Oleh
Lilik Maesaroh
NIM 152310101340
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Defenisi
Retensi urine post partum dapat terjadi pada pasien yang mengalami
kelahiran normal sebagai akibat dari peregangan atau trauma dari dasar kandung
kemih dengan edema trigonum. Faktor-faktor predisposisi lainnya dari retensio
urine meliputi epidural anestesia, pada gangguan sementara kontrol saraf kandung
kemih , dan trauma traktus genitalis, khususnya pada hematoma yang besar,
dan sectio cesaria.
2. Epidemiologi
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat
terjadi secara akut maupun kronis. Retensio urine merupakan suatu keadaan darurat
yang paling sering ditemukan dan dapat terjadi kapan saja. Bilamana retensio urine
tidak ditangani sebagaimana mestinya akan mengakibatkan terjadinya penyulit
yang memperberat morbiditas penderita. Dampak dari seorang ibu setelah
melahirkan biasanya mengalami retensio urine atau sulit berkemih yang biasanya
disebabkan oleh trauma kandung kemih dan nyeri pada persyarafan kandung kemih.
3. Etiologi
Secara umum, retensio urine post partum dapat disebabkan oleh trauma intra
partum, reflek kejang sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu dalam
posisi tidur terlentang, peradangan, psikogenik dan umur yang tua (Winkjosastro,
2007). Pasien post operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak
menyebabkan retensi urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung
kemih dan edema sekunder akibat tindakan pembedahan atau obstetri, epidural
anestesi, obat-obat narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma
pelvik, nyeri insisi episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang
mengosongkan kandung kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine pos
operasi biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih yang
adekuat.
4. Klasifikasi
Edema uretra dan trigonum yang disertai ekstravasasi darah di sub mukosa
dinding kandung kemih menyebabkan retensio urine. Hal ini bisa disebabkan
karena penekanan kepala janin pada dasar panggul terutama partus kala II yang
terlalu lama. Lama persalinan lebih dari atau sama dengan 800 menit berhubungan
dengan retensio urine post partum. Hal lain yang menjadi penyebab edema uretra
dan trigonom adalah trauma kateteritasi yang berulang-ulang dan kasar, dan infeksi
saluran kemih yang akan menimbulkan kontraksi otot detrusor yang tidak adekuat.
Pemakaian anastesi dan analgesik pada persalinan seksio sesaria dapat
menyebabkan terganggunya kontrol persyarafan kandung kemih dan uretra.
7. Manifestasi klinis
2) Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan
4) Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
5) Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.
8. Komplikasi
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut :
Table urinalitis
PENATA LAKSANAAN
a. Kateterisasi urethra
b. Drainage suprapubik.
c. Pungsi vesika urinaria
NON farmakologi
Senam kegel
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
b. Keluhan utama
Biasnaya klien merasakan rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti
nyeri ketika berkemihatau nyeri saat kencing.
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri,
daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri, dan
kapan keluhan dirasakan.
d. Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama
dengan klien
B. PENGUMPULAN DATA
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul
Tanda : Gelisah
b. Eliminasi
Gejala : Penrunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada awal
berkemih, kandung kemih terasa pnuh, tidak dapat erkemih kecuali dngan
cara mengejan, urin keluar sedikt-sedikit.
c. Makanan/ cairan
Gejala : klien mengeluh tidak nafsu makan , klien mengluh mual muntah
d. Sesksualitas
e. Nyeri/kenyamanan
Tanda : ekspresi wajah nampak mringas dan tampak memegang area yang
sakit
f. Integritas ego
C. PENGELOMPOKAN DATA
Data subjektif :
Data Objektif
Gelisah
Distensi vesika urinaria
Pengeluaran urin < 1500 ml/hari
Penurunan BB , porsi makan tampak tidak di habiskan
Ekspresi wajah meringis saat nyeri timbul
Nyeri tekan daerah suprapubik
Distensi abdomen
Tampak pengeluran urin sedikit
Tampak memegaang area yang sakit.
4. Eliminasi
Diaphoresis
Tanda infeksi kandung kemih : distensi blader, buang air besar (obstipasi
karena takut sakit).
5. Buah dada
Bentuk : besar, merah
Putting susu : baik, masuk, lecet, sakit, kebersihan,
6. Perineum
Posisi sim kearah jahitan sehingga perineum terlihat jelas
7. Ekstrimitas bawah
Tromboplebitis dan tromboemboli
4. DIAGNOSA
1. Nyeri b/d agen cidera biologis
2. Gangguan eliminasi urine b/d retensi urine
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife: kateterisasi
(Herdman & Heather, 2012)
4. Defisit perawatan diri: higiene berhubungan dengan kelemahan fisik, nyeri
(Wilkinson & Judith, 2011)
5. INTERVENSI
No Dx Nic Noc
1 Nyeri akut Pain level Pain Management
Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Comfort Level komprenhesif termasuk
Kriteria hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekue
1. Mampu nsi,kualitas dan faktor presipitasi
mengontrol 2. Observasi reaksi non verbal dari
nyeri,mampu ketidaknyamanan
menggunakan 3. Gunakan tehnik komunikasi
tehnik non- tarapeutik untuk mengetahui
farmakologi pengalaman nyeri pasien
untuk 4. Pilih dan lakukan penanganan
mengurangi nyeri
nyeri.
2. Melaporkan (farmakologi, non-farmakologi
bahwa nyeri dan interpersonal )
berkurang 5. Berikan analgetik untuk
dengan mengurangi nyeri
menggunakan
manajement Analgetik Administration
nyeri 1. Tentukan lokasi
3. menyatakkan ,karakteristik,kualitas dan derajat
rasa nyaman nyeri sebelum pemberian obat
setelah nyeri 2. Cek riwayat alergi
berkurang 3. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
4. Monitor Ttv sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
5. Evaluasi efektifitas analgesik
tanda dan gejala.
2. Gangguan Urinary Urinary Retention Care
eliminasi urine elimination 1. Lakukan penilaian kemih yang
b/d infeksi Urinary komprenhesif berfokus pada
bladder,Gg Contiunence inkontinensia ( output urin,pola
neurology,hilang Kriteria hasil : berkemih,fungsi kognitif)
nya tonus 1. Kandung 2. Memonitor efek dari obat-obatan
jaringan perianal kemih kosong yang diresepkan.
dan efek terapi secara penuh 3. Gunakan kekuatan sugesti dengan
2. Tidak ada menjalankan air atau disiram
residu Urine toilet
>100-200 cc 4. Merangsang reflek kandung
kemih dengan menerapkan dingin
untuk perut atau air
5. Masukan kateter kemih
3. Intake cairan 6. Memantau asupan dan
dalam rentang pengeluaran
normal 7. Memantau tingkat distensi
4. Bebas dari Isk kandung kemih dengan palpasi
5. Tidak ada dan perkusi
spasme bladder 8. Merujuk ke spesialis kontinensia
6. Balance cairan kemih
seibmang
6. EVALUASI KEPERAWATAN
Hasil yang diharapkan setelah pasien Retensi urine mendapatkan intervensi dan
implementasi keperawatan adalah :
DAFTAR PUSTAKA
Andre, Terrence & Eugene. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Karisma
Publishing Group.
Nursalam & Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria