tuturan interogatif, dan (3)
tuturan deklaratif.
2) Kesantunan Bahasa dalam Tindak Direktif Tuturan Imperatif
Tuturan imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta
agar mitra tutur melakukan sesuatu yang di inginkan si penutur.
Bentuk tindak direktif dalam komunikasi perawat kepada pasien
lebih didominasi oleh bentuk imperatif dibandingkan dengan
bentuk deklaratif dan bentuk interogatif. Hal ini disebabkan
karena perawat ingin melaksanakan prosedur asuhan keperawatan
dan ingin agar pasien kooperatif selama masa penyembuhan.
3) Kesantunan Bahasa dalam Tuturan Imperatif Permintaan.
4) Kesantunan Bahasa dalam Tindak Direktif Tuturan Deklaratif .
Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang dilakukan
penutur dengan maksud memberitahukan sesuatu kepada mitra
tutur, pada umumnya mengungkapkan suatu peristiwa atau suatu
kejadian untuk menciptakan suatu keadaan yang baru misalnya
menyuruh, mengajak, dan melarang.

11
5) Kesantunan Bahasa dalam Tindak Direktif Tuturan Interogatif.
Selain dapat diwujudkan dengan tuturan deklaratif, bentuk direktif
juga dapat diwujudkan dengan tuturan interogatif. Hal ini banyak
ditemukan dalam tuturan perawat kepada pasiennya. Tuturan
interogatif adalah tuturan yang mengandung maksud menanyakan
sesuatu kepada lawan bicara. Dengan kata lain seorang penutur
bermaksud mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau interogatif
kepada lawan bicara.
b) Panjang Pendek Tuturan Sebagai Penentu Kesantunan Tuturan
Faktor panjang pendeknya tuturan digunakan dalam menyampaikan
maksud kesantunan penutur, bahwa kesantunan bertutur seseorang
dalam pemakaian bahasa sangat ditentukan oleh kelangsungan atau
ketidaklangsungan dalam bertutur. Semakin langsung tuturan berarti
semakin pendek tuturan itu dikatakan semakin tidaklah santun
tuturan tersebut. Demikian pula sebaliknya, lazimnya sebuah basa
basi yang digunakan orang untuk memperpanjang tuturannya dengan
harapan semakin santun tuturan yang digunakan. Basa basi dalam
bertutur
c) Urutan Tutur Sebagai Penentu Kesantunan Tuturan
Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, orang selalu
mempertimbangkan apakah tuturan yang digunakan itu tergolong
sebagai tuturan santun ataukah yang digunakan itu tergolong sebagai
tuturan tidak santun. Hal ini tentu saja berkaitan dengan konteks
situasi tutur yang melatarbelakanginya. Namun dapat saja terjadi
bahwa tuturan yang digunakan itu kurang santun dan dapat menjadi
lebih santun ketika tuturan itu ditata kembali urutannya. Untuk
mengutarakan maksud-maksud tertentu, orang biasanya mengubah
urutan tuturnya agar menjadi semakin tegas, keras, dan suatu ketika
bahkan menjadi kasar tuturan (acts sequence) menentukan makna
sebuah tuturan. Dengan kata lain urutan tutur sebuah tuturan
berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya kesantunan tuturan
yang digunakan saat bertutur.

12
BAB III
PEMBAHASAN
A. Menganalisis Kesantunan Berbahasa Dalam Komunikasi Keperawatan
Sebagai Bentuk Pelaksanaan Norma Kesopanan Dalam Praktik
Keperawatan
Sebagaimana disebutkan dalam uraian sebelumnya bahwa dalam tindakan
keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting untuk membina
hubungan dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Lebih
jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Penyebab sumber
ketidakpuasan pasien sering dikarenakan jeleknya komunikasi yang terjalin
dengan pasien. Oleh karena itu pengukuran kepuasan pasien terhadap
komunikasi akan bermanfaat dalam memonitor dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, khususnya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.
Jenis komunikasi yang paling sering digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara interpersonal,
yaitu komunikasi interpersonal yang terjalin antara dua orang atau lebih dalam
hal ini komunikasi antara perawat dan pasien, terutama komunikasi perawat
baik dengan pasien maupun keluarga pasien. Dalam proses keperawatan ada
beberapa kasus, bahwa hubungan perawat-pasien tidak hanya terjadi di dalam
rumah sakit (asuhan keperawatan), tetapi bisa berlanjut hingga di luar
keperawatan.
Namun saat ini, sikap perawat dalam memberikan pelayanan sering
dikeluhkan dan telah sering .dimuat dalam media massa Dari pengamatan di
media massa, diberitakan bahwa ada perawat di rumah sakit berkata kasar
kepada pasien atau keluarga pasien, perawat yang tidak bersedia mengantar
pasien untuk pindah ruangan, staf perawat yang kasar saat melayani
pemeriksaan kesehatan. Bahkan ada perawat yang menggunakan kata-kata kasar
kepada pasiennya.
Dapat dismpulkan bahwa yang dilakukan perawat diatas dapat dikatakan
sebagai pelanggaran norma kesopanan yang berkaitan dengan komunikasi
terhadap pasiennya. Karena Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua
peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) yaitu perawat dan orang lain (other)
yaitu pasiennya. Maka Seorang perawat yang professional diharapkan tidak

13
hanya dilihat dari keahlian atau keterampilannya dibidang medis, tetapi dilihat
juga dari keterampilannya melakukan komunikasi interpersonal. Seperti
memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien, kepedulian terhadap
keluhan pasien, pelayanan kepada semua pasien tanpa membeda-bedakan status,
sering bertukar fikiran dengan pasien, memberikan semangat dan
membangkitkan rasa percaya diri pasien, memberikan penghargaan yang positif
kepada pasien, dan lain-lain yang dapat membuat pasien merasa senang, cepat
sembuh dan berusaha melakukan peningkatan kesehatan.

B. Kerangka Teori

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah
laku yang baik dan tidak baik baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang
berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu.
Begitupun dalam lingkup praktik keperawatan, Norma ini biasanya bersumber
dari adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai masyarakat. Norma kesopanan dan
kesantunan dari perawat menjadi tolak ukur dalam persepsi pasien. Karena
norma kesopanan mencakup cara berperilaku perawat kepada pasien dan cara
perawat bertuturkata yang santun dan sopan kepada pasiennya.
Komunikasi dalam profesi keperawatan merupakan faktor pendukung
pelayanan keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh perawat, dalam
mengekspresikan peran dan fungsinya. Sehingga perawat harus menggunakan
kesantunan dan keopanan ketika berkomunikasi dengan pasiennya. Bentuk
komunikasi ini adalah salah satu kepedulian perawat terhadap pasien yang
mereka rawat. Sehingga semakin baik komunikasi yang terjalin antara
perawat dan pasien maka semakin meningkat pula kepuasan pasien dalam
menjalani perawatan. Kepuasan pasien sangat terpengaruh terhadap
komunikasi perawat ketika mereka menjalani perawatan,

B. Saran
Perawat diharapkan bisa mempertahankan aspek-aspek komunikasi yaitu
daya ekspresi dan orientasi kepada orang lain dalam melakukan komunikasi
interpersonal yang dinilai sudah baik. Seperti kesan awal perawat yang ramah,
perhatian dan minat perawat untuk menyesuaikan diri dengan pasien, serta
ketrampilan perawat mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi
komunikasi interpersonal yang berkaitan dengan kepuasan yang dirasakan
pasien.

15

Anda mungkin juga menyukai